BAB I PENDAHULUAN
1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) (Cara Westergern) Untuk uji tidak spesifik sebagai uji penyaring untuk peradangan (inflamasi) dan memantau perjalanan penyakit. C. Penetapan Kadar Hemoglobin (Cara Sahli) D. Penentuan Kadar Hemotokrit (Cara Kapiler)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pungsi Darah Vena (Flebotomi) A. Darah Kapiler Untuk mengambil darah kapiler pada orang dewasa pakailah ujung jari atau daun telinga, sedangkan pada bayi atau anak kecil diambil pada tumit dan ibu jari kaki. Tempat yang dipilih tidak boleh pada tempat yang memperlihatkan adanya gangguan peredaran darah seperti cynosus atau pucat. B. Darah Vena Pada dewasa biasanya dipakai salah satu vena pada fossa cubiti, sedangkan pada bayi biasanya dipakai vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior. 2.2Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) (Cara Westergern) Laju Endap Darah (LED) merupakan kecepatan mengendapnya eritrosit dalam plasmanya. Cara yang dianjurkan dalam pemeriksaan LED adalah cara westergern. Pemeriksaan ini merupakan uji tidak spesifik sebagai uji penyaring untuk peradangan (inflamasi) dan memantau perjalanan penyakit. Namun, hasil normal tidak dapat menyingkirkan adanya penyakit. Pada keadaan normal eritrosit bermuatan negative dan tetap terpisah satu sama lain. Densitas eritrosit 6-7% lebih tinggi daripada plasma. Oleh karena eritrosit mengendap karena gravitasi. Pada keadaan tertentu, keadaan negative eritrosit berubah dan membentuk rouleaux yang meningkatkan kecepatan pengendapan. Terdapat 3 fase dalam pemeriksaan LED. Fase pertama adalah terjadinya rouleaux, membentuk agregrat, kemudian agregrat mengendap dan akhirnya memadat di dasar pipet. Kecepatan LED dipengaruhi oleh banyak factor antara lain anemia, makrosit, hiperfibrinogenemia, hiperglobulinemia, CRP tinggi, hipoalbuminemia, posisi pipet yang miring, adaya getaran/getaran rak. Sedangkan hal-hal yang menurunkan LED yaitu polisitemia, anisitosis, poikilositosis, sel sabit, sferosit, anemia difesiensi besi, dan obat-obatan NSAID. Nilai tinggi LED menunjukkan adanya peradangan atau kerusakan sel. 2.3Penetapan Kadar Hemoglobin (Cara Sahli)
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang paling sederhana adalah cara sahli. Metode ini mudah dimana saja, namun cara ini bukanlah cara yang diteliti sehingga sering memberikan hasil yang kurang tepat. Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu. Kenyatannya hemati asam bukan merupakan larutan sejati dann alat itu tidak dapat distandarkan serta tidak ada pembakuan warna. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua hemoglobin diubah menjadi hematin asam seperti beberapa jenis hemoglobin, seperti karboksihemoglobin, methemoglobin, dan sulfhemoglobin. Oleh karena itu sebenarnya cara ini tidak dianjurkan lagi, namun cara ini masih banyak dipakai dilaboratorium-laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimeter. 2.4Pemeriksaan Kadar Hemotokrit Nilai hemotokrit ialah volume eritrosit dalam 100mL darah utuh yang dinyatakan dalam % (volume eritrosit dalam 100mL darah utuh). Nilai hemotokrit atau packed cell volume ini dipergunakan untuk diagnosis dan memantau anemia, polisitemia, heokonsentrasi, dan menghitung nilai eritrosit tetera.
BAB III METODE KERJA PRAKTIKUM 3.1Pungsi Darah Vena (Flebotomi) A. Bahan Darah vena yang diambil dari salah satu fossa cubiti. B. Alat 1. Seperangkat spet. 2. Alkohol swab / Alkohol 70% 3. Sarung tangan 4. Tabung tempat darah vena C. Cara Kerja 1. Bersihkan area yang akan diambil darah dengan menggunakan alkohol 70% dan biarkan sampai kering 2. Jika memakai fossa cubiti pasanglah karet pembendung pada lengan atas dan tangan pasien disuruh mengepal. 3. Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit sampai jarum masuk ke dalam lumen vena, isaplah darah dengan perlahan kedelam semprit dalam jumlah darah yang dikehendaki didapat 4. Lepaskan pembendungan dan letakkan kapas diatas jarum sambil mencabut jarum perlahan-lahan 5. Mintalah pasien menekan tempat tusukan dengan menggunakan kapas tadi beberapa menit 6. Tusukan jarum dan semprit ke tabung penampung darah sehingga darah mengalir ke dalam tabung melalui dinding sampai berhenti sendiri 7. Setelah darah berhenti mengalir, cabut jarum dan semprit tersebut lalu buanglah ke tempat khusus alat-alat infeksius 3.2Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) (Cara Westergern) A. Bahan Darah dengan antikoagulan K3EDTA atau Na2EDTA yang dicampur dengan Natrium Sitrat 0,109 M atau larutan Nacl 0,9% dengan perbandingan 4:1. B. Alat 1. Pipet Westergern. 2. Rak pipet Westergern. C. Cara Kerja 1. Campurlah darah vena dengan anti koagulan K3EDTA/Na2EDTA dalam tabung penampung agar merata (homogen) 2. Isaplah 0,4 ml larutan Natrium Sitrat 0,109 M atau NaCl 0,9 % dalam suatu reaksi
3. Isaplah 1,6 ml darah vena ke dalam tabung reaksi sehingga didapatkan campuran 4. Isaplah campuran tersebut dengan menggunakan pipet westergen sampai garis bertanda 0 mm, kemudidan biarkan pipet itu dalam tegak lurus dalam rak westergen selama 60 menit 5. Biarkan dalam suhu kamar (18-25˚C). Jauhkan dari cahaya matahari dan getaran 6. Setelah tepat 60 menit (1 jam) bacalah hasilnya yaitu letak garis batas permukaan atas eritrosit dengan plasma 3.3Penetapan Kadar Hemoglobin (Cara Sahli) A. Bahan Darah dengan antikoagulan K3EDTA atau Na3EDTA. B. Alat 1. Raegen HCl 0,1N. 2. Aquadest. 3. Alat Hemoglobinometer (hemometer) Sahli. 4. Tabung pengencer Sahli. 5. Pipet Sahli 20uL. 6. Batang gelas pengaduk. 7. Pipet tetes. C. Cara Kerja 1. Campurlah K3EDTA atau Na3EDTA dalam tabung penampung (homogen) 2. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N kedalam tabung Sahli 3. Isaplah darah K3EDTA atau Na2EDTA menggunakan pipet sahli sampai garis 20 µl, apus kelebihan darah di luar pipet dengan tissue 4. Keluarkan darah dengan hati-hati ke dalam reagen HCl dalam tabung pengencer sahli. Bilas isi pipet dengan cara mengisap reagen dan mengeluarkannya beberapa kali. Hati-hati jangan sampai terbentuk gelembung udara 5. Campurlah isi tabung supaya darah dan asam bersenyawa, segara terbentuk warna coklat. Catat waktu saat darah pertama bercampur dengan HCl 6. Tambahkan aquadest setetes demi setetes sambil diaduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai warna campuran menjadi sama dengan warna standard pada alat hemmeter sahli. Sebaiknya kesetaraan warna tersebut dicapai
dalam 3 – 5 menit dari saat darah bercampur pertama kali dengan HCl 7. Baca kadar hemogoblin (Hb) sesuai permukaan cairan campuran darah-reagen aquadest
3.4Pemeriksaan Kadar Hemotokrit (Cara Kapiler) A. Bahan Darah dengan antikoagulan K3EDTA atau Na3EDTA. B. Alat 1. Pipa kapiler (tabung mikrokapiler) dengan panjang 75 mm dan diameter dalamnya 1,2-1,5mm. 2. Mikrosentrifuge dengan kecepatan 16.000 putaran permenit. 3. Bahan penutup pipa kapiler (malam) 4. Grafik mikrohematokrit. C. Cara Kerja 1. Campurlah darah K3EDTA atau Na2EDTA dalam tabung penampung agar homogen 2. Isikan darah pada pipe kapiler (mikrokapiler) sebanyak 2/3 panjang pipa 3. Sumbatlah salah satu ujung pipa dengan menggunakan bahan penutup, dapat digunakan lilin untuk menutup pipa 4. Letakkan pipa kapiler ke dalam mikrosentrifuge dengan kecepatan 16.000 putaran permenit dan dipusingkan selama 3-5 menit. Bagian ujung pipa kapiler yang tersumbat menghadap keluar 5. Setelah dipusingkan, bacalah hasil dengan teliti dengan menggunakan alat baca skala (grafik mikrohematokrit). Nilai hematokrit sesuai panjang kolom eritrosit dengan panjang kolom farah pada garis 100 6. Jika nilai hematokrit diatas 50% maka pipa kapiler harus dipusingkan lagi selama 3-5 menit untuk meyakinkan bahwa pemusingan telah cukup dan mencapai keadaan sebenarnya.