BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Audit Internal Audit internal merupakan suatu profesi penilaian yang sifatnya independen dan objektif yang berada dalam suatu organisasi untuk memeriksa pembukuan, keuangan, dan operasional lainnya sebagai pemberi jasa kepada manajemen. Audit internal wajib memberikan laporan hasil penilaian kepada manajemen atau pimpinan perusahaan, berupa penyediaan informasi yang dibutuhkan untuk membuat suatu keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasi perusahaan yang memberikan pendapat dan rekomendasi yang dijadikan dasar dalam membantu pengambilan keputusan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.1.1 Pengertian Audit Internal Ada berbagai macam pengertian mengenai Audit Internal yang intinya mengandung arti yang sama meskipun pengungkapannya berbeda. Para ahli yang mengemukakan pengertian Audit internal diantaranya adalah menurut Dan M. Guy, C. Wayne dan Alan J. dalam bukunya Auditing yang dialih bahasakan oleh Paul A. Rajoe dan Ichsan Setiyo Budi adalah sebagai berikut : “Suatu fungsi penilai independen yang dibentuk dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatannya sebagai jasa bagi organisasi.” (2003:408)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2
Sedangkan menurut Lawrence B. Sawyer dalam bukunya Internal Auditing yang dialih bahasakan oleh Desi Adhariani pengertian audit internal adalah sebagai berikut : “Audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengeloalaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.” (2005:9) Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa audit internal merupakan fungsi independen yang berada dalam suatu organisasi yang berfungsi untuk memeriksa, menguji dan mengevaluasi kegiatan sebagai jasa bagi organisasi.
2.1.2;Tujuan Audit Internal Ada beberapa tujuan audit internal yang dikemukakan oleh para ahli salah satunya adalah menurut Statements of Responsibilities of Internal Auditor yang diterbitkan oleh IIA dan dikutip oleh Dan M. Guy, C. Wayne dan Alan J. dalam bukunya Auditing yang dialih bahasakan oleh Paul A. Rajoe dan Ichsan Setiyo Budi adalah sebagai berikut : “Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi melaksanakaan tanggung jawabnya secara efektif.” (2003:410)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
3
Sedangkan tujuan audit internal menurut Hiro Tugiman dalam bukunya Standar Profesional Audit Internal, adalah sebagai berikut: ”Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.” (2006:11) Dari kedua pernyataan diatas bahwa tujuan audit internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Selain itu tujuan dari pemeriksa internal mencakup pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.
2.1.3;Norma Praktik Profesional Audit Internal Agar pelaksanaan Audit Internal dapt berjalan dengan baik maka harus ada suatu norma khusus yang dilengkapi dengan pedoman yang tepat dari suatu istilah yang digunakan untuk memenuhi norma tersebut. Menurut Dan M. Guy, C. Wayne dan Alan J. dalam bukunya Auditing yang dialih bahasakan oleh Paul A. Rajoe dan Ichsan Setiyo Budi, norma praktik professional audit internal dibagi menjadi lima kategori, yaitu : “Standar IIA untuk praktik professional audit internal dibagi menjadi lima kategori yang luas, yaitu: independensi, kemampuan professional, ruang lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan audit, serta manajemen departemen audit internal.” (2003:413)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
4
Lebih lanjut penjelasan mengenai norma praktik profesional audit internal, yaitu: 1
Independensi Dalam melaksanakan pekerjaannya auditor internal dianggap mandiri apabila melaksankannya dengan bebas dan objektif. Independensi auditor internal diperoleh melalui status organisasi dan objektivitas. a
Status organisasi Status organisasi membantu auditor internal untuk mempertahankan independensinya. Selain itu status organisasi harus memberi keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya.
b
Objektivitas Dalam melakukan suatu audit, auditor harus memiliki sikap mental objektif dan independen. Agar auditor internal tidak mengurangi pertimbangannya atas suatu masalah audit di bawah pertimbangan lain.
2
Kemampuan Profesional Seorang auditor internal harus memiliki tingkat kemampuan teknis yang tinggi agar dapat mempertanggungjawabkan dengan benar. Kemampuan teknis meliputi penyusunan staf; pengetahuan, kererampilan dan disiplin ilmu; keseuaian dengan standar profesi; hubungan antar manusia; pendidikan berkelanjutan; serta keahlian profesional.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
1
5
Departemen Audit Internal a
Penyusunan staf Adanya kesesuaian antara kemampuan teknis dan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para auditor internal
b
Pengetahuan, keterampilan, dan disiplin Dalam melaksanakan tanggung jawab audit bagian audit internal harus memiliki atau mendapatkan penegtahuan, keterampilan dan disiplin ilmu yang diperlukan.
c
Supervisi Bagian audit internal harus memberikan keyakinan bahwa audit internal telah disupervisi dengan benar.
2
Auditor Internal d
Ketaatan terhadap standar perilaku Standar professional harus ditaati oleh semua auditor internal.
e
Pengetahuan, keterampilan, dan disiplin ilmu Dalam melakukan audit internal para auditor harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu yang esensial.
f
Hubungan dan komunikasi antarkaryawan Para
auditor
internal
harus
terampil
dalam
berhubungan
dan
berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. g
Pendidikan yang berkelanjutan Para auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
h
6
Keahlian professional Dalam pelaksanaan audit internal para auditor harus menggunakan keahlian professional.
3
Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan audit internal meliputi keandalan informasi, kesesuaian dengan kebijaksanaan, perlindungan terhadap harta, penggunaaan sumber daya secara ekonomis dan efisien, serta pencapaian tujuan. a
Keandalan informasi Auditor internal harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan pelaksanaan
pekerjaan
dengan
cara-cara
yang
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut. b
Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan Auditor internal harus memeriksa sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundangundangan
c
Perlindungan terhadap harta Auditor internal harus memeriksa kesesuaian sarana yang digunakan untuk melindungi harta kekayaan organisasi.
d
Penggunaaan sumber daya secara ekonomis dan efisien Auditor internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang digunakan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
e
7
Pencapaian tujuan Agar tujuan dan sararan yang telah ditetapkan sesuai dengan apa yang dicapai maka auditor internal harus memeriksa operasi dan program.
4
Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Pelaksanaan audit memberikan pedoman tentang struktur audit secara keseluruhan, yang meliputi bidang-bidang perencanaan pemeriksaan; pengujian dan pengevaluasian informasi; penyampaian hasil pemeriksaan; dan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan.
a
Perencanaan pemeriksaan Setiap audit harus direncanakan terlebih dahulu oleh auditor internal.
b
Pengujian dan pengevaluasian informasi Untuk mendukung hasil audit auditor internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mendokumentasikan informasi.
c
Penyampaian hasil pemeriksaan Auditor internal harus menyampaikan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.
d
Tindak lanjut hasil pemeriksaan Auditor internal harus meninjau untuk memastikan bahwa telah dilakukan tindakan yang tepat atas temuan audit yang dilaporkan.
5
Manajemen Bagian Audit Internal Agar dapat bekerja secara efektif, fungsi audit inernal harus dikeloala secara tepat. Pipimpinan audit internal bertanggungjawab mengelola bagian audit internal secara tepat, sehingga pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
8
dan tanggung jawab disetujuai oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan; sumber daya bagian audit internal digunakan secara efisien dan efektif; pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar profesi. a
Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.
b
Perencanaan Pimpinan audit internal harus merencanakan segala sesuatu untuk pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.
c
Kebijaksanaan Sebagai pedoman bagi para staf audit maka pimpinan audit internal harus membuat kebijakan dan prosedur secara tertulis.
d
Manajemen personel Untuk memilih dan mengembangkan sumber daya manusia bagian audit internak maka pimpinan audit internal harus menetapkan program.
e
Auditor eksternal Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan upaya antara auditor internal dan auditor eksternal.
f
Pengendalian mutu Untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal, pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
9
2.2;Efektivitas Ada berbagai macam pengertian mengenai efektivitas yang mempunyai arti yang sama meskipun pengungkapannya berbeda. Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Bealey yang dialih bahasakan oleh Ford Lumban Gaol dalam bukunya Auditing dan Pelayanan Verifikasi pengertian efektivitas adalah : “Efektivitas merujuk kepencapaian tujuan, sedangkan efisiensi mengacu ke sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.” (2006:496) Sedangkan menurut Azhar Susanto dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi Konsep dan Pengembangan berbasis Komputer adalah : “Efektivitas adalah ukuran yang menunjukkan satu atau beberapa tujuan telah dicapai.” (2004:100) Dari kedua pendapat disimpulkan bahwa pengertian dari efektivitas adalah ukuran yang merujuk kepencapaian tujuan atau menunujukkan tujuan yang telah dicapai.
2.3;Pengendalian Intern Semakin luas ruang lingkup kegiatan perusahaan akan mengakibatkan manajemen tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap jalannya operasi perusahaan, sedangkan tanggung jawab yang utama untuk menjaga keamanan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
10
harta milik perusahaan dan untuk mencegah kesalahan dan kesengajaan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengendalian intern.
2.3.1; Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian merupakan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan untuk memberikan kepastian yang wajar bahwa tujuan entitas khusus akan tercapai. Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Bealey yang dialih bahasakan oleh Ford Lumban Gaol dalam bukunya Auditing dan Pelayanan Verifikasi pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut : “Proses yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian sasaran manajemen dalam kategori berikut : (1) keandalan pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi dari operasional, dan (3) pemenuhan dengan ketentuan hukum dan peraturan yang bisa diterapkan.” (2003:432) Pengertian pengendalian intern menurut Azhar Susanto dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi menyatakan bahwa : “Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan kariyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui : efesiensi dan efektivitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.” (2002:103) Sedangkan pengertian pengendalain intern menurut Marshall dan Paul John yang dialih bahasakan oleh Dewi Nur Ali Widyanahar dalam bukunya Sistem Informasi akuntansi menyatakan bahwa :
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
11
”Pengendalian intern adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efesiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.” (2004:229) Dari beberapa pengertian diatas
maka kesimpulan dari pengertian
pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personalia yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian sasaran dalam kategori keandalan informasi, efektivitas dan efisiensi operasi, serta pemenuhan dengan ketentuan hukum dan peraturan yang bisa diterapkan. 2.3.2; Tujuan Pengendalian Intern Pengendalian intern dalam perusahaan dibuat untuk membantu lebih berhasilnya organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan, dan juga memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan. Tujuan dari pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tujuan. Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut: “(1) Menjaga kekayaan organisasi, (2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) Mendorong efisiensi, dan (4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.” (2001:163)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
12
Lebih lanjut penjelasan mengenai tujuan pengendalian intern, adalah sebagai berikut : 1
Menjaga kekayaan organisasi Untuk menghindari segala kemungkinan terjadinya kecurangan , penyelewengan dan lain-lainya maka perlu adanya pengamanan terhadap kekayaan perusahaan. Untuk itu perlu suatu pengendalian yang memadai untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan tersebut.
2
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi Laporan keuangan yang berisis informasi akuntansi keuangan dan laporan manajemen yang berisi informasi akuntansi manajemen harus dapat dipercaya, tidak menyesatkan dan dapat diuji kebenarannya.untuk melakukan uji coba, fungsi yang ada dalam struktur organisasi terutama yang berhubungan langsung dengan transaksi keuangan harus dipisahkan.
3
Mendororng efisiensi Dengan adanya metode dan prosedur pengendalian biaya maka akan dapat mengendaliakan biaya dengan tujuan untuk menciptakan efisiensi.
4
Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Dengan adanya kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan maka pengendalian yang penting di dalam perusahaan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh karyawan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
13
Sedangkan tujuan pengendalian intern menurut Marshall dan Paul John yang dialih bahasakan oleh Dewi Nur Ali Widyanahar dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi menyatakan bahwa: ”Tujuan pengendalian intern adalah untuk : (1) Menjaga aset, (2) Memebrikan informasi yang akurat dan andal, (3) Mendorong dan memeperbaiki efisiensi, (4) Mendorong kesesuain dengan tujuan yang telah ditetapkan.” (2004:229) Tujuan dari pengendalian intern akan terlaksana dengan baik bila pengendalian interndijalankan dengan baik pula dan sesuai dengan prosedur yang ada. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian intern ini adalah untuk menjaga keamanan harta milik suatu organisasi, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efesiensi dalam operasi dan membantu agar tidak ada yang menyimpang dari kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
2.3.3 Komponen Pengendalian Intern Penelitian Committe of Sponsoring Organization (COSO) menyatakan bahwa pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen dan mereka yang ada dibawah arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian dicapai. Pengendalian intern memberikan jaminan yang wajar, bukan yang absolut, karena kemungkinan kesalahan manusia, kolusi, dan penolakan manajemen atas proses pengendalain, membuat proses ini menjadi tidak sempurna.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
14
COSO menyajikan langkah yang signifikan atas definisi pengendalian intern yang dahulu terbatas atas pengendalian akuntansi, menjadi pengendalian yang menagani tujuan yang luas dari dewan komisaris dan pihak manajemen. Lima komponen pengendalian internal menurut COSO yang disajikan oleh Marshall dan Paul John yang dialih bahsakan oleh Dewi Nur Ali Widyanahar dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi adalah sebagi berikut : ”Lima komponen pengendalian internal COSO yang saling berhubungan : 1 Lingkungan pengendalian 2 Aktivitas pengendalian 3 Penilaian risiko 4 Informasi dan komunikasi 5 Pengawasan.” (2004:231) Pengendalian intern yang menyatu mendorong peningkatan kualitas dan inisiatif, menghindari biaya yang tidak seharusnya, dan menghasilkan respon yang cepat terhadap perubahan keadaan. Lima komponen pengendalian yang berkaitan dengan struktur adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian Menentukan kualitas entitas dengan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian
dari
orang-orang
disekitarnya.
Lingkungan
pengendalian
merefleksikan keseluruhan sikap, kesadaaran, dan tindakan dewan direksi, manajemen,
karyawan,
serta
pihak-pihak
lainnya
mengenai
pentingnya
pengendalian tersebut dan penekanan yang diberikannya dalam entitas, hal itu merupakan pondasi kedisiplinan dan struktur dari semua komponen pengendalian internal lainya.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
15
Lingkungan pengendalian terdiri dari tujuh faktor : 1
Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika Merupakan hal yang penting bagi pihak manajemen untuk menciptakan struktur organisasi yang menekankan pada integritas dan nilai-nilai etika.
2
Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi Semakin bertanggung jawab filosofi pihak manajemen semakin besar kemungkinan para pegawai akan berprilaku secara bertanggung jawab dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
3
Struktur organisasi Struktur organisasi perusahaan menetapkan garis otorisasi dan tanggung jawab serta menyediakan kerangka umum untuk perencanaan, pengarahan dan pengendalian operasinya.
4
Badan audit dewan komisaris Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi struktur pengendalian intern perusahaan, proses pelaporan keuangan serta kepatuhan terhadap hukum, peraturan, dan standar yang terkait.
5
Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab Pihak manajemen harus memberikan tanggung jawab untuk tujuan bisnis tertentu ke departemen dan individu yang terkait.
6
Kebijakan dan praktek-praktek dalam sumber daya manusia Kebijakan dan praktek mengenai pengontrakan, pelatihan, pengevaluasian, pemberian kompensasi, dan promosi pegawai mempengaruhi kemampuan organisasi untuk meminimalkan ancaman dan risiko.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
7
16
Pengaruh-pengaruh eksternal Pengaruh eksternal yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah persyaratan yang dibebankan oleh bursa efek, dan oleh Financial Accounting Standards Borads (FASB).
2
Aktivitas-aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kegiatan-kegiatan pengendalian yang merupakan kebijakan atau peraturan yang menyediakan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian pihak manajemen, dapat dicapai. Secara umun prosedur pengendalian adalah sebagai berikut : 1
Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai Para
pegawai
melaksanakan
tugas
dan
membuat
keputusan
yang
mempengaruhi aset perusahaan.oleh karena itu pihak manajemen kekurangan waktu dan sumberdaya untuk melaksanakan supervisi setiap aktivitas dan keputusan mereka membuat kebijakan untuk diikuti oleh para pegawai, dan kemudian memberdayakan mereka untuk melaksanakannya, pemberdayaan ini yang disebut dengan otorisasi. 2
Pemisahan tugas Pengendalian intern yang baik mengsyaratkan bahwa tidak ada pegawai yang diberi tanggung jawab terlalu banyak. Tugas harus dipisahkan untuk mengurangi
kemungkinan
terjadinya
kesalahan
dan
usaha
untuk
menyembunyikan kesalahan atau penyimpangan tugas oleh orang-orang terkait. Manajemen dapat melakukan pemisahan tugas dengan memberikan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
17
tanggung jawab untuk mengotorisasi transaksi, mencatat transaksi, dan melakukan pengawasan terhadap aktiva kepada orang-orang yang berbeda. 3
Desain dan pengunaan dokumen serta catatan yang memadai Desain dan pengunaan catatan yang memadai membatu untuk memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan bentuk dan isinya.
4
Penjagaan aset dan dokumen yang memadai Pada masa sekarang salah satu aset terpenting adalah informasi, oleh sebab itu harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik berupa aset informasi ataupun fisik. Prosedur untuk menjaga aset dari pencurian adalah sebagai berikut: a b
5
Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif. Memelihara catatan aset dan informasi secara akurat.
c
Membatasi akses secara fisik ke aset.
d
Melindungi catatan dan dokumen.
e
Mengendalikan lingkungan.
f
Pembatasan akses keruang komputer, file komputer dan informasi. Pemeriksaan independen atas kinerja
Pemeriksaan intern untuk memastikan bahwa seluruh transaksi diproses secara akurat adalah elemen pengendalian lainnya yang penting. Pemeriksaan ini harus independen, karena pemeriksaan biasanya akan lebih efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi yang diperiksa.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
18
Jenis pemeriksaan yang independen apabila dilaksanakan sebagai berikut : a
Rekonsiliasi dua rangkaian catatan yang dipelihara secara terpisah.
b c
Perbandingan jumlah aktual dengan yang dicatat. Pembukuan berpasangan.
d e 3
Jumlah total kontrol. Peninjauan independen. Penilaian risiko Penilaian risiko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen
dalam
mengidentifikasikan
dan
menganalisis
risiko
yang
menghambat
perusahaan dalam mencapai tujuan. Akuntan berperan penting dalam membantu manajemen
mengontrol bisnis dengan mendesain sistem pengendalian yang
efektif dan mengevaluasi sistem yang ada untuk memastikan sistem tersebut berjalan
dengan
efektif.
Akuntan
dapat
mengevaluasi
sistem
dengan
menggunakan strategi manajemen risiko. Manajemen harus mengidentifikasikan salah satu atau beberapa pengendalian yang akan melindungi perusahaan dari setiap ancaman. Dalam mengevaluasi keuntungan prosedur pengendalian intern tertentu, manajemen perlu mempertimbangkan keefektifan dan waktunya. Manfaat dari sebuah prosedur pengendalian intern harus melebihi biayanya. Akan tetapi biaya lebih mudah diukur, elemen utama biaya adalah personil, termasuk waktu untuk melaksanakan prosedur pengendalian, biaya untuk memperkerjakan pegawai tambahan agar mencapai pemisahan tugas yang efektif. Pengendalian intern memberikan manfaat pada perusahaan dari adanya pengurangan kerugian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
4
19
Informasi dan komunikasi Komponen
keempat
pengendalian
intern
adalah
informasi
dan
komunikasi. Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi dan bagaimana mengkomunikasikan informasikan tersebut. Akuntan juga harus memahami catatan dan prosedur akuntansi, dokumen-dokumen pendukung, dan akun pelaporan keuangan tertentu yang terlibat dalam pemrosesan dan pelaporan transaksi. Sistem informasi akuntansi memiliki lima tujuan utama, yaitu Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang valid, Mengklasifikasikan transaksi secara tepat, Mencatat transaksi pada nilai moneter yang tepat, Mencatat transaksi pada periode akuntansi yang tepat, Menampilkan secara tepat semua transaksi. Sistem akuntansi pada umumnya terdiri dari beberapa subsistem, yang masing-masing didesain untuk memproses jenis transaksi tertentu. 5
Pengawasan Seluruh proses harus diawasi dan perubahan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Melalui cara ini, sistem dapat bereaksi secara dinamis, berubah sesuai dengan tuntutan keadaan. Pengendalian internal dapat berubah dari waktu kewaktu karrena berbagai alasan. Entitas dapat memperluas atau memperkecil operasinya, personel baru dapat bergabung dengan entitas atau keefektifan dan pengawasan mungkin bervariasi. Oleh karena itu, manajemen perlu melakukan hal ini dengan pengawasan proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
20
dari waktu kewaktu. Metode utama untuk mengawasi kinerja mencakup supervisi yang efektif pelaporan yang bertanggung jawab dan audit internal. Supervisi yang efektif mencakup melatih dan mendampingi pegawai, mengawasi kinerja, mengkoreksi kesalahan, dan melindungi aset dengan cara mengawasi pegawai. Supervisi merupakan hal yang penting bagi organisasi yang tidak mampu melaporkan tanggung jawab secara rinci, atau terlalu kecil untuk memiliki pemisahan tugas yang memadai.
2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Intern Sebaik apapun pengendalian intern dalm pelaksanaannya tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh personil yang berkualitas, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan dalam pelaksanaannya, adapun keterbatasan-keterbatasan
suatu
pengendalian
intern
tersebut
seperti
yang
dikemukakan oleh Mulyadi dalam bukunya Auditing adalah sebagai berikut : “Keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern : (1) Kesalahan dalam pertimbangan, (2) Gangguan, (3) Kolusi, (4) Pengabaian oleh manajemen, (5) Biaya lawan manfaat.” (2002:181)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
21
Lebih lanjut penjelasan mengenai keterbatasan pengendalian intern adalah sebagai berikut : 1
Kesalahan dalam pertimbangan Karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain mengakibatkan manajemen dan personel lain mengalami kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin.
2
Gangguan Pemahaman salah personel terhadap perintah, tidak ada perhatian, kelelahan, kelalaian, dan perubahan sikap yang bersifat sementara maupun yang bersifat permanen dapat mengakibatkan suatu gangguan.
3
Kolusi Kolusi merupakan tindakan bersama dengan tujuan kejahatan yang berakibat buruk terhadap pengendalian intern yang telah dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
4
Pengabaian oleh manajemen Keuntungan pribadi manager, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu merupakan pengabaian manajemen terhadap kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah.
5
Biaya lawan manfaat Manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
22
karena biaya nyang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.
2.4;Kas Kas merupakan harta yang paling rawan dalam suatu perusahaan karena berpotensi terjadinya kecurangan, penyelewengan, selain itu juga terdapat kemungkinan kesalahan. Oleh karena itu pengelolaan kas yang baik akan dapat mencegah terjadinya dana yang menganggur dan sedapat mungkin memanfaatkan dana tersebut sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan.
2.4.1; Pengertian Kas Ada berbagai macam pengertian mengenai kas yang intinya mengandung arti yang sama meskipun dengan pengungkapan yang berbeda. Pengertian kas menurut Indra Bastian dan Suwardjono dalam bukunya Akuntansi Perbankan adalah sebagai berikut : “Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan” (2006:138) Menurut Soemarso dalam bukunya Pengantar Akuntansi pengertian kas adalah sebagai berikut : “Uang dalam bentuk tunai maupun rekening bank yang dipunyai perusahaan.” (2004:54)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
23
Sedangkan menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini dalam modul Pengantar Akuntansi II pengertian kas adalah sebagai berikut : “Cash diartikan sebagai alat bayar atau alat tukar dalam transaksi keuangan.” (2004:13) Dari beberapa pengertian kas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan alat pembayaran atau alat tukar dalam bentuk tunai maupun rekening bank yang dipunyai perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
2.4.2; Tugas Pokok Bagian Kas Kasir merupakan orang yang menangani tugas pokok bagian kas, hal yang ditangani oleh kasir adalah menerima uang yang berasal dari bagian surat masuk, penjualan kontan atau penerimaan piutang secara langsung maupun dari bagian penagihan, menyimpannya, pengeluaran kas dan membuat laporan kas.
2.4.3; Prosedur Penerimaan Kas/Bank Ada beberapa prosedur penerimaan kas baik yang berasal dari penjualan langsung maupun dari penerimaan piutang, yaitu : a
Prosedur penerimaan kas dari penjualan langsung Dari hasil pemerimaan uang atau cek pada hari itu, esok harinya disetor ke bank, oleh bank dibuatkan bukti penerimaan rangkap dua sebagai tanda terima dan kemudian didistribusikan ke bagian akuntansi (yang asli) untuk dicatat ke
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
24
dalam buku kas atau bank terima sedangkan tembusannya sebagai arsip bagian kas di bank b
Prosedur penerimaan kas dari penerimaan piutang Bagian surat masuk menerima surat-surat antara lain surat-surat pelunasan hutang, cek dan remittance advice (surat pemberitahuan) dicocokkan kemudian dibuatkan daftar penerimaan uang harian rangkap dua, kemudian didistribusikan ke bagian piutang berupa bukti penerimaan kas yang asli dan remittance advice (surat pemberitahuan) sedangkan tembusannya bersama-sama dengan cek di serahkan ke kas.
2.4.3.1;
Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah : 1
Fungsi penjualan Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur kepada pembeli.
2
Fungsi kas Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
3
Fungsi gudang Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang yang dipesan oleh pembeli serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.
4
Fungsi pengiriman Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar kepada pembeli.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
5
25
Fungsi akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan.
Sedangkan fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah : 1
Fungsi sekretariat Fungsi ini bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan melalui pos dari para debitur perusahan.
2
Fungsi penagihan Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
3
Fungsi kas Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi secretariat ataun dari fungsi penagihan.
4
Fungsi akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang.
5
Fungsi pemeriksa intern Fungsi ini bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.4.3.2;
26
Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah : 1
Faktur penjualan tunai Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjulan tunai.
2
Pita register kas Pita register merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur bpenjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.
3
Credit card sales slip Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi anggota kartu kredit.
4
Bill of lading Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum.
5
Faktur penjualan card on delivery (COD) atau faktur penjualan yang melibatkan kantor pos Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan COD.
6
Bukti setor bank Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
7
27
Rekapitulasi harga pokok penjualan Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selam satu periode.
Sedangkan dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah : 1
Surat pemberitahuan Dokumen ini dibuat oleh debitur untuk memberitahu maksud pembayaran yang dilakukannya.
2
Daftar surat pemberitahuan Daftar surat pemberitahuan merupakan rekapitulasi penerimaan kas yang dibuat oleh fungsi sekretariat dan fungsi penagihan.
3
Bukti setor bank Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas yang diterima dari piutang ke bank.
4
Kuitansi Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang mereka.
2.4.4; Prosedur Pengeluaran Kas/Bank Ada dua prosedur pengeluaran kas, yaitu proseur pengeluaran kas dan prosedur pengeluaran kas kecil. Lebih lanjut akan dijelasskan mengenai prosedur pengeluaran kas dan prosedur pengeluaran kas kecil.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
a
28
Prosedur pengeluaran kas Sistem pengeluaran kas menggunakan cek, pencatatan transaksi pembelian
dalam jurnal pembelian dilaksanakan oleh bagian jurnal berdasarkan faktur dari pemasok sebagai dokumen sumber. Faktur dari pemasok kemudian dicatat dan disimpan bersama dengan dokumen pendukung yang bersangkutan oleh bagian utangberdasarkan tanggal jatuh temponya. Pada saat jatuh temponya, faktur dari pemasok dilampiri dengan dokumen pendukunya diserahkan oleh bagian utang kepada bagian kasa. Bagian kasa membuat ceka atas nama dan meminta tanda tangan atas cek dari pejabat yang berwenang dan kemudian mengirimkan cek tersebut kepada kreditur. Faktur dari pemasok dan dokumen pendukungnya diserahkan oleh bagian kasa kepada bagian jurnal untuk dicatat oleh bagian yang terakir ini dalam jurnal pengeluaran kas. b
Prosedur pengeluaran kas kecil Pemegang dana kas kecil hanya mengarsipkan dokumen permintaan
pengeluaran kas kecil menurut abjad nama pemakai dana kas kecil, pemegang dana kas kecil mengarsipkan bukti pengeluaran kas kecil yang dilampiri dengan permintaan pengeluaran kaas dan dokumen pendukungnya. Dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan untuk dipakai sebagai dasar permintaan pengisian kembali dana kas kecil sebesar jumlah dana yang telah dikeluarkan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.4.4.1;
29
Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah : 1
Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas Jika suatu fungsi memerlukan pengeluaran kas, fungsi yang bersangkutan mengajukan permintaan cek kepada fungsi akuntansi.
2
Fungsi kas Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek, dan mengirimkan cek kepada kreditur melalui via pos atau membayar langsung kepada kreditur.
3
Fungsi akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab atas pencatatn pengeluaran kas, pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas, pembuatan bukti kas keluar.
4
Fungsi pemeriksa intern Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penghitungan kas secara periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan saldo kas menururt catatan akuntansi.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.4.4.2;
30
Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem pengeluaran kas dengan cek adalah : 1
Bukti kas keluar Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada bagian kasa sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut.
2
Cek Dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi yang mnamanya tercantum pada cek.
3
Permintaan cek Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat bukti kas keluar.
2.5; Prinsip Sistem Pengendalian Intern Kas Karena bersifat likuid, maka pengendalian untuk uang kas harus lebih ketat jika dibandingka dengan aktiva yang lainnya. Untuk itu harus ada langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut : 1
Kebijakan penyediaan dana kas atau bank. Untuk menyusun suatu pengaturan atas kas maka perlu disusun sebelumnya skal kebutuhan akan uang kontan di perusahaan maupun di bank.
2
Adanya pemisahan fungsi
3
Perlu diciptakan sistem dana kas kecil untuk memenuhi kebutuhan minimum.
4
Digunakan dokumen atau bukti penerimaan dan pengeluaran.
yang bernomor urut dan bercetak untuk
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
5
31
Bagian kas dibagi atas bagian kas diterima dan kas keluar dan mencatat transaksi kas melalui buku kas terima dan buku kas keluar.
6
Jumlah penerimaan pada hari berikutnya disetor ke bank.
7
Adanya inventarisasi fisik atas uang kas maupun cek secara periodik.
8
Perlu disususun rekonsiliasi bank secara periodik.
9
Perlu diciptakan sistem cuti bergilira dan pemutasian atas petugas kas dan petugas pencatat.
10
Perlu disusun anggaran kas untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran dengan menyusun cash flow.
11
Digunakan mesin cash register untuk penjualan tunai yang cukup banyak mutasinya.
12
Setiap voucher atau slip kas yang dibayar menggunakan satu cek.
13
Setiap pengeluaran melalui otorisasi.
14
Setiap pembuatan cek dicatat pada cek register.
15
Atas semua surat yang masuk yang berhubungan dengan keuangan harus dicatat dan diawasi dengan baik sebelum diserahkan ke kas.
16
Calon kasir menyerahkan uang jaminan untuk menjamin kemungkinan kerugian atas kas.
17
Bila perlu diadakan cadangan kerugian kas untuk menampung kerugian atas kas.
18
Penendatanganan atas cek dilakukan oleh dua orang pejabat untuk menciptakan tanggung jawab.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
19
32
Diadakan cuti bergiliran terhadap petugas kas sehingga setiap petugas yang akan mengambil cuti akan mempertanggung jawabkan saldo kas sebaik-baiknya.
2.5.1; Unsur Pengendalian Intern Penerimaan Kas Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi unsur pengendalian intern penerimaan kas dari penjualan tunai adalah sebagai berikut : “Organisasi 1 Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas 2 Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi 3 Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan 4 Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. 5 Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut. 6 Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit. 7 Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai. 8 Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda faktur penjualan tunai. Praktik yang sehat 9 Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan 10 Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya. 11 Perhitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.” (2001:470) Sedangkan unsur pengendalian intern penerimaan kas dari piutang menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi adalah sebagai berikut : “Organisasi 1 Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas. 2 Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
33
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan 3 Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindah bukuan. 4 Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar piutang yang harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi 5 Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur. Praktik yang sehat 6 Hasil penghitungan kas harus direkam dalam berita cara penghitungan kas dan disetor penuh ke bank dengan segera. 7 Para penagih dan kasir harus diasuransikan 8 Kas dalam perjalanan (baik yang di tangan bagian kasa maupun di tangan penagih perusahaan) harus diasuransikan.” (2001:490) 2.5.2; Unsur Pengendalian Intern Pengeluaran Kas Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi unsur pengendalian intern pengeluaran kas adalah sebagai berikut : “Organisasi 1 Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi 2 Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan 3 Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang. 4 Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. 5 Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas harus didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap. Praktik yang sehat 6 Saldo kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya. 7 Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan. 8 Penggunaan rekening koran bank, yang merupakan informasi dari pihak ketiga, untu mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksa intern yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
9 10 11 12 13 14 15
34
Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan pemindah bukuan. Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, pengeluaran ini dilakukan sistem akuntansui pengeluaran kaas melalui dana kas kecil, yang akuntansinya diselenggarakan dengan imperest system. Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di tangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi. Kas yang ada di tangan dank as yang ada di perjalanan diasuransikan dari kerugian. Kasir diasuransikan. Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadap kas yang ada di tangan. Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian kasa.” (2001:518)
2.6; Hubungan Audit Internal Dengan Efektivitas Pengendalian Intern Kas Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa disana terlihat adanya hubungan salaing menunjang antara audit internal dengan pengendalian intern. Dapat dikatakan bahwa kedua alat tersebut harus berjalan bersama-sama di dalam suatu perusahaan, perusahaan yang telah melaksanakan audit internal dengan baik pasti akan memiliki pengendalian intern yang baik pula karena salah satu tujuan audit internal adalah meningkatkan efektivitas pengendalian intern. Seperti yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman dalam bukunya Standar Profesional Audit Internal , bahwa : ”Pemeriksa internal bertanggung jawab mendukung pencegahan kecurangan, dengan cara menguji dan mengevaluasi kecukupan dan keefektivan sistem pengendalian internal, sesuai dengan tingkat kerugian atau risiko yang potensial dalam berbagai segmen kegiatan organisasi.” (2006:34) Dengan demikian jelas bahwa dalam melaksankan fungsinya pemeriksa intern yang memadai harus objektif dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu, aktivitas
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
35
pemeriksaan intern harus mendapatkan dukungan dari pimpinan agar pemeriksaan intern dan pengendalian intern dapat berjalan efektif dan efisien.