BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Kelapa Minyak merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal (Winarno, 2002). Minyak (nabati) mengandung asam lemak tak jenuh dan beberapa asam lemak esensial seperti asam olet, linolet dan linolenat (Ketaren, 1986 : 69). Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan,karena minyak mempunyai titik didih yang tinggi (±200oC). Oleh karena itu minyak dapat digunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng menjadi kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu pula minyak dapat juga memberikan rasa yang gurih dan aroma yang spesifik (Sudarmaji, 1996 :69) Penggunaan minyak kelapa di Indonesia nomor dua terbanyak setelah minyak sawit (lebik 70 dari 70%) (Elisabeth, 2003 : 70). Minyak kelapa dapat diperoleh melalui proses basah dan proses kering. Proses basah yang umum dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu cara kelentik dan fermentasi (Setiaji dan Sugiharto,1985 : 70 ). Menurut Theime, 1968 : 70 menyebutkan bahwa minyak kelentik dihasilkan dengan cara basah yang disertai dengan pemanasan. Proses ini menghasilkan minyak yang jernih dan mempunyai bau yang lebih baik dari pada minyak kelapa yang dihasilkan dari kelapa kering (kopra). Minyak kelapa yang dihasilkan dengan cara basah memerlukan pemanasan yang cukup lama sehingga membutuhkan bahan bakar yang cukup banyak pula. Cara ini kurang efisien
karena selain
membutuhkan waktu yang lama dan biaya untuk bahan bakar yang cukup tinggi. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan minyak kelapa adalah dengan memanfaatkan kegiatan mikroorganisme yang dikenal dengan cara fermentasi. Pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pada pembuatan dengan cara tradisional. Pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi juga membutuhkan waktu yang cukup lama tetapi tidak membutuhkan proses pemanasan untuk mendapatkan minyaknya (Arsa dkk, 2004 :70). Minyak kelapa dapat mengalami perubahan aroma dan cita rasa selama penyimpanan. Perubahan ini disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak (Ketaren, 1986; Buckle, 1987). Kerusakan minyak secara umum disebabkan
oleh proses oksidasi dan hidrolisis. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya sinar matahari. Menurut Winarno (2002) menyatakan asam lemak dapat teroksidasi sehingga menjadi tengik. Bau tengik merupakan hasil pembentukkan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Ketaren (1986) juga menyatakan bahwa terjadi oksidasi oleh oksigen dari udara bila bahan dibiarkan kontak dengan udara. Dengan adanya air, minyak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat dipercepat dengan adanya basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis dapat menurunkan mutu minyak (Winarno, 2002). Kandungan air dalam minyak mampu mempecepat kerusakan minyak. Air yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak (Ketaren, 1986 :70) Selama ribuan tahun minyak kelapa digunakan sebagai minyak pangan oleh masyarakat di daerah tropis. Minyak kelapa digunakan sebagai minyak goreng, bahan margarin dan mentega putih, komponen dalam pembuatan sabun serta formulasi kosmetika (Alamsyah, 2005 : 2). Selain digunakan untuk menggoreng, pada masyarakat pedesaan minyak kelapa juga digunakan sebagai minyak pijat, kerik, dan untuk minyak cem-ceman (Sutarmi dan Rozaline, 2006). Dalam bidang farmasi, minyak kelapa dewasa ini mulai meningkat penggunaannya, terutama dengan semakin banyaknya produk minyak telon yang salah satu komponennya adalah minyak kelapa, juga dengan diketahuinya beberapa khasiat minyak kelapa terhadap kesehatan. Sementara ini masih banyak pandangan yang menyatakan bahwa minyak kelapa berbahaya bagi kesehatan. Di samping karena pendapat bahwa penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah adalah akibat konsumsi lemak/ minyak lemak, juga akibat isu negatif yang disebarkan oleh American Soybean Association (ASA) (Setiaji dan Prayugo, 2006 : 2) yang menyatakan bahwa minyak kelapa mengandung mengandung asam lemak jenuh yang dapat membentuk plak pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner, hiperkolesterol, dan hipertensi (Alamsyah, 2005 :18). Berbagai penelitian ilmiah beberapa tahun terakhir membuktikan bahwa minyak kelapa murni (virgin coconut oil = VCO) mengandung asam lemak mengandung asam lemak jenuh yang unik dan berbeda dari asam lemak jenuh pada umumnya. Asam lemak jenuh dalam minyak kelapa adalah asam lemak jenuh rantai sedang dan pendek (Sutarmi dan Rozaline, 2006 : 3). Dewasa ini peran minyak kelapa sebagai komponen obat mulai meningkat dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak nabati lainnya atau minyak sayur mengandung asam lemak tak jenuh
cukup tinggi yang mudah teroksidasi jika kontak dengan udara pada suhu tinggi dan dapat berubah menjadi trans fatty acid jika dipanaskan. Asam lemak trans ini dapat meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga dapat menimbulkan penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke. Sedangkan minyak kelapa murni secara dominan disusun oleh medium chains fatty acids (MCFA), seperti : asam laurat (48%), asam kaprat (7%), asam kaprilat (8%), dan asam kaproat (0,5%) (Sukartin dan Sitanggang, 2005). MCFA dalam tubuh dipecah dan digunakan untuk menghasilkan energi, dan jarang disimpan sebagai lemak tubuh atau menumpuk dalam pembuluh nadi.
B. Agroindustri Agroindustri merupakan perusahaan yang mengolah bahan baku pertanian yang berasal dari tanaman atau hewan menjadi barang setengah jadi atau produk akhir. Pengolahan yang dimaksud meliputi transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi (Austin, 1992 dalam Brown, 1994 : 25). Menurut Tadjudin
(2007:25)
Agroindustri
dalam
sistem
pertanian
merupakan
penyempurnaan yang merangkai semua komponen menjadi satu kesatuan yang kuat. Ini berarti bahwa pengembangan agroindustri mempunyai keterkaitan kedepan memenuhi pasar melalui penguatan permintaan pasar melalui penguatan industri hilir dan ke belakang memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian. Keterpaduan yang dibangun melalui pengembangan agroindustri mempunyai dimensi yang amat luas mulai dari penguatan pasar hasil pertanian sampai dengan pembentukan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian. Pada dasarnya seluruh bagian buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk untuk berbagai keperluan. Teknologi pengolahan,standar mutu dan sistem sertifikasinya juga sudah dikuasai oleh tenaga ahli Indonesia. Namun berbagai kelemahan masih melekat di Industri pengolahan kelapa kita seperti suplai bahan baku, karena industri tidak memiliki kebun kelapa dan investasi yang relatif besar sehingga kurang menarik investor. Allorerung dan Lay (1998 : 26) menyatakan bahwa kelapa sebagian besar diolah menjadi kopra yang selanjutnya diolah menjadi minyak goreng. Namun usaha ini semakin lemah baik dalam perdagangan domestik maupun luar negeri karena tersaingi oleh minyak kelapa sawit. Selain diolah menjadi minyak, kini telah berkembang diversifikasi produk kelapa seperti dessicated coconut, gula kelapa, nata de coco, berbagai produk daging kelapa, kelapa parut
kering, arang tempurung, serat sabut kelapa, mebel kayu kelapa dan akhir-akhir ini berkembang santan siap saji dengan berbagai kemasan. Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain Virgin Coconut Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desicated Coconut (DC), Coconut Milk/Cream (CM/CC), Coconut Charcoal (CCL), Activated Carbon (AC), Brown Sugar (BS), Coconut Fiber (CF) dan Cocon Wood (CW), yang diusahakan secara parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatannya 5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk kopra. Berangkat dari kenyataan luasnya potensi pengembangan produk, kemajuan ekonomi perkelapaan di tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro (pendapatan petani, nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya akan semakin menuntut dukungan pengembangan industri kelapa secara kluster sebagai prasyarat (Allorerung et al. 2005). Industri pengolahan kelapa pada saat ini masih didominasi oleh produk setengah jadi berupa kopra dan coconut crude oil (CCO). Produk olahan lainnya yang sudah mulai berkembang adalah CC, nata decoco (ND), DC, AC, CF, dan brown sugar (BS). Perkembangan CCO dalam 10 tahun terakhir menunjukkan laju yang menurun (-0,2%). Di sisi lain laju perkembangan produk hilir cenderung meningkat. Sebagai contoh, laju perkembangan DC mencapai 7,8%, di mana tahun 2002 total produksinya mencapai 194,2 juta butir; laju perkembangan produksi AC sebesar 9%; laju perkembangan produksi serat sabut menurun 10,2%, walaupun permintaan CF di luar negeri meningkat. Kecenderungan penurunan laju tersebut terkait dengan dampak tidak terpenuhinya standar ekspor produk serat sabut asal Indonesia. Situasi ini mengindikasikan terjadinya 27 pergeseran orientasi produksi dari bahan setengah jadi menjadi produk akhir (Allorerung et al. 2005). Menurut Soekartawi (2000:58) permasalah agroindustri nasional sangat komplek, yaitu mulai dari masalah kurangnya dukunan kebijakan, masalah pasar, keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan (R & D), backward linkage dan forward linkage, produksi dan pengolahan dan sebagainya. Namun dari panjangnya rantai permasalahan tersebut, maka dapat dibuat empat proposisi utama yaitu pertama, proposisi yang berkaitan dengan aspek produksi khususnya perlunya memperhatikan ketersediaan produk pertanian yang dipakai sebagai bahan baku, baik dalam hal kuantitasnya, kualitasnya maupun kontinyuitasnya. Secara kuantitas, bahan
baku harus tersedia secara cukup setiap saat manakala bahan baku tersebut adalah bersifat musiman. Dilihat dari sisi kualitas, maka bahan baku seyogyanya harus tersedia secara tepat. Bila hal ini tidak terpenuhi maka hal tersebut akan berakibat pada menurunnya kualitas produk agroindustri. Lebih lanjut secara kontinuitas maka bahan baku harus tersedia secara kontinyu sepanjang tahun, karena proses produksi teruas berjalan tidak peduli apakah saat itu musim hujan atau musim kemarau. Untuk itu ketersediaan bahan baku ini harus diperhatikan baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Proposisi yang kedua adalah proposisi yang berkaitan dengan aspek konsumsi khususnya bersamaan dengan berkembangnya dinamika permintaan pasar, baik pasar individu atau rumah tangga ataupun pasar institusi, baik pasar yang ada di dalam negeri maupun pasar luar negeri
C. Strategi Pearce dan Robinson (1997 : 21) mengemukakan bahwa strategi merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang mengahasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan. Sedangkan Hunger dan Whelens (2003 : 27) manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menetukan kinerja organisasi. Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan suatu arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep srtategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil maka bersifat subjektif atau berdasarkan intuisi belaka dengan mengabaikan keputusan yang lain. Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut. Pimpinan suatu organisasi, setiap hari berusaha mencari kesesuaian antara kekuatankekuatan internal perusahaan dan kekuatan-kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar. Kegiatannya meliputi pengamatan secara hati-hati persaingan, peraturan, tingkat inflasi,
siklus bisnis, keinginan dan harapan konsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat mengindentifikasi peluang dan ancaman. Perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama yang dikemukakan oleh Chandler (1962) menyebutkan bahwa “Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan komoditas kelapa diarahkan pada peningkatan proroduktivitas melalui penggunaan bibit unggul dan pengelolaan usaha tani yang efisien, pengembangan produk kelapa yang bernilai ekonomi dengan mutu yang sesuai permintaan pasar, pemberdayaan kelompoktani atau gapoktan yang bermitra dengan industri kelapa/eksportir, bantuan teknis pembinaan dan pembiayaan bagi gapoktan dari instansi terkait yang terprogram dan berkelanjutan. Tujuan pengembangan kelapa adalah peningkatan pendapatan petani kelapa dan nilai tambah komoditas melalui peningkatkan efisiensi pemanfaatan potensi lahan dan potensi genetik kelapa untuk menghasilkan produkvitas yang tinggi dan mengolah produk-produk teknologi inovatif yang menghasilkan produk bernilai ekonomi cukup tinggi dan mempunyai pasaran luas.
D. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah cara menganalisis faktor internal dan faktor eksternal menjadi langkah strategi
dalam
pengoptimalan
usaha
yang
lebih menguntungkan (Rangkuti,2003). Analisis SWOT adalah bagian penting dari manajemen strategis proses perencanaan. Analisis SWOT didesain untuk digunakan dalam tahap awal pengambilan
keputusan
dan
sebagai
perencanaan strategis
di
berbagai
jenis
aplikasi. Manfaat dari analisis SWOT: (1) meningkatkan kesadaran manajerial lingkungan perubahan, (2) meningkatkan sumber daya keputusan alokasi, (3) memfasilitasi manajemen risiko, (4) bertindak sebagai sistim peringatan dini, dan (5) fokus perhatian pada pengaruh utama pada strategis perubahan. Analisis SWOT dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis, dan pengambilan keputusan. Model yang digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (strength, weakness, opportunities, threats).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Menurut Wheelen dan Hunger (2003 : 193), bahwa SWOT adalah akronim Strengths yang memaksimalkan kekuatan-kekuatan,dan Opportunities memaksimalkan peluang, Weaknesses
secarabersamaan
meminimalkan
kelemahan-kelemahan,
dan
Threarts
meminimalkan ancaman-ancaman dari organisasi, yang semuanya merupakan faktor strategi. Jadi anailisis SWOT harus mengidentifikasi kompetensi langkah (distinctive competence) perusahaan, yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan. Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembaangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Analisis SWOT dibuat berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara
bersamaan
dapat
meminimalkan
kekurangan
dan
ancaman.
Analisis
SWOT
membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal.
BERBAGAI PELUANG 3. Mendukung strategi trun around
1. Mendukung strategi agresif KEKUATAN
KEKUATAN
INTERNAL
EKSTERNAL
4. Mendukung strategi Defensif
2. Mendukung strategi difersifikasi
BERBAGAI ANCAMAN Gambar 1. Analisis kuadran SWOT
Keterangan : Kuadran 1 :
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Grow oriented strategy). Kuadran 2 : Meskipun mengalami berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi mengalami beberapa kendala/kelemahan internal. ini mirip dengan question mark adalah
dilain pihak, ia
Kondisi bisnis pada kuadran 3
pada BCG Matrik. Fokus strategi perusahaan ini
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, mengahadapi berbagai ancaman dan
perusahaan tersebut
kelemahan internal.
Rangkuti (2003 : 31 ), mengemukakan analisis SWOT dalam matriks SWOT. Matrik SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan. Matrik dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusaahan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, seperti ditujukan pada gambar berikut.
Tabel 1. Matriks SWOT (Srengths, Waeknsses, Opportunities, Threeats)
Faktor Internal
Kekuatan ( Strengths ) Tentukan
Faktor Eksternal
5-10
Kelemahan (Weaknesses ) faktor Tentukan 5-10
kekuatan internal
faktor kelemahan internal
Peluang ( Opportunities ) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Ancaman ( Threats ) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk memanfaatkan
kelemahan untuk
peluang
memanfaatkan peluang
STRATEGI S-T
STRATEGI W-T
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk mengatasi
kelemahan dan
ancaman
menghindari ancaman
Sumber :Rangkuti, 2003
Keterangan : a. Strategi SO Srategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Ini strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defentif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
E. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan Isra Tamrin (2012), dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng Bimoli: Studi Kasus di Kota Gorontalo” . Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat/distribusi dan promosi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo. Variabel produk, harga dan promosi secara sendiri-sendiri berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo, sedangkan tempat berpengaruh tidak nyata terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo. Widyatama (2009) dengan judul “ Strategi Pengembangan Komoditas Sukun: Studi Kasus di Kabupaten Cilacap”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Analisis yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan obyek atau subyek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta. Hasil analisis dapat di ketahui bahwa terdapat tiga macam saluran yang di tunjukan yaitu saluran pemasaran 1: petani,pedagang, penebas, produsen dan konsumen. Saluran 2 yaitu petani, pedagang, penebas, penyalur, penebas,penyalur dalam luar kota dan konsumen. Saluran 3 yaitu : petani,pedang penebas, pedagang pengumpul,pedagang luar kota dan konsumen. Penelitian Putuarta dkk (2011), dengan judul “ Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan: Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar”. Metode yang digunakan yaitu Metode Statistik Deskriptif yaitu metode pengorganisasian data,meringkas dan menyajikan data dalam cara yang informatif. Hasil penelitian alternatif pengembangan antara lain untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Penelitian Setyowati (2002), dengan judul “Analisis Usaha Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Ketela Ungu Sebagai Produk Unggulan : Studi Kasus di Kab upaten Karanganyar”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan usahan dan Anaisis SWOT. Hasil penelitian ini adalah (1) usaha agroindustri keripik ketela ungu menguntungkan, (2) strategi pengembangan agroindustri ketela ungu meliputi membangun kemitraan yang kuad dengan supplier ketela ungu, dan (3) pengembangan basis wilayah ketela ungu dan efisiensi produksi ketela ungu.
Penelitian selanjutnya di lakukan oleh Herdhiansyah,dkk (2012). Dengan judul “Strategi Pengembangan
Potensi
Wilayah
Agroindustri
Perkebunan
Wilayah: Studi Kasus
di
Kabupaten Kolaka”. Dengan metode yang di gunakan adalah Metode Delphi dan SWOT. Hasil penelitian menunjukan strategi pengembangan potensi wilayah agroindustri perkebunan unggulan berada pada kuadran 1atau strategi yang dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yaitu srategi agreesif dengan melakukan peningkatan kemandirian petani melalui pembinaan dan penyuluhan, pengembangan kemitraan pada kegiatan agroindustri dalam upaya menambah nilai tambah agroindutri.
F. Kerangka Pikir Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut :
PT. MULTI NABATI SULAWESI GRUP
AGROINDUSTRI MINYAK KELAPA
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
ANALISIS SWOT
STRATEGI PENGEMBANGAN
Gambar 2. Kerangka pikir “ Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa di Nabati Sulawesi Grup.
PT. Multi
Berdasarkan Gambar 2 diatas dapat diuraikan bahwa PT. Multi Nabati Sulawesi Grup merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah yaitu menjadi bahan jadi yaitu minyak kelapa. Pada agroindustri minyak kelapa terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : kekuatan
yaitu kondisi suatu perusahaan yang mampu untuk
melakukan semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat mencukupi (umumnya di atas rata-rata industri), dan kelemahan yaitu penyimpangan yang membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan sehingga mempengaruhi tingkat kemampuan bersaing dengan para pesaing dalam industri. Faktor eksternal meliputi
: peluang yaitu
kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya sehingga perusahaan tersebut dapat meraih pangsa pasar dengan keuntungan yang lebih besar, dan ancaman yaitu bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahaan yang membantu manajemen untuk mengetahui tantangan yang akan dan telah dihadapi perusahaan yang timbul karena karena adanya suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan di luar perusahaan. Kedua faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis SWOT untuk merumuskan strategi . Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. SWOT terdiri dari Strengths yang memaksimalkan kekuatan-kekuatan,dan Opportunities memaksimalkan peluang,
Weaknesses secara bersamaan meminimalkan
kelemahan-kelemahan, dan Threarts meminimalkan ancaman-ancaman dari organisasi. Dari Analisis SWOT akan menghasilkan strategi pengembangan.