BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa (Sjahrial, 2009 : 260-261). Pengertian struktur modal menurut Riyanto (2008 : 296) adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang menunjukkan berapa besar proporsi dari modal perusahaan yang berasal dari hutang. Semakin tinggi DER maka semakin tinggi pula resiko yang akan terjadi pada perusahaan. Hal ini dikarenakan pendanaan perusahaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri. Penentuan struktur modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Keputusan yang diambil oleh manajemen dalam pencarian sumber dana tersebut sangat dipengaruhi oleh para pemilik atau pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teori Struktur Modal Terdapat beberapa teori struktur modal yang bertujuan untuk memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dapat dikatakan optimal apabila keadaan dimana risiko dan pengembalian isi seimbang sehingga harga saham dapat dimaksimalkan. 1. Teori Modigliani dan Miller Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller menyatakan bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan dengan menggunakan hutang yang lebih banyak), perusahaan bisa meningkatkan nilainya kalau ada pajak. Dengan kata lain, kalau tujuan pembelanjaan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan maka perusahaan perlu menggunakan hutang. Asumsi MM mencakup hal-hal Brigham dan Houston (2001 : 31): 1) Tidak adanya biaya broker perantaraan. 2) Tidak ada pajak perorangan. 3) Para investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama dengan perusahaan. 4) Investor dan manajemen mempunyai informasi yang sama mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang. 5) Semua hutang perusahaan tidak mengandung resiko, berapapun jumlah hutang yang digunakan. 6) EBIT tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang.
Universitas Sumatera Utara
2. Pecking Order Theory Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih disukai disebabkan lebih murah biayanya jika dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal. Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit, karena mereka tidak akan melakukan pinjaman jika tidak diperlukan. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup, dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. 3. Trade Off Theory Teori trade off, di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham dan Houston 2001 : 34). Dari model ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk.
Keputusan terbaik adalah keputusan yang
moderat dengan mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan. Trade off theory merupakan model yang didasarkan pada trade off antara keuntungan dengan kerugian penggunaan hutang. Trade off tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel yang umumnya dipengaruhi oleh keuntungan pajak dari penggunaan hutang, financial distress risk dan penggunaan biaya agensi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan realita yang berasal dari hutang dalam jumlah yang besar, penggunaan modal sendiri mempunyai manfaat dan kerugian bagi perusahaan. Menurut Brigham (2001 : 4), hutang mempunyai keuntungan pada : 1. Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan kena pajak, sehingga hutang menjadi lebih rendah. 2. Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap, kelebihan keuntungan akan menjadi klaim bagi pemilik perusahaan. 4. Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001 : 36) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
Universitas Sumatera Utara
5. Balancing Theory Balancing Theory menurut Myers (1984) dalam Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 266) disebut sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri.
Pembicaraan balancing
theory dimulai dari keadaan yang ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak. Myers (1984) dalam Husnan dan Pudjiastuti (2004 :266) telah mengelompokkan berbagai faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu perusahaan yang mengikuti balance theory dan perusahaan yang mengikuti pecking order theory.
Mendasar pada balance theory perusahaan berupaya
mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam menentukan struktur modal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 6) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau agresivitas manajemen merupakan faktor-faktor yang menetukan keputusan struktur modal; khususnya pada struktur modal yang ditargetkan (target capital structure).
Secara lebih umum, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keputusan struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi international perusahaan dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2001 : 39).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Riyanto (2008 : 297) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat bunga, stabilitas dari “Earning”, susunan dari pada aktiva, kadar resiko dari pada aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan. 2.1.3.1 Tingkat Bunga Bambang Riyanto (2008 : 297), menyatakan bahwa pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan modal, biasanya perusahaan akan mempertimbangkan tingkat suku bunga yang berlaku saat itu. Apabila tingkat suku bunga tinggi dan cenderung akan meningkat, biasanya perusahaan enggan untuk mendanai kegiatan perusahaan dengan hutang. 2.1.3.2 Profitabilitas Brigham dan Houston (2001 : 40), menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. 2.1.4 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001 : 58): DER = (Total Hutang)/(Total Ekuitas)
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan yang tidak mempunyai hutang berarti menggunakan modal sendiri untuk semua aktivitas pendanaan. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya atau menunjukkan solvabilitas suatu perusahaan.
Suatu perusahaan yang solvable berarti perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutangnya. Semakin tinggi nilai DER berarti menunjukkan semakin tinggi kewajiban perusahaan untuk memenuhi kewajiban. 2.1.5 Tingkat Bunga Bunga menurut Riyanto (2008 : 105) adalah “sejumlah uang yang dibayarkan sebagai kompensasi teerhadap apa yang dapat diperoleh dengan penggunaan uang tersebut”. Sehingga tingkat bunga bisa dikatakan merupakan tingkat imbalan jasa untuk penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal pokok. Menurut Brigham dan Houston (2001: 641), Tingkat Bunga dihitung sebagai berikut: Suku bunga per hari = (Suku bunga)/(Hari dalam setahun) ............................ (2.1) Beban bunga setahun = (Jumlah hari dalam setahun)x(Tingkat bunga per hari)x (Jumlah pinjaman) .......................................................(2.2) Suku bunga = (Beban bunga)/(Jumlah pinjaman)
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu mengahasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Pada penelitian ini, profitabilitas yang diteliti adalah Return on Assets (ROA). 2.1.6.1 Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) yang sering disebut juga sebagai Return on Invesment (ROI) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya. ROA atau ROI diperoleh dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian akan semakin besar.
Secara matematis ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut (Syamsuddin, 2007 : 74) : ROA = [(Laba bersih sesudah Pajak)/(Total aktiva)] x 100% Aktiva suatu perusahaan didanani oleh pemegang saham dan kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih setelah pajak. Hubungan antara laba bersih setelah pajak terhadap aktiva secara keseluruhan akan menunjukkan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian kepada penanam modal. Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba
Universitas Sumatera Utara
bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, sehingga Struktur Modal perusahaan dapat mencerminkan aktivitas pembiayaan dengan tingkat pengembalian atau laba yang didapat.
2.2 Penelitian Terdahulu Nugroho (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Properti yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Periode penelitian yang dilakukan ialah tahun 1994 sampai dengan 2004.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah operating
leverage, likuiditas, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, price earning ratio (PER), dan profitabilitas (Return on Assets) berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan properti di Bursa Efek Jakarta. Sampel yang digunakan pada penelitian berjumlah 23 perusahaan.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak dan parsial variabel operating leverage, likuiditas, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, price earning ratio (PER), dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap variabel DER yang mewakili struktur modal. Dwiwinarno (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal (Studi Kasus pada perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Periode penelitian yang dilakukan dari tahun 2005-2007 yang berjumlah 145 perusahaan. Tujuan penelitian untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui apakah struktur aktiva, tingkat penjualan, profitabilitas, deviden payout, inflasi dan suku bunga berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial tingkat penjualan, profitabilitas, deviden payout dan suku bunga tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2.3 Kerangka Konseptual Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan perbandingan hutang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. DER merupakan salah satu rasio yang dibutuhkan oleh investor. Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal pinjaman dan modal sendiri. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal pinjaman, maka perusahaan itu sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap hutang. Bunga adalah kompensasi atas penggunaan uang yang dipinjam. Sehingga bunga bisa dikatakan merupakan imbalan jasa untuk penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu berdasarkan ketetntuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal pokok.
Pada waktu perusahaan
merencanakan pemenuhan kebutuhan modal, perusahaan akan lebih beruntung
Universitas Sumatera Utara
menggunakan sumber modal berupa hutang yang lebih banyak, karena menghasilkan laba per saham yang makin banyak, bila biaya hutang murah. Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 40) menyebutkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) yang sering disebut juga sebagai Return on Invesment (ROI) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya. ROA atau ROI diperoleh dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Berdasarkan uraian teori-teori yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Bunga (X1)
Debt to Equity Ratio (Y)
Return on Assets (X2)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa Tingkat Bunga dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara