BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosiometri dan Sosiogram Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10 50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok dari suatu sistem jaringan komunikasi, seseorang dalam suatu sistem tersebut memilih dan dipilih dalam berinteraksi. Sosiometri juga dapat dikatakan suatu teknik analisis untuk mempelajari interaksi kelompok. Sosiometri mencari tahu siapa yang disukai atau tidak disukai orang-orang dan dengan siapa mereka akan atau tidak akan bersedia bekerja sama (Farkhi et al., 2009:7) Sosiometri adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok (Nurkancana, 1993 dalam Anty, 2002:57). Sosiometri disebut pula sebagai metode menemukan dan memanipulasikan konfigurasi-konfigurasi (bentuk dan formasi), dengan mengukur daya tarik/daya saling tarik menarik dan daya tolak antara para individu dalam suatu kelompok, Sosiogram adalah suatau diagram yang secara grafis memetakan interaksi soisal yang lebih disukai yang diperoleh dari wawancara atau kuesioner (Kartono, 1996 dalam Rusmana, 2003:4).
B. Komunikasi Komunikasi adalah suatu pernyataan manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan mengunakan lambang-lambang yang berarti. Partisipasi dan kejasama dari pelaku yang terlibat. Penyampaian informasi di katakan berhasil kalau kedua belah pihak pemberi pesan (Komunikator) dan penerima pesan (Komunikan) merasa diuntungkan, artinya pemberi pesan merasa yakin kalau pesan yang diberikan diserap oleh penerima pesan dan dilain pihak penerima pesan merasa diuntungkan setelah mendapatkan pesan yang diberikan oleh pemberi pesan (Soekartawi, 2005 : 1).
5
Komunikator adalah orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan pesan apakah itu, pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum atau pesan pembangunan pertanian, kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari tugas seorang komunikator adalah berkomunikasi dengan komunikan. Komunikasi ini dapat bersifat perorangan maupun perkelompok disamping dari situasi dan kondisi lingkungan dimana masyarakat komunikan itu berada juga tergantung dari maksud serta isi pesan yang akan disampaikan. Komunikan adalah orang yang menerima pesan (Soekartawi, 2005 : 1). Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan di antara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal diawali dengan pembicaraan pada masalahmasalah yang bersifat umum, seperti: umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, pada akhirnya pembicaraan tersebut berkembang pada masalahmasalah yang lebih spesifik, seperti: kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi interpersonal (Sendjaja, 2004 dalam Saudia, 2003:1).
C. Komunikasi Pertanian Informasi pertanian merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam produksi dan tidak ada yang menyangkal bahwa informasi pertanian dapat mendorong kearah pembangunan
yang diharapkan.
Informasi
pertanian
merupakan aplikasi pengetahuan yang terbaik yang akan mendorong dan menciptakan peluang untuk pembangunan dan pengurangan kemiskinan. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor pertanian akan menuju pada pertanian berkelanjutan melalui penyiapan informai pertanian yang tepat waktu dan relevan, yang dapat memberikan informasi yang tepat kepada petani dalam proses pengambilan keputusan ber untuk meningkatkan produktivitasnya. TIK dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input produksi, tren konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi mereka. Informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan
6
tanaman yang baru, penyakit dan hama tanaman/ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang pasar dan harga pasar input maupun output pertanian sangat penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi, (Maureen, 2009 dalam Mulyandari et al., 2010 : 36). Komunikasi yang memuat berbagai informasi pembangunan, serta dari sisi sebaliknya, yaitu mengkomunikasikan apa permasalahan dan kebutuhan masyarakat dari bawah, merupakan hal yang esensial
dalam
pembangunan
pertanian.
Komunikasi
didalam
aktifitas
pembangunan, khususnya pada bidang pembangunan pertanian memiliki beberapa peran di antaranya adalah sebagai penghubung antar kelembagaan, penguat pesan, dan sekaligus sebagai akseletator dalam berinteraksi (Hornik, 1988 dalam Kifli, 2007 : 120).
D. Komunikasi Kelompok Komunikasi yang terjadi dalam kelompok pada hakekatnya adalah komunikasi interpersonal karena komunikasi yang terjadi antar anggotanya biasanya bersifat face-to-face, pesan disampaikan secara lisan, tanpa perantara media sehingga umpan balik dapat disampaikan secara langsung (Faizal et al., 2012:123). Komunikasi dalam kelompok ialah komunikasi antara seorang dengan orang-orang lain dalam kelompok, berhadapan satu dengan lainnya, sehingga memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi setiap orang untuk memberikan respon secara verbal (Hadi, 1999 : 3). Robert F. Bales dalam Hadi, (1999 : 3), mendefinisikan komunikasi dalam kelompok kecil sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap partisipan mendapat kesan atau peningkatan hubungan antara satu sama lainnya yang cukup jelas. Sehingga baik pada saat timbulnya pertanyaan maupun sesudahnya, dapat memberikan respon kepada masing-masing sebagai perorangan Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
7
1) Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka 2) Kelompok memiliki sedikit partisipan 3) Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin 4) Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama 5) Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian, dan penerapan yang menitikberatkan, tidak hanya pada proses kelompok secara umum tetapi juga pada perilaku komunikasi individu-individu pada tatap muka kelompok diskusi kecil (Goldberg dan Larson 1985:6 dalam Gurning et al., 2012:3). Ada beberapa unsur dalam komunikasi kelompok, diantaranya adalah komunikasi lisan, kepemimpinan, tujuan kelompok, norma kelompok, peranan, kohesivitas kelompok, dan situasi kelompok (Gurning et al., 2012 : 3).
E. Proses Komunikasi Pertanian Proses komunikasi pertanian meliputi hal sebagai beriku 1.
Pesan Pesan dalam komunikasi pertanian adalah semua informasi yang berkaitan
dengan bidang pertanian. Karena dalam komunikasi pertanian dikenal dengan istilah ”pesan” yang harus disampaikan oleh komunikator ke komunikan, maka isi pesan adalah berkaitan dengan informasi di bidang pertanian (Soekartawi, 2005:21). Isi pesan dalam komunikasi pertanian dapat berupa informasi tentang : a. Bagaimana meningkatkan produksi pertanian. b. Bagaiman memelihara lahan agar kondisi lahan tetap subur dan terhindar dari bahaya erosi. c. Bagaiman perlakuan pascapanen yang baik. d. Bagaiaman adopsi teknologi baru harus dilakukan. e. Bagaiman melaksanakan kerjasama kelompok. f. Bagaiamana meningkatkan pendapatan rumahtangga tani. g. Bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan pedesaan, dan sebagainya. Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa pesan yang harus disampaikan oleh komunikator adalah spesifik dan mempunyai tujuan yang jelas. Komunikasi dapat
8
dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan sesuai dengan keperluan khalayak sasaran. Untuk itu, sebelum memutuskan teknologi apa yang sesuai, maka diperlukan informasi yang mendalam mengenai petani sasaran, baik mengenai apa yang sebenarnya diperlukan, sumberdaya yang dimiliki maupun kendala dan peluang yang ada sehingga dapat dihasilkan teknologi spesifik lokasi (Padmaningrum, 2008:52). 2.
Proses Pengambilan Keputusan Proses komunikasi pertanian adalah kompleks sekali disebabkan karena
banyaknya factor yang terlibat didalamnya. Walaupun proses komunikasi pertanian kelihatannya sederhana, yaitu hubungan antara komunikator dan komunikan dalam arti memberi dan menerima pesan namun karena keduanya berada pada lingkup dan lingkungan yang berbeda, maka di dalam proses tersebut banya aspek yang terlibat (Jones, 1975 dalam Soekartawi, 2005 : 32). Beberapa aspek penting yang sekiranya banyak berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam proses komunikasi pertanian ini, antara lain adalah : a. Motivasi dalam pemecahan suatu masalah. b. Bagaimana masalah itu dapat diselesaiakan agar tujuan yang diinginkan dapat dicapai. c. Apakah ada kesempatan untuk mencapai tujuan itu. d. Dimana dan kapan waktu yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. e. Perubahan situasi lingkungan di mana proses komunikasi itu berjalan. Sebuah proses pengambilan keputusan apakah seseorang menolah atau menerima suatu inovasi adalah banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut. Landasan filosofi dalam tahap ini adalah setiap orang akan merasa dihargai jika mereka diajak untuk berkompromi, memberikan pemikiranpemikiran dalam membuat suatu keputusan untuk membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya. Keikutsertaan anggota atau seseorang di dalam pengambilan suatu keputusan secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat
yang
bersangkutan
untuk
turut
bertanggung
jawab
dalam
9
melaksanakan, mengamankan setiap paket program yang dikomunikasikan, karena mereka merasa memiliki serta bertanggung jawab secara penuh atas keberhasilan program yang dilaksanakan. Dengan demikian, dalam diri masyarakat, akan tumbuh rasa tanggung jawab secara sadar, kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif terhadap setiap paket pembangunan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan diri dan keluarga semua masyarakat (Henuk, 2008 : 9).
F. Kelompok Tani Kelompok tani merupakan wadah berhimpunnya para petani yang terikat atas dasar kesamaan, yaitu memiliki aspirasi, kebutuhan dan tujuan yang sama (Departemen Pertanian, 2001 dalam Pertiwi dan Heryadi, 2010 : 1). Idealnya, sebuah kelompok tani terbentuk atas dasar kepentingan anggota, dan dapat membantu permasalahan usahatani yang dialami para petani. Kelompok tani juga dibangun agar petani memiliki kemandirian dalam usahatani seta mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang sesuatu yang baru (Mardikanto, 1999 dalam Pertiwi dan Heryadi, 2010 : 1). Kelompok tani mempunyai peran yang strategis dalam berbagai kegiatan pertanian baik yang berkaitan dengan usahatani maupun kegiatan sosial ekonomi petani. Peningkatan pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Pengembangan Kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi kuat dan mandiri. Kelompok tani yang berkembang bergabung dengan kelompok tani lain dalam satu wilayah tertentu yaitu desa untuk mengembangkan fungsinya sehingga mempunyai kemandirian yang kuat, lebih mudah menjalin kemitraan dan dapat menembangkan fungsi kelompok tani. Peningkatan gabungan kelompok tani diharapkan agar gapoktan berfungsi sebagai unit usahatani, unit
10
usaha pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit pemasaran dan keuangan mikro serta usaha penunjang lainnya sehingga menjadi kuat dan mandiri. Keberadaan gapoktan merupakan jawaban atas berbagai peluang dansosial, ekonomi, dan teknis membutuhkan suatu organisasi yang lebih besar dengan bergabungnya kelompok tani dalam satu wilayah desa (Redono, 2012 : 2). Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dimaksudkan dengan wadah komunikasi antar petani, serta atarpetani dengan kelembagaan terkait dalam proses alih teknologi. Surat keputusan itu dilengkapidengan ketentuanketentuan atau tolak ukur untuk memonitor dan mengevaluasi kinerjanya. Kinerjanya tersebut akan menentukan tingkat kemampuan kelompok (Wahyuni, 2003 : 2). Kelompok Tani juga merupakan kumpulan orang-orang tani Dewasa, wanita, pemuda yang terikat secara informal atas dasar kebutuhan bersama serta didalam lingkungan pengaruh dan pempinan seorang kontak tani. Secara konsepsional kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok, atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Soebiyanto, 1998 dalam Negara, 2008:9).
G. Jaringan Komunikasi Peta
dan
kinerja
jaringan
komunikasi,
terutama
keterhubungan
(connectedness), keeratan (integration), keterbukaan (openness), struktur dan peran seorang dalam jaringan, maka perlu dilakukan analisis jaringan komunikasi (Rongers dan Kincaid, 1981 dan Devito, 1997 dalam Setiawan, 2007 : 68). Ada tiga aspek dalam jaringan komunikasi yaitu : (1) jangkauan (scope) komunikasi, yaitu level analisis yang dapat dipelajari
dari prespektif individu, diadik,
kelompok, organisasi atau antar organisasi. (2) fungsi komunikasi, yang meliputi produksi, inovasi dan pemeliharaan, dan (3) struktur komunikasi dalam mentransmisikan pesan (Littejohn, 1996 dalam Setiawan, 2007 : 68). Gambar 1 menunjukan model jaringan komunikasi yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain.
11
Gambar 1. Struktur Jaringan Komunikasi (Krech et al 1962 dan De Vito 1997 dalam Anty, 2002:14). 1) Model Bersambung / Rantai Metode jaringan komunikasi disini terdapat lima tingkatan dalam jenjang hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas (Upward) dan ke bawah (Downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (Komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan. 2) Model Roda Sistem jaringan komunikasi disini, semua laporan, instruksi perintah kerja dan kepengawasan terpusat satu orang yang memimpin empat bawahan atau lebih, dan antara bawahan tidak terjadi interaksi (komunikasi sesamanya). 3) Model Lingkaran Model jaringan komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota/staff bisa terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarkinya tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkat yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap level. 4) Model Semua Saluran Model jaringan komunikasi sistem ini, adalah pengembangan model lingkaran, di mana dari semua tiga level tersebut dapat melakukan interaksi secara timbal balik tanpa menganut siapa yang menjadi tokoh sentralnya. 5) Model Huruf ‘Y’ Model jaringan komunikasi dalam organisasi di sini, tidak jauh berbeda dengan model rantai, yaitu terdapat empat level jenjang hirarkinya, satu
12
supervisor mempunyai dua bawahan dan dua atasan mungkin yang berbeda divisi/departemen. Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data tentang alur komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa bentuk hubungan interpersonal (Rongers dan Kincaid, 1981 dalam Setiawan, 2007 :68). Studi jaringan komunikasi merupakan salah satu dari beberapa pendekatan penelitian yang mempelajari perilaku komunikasi berdasarkan pendekatan konvergen. Dikatakan
komunikasi
demikian,
karena
konsepsi
jaringan
komunikasi
menekankan bahwa komunikasi dianggap sebagai proses saling tukar-menukar informasi (Setiyanto, 1993 dalam Nababan, 2002 : 8). Analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Dasar untuk mengetahui apakah individu-individu itu dapat dimasukkan ke dalam suatu klik atau tidak, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu: (1) setiap klik minimal harus terdiri dari 3 anggota; (2) setiap anggota klik minimal harus mempunyai derajat keterhubungan 50 persen dari hubungan-hubungannya di dalam klik; dan (3) seluruh anggota klik baik secara langsung maupun tidak langsung harus saling berhubungan melalui suatu rantai hubungan dyadic yang berlangsung secara kontinyu dan menyeluruh di dalam klik (Rogers dan Kincaid, 1981 dalam Rangkuti, 2007 : 12). Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi adalah: 1) mengidentifikasi klik dalam suatu sistem, 2) mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan misalnya sebagai opinion leader, liasions, bridges, atau isolated, dan 3) mengukur berbagai indikator (indeks) struktur komunikasi seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik dan lain sebagainya. Opinion leader adalah seorang pemuka pendapat dan agen pembaharu yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain untuk bertindak dalam cara tertentu secara informal. Liaison adalah seorang indvidu yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem, namun ia
13
tidak menjadi anggota klik manapun. Bridge adalah seorang individu yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem, dan ia menjadi anggota dari klik-klik tersebut. Isolated adalah individu yang tidak menjadi anggota dalam suatu sistem atau individu yang tidak terlibat dalam dalam jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981 dalam Rangkuti, 2007 : 12). Beberapa variabel pengukuran dalam jaringan komunikasi antara lain: keterkaitan klik (clique connectedness), keragaman klik (clique diversity), kekompakan klik (clique integration) dan keterbukaan klik (clique openess). Yang dimaksud dengan tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan klik (Rogers dan Kincaid, 1981:67 dalam Rangkuti, 2007 : 12) adalah: a. Tingkat keeratan/keterkaitan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya. b. Tingkat keragaman (Diversity Index) adalah sedikit banyaknya hubungan komunikasi yang terjadi antara jaringan . c. Tingkat integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan komunikasi yang ditunjukan langkah-langkah hubungan komunikasi. d. Tingkat keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi.
H. Penelitian Terdahulu Rangkuti (2009), dengan judul penelitian “Jaringan Komunikasi Petani Dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (kasus adopsi inovasi traktor tangan di desa neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat), dengan tujuan yaitu 1) mempelajari pengaruh faktor faktor karakteristik petani terhadap jaringan komunikasi petani dalam kaitannya dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan, 2) mempelajari pengaruh faktor-faktor usahatani terhadap jaringan komunikasi petani berkaitan dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan dan 3), mengetahui seberapa besar pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan
14
sawah petani. analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kondisi karakteristik petani mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi petani dalam proses tingkat adopsi inovasi teknologi traktor tangan dalam pengolahan lahan sawah. (2) faktor-faktor positif dari karakterisik usahatani atas tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan, menunjukkan bahwa luas lahan garapan dan produktifitas lahan memberi konstribusi paling besar terhadap jaringan komunikasi. (3) faktor-faktor positif dari ciri-ciri adopsi inovasi menunjukkan tingkat observabilitas memberi konstribusi terbesar terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. Setiawan (2008), dengan judul Analisis Jaringan Komunikasi Petani Pada Berbagai Zona Agroekosistem Di Kabupaten Bandung. Bertujuan untuk mengetahui kinerja koneksi, kinerja intergrasi, kinerja keterbukaan, struktur jaringan dan peran petani dalam jaringan komunikasi pada berbagai zona agroekosistem. Penelitian yang dilakukan pada Tahun 2007 ini merupakan suatu kasus yang menggunakan metode survei deskriptif. Hasilnya adalah koneksi petani pada zona agroekosisten menampilkan kinerja yang lemah, integrasi petani pada berbagai zona agroeosistem menampilkan kinerja yang moderat, keterbukaan petani, stuktur yang ada pada zona agroekosistem lebih mendekati struktur semua saluran dan struktur roda, pada berbagai zona agroekosistem tidak ditemukan petani yang terisolir. Rimun (2006), dengan judul “Gaya Komunikasi Pemimpin dan Keefektifan Kelompok Tani Dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah dan Air (kasus di DAS Ciliwung Hulu, Kecamatan Cisarua, Bogor), dengan tujuan (1) Mengungkapkan tingkat keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air; (2) Menjelaskan tingkat keeratan hubungan antara gaya komunikasi pemimpin kelompok tani dengan keefektifan kelompok tani; dan (3) Menjelaskan kaitan antara gaya komunikasi pemimpin kelompok tani dengan tingkat kedewasaan dan karakteristik anggota kelompok tani. Penelitian ini
dirancang
sebagai
penelitian
yang
bersifat
diskriptif
korelasional.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada 161 anggota
15
kelompok tani dari empat kelompok tani di DAS Ciliwung Hulu, Cisarua Bogor. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Uji Korelasi Spearman. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kelompok tani di DAS Ciliwung Hulu memiliki keefektifan kelompok yang tinggi; (2) gaya komunikasi pemimpim cenderung linier dan (3) anggota kelompok tani bercirikan paternalistik. Keefektifan kelompok tani tersebut berhubungan dengan gaya komunikasi pemimpin kelompok tani. Nababan (2002), dengan judul “Hubungan Karakteristik Individu Dengan Jaringan Komunikai Pada Dua Kelompok Tani Dalam Menerapkan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu dan tujuannya adalah: 1). Mempelajari struktur jaringan komunikasi pada kelompok tani, 2). Membandingkan struktur jaringan antara kelompok tani dengan penerapan teknologi, 3). Mempelajari hubungan antara karakteristik individu dengan jaringan komunikasi pada kedua kelompok tani. Analisis yang digunakan adalah adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya penelitian ini adalah hubungan tingkat pengalaman usahatani dan tingkat penguasaan lahan dengan jaringan komunikasi pada dua kelompok tani yang tidak berbeda atau tidak mempunyai hubungan yang signifikan antara pengalaman usahatani dan peranan individu. Farkhi, Molo, dan Padmaningrum (2009), dengan judul penelitian Jaringan Komunikasi dan Adopsi Inovasi Budidaya Padi Organik Dikelompok Tani Marsudi Mulyo Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dan tujuan penelitian in adalah (1) Menganalisis struktur jaringan komunikasi yang terbentuk di kelompok tani Marsudi Mulyo. (2), menganalisis peranan khusus responden dalam jaringan komunikasi budidaya padi organik di kelompok tani Marsudi Mulyo, (3) Menganalisis tingkat adopsi responden dalam budidaya padi organik di kelompok tani Marsudi Mulyo, (4) Menganalisis distribusi tingkat adopsi responden berdasarkan peranan khusus responden di kelompok tani Marsudi Mulyo, (5), menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi dengan tingkat adopsi responden dalam budidaya padi organik di kelompok tani Marsudi Mulyo dan hasilnya adalah Struktur jaringan komunikasi yang terbentuk di kelompok tani Marsudi Mulyo dalam budidaya padi organic meliputi dua buah
16
klik yang ada di Kelompok Tani Marsudi Mulyo dalam budidaya padi organik, indikator jaringan komunikasi yaitu derajat koneksi dan derajat integrasi menunjukkan bahwa jaringan komunikasi yang terdapat dalam Kelompok Tani Marsudi Mulyo bersifat interlocking yaitu hubungan interaksi antar anggota kelompok saling mengunci dan saling terkait satu sama lain, dimana terdapat dua sumber informasi untuk saluran arus komunikasi dengan indicator derajat integrasi yang tinggi, Rata-rata keterhubungan sistem (ASC) yang terdapat didalam kelompok tani Marsudi Mulyo berjumlah 0,56 memberikan pengertian bahwa semakin tinggi jumlah ASC maka proses difusi inovasi yang terjadi cukup baik.
I. Kerangka Pikir Kerangka pemikiran dalam penelitian ini berawal dari suatu pandangan bahwa bagaiman proses komunikasi yang terjadi di lokasi penelitian, dengan meneliti model jaringan komuniksi dan Tokoh utama yang berperan aktif pada kelompok tani jagung Ilomata dalam komunikasi antar individu dan kelompok dalam opini-opini yang dikemukakan sehingga dapat menciptakan inovasi dalam mendukung pembangunan pertanian. Analisis struktur jaringan komunikasi petani dalam proses komunikasi mencangkup tiga aspek, yang meliputi : karakteristik petani, jaringan komunikasi, dan Tokoh utama dalam proses komunikasi. Ketiga aspek tersebut mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam proses komunikasi dalam jaringan komunikasi kelompok tani. Ditemukan beberapa faktor yang dijadikan sebagai variabel untuk diteliti di lapangan.
17
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat seperti pada bagan di bawah ini : Analisis Jaringan Komunikasi Pada KelompokTani Jagung Di Kelurahan Tenilo, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo
Proses Komunikasi
Jaringan Komunikasi
Karakteristik Petani -
-
Umur Pendidikan Formal Pengalaman Petani Keikutsertaan pada penyuluhan.
Tingkat Keterkaitan Tingkat Keragaman Tingkat Kekompakan Tingkat Keterbukaan
Model Jaringan Komunikasi
Tokoh Utama
Gambar 2. Kerangka pikir Analisis Jaringan Komunikasi Pada Kelompok Tani Jagung di Kelurahan Tenilo, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor internal petani yang meliputi umur, pendidikan formal, pengalaman petani dalam keikutsertaan dalam penyuluhan pertanian, dalam hal ini peran penyuluh atau instansi lembaga yang terkait akan dapat dilihat nantinya dalam sistem jaringan komunikasi yang terbentuk. Sedangkan yang menjadi variabel antara yaitu Proses komunikasinya dan jaringan komunikasi dalam suatu sistem jaringan kelompok untuk level individunya, meliputi
tingkat
keterkaitan
kelompok atau keeratan dan
18
ketergantungan dalam kelompok, tingkat keragaman kelompok yaitu pengetahuan mengenai sumber informasi yang akan diperoleh, tingkat kekompakan kelompok yaitu tingkat kepaduan dalam kelompok, dan tingkat keterbukaan kelompok sehingganya dapat diperoleh sistem model jaringan komunikasi. Selanjutnya sebagai variabel terikat yaitu dengan terbentuknya mode jaringan komunikasi selanjutnya dapat dilihat Tokoh utama dalam proses komunikasi kelompok tani, dalam hal ini peran seseorang dalam sebuah jaringan komunikasi bervariasi, dari yang sedikit sampai yang banyak. Peran-peran tersebut dapat diidentifikasi dalam berbagai nama, dan berbagai bentuk atau konfigurasi sosiometris, sesuai dengan kelaziman dan penamaan yang ada dalam model penelitian analisis jaringan komunikasi.
19