BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Kontrol Gigi 1.
Pengertian perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respons.
2.
Respon Perilaku Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Notoatmodjo (2003) : a.
Perilaku tertutup (covert behavior) Respons perilaku seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau suatu reaksi terhadap suatu stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
8
9
b.
Perilaku terbuka (overt behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
3.
Faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Notoatmodjo (2003), menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku manusia pada tingkat kesehatan. Sedangkan kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh: a.
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi
b.
Faktor-faktor pendukung(enabling faktor) Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya
10
mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin. c.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku.
4. Perilaku Kontrol Gigi Kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu atau masyarakat tersebut. Perilaku kesehatan gigi positif misalnya, kebiasaan menyikat gigi sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif misalnya, tidak menyikat gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain mudah berlubang. Perilaku kontrol gigi pada orang tua meliputi (Maulani, dkk 2005) : a. Menyikat gigi Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis. Saat ini telah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, tekstur, dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat. Salah satu penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia adalah adanya variasi waktu
11
menyikat gigi, gerakan menyikat gigi, tekanannya, bentuk dan jumlah gigi yang ada pada setiap orang. 1) Waktu Menyikat Gigi Telah terbukti bahwa asam plak gigi akan turun dari pH normal sampai mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah makan makanan yang mengandung karbohidrat. pH saliva sudah menjadi normal (pH 6-7) 25 menit setelah makan atau minum. Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan pH 5 menjadi normal (pH 6-7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari prosedur penyikatan gigi, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah frekuensi penyikatan gigi. Anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam sehari dengan frekuensi dua kali sehari atau lebih dan dibantu oleh orang tua, lebih rendah terkena resiko karies. 2) Frekuensi Menyikat Gigi Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat giginya segera setelah makan. American Dental Association
(ADA)
memodifikasi
pernyataan
ini
dengan
menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, bergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi,
12
dan kemampuan salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Menyikat gigi dua kali sehari cukup baik pada jaringan periodonsium yang sehat, tetapi pada jaringan periodonsium yang tidak sehat dianjurkan menyikat gigi tiga kali sehari. Jadi frekuensi menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur. 3) Lamanya Menyikat Gigi Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit. Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit, tetapi umumnya orang menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak begitu baik daripada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang lebih lama, mengingat banyaknya permukaan gigi yang harus dibersihkan. 4) Bentuk Sikat Gigi Terdapat berbagai variasi mengenai sikat gigi. Ada bentuk sikat gigi yang permukaan bulu sikatnya berbentuk lurus, cembung, dan cekung sehingga dapat mencapai daerah tertentu dalam lengkung rahang. Oleh sebab itu, dianjurkan pemakaian sikat gigi yang serabutnya lurus dan sama panjang. Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain ukuran permukaan
13
bulu sikatnya adalah (panjang: 1-11/4 inci (2,5-3,0 cm) dan lebar: 5/16-3/8 inci (8,0-9,5 mm); bulu sikatnya tersusun (baris: 2-4 baris rumpun dan rumpun: 5-12 rumpun perbaris); serta permukaan bulu sikatnya terpotong rata. Setiap kali sesudah dipakai, sikat gigi harus dibersihkan dibawah air mengalir supaya tidak ada sisa-sisa makanan atau pasta gigi yang tertinggal. Setelah bersih, sikat gigi diletakkan dalam posisi berdiri supaya lekas kering dengan tujuan agar sikat gigi tidak lembab dan basah. Sikat gigi perlu diganti 2-3 bulan setelah pemakaian, oleh karena bulu sikat gigi sudah tidak dapat bekerja dengan baik dan dapat melukai gusi. 5) Pemakaian Pasta Gigi Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan dan fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi, mempertinggi kesehatan gingival, serta untuk mengurangi bau mulut. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasive 20-40%, pelembab (humectant) 20-40%, air 20-40%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ± 2%, bahan pengikat (binding agent) 2%, detergen 1-2%, bahan terapeutik ± 5%, dan pewarna <1%. Untuk anak yang belum bisa berkumur dan meludah, bisa dipilihkan pasta gigi yang tidak mengandung fluor. Jika sudah bisa meludah dan bisa membuang kumurnya, boleh diberikan pasta gigi yang mengandung fluor. boleh diberi pasta gigi untuk anak berisi
14
flour sebanyak 30% dari kandungan fluor pasta gigi dewasa, berarti mengandung 0,03% fluor, dapat menghambat terjadinya gigi berlubang sebanyak 15-30%. Menurut penelitian, orang dewasa menggunakan 0,30 gr pasta gigi sekali pakai, sedangkan pada anakanak sepertiganya. Diperkirakan 25% - 33% anak menelan pasta gigi sewaktu menyikat giginya. Sehingga kemungkinan anak menelan fluor adalah sebanyak 0,5 – 0,6 mgF/ hari. Hal ini dapat menimbulkan fluorosis gigi yang ditandai dengan timbulnya bintikbintik pada email gigi jika kadar fluor dalam air minum yang dipakai untuk anak dan keluarga sudah termasuk tinggi. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian orang tua untuk mengawasi anaknya dalam menyikat gigi karena pasta gigi dengan harum yang mirip buah-buahan bisa mengasosiasikan anak pada pasta gigi yang bisa dimakan. 6) Metode Menyikat Gigi Teknik apapun yang dipergunakan, harus diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Ada bermacam-macam metode penyikatan gigi, yaitu : a) Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode horizontal semua permukaan gigi
15
disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi. b) Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 812 kali pada setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah interdental. c) Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan. d) Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku
16
gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal. e) Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaranlingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil. f)
Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.
Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan
17
agar mampu membersihkan keseluruhan giginya bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat dilakukan. b. Diet Makanan Tindakan pencegahan karies lebih tinggi menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasihat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair karena bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva. Menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di antara jam makan. Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Dapat dijumpai dalam bentuk tablet, permen karet, minuman ringan, farmasi dan lain-lain, mempunyai efek menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. mutans. Xylitol
lebih efektif karena tidak dapat
dimetabolisme oleh mikroorganisme dalam pembentukan asam dan mempunyai efek anti mikroorganisme.
18
Makanan yang dapat segera dimanfaatkan oleh mikroorganisme plak disebut sebagai makanan kariogenik. Meskipun kariogenik istilah yang
digunakan
untuk
menggambarkan
karakteristik
yang
menyebabkan karies, selain itu juga dapat menyebabkan penyakit periodontal. Kariogenik adalah istilah relatif. Makanan yang paling mungkin menyebabkan karies dianggap sangat kariogenik. Sedangkan makanan yang tidak menyebabkan karies disebut sebagai nonkariogenik. Makanan yang bersifat kariogenik, antara lain Kue, kentang goreng, donat, cupcake, manisan gula, dan kismis termasuk sangat kariogenik (highly cariogenic), Biskuit asin (saltines), keripik kentang, tepung maizena, kerupuk rye, dan roti termasuk moderate cariogenic, Kacang tanah, gelatin desserts, keripik jagung, dan yogurt termasuk low cariogenic. Seseorang dengan diet karbohidrat cenderung memiliki lebih banyak karies. Jenis karbohidrat yang paling kariogenik adalah gula atau sukrosa karena mempunyai kemampuan untuk menolong pertumbuhan bakteri kariogenik. Karbohidrat yang dapat menyebabkan karies harus bersifat ada dalam diet dengan jumlah yang berarti, siap difermentasikan oleh bakteri kariogenik, dan larut secara perlahan-lahan dalam mulut. Gula berfungsi sebagai pemanis dan bahan pengawet, memberikan bau yang harum. Hal ini akan menimbulkan daya tarik
19
baik rasa, bau maupun bentuk makanan itu sendiri, sehingga ada kecenderungan orang akan memilih makanan yang bergula. c. Kunjungan Ke Dokter Gigi Kunjungan ke dokter gigi sangat diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggungjawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan gigi anak. Kunjungan diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan terbentuk kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggung jawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan gigi. Kontrol tiap enam bulan dilakukan meskipun tidak ada keluhan. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat gigi lain yang berlubang selain yang telah ditambal, sehingga dapat dilakukan perawatan sedini mungkin. Selain itu juga untuk melihat, apakah telah terdapat kembali karang gigi dan kelainan-kelainan lainnya yang mungkin ada. d. Penambalan Gigi Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih berat lagi. Apabila penambalan dilakukan sedini mungkin, kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali datang bisa langsung dilakukan penambalan langsung. Apabila kelainannya sudah
20
lebih besar, maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga memerlukan kunjungan yang lebih banyak. e. Pencabutan Gigi Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dipertahankan dan apabila gigi tersebut menjadi penyebab dari infeksi di dalam rongga mulut dan dapat menyebabkan kelainan ke organ yang lainnya.
B. Karies Gigi 1. Pengertian Karies adalah proses kronis regeneratif yang dimulai dengan larutan mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteri), timbul destruksi komponen-komponen organik, dan akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang) (Kennedy, 2002). 2. Gigi Menurut Mansjoer (2009) bentuk dan susunan gigi terdiri atas : a. Bentuk Gigi 1) Gigi seri untuk memotong. 2) Gigi taring yang runcing untuk menahan dan merobek makanan. 3) Gigi geraham untuk menghaluskan makanan.
21
b. Susunan Gigi 1) Mahkota gigi (mahkota klinis) yaitu bagian yang menonjol di atas gusi. Sedangkan mahkota anatomis adalah bagian gigi yang dilapisi email. 2) Akar gigi, yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang maksila/mandibula. 3) Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota anatomis dan akar gigi. c. Lapisan-lapisan gigi Bila gigi dibelah, maka akan tampak lapisan-lapisan gigi, yaitu: 1) Email Email merupakan bahan terkeras pada tubuh. Email tersusun dari 99% bahan anorganik terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal apatit dan hanya 1% bahan organik. Bahan organiknya terutama terdiri dari enamelin, suatu protein yang sangat kaya prolin. Email tampak terdiri atas prisma, bahan interprismatik dan matriks organid apabila dilihat dengan mikroskop cahaya,. 2) Dentin Dentin terdiri dari 70% zat anorganik, 18% zat organik dan 12% air. Dentin terletak di bawah email dan merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email dan melindungi pulpa.
22
3) Pulpa Pulpa terdiri dari 25% zat organik dan 75% air. Jaringan pulpa merupakan jaringan lunak yang terdapat di ruang pulpa dan seluruh saluran akar. Jaringan ini terdiri dari: a) Pembuluh limfe b) Pembuluh darah (arteri dan vena) c) Urat syaraf Selain ketiga bagian ini, terdapat pula jaringan pendukung / penyangga gigi, jaringan periodontial yang terdiri dari: gingiva (gusi), sementum, membran periodontal serta tulang alveoli (Mansjoer, 2009).
Gambar 2.1 Susunan Gigi Sumber : Mansjoer (2009)
d. Perbedaan Gigi Sulung dan Gigi Permanen Perbedaan antara gigi sulung dan gigi permanen dilihat dari potongan melintang pada bidang bikolingual menurut Kennedy (2002) adalah : 1) Mahkota yang cembung dan serviks jelas 2) Bidang aklusal yang sempit
23
3) Konstriksi serviks email (serviks ke apeks menonjol) 4) Email tipis 5) Tanduk pulpa 6) Saluran akar kecil 7) Dasar pulpa tipis 8) Gigi permanen yang sedang tumbuh 9) Inklinasi prisma email 3. Proses Terjadinya Karies Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosadari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010). Secara perlahan-lahan demineralisasi
interna berjalan ke arah
dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari
inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat
dilihat. Pada karies dentin yang baru
mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin
24
merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang
amat
dalam,
tidak
terdapat
lapisan-lapisan
tiga
(lapisan
demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010). 4. Tanda dan Gejala Karies Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. (Kennedy, 2002). Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya (Kennedy, 2002).
25
5. Lapisan-lapisan Karies Secara histologis, pada karies gigi yang tidak begitu dalam, dapat dibedakan dari luar ke dalam lima daerah (Schuurs, 2002): a. Lapisan dentil lunak yang strukturnya tidak dapat dikenal lagi. Di dalam lapisan ini terdapat floura campuran yang mengeluarkan enzim hidrolik yang akan merusak komponen organik dentil. b. Lapisan infeksi, di sini akan dijumpai bakteri-bakteri di dalam tubuli. Tubuli melebar dan saling menyatu. Selain itu terlihat juga celah-celah yang mengikuti jalannya garis-garis pertumbuhan toluen. c. Lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit dimana dentin peritubular diserang. d. Lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikro organisme. 6. Jenis Karies Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya : a. Karies Insipiens Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email. b. Karies Superfisialis Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit.
26
c. Karies Media Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin ( tulang gigi ) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. d. Karies Profunda Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya. 7. Faktor-faktor Terjadinya Karies Dentis Faktor-faktor yang memungkin terjadinya karies, menurut Schuurs, (2002), yaitu : a. Bakteri Tiga jenis bakteri yang sering mengakibatkan karies, yaitu: 1) Streptokokus Bakteri kokus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlah terbanyak di dalam mulut. Salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans, lebih asidurik dibandingkan yang lain, dapat menurunkan pH medium hingga 4,3. Streptococcus mutans terutama terdapat pada populasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa.
27
2) Aktinomises Semua spesies aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Actinomyces
viscosus
dan
Actinomyces
naeslundi
mampu
membentuk karies akar, fisur dan merusak periodontionium. Lactobacillus Populasinya dipengaruhi kebiasaan makan. Tempat yang paling disukai adalah lesi dentin yang dalam Lactobacillus hanya dianggap faktor pembantu proses karies. b. Karbohidrat makanan Karbohidrat yang sangat merusak adalah sukrosa (gula), yang akan diubah oleh kuman menjadi glukosa dan fluktosa. Selanjutnya karbohidrat tersebut akan mengalami fermentasi sehingga timbul asam laktat, maka asam inilah yang bertanggung jawab atas proses dekalsifikasi (Mansjoer, 2009). c. Kerentanan permukaan gigi, meliputi: 1) Morfologi, di mana daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat mungkin terjadinya karies. 2) Lengkungan gigi, meliputi jumlah dan isi saliva (ludah, derajat keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer yang berpengaruh pada terjadinya karies. Ludah melindungi jaringan dalam rongga mulut dengan cara perlindungan sebagai berikut: a) Pembersihan mekanis yang dapat mengurangi akumulasi plak.
28
b) Pelumuran elemen gigi yang mengurangi keausan oklusi yang disebabkan karena pengunyahan. c) Pengaruh buffer sehingga naik turunnya pH dapat ditekan dan dekalsifikasi elemen gigi dihambat. d) Agregasi bakteri yang merintangi kolonisasi mikroorganisme. e) Aktivitas antibakterial. 3) Posisi gigi. Posisi gigi yang abnormal seperti posisi keluar, rotasi, dan lain-lain menyebabkan kesulitan pembersihan dan cenderung membuat makanan dan debris terakumulasi. d. Perilaku kontrol gigi Timbulnya karies gigi anak sekolah dipengaruhi oleh perilaku orang tua dalam merawat kesehatan gigi. Kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang berkaitan dengan cara kebersihan gigi, jenis makanan dan minuman yang menguntungkan kesehatan gigi, cara makan dan minum.
C. Anak Usia Sekolah 1. Pengertian Anak Usia Sekolah Usia anak sekolah dimulai dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Usia anak adalah usia dimana anak sedang mengembangkan segala kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, dan kemampuan mengemukakan pendapat. Anak kecil berfokus pada perilaku dan bukan pada motivasi atau akibat. Mereka
29
melihat alternatif sebagai sesuatu yang konkret, dan mereka tidak mampu membedakan antara informasi yang diplot secara sentral atau perifer. Anak kecil mengingat berbagai hal di dalam program, misal mereka mengingat suatu tindakan, bukan motifasi atau akibatnya (Wong, 2009). 2. Pertumbuhan Anak Sekolah Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi natrium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 2000). Pada usia sekolah pertumbuhan tinggi dan berat badan cenderung lebih stabil, rata–rata akan tumbuh 5cm (2 inci) setiap tahunnya, serta berat badan akan bertambah 2–3 kg (4,5–6,5 pon) pertahun, terdapat sedikit perbedaan pertumbuhan antara laki–laki dengan perempuan anak laki–laki akan lebih tinggi serta lebih berat dibanding perempuan (Wong, 2009). 3. Perkembangan Anak Sekolah Masa anak ditandai beberapa ciri baik perkembangan dari fisik, kepandaian, emosi dan sosial (Setiawan, 2000): a. Ciri fisik 1) Pertumbuhannya sangat lambat, tetapi mantap 2) Takaran makanannya bertambah karena ia bisa menjadi gemuk bila terlalu banyak makan.
30
3) Secara lahiriah tidak rapi, tidak suka berdandan 4) Mudah terserang penyakit campak, cacar air, atau batuk. b. Kepandaiannya 1) Ketrampilan Anak menjadi terampil bagi dirinya sendiri, ia dapat berpakaian dan berdandan sendiri. 2) Perkembangan komunikasi Anak bertambah luas pergaulanya, maka komunikasi merupakan salah satu teknik yang sangat penting. c. Emosi 1) Takut Anak takut pada kegelapan, takut pergi ke dokter. 2) Marah Ini terjadi apabila pekerjaanya terganggu, dibandingkan dengan teman, sadar dengan kelemahannya, sadar telah ditipu,disalah pahami,atau melihat ketidakadilan. 3) Rasa ingin tahu Pemuasan rasa ingin tahunya dilakukan dengan menyelidiki dan bertanya. 4) Kasih Pengertian ini agak sedikit kabur. Anak laki-laki merasa kurang enak bila dicium atau dipeluk. Sedangkan anak perempuan tidak suka
31
berterus terang dan lebih suka menyatakan diri secara tidak langsung. 5) Sosial a) Masih berkelompok Anak mulai menyukai kehidupan berkelompok. b) Bekerja sama Anak-anak pada masa ini sudah dapat mangatasi egonya, kurang bertengkar dan mampu bekerja sama. Mereka perlu dilatih untuk dapat masuk dalam masyarakat. Perantara yang baik adalah bergaul dengan teman-teman yang lain. c) Penerimaan masyarakat Anak yang tidak dapat diterima oleh teman-temannya kebanyakan pendiam atau agresif. Anak yang bermasalah, sering tidak bisa hidup bersama dengan teman yang lain; ia merasa terasing, tidak memiliki suka cita, dan selalu gusar.
32
D. Kerangka Teori
Faktor penyebab karies gigi : - Bakteri (streptococcus, actynomyces, lactobacillus) - Karbohidrat makanan - Kerentanan permukaan gigi - Perilaku kontrol gigi
Perilaku kontrol gigi
- Menyikat gigi - Diet makanan - Kunjungan ke dokter gigi - Penambalan gigi - Pencabutan gigi
Karies gigi
Jenis karies gigi : - Karies insipiens - Karies superfisialis - Karies media - Karies profunda
Bagan 2.2 Kerangka Teori Sumber : Schuurs (2002)
E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu perilaku kontrol gigi orang tua dan karies gigi pada anak.
F. Hipotesa Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga tidak ada hipotesis penelitian.