BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa Di era globalisasi sekarang ini kebutuhan akan media massa semakin besar. Hampir semua gerak langkah dan kehidupan seseorang tak lepas dari peran dan pengaruh media massa. Dari mulai bangun tidur sampai akan tidur lagi kita selalu berhubungan dan menggunakan media massa. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh dari komunikasi massa begitu kuat terhadap manusia, sehingga hampir tidak mungkin ada individu yang tak pernah terkena terpaan pesan dari media massa yang berkaitan erat dengan komunikasi massa. Surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, buku, semuanya merupakan jenis media massa yang selalu melingkupi denyut kehidupan seseorang. Di jalan raya kita mendengarkan berita-berita ataupun lagu-lagu melalui radio berarti kita sudah terkena terpaan media massa. Menonton televisi atau film, membaca buku, browsing di internet, dan masih banyak lagi kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan media massa.7 Namun seiring berkembangnya teknologi dibidang komunikasi dan informatika, perkembangan media massa juga mengalami pasang surut. Saat ini era media cetak semakin menyusut atau kalau boleh dibilang mulai ditinggalkan banyak orang. Era elektronik semakin berkembang pesat, terutama
7
Vera, Nawiroh,Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: Renata Pratama Media 2010, hal 1
1314
15
televisi dan internet. Global Village (desa Global) buah pemikiran Marshall Mcluhan benar-benar telah terbukti, berkat kemajuan teknologi di bidang ini maka dunia seolah tanpa batasan. Puluhan tahun yang lalu Mcluhan menggunakan istilah Global Villageuntuk
mendeskripsikan bagaimana media
massa mengikat dunia menjadi sebuah sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar. Media massa dapat mengorganisasikan masyarakat secara sosial.
Media
menjembatani
elektronik
secara
budaya-budaya
yang
khusus
memiliki
tidak akan
kemampuan untuk
pernah berkomunikasi
sebelum adanya koneksi ini (Richard west, 2009; 142). Berdasarkan asumsi tersebut maka semua peristiwa yang terjadi di belahan bumi dari Asia sampai Amerika, dari kutub utara sampai kutub selatan semuanya dapat diketahui oleh seluruh penduduk dunia dalam waktu yang bersamaan. Penduduk dunia dapat memperoleh informasi secara langsung maka berakibat pada munculnya tanggung jawab bersama antar individu dan kelompok dalam masyarakat. Kita harus bertanggung jawab terhadap orang lain. Orang lain terlibat dalam kehidupan kita dan kitapun terlibat dalam kehidupan mereka, semua itu berkat media elektronik. Dalam penjelasan yang lebih kongkrit McLuhan memberi contoh, bahwa tindakan dari satu masyarakat akan mempengaruhi seluruh desa global. Karenanya banjir di Eropa, kelaparan di Afrika, dan perang di Timur Tengah dapat memengaruhi seluruh Amerika Serikat, Australia, dan Cina. Menurut McLuhan kita tidak lagi dapat hidup
16
dalam isolasi karena adanya “saling ketergantungan elektronik”.8Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication).9
2.1.1
Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-
komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara (Defleur dan Dennis McQuail, 1985).10 Onong
Uchjana11
dengan
mengutip
Severin
dan
Tankard,
mengemukakan definisi komunikasi massa sebagai berikut: “Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Sebagai keterampilan jika komunikasi massa meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika wawancara. Sebagai seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis naskah untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi suatu kisah berita. Sebagai 8
Ibid 2 Uchjana Effendy, Onong,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2003, hal 20 10 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu2009, hal 103 11 Ibid 105 9
17
ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik”.
2.1.2
Karakteristik Isi Pesan Komunikasi Massa Isi pesan dalam setiap jenis komunikasi juga dibedakan oleh ciri-ciri
tertentu, demikian halnya dengan komunikasi massa. Adapun karakteristik isi pesan komunikasi massa antara lain yaitu:12 1. Novelty (sesuatu yang baru): Berkaitan dengan aktualitas, bahwa suatu berita akan menarik khalayak jika merupakan hal-hal yang baru. Baru bukan berarti selalu baru terjadi, melainkan sesuatu yang belum diketahui khalayak atau khalayak untuk pertama kalinya mengetahui adanya fakta baru. Karena pada dasarnya khalayak selalu ingin mengetahui tentang suatu informasi atau peristiwa
secepat
mungkin,
jadi
jangan
sampai
terlambat
dalam
memberitakannya karena mereka akan mencari dari sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. 2. Proximity (kedekatan/jarak): proximity artinya kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya. Kedekatan di sini bisa berarti kedekatan secara psikologis atau fisik. Dekat
12
Vera, Nawiroh, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: Renata Pratama Media2010, hal 17
18
secara fisik adalah peristiwa yang terjadi di sekitar kita akan lebih menarik dibandingkan peristiwa yang terjadi di wilayah lain. Misalnya peristiwa kecelakaan pesawat atau kereta api yang menelan banyak korban jiwa yang terjadi di Indonesia dengan di luar negeri tentu akan lebih menarik perhatian yang terjadi di dalam negeri. Sedangkan kedekatan secara psikologis menjadi daya tarik khalayak karena adanya pertalian etnis, agama yang sama antara khalayak dan obyek berita. Contohnya: berita mengenai TKW (tenaga kerja wanita) asal Indonesia yang dianiaya atau diperkosa di negara lain, walaupun kejadiannya jauh tetapi karena sama-sama orang Indonesia maka peristiwa semacam itu dapat menimbulkan solidaritas kita. Perang yang terjadi di Palestina dapat menimbulkan gejolak juga di Indonesia karena faktor agama yang sama dengan mayoritas penduduk Indonesia. 3. Popularitas: peliputan tentang tokoh, organisasi, tempat dan waktu yang penting dan terkenal selalu menarik perhatian khalayak. Semakin seseorang populer maka ia selalu menjadi bahan berita yang menarik. Apapun yang dilakukan oleh bintang film, penyanyi, presiden, wakil rakyat, atlet, semuanya menarik untuk diberitakan baik yang berkaitan dengan profesinya maupun urasan pribadi. 4. Pertentangan/konflik: hal-hal yang mengungkapkan pertentangan selalu menjadi bahan berita, peristiwa perang, pemilu, konflik perorangan, konflik antar organisasi, dan lain-lain. Konflik memiliki nilai berita yang tinggi karena konflik selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia dan berita
19
merupakan peristiwa tentang kehidupan. Yang perlu menjadi perhatian dalam meliput tentang konflik seorang wartawan tidak boleh memihak, ia harus memberitakan secara berimbang agar khalayak memperoleh informasi yang benar. 5. Komedi/humor:
acara-acara
lawak
sangat
disukai
terutama
untuk
menghilangkan kejenuhan. Setelah beraktivitas seharian khalayak ingin memperoleh hiburan terutama yang dapat menyegarkan suasana, komedi merupakan salah satu acara yang diminati oleh khalayak terutama di media televisi dan radio. 6. Seks dan keindahan: kedua unsur ini bersifat universal dan menarik perhatian khalayak. Tidak heran jika media massa baik cetak maupun elektronik selalu menyelipkan sesuatu yang mengandung unsur seks dan keindahan
tersebut.
Cerita-cerita
romantis,
artis/aktor
seksi
yang
berpenampilan menarik selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dalam media film unsur ini sangat terasa, hampir semua jenis film selalu menyisipkan unsur seks dan keindahan karena merupakan daya tarik utama dalam film. 7. Bencana dan kriminal: hal-hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia seringkali bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak, misalnya: berita bencana alam, pembantaian, kelaparan, dan lain-lain yang menyangkut keselamatan hidup manusia menjadi daya tarik khalayak karena keselamatan merupakan prioritas utama manusia.
20
8. Nostalgia: hal-hal yang mengungkapkan pengalaman masa lalu. Kenangan seseorang baik yang berkesan atau yang tidak menyenangkan di masa lalu biasanya selalu diingat. Acara-acara yang memutar lagu-lagu nostalgia dapat menjadi pelipur bagi khalayak. 9. Human Interest: Menyangkut kehidupan orang lain terutama yang menyentuh perasaan, peristiwa yang membangkitkan emosi manusia seperti sedih, lucu, dramatis, hal-hal yang aneh semuanya menarik jika dilihat dari segi human interest. Kisah dramatis mantan penyanyi atau atlet yang dimasa tua hidupnya serba kekurangan. Kisah manusia terlahir cacat yang dapat meraih prestasi tingkat nasional maupun internasional, semuanya tak kalah menarik dibandingkan berita tentang kesuksesan orang-orang terkenal lainnya. Komunikasi berlangsungnya
merupakan
komunikasi
suatu
memerlukan
proses.
Oleh
beberapa
karena
itu,
komponen/unsur
komunikasi. Komponen / unsur adalah adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu kesatuan atau keseluruhan. Komponenkomponen tersebut, antara lain komunikator, pesan, media, komunikan, efek, dan umpan balik. Proses komunikasi massa adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti, dilakukan melalui saluran/channel yang biasanya dikenal sebagai media printed (proses), media auditif, media visual (gambar atau lukisan) atau media audio visual (televisi dan film).
21
2.1.3
Fungsi-Fungsi Komunikasi Massa
Seperti halnya definisi komunikasi massa, fungsi komunikasi massa pun terdiri dari bermacam pendapat, banyak definisi mengenai fungsi komunikasi massa, beberapa ahli membedakan antara fungsi komunikasi massa bagi masyarakat. Membicarakan fungsi komunikasi massa tidak lepas dari massa karena media massa adalah alat untuk menyampaikan pesan dari komunikasi massa. Di sini akan dijelaskan beberapa fungsi komunikasi massa yang di rangkum dari berbagai pendapat antara lain: Dennis McQuail, Harold D. Lasswell, Charles Robert Wright, Jay Black dan Frederick C, Whitney, Onong Uchjana Effendy, John Vivian, Joseph R. Dominick, dan lain-lain.13
1. Informasi Yang dimaksud fungsi informasi adalah komunikasi massa menyediakan informasi tentang peristiwa yang terdapat di dalam masyarakat,
baik nasional maupun internasional.
Informasi adalah
memberitahukan hal-hal penting yang terjadi di seluruh dunia. Fungsi informasi menyangkut berbagai bidang, semua peristiwa bisa menjadi sumber informasi, dalam media massa bentuknya bermacam-macam seperti , berita; politik, ekonomi, kesehatan, iptek. Iklan juga dapat dikategorikan sebagai informasi. Informasi dapat diketahui melalui berbagai cara, tetapi yang paling efektif melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
13
Ibid. hal 20
22
2. Pendidikan Fungsi mendidik dalam komunikasi massa merupakan fungsi yang dilakukan komunikasi massa dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk berpikir kritis dan memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial-budaya, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pekerti. Dalam menjalankan fungsi ini media massa biasanya mengemas acara dalam bentuk drama, talkshow, artikel, dan lainlain. 3. Hiburan Fungsi menghibur dalam komunikasi massa dimaksudkan bahwa media massa menyajikan program hiburan bagi masyarakat terutana untuk relaksisasi, pengalihan perhatian, dan meredakan ketegangan social. Acaraacara hiburan seperti film, musik, komedi, yang lebih banyak diminati. Di Indonesia fungsi hiburan paling banyak dilakukan oleh media elektronik terutama televisi dan radio, hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia masih menjadikan televisi dan radio sebagai media hiburan untuk seluruh keluarga. Sedangkan media massa cetak seperti majalah dan surat kabar lebih banyak menjalankan fungsi informasi, walaupun ada juga hiburan dalam media cetak tetapi presentasinya lebih kecil. Contoh hiburan dalam media cetak yaitu: cerpen, teka-teki silang, kartun, dan sebagainya.
23
4. Fungsi Meyakinkan a. Mengukuhkan sikap Menjadikan kepercayaan, sikap, nilai, dan opini seseorang semakin kuat. b. Mengubah sikap Mengubah sikap seseorang yang netral agar mengikuti kehendak pihakpihak tertentu melalui tayangan-tayangan atau tulisan-tulisan media massa. c. Menggerakan Dilihat dari sudut pandang pemasang iklan, fungsi terpenting dari media adalah menggerakan para konsumen untuk bertindak (membeli). d. Menawarkan etika atau sistem nilai terentu. Dengan mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku, media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi. Contoh tanpa dipublikasikannya skandal Brunai Gate, Bulog Gate, tidaklah muncul tuntutan masyarakat yang akhirnya menjatuhkan pemerintahan Gus Dur. e. Menganugerahkan Status Seseorang yang namanya sering dimuat di media maka ia menjadi begitu penting dan terkenal. Sebaliknya orang penting yang namanya jarang dimuat di media lambat laun akan hilang dan terlupakan. Lazarsfeld dan Merton mengatakan: “jika anda benar-benar penting, anda akan menjadi pusat perhatian massa, berarti anda memang penting”. Sebaliknya, tentu
24
saja, jika anda tidak mendapat perhatian massa, maka anda tindak penting.” 5. Fungsi membius (Narcotizing) Fungsi ini diperkenalkan pertama kali oleh Paul Lazaefeld dan Robert K. Merton (dalam Nurudin, 2003). Fungsi narcotizing berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa tau penerima terbius kedalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik. Media massa yang tidak dikelola dengan baik yang hanya mengejar keuntungan materiil atau menjadi alat kekuasaan pihak-pihak tertentu, akan menghasilkan produk-produk yang dapat meresahkan masyarakat, seperti “racun” yang sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh masyarakat luas. 6. Menciptakan rasa kebersamaan Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Misal : seorang pemirsa TV yang sedang sendirian, duduk dikamarnya menyasikan televisi sambil menikmati makan malam. Programprogram TV membuat si orang yang kesepian ini merasa menjadi anggota sebuah yang lebih besar.
25
7. Fungsi integrasi dan empati Masyarakat Indonesia yang majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kebudayaannya masing-masing. Dengan banyaknya media massa seperti radio, Tv, Surat kabar, Majalah, dan Film menjadi semakin terbuka peluang-peluang untuk saling mengenal, saling memahami, budaya antar suku bangsa tertentu menilai buruk suku bangsa yang lain, maka lambat laun akan terkikis setelah mereka memahami berbagai hal terutama kebudayaan dari suku bangsa lainnya. 8. Transmisi budaya Komunikasi massa melestarikan dan mewariskan nilai-nilai sosial dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Melalui proses sosialisasi, anggota baru suatu masyarakat dapat belajar peranan orang lain di dalam masyarakat, sekaligus dapat mengerti posisi sosial dan menempatkan dirinya secara tepat didalam pergaulan sosial. Sebagian dari pengalamannya ini tentunya dapat di[eroleh melalui komunikasi massa yang sarat dengan berbagai informasi tentang berbagai peranan dan berbagai kegiatan anggota masyarakat. 9. Surveillence (Pengawasan) Joseph R. Dominick menyatakan pengertian surveillance merujuk kepada pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar kita atau dapat dikatakan media massa
26
sebagai alat untuk memonitor apa yang terjadi disekitar masyarakatnya. Yang dimaksud pengawasan media massa yaitu media menyajikan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan media yang tidak dapat dilakukan masyarakat. (Dominick, 1999). 10. Meningkatkan aktivitas politik Dengan seringnya seseorang mengkonsumsi media massa baik cetak maupun elektronik maka pengetahuannya akan bertambah, tak terkecuali dalam bidang politik, sehingga dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk melakukan aktivitas politik. Juga sebagai sarana sosialisasi politik. Masyarakat dapat belajar tentang seluk beluk politik lewat media massa. Juga aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan politik. Contoh : pada saat menjelang PEMILU media massa berfungsi sebagai sarana pembelajaran kepada masyarakat tentang tata cara memilih, menyoblos atau mengenal kandidat-kandidat yang ikut dalam pemilihan umum tersebut. Melalui media massa ini, masyarakat akan lebih mudah mencari dan mendapatkan informasi. Meski tidak bisa dipungkiri ada juga beberapa hal yang bernilai negative dalam media massa. Namun pada dasarnya dengan media massa, masyarakat dapat mendapatkan pencerahan dari media tersebut.
27
2.1.4
Pesan Komunikasi Massa Sesuai dengan karakteristik komunikasi massa yang bersifat umum,
maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan tergantung kepada penggunaan medianya karena setiap media mempunyai sifat yang berbeda satu sama lainnya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Severin dan Tankard (1992) bahwa komunikasi massa adalah sebagian dari keterampilan (skill), sebagian seni (art) dan sebagian ilmu (science). Tanpa dimensi seni membaca pesan, tidak mungkin media massa baik cetak maupun elektronik dapat memikat perhatian khalayak, yang pada akhirnya pesan tersebut mempunyai tujuan agar dapat mengubah sikap, pandangan dan perilaku komunikan. Beberapa hal penting yang harus ada dalam pesan komunikasi massa yaitu 14: a. Isi pesan; Isi pesan merupakan unsur penting karena dalam isi pesan tersebut berisi ide atau gagasan dari komunikator yang ingin disampaikan pada komunikan. b. Struktur pesan; suatu pola susunan pesan yang pada prinsipnya merupakan rangkaian dari prolog-contain-epilog. Pola dari struktur pesan ditentukan oleh format pesan dan sifat pesan. c. Format pesan; dikategorikan dalam 3 bentuk yaitu, berita, penerangan dan hiburan. Format berita mencakup informasi tentang jawaban dari pertanyaan 5W 1H. Format penerangan masih mencakup 5W 1H namun dengan variasi
14
Ibid. Hal 32
28
penyajian yang beragam dan penjelasan yang mendalam dari permasalahan yang diangkat. Format hiburan mempunyai banyak variasi, menyampaikan informasi yang dikemas sedemikian rupa sehingga berbentuk hiburan yang berpesan (Informative-entertainment). d. Sifat pesan; yaitu informatif, edukatif, eksplanatif, dan hiburan. Sifat pesan sesuai dengan fungsi dan tujuan pada komunikasi massa. e. Bahasa pesan; bervariasi sesuai dengan format pesan, untuk format berita biasanya menggunakan bahasa yang sederhana, formal dan sesuai kaidah yang baku. Untuk format penerangan bahasa lebih ringan dan lebih familiar (bahasa masyarakat) sehingga lebih mudah diterima. Untuk format hiburan digunakan bahasa yang indah sehingga menarik dan memberikan kepuasan batin (kegembiraan). (endang 1993) Pesan komunikasi massa bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin
media
surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, dan film dapat memikat perhatian khalayak, yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan.
2.2
Televisi Sebagai Media Massa Media merupakan alat atau sarana untuk membantu kegiatan manusia. Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti “perantara”, atau “pengantar”. Sedangkan kata massa merupakan
29
serapan Bahasa Inggris yaitu mass, yang artinya massa atau “jumlah besar” (kata benda) dan dapat diartikan sebagai rakyat. Ketika khalayak atau massa yang tersebar tanpa diketahui dimana mereka berada, maka biasanya menggunakan media massa. Bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra
tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik 15.
Televisi merupakan alat yang paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat. Kata televisi berasal dari bahasa Yunani yakni, “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi. Kini sedikitnya terdapat lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan : over the air reception of network and local station program, cable, digital cable, wireless cable, direct broadcast satelite (DBS).16 Media massa televisi memberi informasi kepada khalayak luas dengan segala kecanggihannya. Teknologi audio visual dan etika-etika ditayangkan
oleh
televisi
mampu
menarik
minat
masyarakat
yang untuk
mempercayakan berita di televisi dibanding media lain. Ditambah aktualitas dan 15
Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosda Karya2009, Hal 89 16 Sumarsono, Mengamati Fenomena Citizen Journalism, Vol 5, No.1 Observasi, Bandung: BP21 dan Simbiosa Rekatama Media, 2007 Hal 21
30
faktualitas yang terjaga memenuhi kebutuhan masyarakat informatif di Indonesia. Noelle Neuman mengemukakan 3 faktor penting dalam media massa yang terabaikan pada penelitian terdahulu, yaitu17 : 1. Ubiquity Ubiquity artinya serba ada. Media massa khususnya televisi mampu mendominasi lingkungan informasi dan berada dimana-mana. Karena sifatnya yang serba ada, agak sulit bagi khalayak untuk menghindari pesan media massa. 2. Kumulasi Pesan Pesan-pesan media yang disampaikan media massa bersifat kumulatif. Berbagai pesan yang tadinya sepotong-potong bergabung menjadi satu kesatuan setelah lewat waktu tertentu. Perulangan pesan yang berkali-kali dapat memperkokoh dampak media massa. 3. Keseragaman Wartawan Siaran berita cenderung sama, karena ada keseragaman para wartawan (consonance of journalist). Sehingga dunia yang disajikan pada khalayak juga dunia yang sama. Khalayak akhirnya tak mempunyai alternatif yang lain, sehingga mereka
membentuk persepsinya berdasarkan
informasi yang
diterimanya dari media massa.
17
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya2005, hal: 200
31
2.2.1
Program Televisi Program atau acara televisi adalah faktor yang membuat audience
tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun televisi tersebut. Kata18 “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-Undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian, program memiliki pengertian yang sangat luas. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audien dan pemasang iklan.dengan demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton.
18
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, Jakarta: Kencana 2009, hal 199
32
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusialaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu:19 1. Program informasi (berita) 2. Program hiburan (entertainment) Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (game show), dan pertunjukan. Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya. Menurut VaneGross: the programmers must select the appeal through which the audience will be reached (programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audien). Selain pembagian jenis program berdasarkan skema diatas, 19
Ibid. Hal 208
33
terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi: program berita, dokumenter, atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi. 2.2.2
Jenis-jenis/ Format/ Genre Program Televisi Ada tiga bagian dari format acara televisi yaitu Drama, Non-Drama, dan
Berita Olahraga. Bisa juga dikategorikan menjadi fiksi, Nonfiksi dan News Sport. a. fiksi (drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Fiksi atau drama memiliki tujuh subkategori yaitu : drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi (action), dan sebagainya. b. Non fiksi (Non Drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi dunia khayalan. Non fiksi (non drama) memiliki tujuh sub kategori yaitu : Talk show, Konser musik, Variety show, Game show, Kuis, Repackaging video, dan Magazine show. c. Berita dan Olahraga adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang
34
berlangsung pada masyarakat sehari-hari. Berita dan Olahraga memiliki tiga sub kategori yaitu: Features, Sports, News20. Variety show menurut Naratama (2004) adalah format acara televisi yang mengkombinasikanberbagai format lainnya seperti talks show, magazine show, kuis, game show, music concert, drama dan sit-kom.
2.3
Komodifikasi Media massa khususnya elektronik seperti televisi menjadi penting dalam proses komodifikasi karena menjadi tempat produksi komoditas untuk komoditas yang produktif dan berperan dalam rating dan periklanan. Komoditas adalah sesuatu yang diperdagangkan. Komoditas itu tidak harus berwujud benda nyata. Komoditas dapat berupa barang, jasa, opini, intelektualitas, skill, dan sebagainya. Menurut Graeme Burton (2000 : 23)21 menyatakan komodifikasi adalah sesuatu dimana televisi telah disokong, karena televisi sendiri merupakan cerminan dari masyarakat materialistis. Segala sesuatu bisa dikomodifikasikan oleh industri televisi dalam rangka mendukung dan menjaga eksistensinya. Komodifikasi
menurut
Vincent
Mosco22didefinisika
sebagai
berikut:
“Commodification is the process of transforming things valued for their use into marketable products that are valued for what they can bring in exchange. A
20
Naratama, Menjadi Sutradara TV, Grasindo PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta 2004 Fajar Junaedi, Komodifikasi Budaya dalam Media Massa, Surakarta: Sebelas Maret University Press2005, hal 30 22 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, London: SAGE2009, hal 127 21
35
good example is the process of turning a story that friends enjoy into a film or novel to be sold in the market place”. Komodifikasi ini biasanya menjadi alat utama untuk mengubah relasi sosial menjadi relasi ekonomi. Dengan demikian maka kemudian bisa dikatakan bahwa komodifikasi isi media berarti mengubah pesan menjadi produk yang dapat dipasarkan23. Nilai (value) komoditas tidak tergantung pada manfaatnya tapi pada jumlah jam kerja yang telah digunakan untuk menghasilkannya. Uang kemudian digunakan sebagai ukuran nilai. Akibatnya yang terjadi kemudian media memperlakukan semua hal sebagai komoditas. Tidak hanya cinta, tidak hanya impian, bahkan tubuh, kecantikan, seni, musik dan suara pun telah menjadi “komoditi” (Ibrahim, 2000:149). Ketika produk media telah menjadi komoditas yang diperjualbelikan maka perusahaan media memang menjadi tidak berbeda dengan sebuah industri sepatu yang tidak punya idealisme untuk mengabdi pada kepentingan publik namun hanya berpikir bagaimana memproduksi sepatu yang disukai konsumen dan laku dijual24. Komodifikasi dalam pandangan ekonomi politik vincent Moscow (1996) merupakan salah satu entry point, disamping strukturasi dan spasialisasi (terdapat tiga proses masuk / three entry procceses). Komodifikasi adalah proses mentransformasi nilai guna. Yakni nilai yang didasarkan pada kemampuan memenuhi kebutuhan menjadi nilai tukar (nilai yang didasarkan pasar).
23 24
Fajar junaedi, Op.cit, 177 Fajar Junaedi, Op.cit, 174
36
Komersialisasi dalam industri televisi terjadi melalui komodifikasi isi siaran untuk mendapatkan nilai tukar finansial melalui kegiatan periklanan. Rating menjadi instrumen penting untuk mengukur sampai sejauh mana isi siaran mampu memenuhi kaidah komodifikasi tersebut. Menurut Beville, a rating is the estimated percent of all television house holds, or of all people within a demographic group, in the survey area sample who view a specific program or station (Triputra, 2006: 1-6). Rating ini diperoleh melalui persentase jumlah pemirsa suatu program pada suatu satuan waktu terhadap suatu target audiens tertentu [(audience : universe)x100%]. Share (channel share) adalah persentase jumlah pemirsa suatu program pada suatu satuan waktu di saluran (channel) tertentu terhadap total pemirsa di semua saluran (channel) [channel audience:total audience)x100%] (Effendi, 2006:1-7)25. Salah satu perspektif yang paling menarik dan menantang yang berasal dari penelitian kajian budaya adalah komodifikasi budaya, studi mengenai apa yang terjadi ketika budaya diproduksi secara massal dan didistribusikan dalam kompetisi langsung dengan budaya lokal (Enzensberger, 1974; Hay, 1989; Jhally, 1987). Menurut sudut pandang ini, media adalah industri yang mengkhususkan diri pada produksi dan distribusi komoditas kebudayaan. Sebagaimana halnya industri modern, media berkembang dengan mengorbankan produsen lokal yang kecil, dan dampak dari pertukaran ini telah dan terusmenerus mengganggu kehidupan orang-orang. Menurut para ahli teori
25
Sunarto, Op.cit hal 93
37
komodifikasi budaya, hanya dalam tatanan sosial modern elite penguasa mulai membentuk budaya massa yang subversif yang mampu mengganggu dan merusak budaya hidup sehari-hari. Bentuk-bentuk baru ini berfungsi secara samar, tetapi merupakan pemikiran yang efektif yang menyebabkan orang menyalahartikan pengalaman mereka dan bertindak melawan keinginan pribadi mereka sendiri. Elite penguasa mampu merusak budaya sehari-hari dengan menggunakan strategi yang berbahaya dan pintar. Mereka mengambil bagianbagian dari budaya strategi yang berbahaya dan pintar. Mereka mengambil bagian-bagian dari budaya rakyat, menyatukan untuk menciptakan konten budaya massa yang menarik, dan kemudian memasarkan hasilnya sebagai pengganti terhadap bentuk-bentuk budaya rakyat sehari – hari (Tunstall, 1977). Ahli teori komodifikasi budaya berpendapat bahwa strategi ini telah sukses, terutama di Amerika Serikat yang pengusaha medianya telah relatif mandiri dari institusi politik. Budaya massa mendapatkan popularitas yang stabil, menyemai industri besar yang secara sukses berkompetisi untuk mendapatkan perhatian dan ketertarikan sebagian besar masyarakat Amerika. Hasilnya, dibandingkan dengan apa yang terjadi di Eropa, kritik terhadap budaya massa di Amerika ini dibungkam. Sebagian besar masyarakat Amerika menerima komoditas budaya yang muncul dari New York dan Hollywood sebagai milik mereka sendiri. Akan tetapi, komoditas yang sama juga menyulut kontroversi ketika pengusaha media Amerika memasarkannya ke luar negeri. Kekuatan dari komoditas ini dalam
38
mengubah kehidupan sehari-hari terlihat lebih nyata pada negara-negara dunia ketiga, dan bahkan lebih merusak sifatnya26.
2.4
Kekerasan Verbal Kekerasan bisa didefinisikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan. Dalam kekerasan terkadang unsur dominasi terhadap pihak lain dalam berbagai bentuknya : fisik, verbal, moral, psikologis, atau melalui gambar. Penggunaan kekuatan, manipulasi, fitnah, moral, psikologis, atau melalui gambar. Penggunaan kekuatan, manipulasi, fitnah, pemberitaan yang tidak benar, pengkondisian yang merugikan, kata-kata yang memojokan, dan penghinaan merupakan ungkapan nyata kekerasan. Logika kekerasan merupakan logika kematian karena bisa melukai tubuh, melukai secara psikologis, merugikan dan bisa menjadi ancaman terhadap integritas pribadi. Pemahaman lain tentang kekerasan ditawarkan oleh Francois Chirpasz: kekerasan adalah kekuatan yang sedemikian rupa dan tanpa ada aturan yang memukul atau melukai baik jiwa maupun badan, kekerasan juga mematikan entah dengan memisahkan orang dari kehidupannya atau dengan menghancurkan dasar kehidupannya. Memaluli penderitaan atau kesengsaraan yang di akibatkannya, kekerasan tampak sebagai representasi kejahatan yang diderita manusia, tetapi bisa juga ia lakukan terhadap orang lain. Jadi, kekerasan tidak harus dalam bentuk fisik, tetapi bisa
26
Stanley J. Baran, Teori Komunikasi Massa, Salemba Humanika, hal 413
39
menghancurkan dasar kehidupan seseorang. Sasarannya bisa psikologis seseorang, bisa cara berpikirnya, dan bisa afeksinya. Mengapa kekerasan dalam media tidak selalu memancing reaksi penolakan, tidak senang, muak, dan protes, tetapi kadang bisa memikat27. Kekerasan verbal dalam pengertian sempit, kekerasan dimaknai penyerangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang; atau serangan, penghancuran, perusakan yang sangat keras, kasar, kejam, dan ganas atas milik atau sesuatu dapat secara potensial menjadi milik seseorang. Dalam kepustakaan komunikasi kekerasan verbal (verbal violence) diartikan sebagai bentuk kekerasan yang halus dengan menggunakan kata-kata yang kasar, jorok, menghina dan dilakukan secara lisan. Esensi dari tindakan yang tergolong dalam kekerasan verbal adalah kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan lambang bahasa dan dilakukan secara lisan. 28 Sementara menurut Galtung yang mendefinisikan kekerasan secara lebih luas dengan berpijak pada hak asasi manusia, yakni setiap individu atau pribadi memiliki hak merealisasikan diri dan hak memperkembangkan diri. Kedua hak tersebut tidak dapat dicabut atau dihilangkan siapapun. Kekerasan, kata Galtung terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi dan mental aktualnya berada dibawah realisasi potensialnya. Dengan kata lain, jika potensial lebih tinggi dari pada yang aktual, maka terjadi kekerasan. 27
Harytmoko, Etika Komunikasi : Manipulasi Media, dan Pornografi, Yogyakarta: Kanisius 2007, hal 119121 28 Sugeng Winarno, “Kekerasan Verbal Dalam Acara Komedi di Televisi.” Malang: Universitas Muhammadiyah Malang 2006, hal 17
40
2.5
Semiotika Roland Barthes Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci
dari anaisisnya. Salah satu yang penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Menurutnya sifat asli yang melekat pada tanda juga membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes juga menyebutkan sistem pemaknaan dalam tataran kedua yang dibangun diatas sistem lain yang sudah ada sebelumnya. 29 a. Denotasi Tatanan pertandaan pertama adalah landasan kerja Saussure. Tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda dan petanda di dalam tanda, dan diantara tanda dengan referennya dalam realitas eksternal, oleh Barthes tatanan ini disebut sebagai denotasi. Unsur denotasi dalam sebuah tanda lebih mengacu pada hal-hal material atau dengan kata lain hal-hal yang dapat terindra oleh panca indra manusia. Oleh karena itu harus “dikenali” terlebih dahulu agar dapat dipersepsikan kembali. b. Konotasi Konotasi dalam istilah Barthes digunakan untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua. Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunanya dan nilai kulturalnya. Hal ini terjad tatkala makna bergerak menuju subjektif atau setidaknya intersubjektif dan ini ketika
29
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya2006, hal 68
41
interpretan dipengaruhi sama banyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda. Bagi Barthes, faktor penting dalam konotasi adalah penanda dalam tatanan pertama. c. Mitos Cara selanjutnya dalam tiga cara Barthes mengenai bekerjanya tanda dalam tatanan kedua adalah melalui mitos. Mitos merupakan suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Mitos merupakan suatu sistem komunikasi dan juga suatu pesan. Hal inilah yang memungkinkan audience untuk memahami bahwa mitos tidak mungkin merupakan suatu objek, konsep, atau gagasan, sebab mitos merupakan mode pertandaan suatu bentuk. Semua dapat dinyatakan sebagai mitos apabila hal tersebut disampaikan lewat wacana. Mitos tidak didefinisikan oleh objek pesannya, tetapi oleh caranya menyatakan pesan ini: terdapat batas-batas formal bagi mitos, tidak ada batasan – batasan yang “substansial”. Tidak ada mitos yang abadi karena sejarah manusia yang mengubah realitas menjadi wicara dan wicara tersebut mengatur kehidupan dan kematian bahasa. Mitos merupakan aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Berkaitan dengan pendapat bahwa mitos digunakan untuk “membenarkan” nilai-nilai pada sebuah budaya dan periode tertentu, maka seharusnya mitos bekerja dengan cara membawa serta muatan sejarahnya. Pada tatanan
42
(signifikasi) tahap kedua berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Barthes menggunakan mitos sebagai seorang yang percaya, dalam artiannya yang orisinil. Mitos adalah cerita yang digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Perspektif Barthes tentang mitos inilah yang membuka ranah baru dunia semiology, yaitu penggalian lebih jauh dari penanda untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat. Setiap turunan dalam bentuk tertulis atau sekedar representasi, verbal atau visual, secara potensial dapat menjadi mitos.30 Artinya, bukan hanya suatu hal yang tertulis yang dapat menjadi mitos, tetapi mitos juga bisa muncul dari sebuah film, petunjuk, atau dalam makanan sekalipun. d. Ideologi Ideologi adalah sistem ide-ide yang digunakan dalam komunikasi. Secara positif, ideologi dipersepsikan sebagai suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka. Secara negatif, ideologi dilihat sebagai kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial. Ideologi berada pada perpotongan antara prinsip atau tujuan filosofis, pilihan dan keyakinan individual, serta nilai-nilai umum dan khusus. Perpotongan ini ditafsirkan dalam gambar berikut:
30
Ibid, hal 42
43
Gambar 3.1 Dimensi Ideologi Kepentingan
Nilai
Pilihan
Sumber: David E. Apter. 1996. Pengantar analisis politik. Jakarta: LP3ES, hal 236
Nilai, kepentingan dan pilihan jelang saling bertumpang tindih. Ideologi menurut Apter, merupakan atribut-atribut ini : kadang-kadang koheren dan kadang-kadang tidak. Pilihan dapat diubah menjadi kepentingan dan kepentingan menjadi nilai atau pilihan dapat ditingkatkan kepada status nilai untuk mencapai kepentingan. Terdapat tiga dimensi yang dapat dipakai untuk melihat dan mengukur kualitas suatu ideologi (Alfian, 1995:93), yakni: (1) kemampuannya mencerminkan realitas yang hidup dalam masyarakat, (2) mutu idealisme yang dikandungnya dan (3) sifat fleksibelitas yang dimilikinya. Dimensi pertama ideologi merupakan pencerminan realita yang hidup dalam masyarakat dimana muncul pertama kalinya, paling tidak pada saatsaat kelahiranya itu. Artinya, ideologi itu ialah gambaran tentang sejauh mana sesuatu masyarakat berhasil memahaminya sendiri. Dimensi kedua
44
dari ideologi adalah lukisan tentang kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan yang ada dalam masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun suatu masa depan yang cerah. Dimensi ketiga dari ideologi erat kaitannya dengan kedua dimensi tadi, yakni mencerminkan kemampuan sesuatu ideologi dalam mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perkembangan masyarakat. Mempengaruhi disini berarti masyarakat berhasil menemukan interpretasi baru terhadap nilai-nilai dasar atau pokok dari ideologi itu sesuai dengan realita baru yang muncul dari mereka hadapi.31
31
Sobur, Op.cit hal 221