18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Par. 7 (IAI 2009) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Menurut Kieso et al. (2007) mengatakan: financial statement are the principal means through which financial information is communicated to the outside an enterprise.These statements provide the firm’s history quantified in the money terms. Jadi,
laporan
keuangan
diartikan
sebagai
alat
utama
untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan tersebut menunjukkan gambaran perusahaan dalam satuan moneter. 2.2 Signalling Theory Teori ini menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan baik. Sinyal yang baik akan direspon dengan baik oleh pihak lain. Menurut Zainudin dan Hartono (1999) informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
19
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Menurut Sharpe et al. (1997) pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2003) pasar modal efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Sehubungan dengan informasi akuntansi, seseorang tidak bisa mengharapkan pasar bereaksi kecuali jika informasi tersebut berguna. Informasi yang berguna dalam konteks ini adalah informasi yang relevan dan dapat dipercaya bagi pihak yang berkepentingan. 18 (2003) untuk menjalankan perusahaan, Menurut Husnan dan Pudjiastuti
manajer memerlukan pihak-pihak di luar manajemen perusahaan. Pihak tersebut antara lain investor, kreditur, pemasok, hingga pelanggan. Investor hanya akan menanamkan modal jika mereka menilai perusahaan mampu memberikan nilai tambah atas modal, lebih besar dibandingkan jika mereka menanamkannya di tempat lain. Untuk itu, perhatian mereka akan diarahkan pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Kreditur di pihak lain, lebih tertarik pada kemampuan perusahaan dalam melunasi pinjaman yang mereka berikan. Pemasok dan pelanggan cenderung lebih memperhatikan kelancaran arus masuk dan keluar barang. Semua informasi tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang
20
diterbitkan perusahaan. Respon pasar terhadap perusahaan dengan demikian sangat tergantung pada sinyal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dari hal tersebut jelas bahwa adanya pengukuran kinerja merupakan hal yang krusial dalam hubungan antara perusahaan dengan stakeholders perusahaan. Diharapkan dengan adanya penilaian kinerja dengan EVA dan MVA dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik.
2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja merupakan hal yang sangat penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dananya. Dengan diketahuinya kinerja keuangan dapat bermanfaat bagi seorang manajer dalam membuat dan mengambil keputusan keuangan yang lebih tepat untuk meningkatkan kondisi perusahaan. Bagi investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut memenuhi harapan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Siegel dan Macroni dalam Mulyadi (2001:415) bahwa: “Pengertian dari penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagia organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Selanjutnya Habib (2008:91) mengatakan: “Suatu hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai akivitas yang dilakukan dalam menggunakan sumber keuangan yang tersedia dan dapat dilihat dari laporan keuangan dan analisis rasio keuangan.” Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan kinerja keuangan merupakan hasil pencapaian perusahaan atas aktivitas yang dilakukan dan ukuran efektifitas serta efisiensi bagi organisasi, terutama bagaimana manajemen dalam mengelola sumber dana yang ada untuk mencapai tujuan. Dan penilaian kinerja merupakan
21
efektifitas operasional berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan tersebut.
2.4 Kaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Salah satu cara untuk mengukur kinerja perusahaaan berdasarkan data keuangan adalah dengan menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan nilai (value based). Pengukuran tersebut dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam modal, rencana pembiayaan, sarana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat pula sebagai dasar penentuan insentif bagi karyawan. Dengan pengukuran berdasarkan nilai ini, manajemen perusahaan dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan Harjono (2010). Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai yang relevan adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) karena EVA mengukur nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari strategi dan aktivitas perusahaan. Dengan analisis EVA, pemilik perusahaan akan memberikan suatu imbalan kepada aktivitas yang memberikan nilai tambah serta mengurangi atau bahkan membuang aktivitas yang mengurangi nilai tambah perusahaan. EVA atau nilai tambah ekonomis adalah suatu system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Definisi EVA berhubungan dengan MVA, Dalam hal ini MVA setara dengan nilai pasar perusahaan dikurangi book capital yang digunakan untuk menjalankan bisnis. Market Value Added (MVA) merupakan pengukuran kinerja perusahaan dalam penciptaan kekayaan bagi penyandang dana. Sehingga pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai yang relevan adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Harjono (2010).
22
2.5 Economic Value Added (EVA) 2.5.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan suatu konsep yang dikemukakan oleh G. Bennet Stewart pada tahun 1990. Konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu
dibandingkan
dengan
perusahaan
sejenis
atau
membuat
analisa
kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Definisi EVA secara sederhana menurut Gallagher dan Andrew (2003;108) sebagai berikut : “EVA is a measure of the amount of profit remaining after accounting for the return expected by the firm’s investors “. Untuk menentukan besarnya EVA dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : EVA = NOPAT- (WACC x Invested Capital ) Dimana : NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) WACC = Biaya ekuitas rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) Invested Capital = Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan nonoperasional perusahaan. Dengan demikian Economic Value Added (EVA) merupakan laba operasi setelah pajak yang dikurangi dengan total biaya dari struktur modal yang dipakai perusahaan. Konsep biaya modal (cost of capital) merupakan konsep yang sangat penting dalam pendekatan ini, karena EVA itu sendiri berangkat dari perhitungan cost of capital ini. Cost of capital suatu perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat pengembalian yang harus diperoleh dalam rangka memenuhi gabungan rate of return yang diharapkan investor perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil yang harus ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber. Dengan dimasukannya unsur biaya modal di dalam perhitungan kinerja keuangan perusahaan, pendekatan
23
EVA tidak hanya melihat tingkat pengembalian, tetapi secara eksplisit juga mempertimbangkan tingkat risiko perusahaan. Semakin tinggi tingkat risiko, semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan. Konsep Economic Value Added (EVA) ini juga menjelaskan tiga ukuran yang dapat digunakan dalam menilai kinerja suatu perusahaan, yaitu : (Gallagher 2003:109) 1. Nilai EVA > 0 (+ Positif) = Perusahaan telah menciptakan nilai tambah bagi perusahaan 2. Nilai EVA = 0 = Perusahaan pada kondisi BEP karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor. 3. Nilai EVA < 0 (- Negative) = Tidak terjadi proses nilai tambah yang mengakibatkan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan para investor. Penjelasannya adalah jika EVA positif (> 0), menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih besar daripada biaya modalnya atau terdapat nilai ekonomis ke dalam perusahan selama operasionalnya. Jika EVA = 0, artinya perusahaan impas karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor baik itu kreditur maupun pemegang saham. Jika EVA negatif (< 0), menunjukkan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari tingkat pengembalian yang dituntut investor atau kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan investor, maka perusahaan tidak membuat nilai tambah karena laba yang tersedia tidak dapat memenuhi harapan penyedia dana terutama pemegang saham. Selain itu EVA membantu manajer dalam pengambilan keputusan yaitu untuk memaksimalkan kekayaan shareholder dan nilai suatu perusahaan tergantung dari profit yang akan datang, apakah melebihi atau berada pada batas minimum rate of return yang diharapkan oleh investor. Hal ini karena metode EVA merupakan metode penciptaan nilai (value creation) bagi para shareholders. Dengan kata lain kenaikan EVA akan membawa pada kenaikan market value
24
perusahaan, dimana ketika EVA bertambah berarti perusahaan mampu menghasilkan laba, dan dapat menciptakan nilai tambah bagi shareholdersnya. Menurut Tandelilin (2001 :195) hubungan antara Economic Value Added (EVA) dan harga saham, sebagai berikut : “EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Asumsinya adalah jika kinerja manajemen baik atau efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan) maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan”.
2.5.2 Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Net Operating Profit After Tax merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset financial. Sedangkan menurut Gitman (2006:111), sebagai berikut : “NOPAT is a firm’s earnings before interest and after taxes” Artinya, NOPAT adalah pendapatan perusahaan sebelum bunga dan sesudah pajak. Menurut Sartono (2001:100) NOPAT dapat dihitung dengan rumus : NOPAT = EBIT (1-Tax) Dimana : NOPAT
= Net Operating Profit After Tax
EBIT
= Earning Before Interest and Taxes
Tax
= Pajak
2.5.3 Weighted Average Cost of Capital (WACC) Weighted Average Cost of Capital adalah metode biaya rata-rata tertimbang dari struktur permodalan perusahaan. Dari laporan neraca dapat diketahui financial leverage yaitu sumber dana permodalan perusahaan yang diperoleh dari
25
dua macam sumber yaitu dari hutang (debt) dan dari modal sendiri (equity). adapun nilai WACC dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Pradhono dan Christiawan, 2004) : WACC = (Wd x Kd ) + (We x Ke ) Dimana : Wd
= Bobot utang jangka panjang dalam struktur modal
Kd
= Biaya utang setelah pajak [ Kd = kb (1 – t) ] (Keown dkk , 2005; 418) Kb =
x 100% (Brigham, 2006; 408)
We
= Bobot ekuitas dalam struktur modal
Ke
= Biaya modal ekuitas [ Ke =
x 100% (Handoko, 2008)
2.5.4 Invested Capital Young dan O’Byrne (2001:39) Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah ekuitas pemegang saham ditambah dengan utang jangka pendek seluruh utang jangka panjang. Jadi invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan nonoperasional perusahaan. Invested capital dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 2001;15): Invested capital = Jumlah utang dan ekuitas – utang jangka pendek.
2.5.5 Kelebihan dan Kekurangan EVA EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau aktivitas manajamen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan system pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Salah satu kelebihan EVA sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation).
26
Adapun kelebihan EVA menurut Young dan O’Byrne (2001) yaitu : 1. EVA mengukur seluruh biaya modal. 2. Salah satu kebaikan EVA adalah targetnya dapat dialihkan kepada divisi dan departemen. 3. EVA menghubungkan dengan bonus manajemen menambah perasaan terdesak yang dibutuhkan manajer untuk mengimplementasikan proyek secepat mungkin sehingga perusahaan dapat merealisasikan nilai seperti yang dijanjikan proyek-proyek tersebut. 4. Keunggulan dari pendekatan ini yaitu mesin pelaporan keuangan yang dibutuhkan sudah tepat pada tempatnya. 5. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktor modal. Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisisen untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Disamping kelebihan yang dimiliki, EVA juga mempunyai kelemahankelemahan seperti yang dikemukakan oleh Chandra dkk (2011) sebagai berikut : 1. EVA dikritik untuk menjadi sebuah pengukuran kinerja jangka pendek. Beberapa perusahaan menyimpulkan bahwa EVA tidak cocok untuk mereka karena fokus mereka adalah investasi jangka panjang. Sebuah contoh yang ditawarkan oleh perusahaan Amerika GATX (Glasser, 1996), yang menyewakan peralatan transportasi dan cukup membuat investasi jangka panjang. 2. Pengembalian yang sebenarnya atas EVA yang sebenarnya dari investasi jangka panjang tidak bisa diukur secara objektif karena pengembalian di masa yang akan datang tidak bisa diukur, mereka hanya bisa meramalkannya secara subjektif. 3. EVA mungkin tidak cocok untuk mengukur kinerja-kinerja utama untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki investasi yang sangat besar di saat
27
ini dan berharap arus kas positif hanya di beberapa waktu di masa yang akan datang. 4. EVA yang berkala gagal meramalkan nilai tambah pada pemegang saham, karena inflasi dan faktor lain. 5. EVA menyebabkan kesalahan perhitungan, sebuah perusahaan mungkin memiliki banyak aset-aset baru yang tidak disusutkan dalam neracanya dan mungkin menunjukan EVA yang negative bahkan jika bisnis mungkin cukup menguntungkan di masa yang akan datang. 6. Rasio keuangan tradisional secara umum digunakan untuk meramalkan kebangkrutan. itu diobservasi bahwa EVA tidak memiliki nilai Incremental dalam meramalkan.
2.6 Market Value Added (MVA) 2.6.1 Konsep Market Value Added (MVA ) Metode Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. Dengan sasaran dapat menguntungkan pemegang saham dan juga dapat membantu untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi. Stewar mengemukakan ukuran kinerja financial yaitu EVA dan MVA sebagai ukuran yang tepat untuk mengukur apakah shareholder wealth telah berhasil diciptakan atau belum, jika total market value dari perusahaan telah melebihi jumlah modal yang diinvestasikan didalamnya maka perusahaan telah berhasil menciptakan shareholder value dan sebaliknya, lebih jauh lagi MVA memiliki gambaran kinerja dimasa lampau maupun prospeknya dimasa yang akan datang. MVA dapat didefinisikan (Steward, 1999) ; “Market value added id difference between the market value of company and the sum capital have invested in it over the year.” Lebih mendalam Stewart mendefinisikan MVA sebagai berikut : “Market value is the approximation of company’s market value of total obligation and capital’s capitalization in order to estimate this market
28
value, book value from total obligation added to actual market value from share value.” Nilai pasar (market value) adalah pendekatan dari nilai total pasar hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Untuk mengestimasi nilai pasar ini, nilai buku dari hutang kewajiban jangka panjang lain ditambah ke nilai tambah aktual dari modal saham karena informasi harga pasar tidak tersedia secara teratur. Market Value Added mengukur selisih antara nilai pasar dari perusahaan (hutang dan modal) dan sejumlah modal yang diinvestasikan. Secara sekilas, MVA sama dengan nilai Present Value dari EVA yang diharapkan dimasa yang akan datang. Perusahaan menjual diatas harga modal memiliki nilai MVA yang positif, sedangkan mereka yang menjual dibawah harga modal memiliki nilai MVA yang negative. Kemudian menurut Brigham & Houston (2006) MVA merupakan : “MVA is simply the difference between the market value of a firm’s equity and the book value as shown on the balance sheet, with market value found by multiplying the stock price by the number of shares outstanding. If EVA is positive, then after-tax operating income exceeds the cost of the capital needed to produce that income, and management’s actions are adding value for stockholders . Positive EVA on a yearly basis will help ensure that MVA is also positive, Note that whereas MVA applies to the entire firm”. Berarti bahwa MVA secara jelas selisih antara nilai pasar atas sebuah modal perusahaan dan nilai buku ditunjukan pada neraca, dengan nilai pasar yang ditemukan dengan mengalikan nilai saham dengan sejumlah harga saham yang dibagikan. Sedangkan menurut Tunggal (2008), bahwa MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang diciptakan atau dihilangkan perusahaan. MVA juga menunjukan berapa besar kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan perusahaan bagi pemegang saham, apabila perusahaan menjual sahamnya pada saat itu.
29
2.6.2 Perhitungan Market Value Added (MVA) Cara menghitung Market Value Added (MVA), pertama menjumlahkan semua modal yang ditanamkan dalam perusahaan, yaitu diinvestasikan oleh pemegang saham, pinjaman bank dan pinjaman dari penjualan obligasi, serta laba ditahan. Kemudian dianalisis bagaimana pasar mengevaluasi perusahaan dengan cara memeriksa nilai pasar yang beredar dan menambahkan hutang-hutang perusahaan. Jika nilai perusahaan lebih besar darpada modal maka perusahaan memiliki nilai MVA postif, artinya para manajer telah melakukan tugas utama mereka yaitu menciptakan kekayaan, jika MVA negative berarti manajer memusnahkan nilai. Secara umum MVA dapat dihitung dengan rumus (Brigham, 2006;68) : MVA
= Market Value of Equity – Total Ekuitas Saham
Market value of equity atau nilai pasar ekuitas adalah pendekatan dari nilai pasar, total hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Karena harga pasar ekuitas ini tidak tersedia secara lengkap dalam laporan keuangan perusahaan, maka dapat dihitung dengan : MVA= (Harga per lembar saham x jumlah saham) - total ekuitas saham Jumlah saham yang dimaksud adalah jumlah saham yang disetor dan ditempatkan (outstanding share) dan harga perlembar saham adalah harga penutupan (closing price) dibursa. Namun untuk mendapatkan nilai MVA yang akurat maka masing-masing komponenya disesuaikan terlebih dahulu, berikut komponen-komponen yang berkaitan didalamnya. Market Value merupakan pendekatan Fair Market Value akan seluruh kapitalisasi debt dan equity perusahaan. Dalam menghitung nilai MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu (Young dan O’Byrne, 2001:27) :
30
1. MVA Positif, jika nilai tersebut menunjukan bahwa manajemen perusahaan berhasil memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan. 2. MVA Negative, jika nilai tersebut menunjukan kinerja yang buruk dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam mamaksimalkan kekayaan pemegang saham.
2.6.3 Kekurangan Market Value Added (MVA) MVA memiliki beberapa kekurangan, yaitu (Napitupuluh, 2008;31) : a. MVA tidak memperhitungkan opportunity cost dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. b. MVA tidak memperhitungkan intern cash return yang diberikan pada pemegang saham. c. MVA tidak dihitung pada tingkat divisional (unit bisnis) dan tidak dapat dipergunakan untuk perusahaan yang tidak memperjual belikan sahamnya secara publik. 2.7 Perbedaan Antara EVA dan MVA Terdapat perbedaan antara EVA dan MVA, menurut (Brigham & Houston, 2006:70) yaitu : 1. EVA menunjukan adanya nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan. 2. EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit lain dari sebuah perusahaan besar sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan.
2.8 Return saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain
31
yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2002:303) sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya, sedangkan menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asetaset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi, saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Hartono, 2000: 107). Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Konsep return atau kembalian (Ang 1997:97) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Return saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis (Jogiyanto 2000), yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai
32
dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return saham atau tingkat pengembalian saham yang dimaksud dalam definisi diatas adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham ditambah dengan perubahan harga pasar saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi. Jadi return saham ini salah satunya dapat berasal dari perhitungan perubahan harga pasar saham (capital gain/loss). Sedangkan menurut Adjie (2003:178) : return saham adalah keuntungan yang diterima dari investasi saham selama periode pengamatan yang secara matematis diperoleh dengan rumus : Rit = Dimana : Rit = return dari share untuk perusahaan ke-i Pit = closing price share ke-t untuk perusahaan ke-i Pit-1 = closing price share ke-t-1 untuk perusahaan ke-i Return memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan yang diharapkan disediakan oleh berbagai saham pada berbagai tingkatan pengembalian yang diinginkan, sehingga return memiliki peran yang sangat signifikan di dalam menentukan nilai sebuah saham.
2.9 Kajian Penelitian yang Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti harga saham diantaranya oleh Dewanto (2006) yang berjudul “Analisis pengaruh EVA, MVA, residual income, dan cash flow operation terhadap imbal hasil saham sektor pertambangan di BEJ periode 1995-2004” dengan metode yang digunakan untuk melihat kontribusi pengaruh masing-masing variabel diatas terhadap Imbal Hasil Saham
33
digunakan analisis regresi linier sederhana (uji t) dan untuk mengetahui pengaruh kesemua variabel secara simultan terhadap Imbal Hasil Saham digunakan analisis regresi berganda (uji F). Dari hasil uji t terhadap saham sektor pertambangan periode 1995-2004 disimpulkan bahwa secara parsial dihasilkan EVA, MVA, residual income, dan cash flow operation tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham dan mempunyai hubungan positif terhadap imbal hasil saham. Sedangkan dari hasil uji F secara simultan dihasilkan EVA, MVA, residual income, dan cash flow operation bersama-sama signifikan tidak mempengaruhi Imbal Hasil Saham, sehingga keempat variabel tersebut bukanlah faktor utama yang menentukan Imbal Hasil Saham. Penelitian lain dalam tesis yang dilakukan oleh Subekti Puji Astuti (2006) menyimpulkan bahwa kinerja keuangan alternatif yang tercermin melalui EVA dan MVA mempunyai pengaruh yang lemah. Sedangkan yang ditemukan oleh Raden Tinneke (2007) menemukan bahwa EVA berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap return saham. Diperoleh oleh Erliyani (2008) EVA, MVA, dan REVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di LQ45, dan secara simultan EVA dan REVA berpengaruh terhadap return saham. Juga secara simultan EVA, MVA, dan REVA berpengaruh terhadap return saham. Penelitian-penelitian dalam jurnal dilakukan oleh Harjono Sunardi (2010) mendapatkan secara parsial ROI dan EVA tidak mempengaruhi return saham dan secara simultan ROI dan EVA tidak mempengaruhi return saham. Kemudian Ida Bagus Putu Wira Putra (2013) menghasilkan bahwa secara simultan EVA, MVA, ROA, dan ROE tidak mempengaruhi return saham, secara parsial MVA berpengaruh positif signifikan. Adapun Lilik Sri Hariani (2010) menghasilkan kesimpulan secara simultan ROA, ROE , EPS, dan EVA mempengaruhi secara sigifikan terhadap return saham dan secara parsial EVA berpengaruh negatif signifikan. Penelitian terbaru dilakukan oleh Singgih Ariyo P. dan Ismani (2013) yang menyimpulkan bahwa secara simultan EVA, MVA, dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, secara parsial EVA
34
berpengaruh positif signifikan dan secara parsial MVA berpengaruh positif signifikan. Penelitian-penelitian tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti
Jurnal
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Harjono Jurnal Sunardi Akuntansi. (2010) Vol.2 No.1 Mei 2010,P.7092
Pengaruh Penilaian Kinerja Dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ45
- Secara Parsial ROI dan EVA tidak mempengaruhi Return saham - Secara Simultan ROI dan EVA tidak mempengaruhi Return saham
2.
Ida Bagus Putu Wira Putra (2013)
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol.02,No. 08,2013
- Secara Simultan EVA, MVA, ROA, dan ROE tidak mempengaruhi Return saham - Secara Parsial MVA berpengaruh positif signifikan
3.
Lilik Sri Hariani (2010)
Jurnal ekonomi Modernisas i. Vol.6,No.1, Februari 2010
Pengaruh EVA, MVA, ROA, dan ROE terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Analisis pengaruh EVA dan Rasio Keuangan terhadap Return Saham Syariah
4.
Singgih Ariyo P dan Ismani (2013)
Jurnal Profita: Kajian Ilmu Akuntansi, Vol.1,No.2, Mei 2013
Pengaruh EVA, MVA, dan ROA terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman di BEI
Sumber : Data Diolah Sendiri
- Secara Simultan ROA, ROE , EPS, dan EVA mempengaruhi secara sigifikan terhadap Return saham - Secara Parsial EVA berpengaruh negatif signifikan - Secara Simultan EVA, MVA, dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham - Secara Parsial EVA berpengaruh positif signifikan - Secara Parsial MVA berpengaruh positif signifikan
35
2.10 Hubungan Economic Value Added terhadap Return saham Penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh EVA terhadap return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang telah disebutkan dalam poin kajian penelitian terdahulu, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Subekti Puji Astuti (2006) menyimpulkan bahwa kinerja keuangan alternatif yang tercermin melalui EVA dan MVA mempunyai pengaruh walaupun lemah. Kemudian Raden Tinneke (2007) menemukan bahwa EVA berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan Erliyani (2008) EVA, MVA, dan REVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di LQ45, dan secara simultan EVA dan REVA berpengaruh terhadap return saham. Juga secara simultan EVA, MVA, dan REVA berpengaruh terhadap return saham. Artinya, hasil dari ketiga tesis diatas menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara EVA dengan return saham. Penelitian dalam jurnal oleh Lilik Sri Hariani (2010) menghasilkan kesimpulan secara simultan ROA, ROE, EPS, dan EVA mempengaruhi secara sigifikan terhadap return saham dan secara parsial EVA berpengaruh negatif signifikan. Kemudian oleh Singgih Ariyo P. dan Ismani (2013) yang menyimpulkan bahwa secara simultan EVA, MVA, dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham dan secara parsial EVA berpengaruh positif signifikan. Sehingga, hasil penelitian baik dari tesis maupun jurnal menyimpulkan bahwa EVA memiliki hubungan yang positif dengan return saham. 2.11 Hubungan Market Value Added tehadap Return saham Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan cara memaksimumkan nilai perusahaan (Market Value of Firm). Memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan memaksimumkan harga saham. Kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimalkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para
36
pemegang saham (pemilik perusahaan). Perbedaan tersebut dinamakan Market Value Added MVA (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). EVA yang di discount ke dalam nilai sekarang hasilnya adalah Market Value Added (MVA). MVA adalah ukuran kumulatif perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada suatu waktu tertentu dari nilai sekarang EVA di masa mendatang. Perubahan nilai EVA (bertambah atau berkurang) menyebabkan perubahan yang searah didalam nilai MVA (Rousana, 1997). Lebih jelasnya, Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara nilai pasar saham dengan modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham. Nilai pasar saham adalah perkalian jumlah saham beredar dengan harga saham. Harga saham didapat dari harga saham rata-rata dalam satu tahun (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). Kinerja keuangan modern selain EVA yang dikaitkan dengan pasar juga diukur dari Market Value Added (MVA) yang merupakan nilai pasar saham dibandingkan dengan nilai bukunya. Perusahaan yang baik ditunjukkan dengan nilai MVA positif dan lebih besar dari 1. MVA diukur antara selisih dikurangi nilai buku per lembar saham. MVA positif menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar dari pada nilai buku per lembarnya. Sehingga hal ini akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan sahamnya di perusahaan. karena MVA (Market Value Added ) adalah ukuran kumulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada waktu tertentu dari EVA yang akan datang (Lehn dan Makhija, 1996 dalam Utama, 1997) sehingga apabila EVA bernilai positif maka MVA juga bernilai positif, maka dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif Market Value Added (MVA) terhadap return saham. Kajian teori diatas didukung pula oleh hasil penelitian Subekti Puji Astuti (2006) menyimpulkan bahwa kinerja keuangan alternatif yang tercermin melalui EVA dan MVA mempunyai pengaruh walaupun lemah. Kemudian Erliyani (2008) EVA, MVA, dan REVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
37
return saham perusahaan yang terdaftar di LQ45, dan secara simultan EVA dan REVA berpengaruh terhadap return saham. Juga secara simultan EVA, MVA, dan REVA berpengaruh terhadap return saham. Lalu Lilik Sri Hariani (2010) menghasilkan kesimpulan secara simultan ROA, ROE, EPS, dan EVA mempengaruhi secara sigifikan terhadap return saham. Kemudian oleh Singgih Ariyo P. dan Ismani (2013) yang menyimpulkan bahwa secara simultan EVA, MVA, dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham dan secara parsial MVA berpengaruh positif signifikan. Terakhir penelitian terbaru Ida Bagus Putu Wira Putra (2013) menghasilkan bahwa MVA secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Kesimpulannya, baik secar teoritis dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya MVA memiliki hubungan positif dengan return saham.