BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepribadian Proaktif
Setiap manusia pasti memiliki kepribadian di mana dengan kepribadian
inilah ia bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain serta lingkungan sekitarnya. Kepribadian inilah yang membedakan setiap individu. Kepribadian merupakan keseluruhan total cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan yang lain (Robbins, 2003: 120). Sedangkan menurut Cuber. “Pengertian
Kepribadian
Menurut
Para
Ahli.”
sciences/sociology/1943463-pengertian-kepribadian-menurut-para-ahli/>. 15 Mei 2012., kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. Dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan perpaduan yang utuh antara sifat, sikap, pola pikir, emosi, dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu agar berbuat sesuatu yang benar sesuai dengan lingkungannya. Adapun faktor penentu kepribadian menurut Robbins (2003: 120), antara lain: keturunan, lingkungan, situasi. Keturunan mengacu kepada faktor yang telah ditentukan sejak lahir seperti jenis kelamin dan fisik, sedangkan faktor lingkungan seperti budaya (culture) di mana kita dibesarkan, norma di tengah keluarga dan teman. Lingkungan di mana kita tampil memainkan satu peran penting dalam membentuk kepribadian kita. Faktor penentu ketiga yang tidak kalah penting yaitu situasi. Situasi merupakan faktor yang mempengaruhi efek dari keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Meskipun kepribadian seseorang cenderung stabil dan konsisten, justru berubah dalam menghadapi situasi-situasi tertentu seperti saat wawancara kerja. Dilihat dari sifatnya, perbedaan kepribadian seseorang disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan berperilaku, pengalaman, dan reaksi yang berbeda diantara satu sama lain. Bila dihubungkan dengan reaksi seseorang terhadap sesuatu, dapat disimpulkan bahwa reaksi manusia terbagi menjadi dua, yaitu proaktif dan reaktif. Menurut Bateman & Crant (1993 dalam Kim dkk, 2009: 94) kepribadian proaktif mengacu kepada 6
karakter individu terhadap keterlibatannya dalam orientasi peran aktif, seperti memulai perubahan dan mempengaruhi lingkungannya. Sedangkan menurut
Robbins & Judge. “Kepribadian.”
. 18 Mei 2012., kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis,
berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Kepribadian proaktif juga berkaitan dengan tanggung jawab untuk perubahan yang membangun, atau sejauh mana seseorang merasa bertanggung
jawab untuk mendefinisikan kembali kinerja dengan menempatkan upaya untuk memperbaiki situasi, mengembangkan prosedur baru, dan menyelesaikan masalah
(Fuller dkk, 2006 dalam Kim dkk, 2009:
95). Pribadi proaktif menciptakan
perubahan positif dalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. Proaktif
sendiri
merupakan
perilaku
seseorang
dimana
ia
tidak
bisa
mengendalikan segala yang terjadi, tetapi bisa mengendalikan reaksi diri. Sedangkan reaktif berfokus pada kelemahan orang lain, masalah di lingkungan, dan kondisi yang mereka tidak bisa kendalikan (Covey, 1997: 73). Individu yang proaktif cenderung menyarankan ide-ide baru untuk meningkatkan kinerja, hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut: Individu proaktif sangat efektif dalam mencari cara yang lebih baik melakukan banyak hal pada pekerjaan, ketika ia diberi kesempatan untuk melakukannya. Misalnya, orang proaktif bekerja secara aktif memanipulasi lingkungan dan mencari informasi baru serta mempraktekkan sesuatu untuk meningkatkan kinerja mereka (Bateman & Crant, 1993 dalam Kim dkk, 2009: 95).
Dapat disimpulkan dari uraian di atas, bahwa kepribadian proaktif lebih mengacu kepada antisipatif, perilaku yang berorientasi pada perubahan diri dan biasanya dimulai pada tempat kerja. Proaktif disini merupakan sikap dimana seseorang dapat mengendalikan reaksi diri terhadap segala yang terjadi. Hal ini berarti mengambil kendali dan membuat sesuatu terjadi, bukan hanya menyesuaikan diri dengan situasi atau menunggu sesuatu terjadi. Seperti halnya karyawan yang proaktif, mereka tidak perlu diperintah dan tidak memerlukan petunjuk rinci. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka
7
menggunakan pendekatan dari dalam ke luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri.
Keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sangatlah dibutuhkan agar kita
mempunyai semangat untuk melakukan perubahan. Tanpa itu, semuanya tinggal
mimpi dan cita-cita yang kita harapkan tidak akan tercapai. Orang proaktif bisa menjaga dirinya agar tetap bahagia. Namun, banyak orang yang merasa tidak bahagia terhadap kehidupannya. Mereka kira bahwa ketidakbahagiaan mereka
disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Mungkin yang sebenarnya karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi. adalah
2.1.1 Proaktif Menurut Covey (2001: 22) proaktif mengandung arti bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Orang proaktif relatif tidak dibatasi oleh kekuatan situasional,
mereka
mengindentifikasi,
menggunakan
kesempatan,
memperlihatkan inisiatif, dan tetap bertahan sampai terjadi perubahan yang berarti (Crant, 2000 dalam Kim dkk, 2009: 94). Kebiasaan bertanggungjawab (proaktif), bukan sekedar menunjukkan sifat agresif dan mengambil inisiatif, tetapi suatu karakter baik yang disertai dengan perilaku yang bertanggungjawab. Tanggung jawab dalam bahasa inggris responsible berasal dari dua kata yaitu respons terbaik terhadap stimulus yang bagaimanapun negatifnya. Orang sukses mengakui tanggung jawab tersebut. Mereka bertanggung jawab bahwa apa pun yang dialami sekarang merupakan akibat dari pilihan sendiri di masa lalu. Mereka tidak menyalahkan kondisi atau pengkondisian atas perilaku mereka. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan empat karunia manusia yang unik, yaitu: kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihanpilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Ada tiga nilai penting dalam hidup, yaitu pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreatif (menjadikan ada), dan sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Itu semua adalah yg menjadi dasar seseorang untuk menjadi proaktif. 8
Sumber: Covey (1997: 61)
Gambar 2.1 Model Proaktif
Covey meringkas definisi tentang sifat proaktif dari para ahli tentang ciriciri individu proaktif (1997). Bila ciri-ciri individu proaktif dibandingkan dengan individu reaktif setidaknya ada lima, yaitu: 1. Orang proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku adalah produk dari pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari suasana hati,
conditioning, atau tekanan sosial yang diterima. 2. Orang proaktif menfokuskan upaya mereka pada lingkaran pengaruh (mencakup segala hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan hal-hal yang terhadapnya, mereka dapat melakukan sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat. 3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang proaktif bekerja dari dalam ke luar (in
side-out), yaitu berusaha memulai memulai perubahan dengan mengubah dirinya lebih dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu dengan memeriksa kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya.
9
4. Orang proaktif hidup berpusat pada prinsip (principle centered) kemudian ia menerjemahkan prinsip-prinsip itu kedalam seperangkat nilai-nilai (values)
yang telah dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah ia mengarahkan pilihan sikap dan perilakunya.
5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan “empat anugrah unik manusianya” secara optimal. Empat anugrah itu adalah sifat-sifat unik manusia yang
membuatnya
berbeda
dengan
makhluk
hidup
lainnya.
Covey
menyebutkan “four unique himant gifts” itu adalah Self Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati nurani), Creative Imagination (imajinasi kreatif) dan
Independent Will (kebebasan kehendak).
Proaktif didasarkan pada nilai, bukan didasarkan pada perasaan. Tindakan dan pola pikir yang proaktif tidak dikendalikan oleh lingkungan disekitarnya. Orang yang proaktif tetap dipengaruhi oleh stimulus luar, baik fisik, sosial, maupun psikologis. Namun, respons yang dikeluarkan terhadap stimulus tersebut didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasar pada nilai-nilai tertentu seperti kehendak bebas, imajinasi, suara hati, dan kesadaran diri. Eleanor Roosevelt mengemukakan (dalam Covey, 1997: 62) “Tak seorangpun dapat menyakiti Anda tanpa persetujuan Anda” dan Ghandi (dalam Covey, 1997: 62) “Mereka tidak dapat merenggut harga diri kita, jika kita tidak memberikannya kepada mereka”. Dapat disimpulkan, bahwa orang proaktif selalu merespon segala sesuatu berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya. Sifat dasar seseorang adalah bertindak, dan bukan menjadi sasaran tindakan. Selain memungkinkan untuk memilih jawaban terhadap keadaan tertentu, sifat ini memberikan kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu. Sifat kebalikan dari proaktif adalah reaktif. Menurut Covey (1997: 61), sikap reaktif adalah sikap seseorang yang gagal membuat pilihan respon dikala mendapatkan stimulus. Orang yang reaktif cenderung bertindak secara spontan dan tidak didasarkan kepada nilai-nilai yang dianut, dan membiarkan suasana hatinya dikendalikan oleh lingkungan sosial, tidak ditentukan oleh diri sendiri. Hal tersebut dapat terlihat pada bahasa yang digunakan orang proaktif dan reaktif (Tabel 2.1).
10
Tabel 2.1 Perbandingan Bahasa Reaktif dan Bahasa Proaktif
Sumber: Covey (1997: 68)
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia (2008:
556),
inisiatif adalah usaha yang mula-mula; prakarsa. Inisiatif ini merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan meningkatkan hasil pekerjaan dan menciptakan peluang baru guna menghindari timbulnya masalah. Banyak orang yang menunggu sesuatu terjadi atau menunggu seseorang untuk mengurusnya, tetapi bagi orang proaktif yang mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa yang diperlukan, konsisten dengan prinsip yang benar. Salah satu cara untuk kita lebih sadar diri sehubungan dengan tingkat proaktivitas adalah dengan melihat dimana kita memfokuskan waktu dan energi kita. Menurut Covey (1997: 71), kita dapat memisahkannya dari hal-hal yang tidak melibatkan secara emosional atau mental dengan menciptakan “Lingkungan Kepedulian”.
11
Sumber: Covey (1997: 73)
Gambar 2.2 Fokus Proaktif (Energi positif memperbesar lingkaran pengaruh)
Dengan menentukan mana dari kedua lingkaran ini yang merupakan fokus dari sebagian besar waktu dan energi kita, kita dapat menemukan banyak hal tentang tingkat proaktivitas kita. Orang proaktif memfokuskan usaha di dalam lingkaran pengaruhnya. Mereka selalu mengerjakan hal-hal yang terhadapnya, mereka dapat melakukan sesuatu. Sifat energi proaktif adalah positif, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.
Sumber: Covey (1997: 74)
Gambar 2.3 Fokus Reaktif (Energi negatif mengurangi lingkaran pengaruh)
12
Kebalikan dari orang proaktif, orang reaktif memfokuskan upaya mereka di
dalam lingkaran kepedulian. Mereka berfokus pada keadaan yang mereka tidak
bisa kendalikan, masalah di lingkungan, dan kelemahan orang lain. Hal tersebut berakibat pada meningkatnya perasaan menjadi korban, sikap menyalahkan orang
lain, dan bahasa yang reaktif. Selain merasa jadi korban, orang kreatif menurut Covey (2001: 84) mempunyai cirri seperti: 1) mudah tersinggung, 2) cenderung menyalahkan orang lain, 3) cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang
belakangan mereka sesali, 4) cenderung merengek dan mengeluh, 5) menunggu segalanya terjadi kepada mereka, dan 6) berubah hanya kalau perlu. Selama kita
berada di dalam lingkaran kepedulian, kita memberi kekuasaan kepada hal di dalamnya untuk mengendalikan kita. Kita tidak akan mengambil tindakan proaktif yang perlu guna mengadakan perubahan menuju hal yang positif.
2.2
Kreativitas Semua manusia rasanya ingin menjadi kreatif atau setidaknya menilai
kreativitas sebagai sesuatu yang positif. Edison (dalam Kasali dkk, 2010: 48) berpendapat bahwa “Kreativitas terdiri dari 1 persen inspirasi dan 99 persen perspirasi”. Di sisi lain, masih banyak pihak yang menentang dan memandang sebelah mata aktivitas kreatif itu sendiri. Menurut Robert Epstein, pendidikan formal adalah salah satu faktor pembatas kreativitas manusia sejak dini. Selain itu, pandangan negatif orang tua terhadap prospek pekerjaan di industri kreatif (desain grafis, sastra, film), membuat banyak orang merasa kemampuan kreatif hanya pantas didalami oleh orang-orang tertentu saja. Sebenarnya, hal itu tidak benar. Seperti yang ditekankan John Houtz bahwa kreativitas tidak terbatas pada kreativitas besar (big ‘C’) yang sifatnya mahakarya dan revolusioner, seperti lukisan Da Vinci atau lampu Edison. Ada pula yang disebut kreativitas kecil (little ‘c’), yaitu kelihaian atau kecerdikan yang dapat kita gunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Kreativitas bukanlah bakat yang dianugerahkan sejak lahir, melainkan sesuatu yang harus diusahakan dengan kerja keras. Orang-orang kreatif adalah mereka yang memiliki kedisiplinan untuk terus menciptakan ide-ide baru dan ketekunan untuk mewujudkan ide-ide mereka. 13
Rhodes (dalam Setyawan, 2006:
7) berpendapat bahwa Four P’s of
Creativity terdiri dari: Person, Press, Process, Product. Keterkaitan dari keempat
P tersebut adalah: pribadi kreatif akan mencari dan melibatkan diri dalam proses kreatif yang aman, dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan yang
memungkinkan pengembangan kreativitasnya secara optimal dan memungkinkan adanya produk-produk kreatif bermakna. Adapun penjelasan secara lebih rinci mengenai Four P’s of Creativity, sebagai berikut:
1. Pribadi. Kreativitas terkait dengan dijumpainya karakteristik kreativitas pada diri individu baik yang bersifat aptitude (kognitif), seperti, keluwesan,
keunikan, dan kelancaran, maupun karakteristik yang bersifat non aptitude
(afektif) seperti, ingin mencoba hal baru, rasa ingin tahu, berani menghadapi resiko dan tidak takut berbuat salah. 2.
Pendorong. Pendorong internal dari dalam individu berupa motivasi yang kuat pada diri sendiri. Sedangkan pendorong eksternal, berasal dari luar diri individu, seperti, didapatkannya berbagai macam pengalaman kerja, lingkungan perusahaan yang cenderung kondusif menghargai berbagai ide dari individu dan sarana dan prasarana di perusahaan yang mendukung pengembangan sikap kreatif.
3.
Proses. Kreativitas dari segi proses merupakan aktivitas-aktivitas kreatif dari karyawan. Penekanannya pada bagaimana karyawan melibatkan diri pada kegiatan kreatif dan apa yang dihasilkan proses tersebut melalui gagasangagasan dalam pikiran.
4.
Produk. Arti kreativitas mengacu pada kemampuan karyawan untuk menciptakan produk-produk “baru” dalam hal apapun.
Menurut Soegoto (2009: 79), ada beberapa ciri individu yang memiliki sifat kreatif, antara lain: 1. Imajinatif Orang-orang kreatif mempunyai kemampuan dalam berimajinasi dan menggunakannya untuk merealisasikan ide-ide kreatifnya. Orang yang
14
mempunyai ciri imajinatif ini, akan mampu membayangkan hal-hal baru
yang mungkin belum terpikirkan oleh orang lain.
2. Inisiatif Orang-orang kreatif mempunyai inisiatif dalam melakukan sesuatu. Inisiatif
disini berarti mampu mengembangkan dan memberdayakan daya pikir
kreatifnya untuk merencanakan ide menjadi sesuatu yang baru dan
diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya serta orang lain. Selain itu, orang
yang mempunyai inisiatif akan dapat melihat dan memanfaatkan
kesempatan yang ada.
3. Minat yang luas (rasa ingin tahunya tinggi) Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Dalam hal ini, orang kreatif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal yang ia sukai. 4. Berpikir mandiri Mandiri merupakan keadaan seseorang dimana ia dapat berdiri sendiri. Orang-orang kreatif yang berpikir mandiri cenderung tidak bergantung pada orang lain. 5. Petualang Petualang mengandung pengertian senang mencari pengalaman yang sulit. Jadi orang kreatif lebih menyenangi sesuatu yang berbeda dan dapat menguji mental mereka. 6. Rajin Orang kreatif akan selalu bekerja keras, sungguh-sungguh, dan selalu berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya. 7. Energik Energik berarti bersemangat dalam menjalani hidup. Orang kreatif akan selalu penuh energi dalam menjalani sesuatu. 8. Percaya diri Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Dengan percaya diri, orang-orang kreatif akan mampu mengenal dan
15
memahami dirinya. Sementara itu, kurangnya percaya diri pada seseorang
akan menghambat pengembangan potensi diri. Dapat disimpulkan orang
yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam
menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan,
serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-
bandingkan dirinya dengan orang lain.
9. Siap menghadapi risiko (tidak takut gagal atau dikritik)
Orang-orang kreatif akan siap menghadapi risiko. Ia akan siap menghadapi
segala kemungkinan (bahaya dan hambatan) yang akan terjadi serta siap
menghadapi segala akibat yang akan timbul dari sikap atau perbuatannya. 10. Yakin Yakin disini berarti percaya, dalam artian tahu, mengerti, dan sungguhsungguh. Orang-orang kreatif akan selalu yakin kepada segala sesuatu yang dikerjakannya, tanpa melihat apakah hal tersebut berisiko besar atau tidak. 11. Mempunyai pendirian (siap mempertahankannya). Setiap orang yang memiliki sikap kreatif, cenderung memiliki pendirian kuat terhadap sesuatu yang ia yakini, walaupun hal tersebut bertentangan dengan banyak pihak. Ia selalu siap mempertahankan apa yang ia anggap benar.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang harus diusahakan dengan kerja keras karena kreativitas sendiri bukanlah bakat yang dianugerahkan sejak lahir. Orang-orang kreatif adalah mereka yang memiliki kedisiplinan untuk terus menciptakan ide-ide baru dan mewujudkannya dalam kehidupan nyata.
2.2.1 Definisi Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta; daya cipta (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, 2008: 760). Menurut Soegoto (2009: 78), kreativitas adalah sifat yang melekat pada diri seseorang yang mampu
16
berimajinasi dan memiliki inisiatif dalam menghasilkan sesuatu produk atau jasa yang baru. Kreativitas karyawan mengacu pada penciptaan yang berharga, produk
baru yang berguna, jasa, ide, prosedur, atau proses oleh individu yang bekerja bersama-sama dalam suatu sistem sosial yang kompleks (Woodman dkk, 1993
dalam Kim dkk, 2009: 95). Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah aset penting di tempat kerja dan mencirikan keunggulan daya saing serta perkembangan organisasi. Tahap-tahap Proses Kreativitas 2.2.2
Pada dasarnya kreativitas akan muncul dengan suatu proses. Proses-proses ini akan mengalami beberapa tahap untuk membentuk kreativitas dari seseorang. Menurut Wallas (dalam Satiadarma dan Waruwu, 2003:
112), terdapat
empat tahap proses berpikir kreatif, antara lain: 1.
Tahap persiapan (preparation) Tahap persiapan merupakan tahap peletakan dasar, berupa pengumpulan informasi, data-data, dan bahan-bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini, individu mempelajari latar belakang masalah, seluk-beluk dan problematikanya.
2.
Inkubasi (incubation) Tahap inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tanpa sadar ”mengerami” permasalahan tersebut dalam alam pra sadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu yang tak menentu, bisa lama dan bisa juga hanya sebentar.
3.
Iluminasi (illumination) Tahap ini merupakan tahap munculnya pemahaman. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk ide atau gagasan, pemecahan masalah, penyelesaian, cara kerja serta jawaban baru.
17
4.
Verifikasi (verification) Tahap verifikasi adalah tahap pengujian ide atau kreasi baru terhadap realitas.
Di tahap ini, ide atau kreasi sudah mulai dicocokkan dengan kondisi yang
sebenarnya (nyata).
2.2.3 Jenis-jenis Kreativitas Kreativitas penting adanya di dalam suatu organisasi ataupun perusahaan
karena akan mencirikan perkembangan dari organisasi/perusahaan tersebut. Di
dalam kreativitas itu sendiri terdapat jenis-jenis dari produk kreativitas.
Menurut Basemer dan Treffinger (dalam Munandar, 1999: 41-42), terdapat tiga kategori produk kreativitas, yaitu: 1.
Kebaruan (novelty) Sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah dan proses yang baru, teknik baru, bahan baru, konsep baru, atau dalam hal dampak dari produk kreatif dimasa depan. Produk itu harus orisinal dan dapat menimbulkan gagasan produk orisinal lainnya.
2.
Pemecahan (resolution) Sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi yang bermasalah. Produk harus bermakna dan berguna, sehingga dapat diterapkan secara praktis.
3.
Kerincian (elaboration) Sejauh mana produk itu menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama menjadi keseluruhan yang baru.
2.2.4 Faktor-faktor Kreativitas Setiap individu ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan diri, potensi, dan dorongan untuk berkembang. Dorongan ini merupakan motivasi yg timbul pada diri seseorang untuk meningkatkan kreativitas. Menurut Hurlock (1978:
10), terdapat dua faktor penting yang dapat
membantu meningkatkan kreativitas, yaitu:
18
a.
Sikap sosial Lingkungan sekitar individu harus dapat memberikan dorongan dan
rangsangan agar dapat membantu individu untuk berkreasi.
b. Kondisi Kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan kreativitas harus diberikan
supaya potensi kreatif dalam diri individu dapat berkembang secara baik.
Sedangkan menurut Guilford (dalam Gandadiputra, 1983: 54) terdapat lima
penting dalam kreativitas, yaitu : faktor
a.
Kelancaran Kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
b.
Fleksibilitas Kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
c.
Originalitas Kemampuan untuk mencetuskan gagasan-gagasan asli.
d.
Elaborasi Kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail terperinci.
e.
Definisi ulang Kemampuan untuk merumuskan batasan-batasan dengan melihat dari sudut lain daripada cara-cara yang lazim.
Badawy (dalam Timpe, 1999: 219) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang penting dalam menstimulasi kreativitas adalah: a.
Kepuasan Adanya pengakuan dan penghargaan dari perusahaan akan menimbulkan kepuasan bagi individu.
b.
Kebebasan Memberikan kebebasan bagi individu untuk bekerja di bidang-bidang yang diminatinya akan dapat mendorong individu untuk mengembangkan kreativitasnya.
19
c.
Dukungan Sangat penting untuk menciptakan hubungan yang baik antar sesama rekan
sekerja. Rekan kerja terkadang turut memberikan rangsangan, sehingga
individu semakin bersemangat untuk berkreasi.
d.
Motivasi Adanya keberanian dari dalam diri individu untuk mengambil resiko,
sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru, unik, dan terkadang keluar
dari cara-cara yang biasa digunakan.
2.2.5 Hambatan Kreativitas Dalam kehidupan, ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, baik hambatan dalam keluarga, diri sendiri, lingkungan atau hambatan lain yang berada disekitar kita. Sebagai makhluk sosial, manusia diciptakan dengan keunikannya masing-masing. Tidak ada di dunia ini, dua orang yang 100% sama, walaupun mereka kembar. Dalam ilmu ekonomi, semua keunikan memiliki nilai ekonomis yang dapat dibentuk menjadi sesuatu yang menghasilkan kesejahteraan. Kesalahan yang banyak dilakukan oleh manusia adalah ketidakmauan dalam memahami keunikan diri sendiri dan ketidakmampuan dalam mengatasi hambatan berkreasi. Sebagai akibatnya, mereka memilih hidup yang biasa-biasa saja. Menurut
Bowman,
Carol
K.
“7
Hambatan Kreatif.”
.
17
Mei
2012., setiap orang memiliki kreativitas, bahkan mereka yang sudah di atas 45 tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif. Kesimpulannya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir dalam diri seseorang. Ada beberapa orang yang menyalahkan pekerjaannya tidak sesuai dengan bakat yang dimilikinya dan merasa sia-sia melakukan apapun. Ada juga yang menyalahkan atasan yang tidak memberikan ruang gerak bagi orang tersebut. Bagaimana pun keadaanya, manusia yang tidak kreatif akan melakukan sesuatu yang sama secara berulang-ulang dan cenderung menghindari risiko.
20
Hambatan kreativitas menurut Adams (dalam Kasali dkk, 2010: 40), dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Hambatan Kreativas menurut Adams
Sumber: Kasali dkk (2010: 40)
Penjelasan hambatan kreativitas menurut Adams (Kasali dkk, 2010: 40), sebagai berikut: a) Hambatan Persepsi Merupakan hambatan yang membuat manusia sulit mempersepsikan masalah atau menangkap informasi yang relevan (berguna secara langsung). Beberapa jenis hambatan kreativitas ini adalah: 1. Pola pikir stereotip. Adalah sesuatu yang membuat Anda tidak bisa mengembangkan pikiran dan stereotip ini mengabaikan pandangan serta membuat Anda tidak kreatif.
21
2. Membatasi masalah secara berlebihan.
Seringkali kita kesulitan dengan hambatan (batasan) yang kita ciptakan
sendiri, sehingga kita selalu berpikir hanya dalam satu kotak saja, tidak out of box. 3. Terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi.
Terlalu sedikit informasi akan menyulitkan kita. Hal sama juga akan
terjadi jika terlalu banyak informasi. Terlalu banyak informasi akan
memperluas masalah (tidak fokus) dan informasi yang banyak serta terlalu detail, dapat membuat kita tidak menangkap gambaran utamanya.
b) Hambatan Emosi Hambatan ini dapat menggangu kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan berbagai cara. Beberapa contoh dari hambatan emosi, antara lain: 1. Takut mengambil risiko. Banyak orang tidak diberi kesempatan untuk melakukan kesalahan, sehingga ia merasa takut berbuat salah dan secara otomatis takut mengambil risiko. 2. Berani menghadapi ketidakpastian. Kita harus berani berpindah dari zona nyaman ke zona yang baru agar kita menjadi lebih kreatif, sehingga dapat belajar untuk menghadapi ketidakpastian maupun kekacauan. 3. Lebih suka menilai daripada menghasilkan gagasan baru. Hal ini seringkali muncul ketika berpikir negatif. Banyak orang yang selalu berpikir negatif terhadap apa pun. Sikap ini sangatlah merugikan karena jika penilaian dilakukan terlalu dini, maka akan banyak gagasan hebat yang diabaikan. 4. Kurang tantangan. Seringkali kita memandang sesuatu dengan sebelah mata. Permasalahan yang ada dianggap sangat mudah untuk diselesaikan. Segala sesuatu yang dipandang sebelah mata, membuat kita kurang memiliki tantangan sehingga tidak bergerak untuk menyelesaikannya.
22
5. Terburu-buru
Sikap ini dapat menghambat kreativitas kita karena untuk menjadi
memikirkan kembali permasalahan secara lebih mendalam dalam suasana yang lebih tenang.
seseorang yang kreatif, seringkali dibutuhkan tahap dimana ia harus
c) Hambatan Kultural Hambatan kultural dapat menghampiri seseorang jika ia dihadapkan pada
seperangkat pola kultural di lingkungannya. Salah satu contoh hambatan ini
adalah takut mengemukakan pendapat yang mungkin dianggap kontroversial,
takut mengambil tindakan, dan takut untuk tampil berbeda dari yang lain. d) Hambatan Lingkungan Merupakan hambatan kultural yang lebih luas. Budaya perusahaan dapat menjadi penghambat atau pemicu kreativitas organisasi/perusahaan di mana dapat mengupayakan lingkungan yang kondusif terhadap kreativitas. Selain itu, nilai-nilai yang dianut manajer, bawahan, pelanggan ataupun anggota kelompok juga dapat memicu atau menghambat kreativitas seseorang.
Menurut Adams (dalam Kasali dkk, 2010:
43), ada beberapa elemen
penghambat, antara lain: Tidak ada kerja sama dan rasa saling percaya antara tim kerja. Atasan bersikap otoriter, tidak menghargai pendapat orang lain. Gangguan rutin, misalnya telepon, tamu yang tak putus-putus, dan ruang kerja yang gaduh. Kurangnya dukungan untuk mematangkan gagasan. Budaya kebersamaan (solidaritas) atau anti persaingan. e) Hambatan Intelektual Hambatan ini biasanya disebabkan oleh sikap mental yang tidak efisien atau ketidakmauan untuk menggunakan pendekatan baru, misalnya: Kecenderungan yang sangat kuat untuk mempertahankan tradisi, menggunakan metode atau cara yang dulu pernah terbukti efektif. Terlalu mengandalkan logika.
23
Tidak mau menggunakan intuisi.
Terlalu mengandalkan statistik/perhitungan dan pengalaman masa lalu
sehingga gagasan-gagasan baru terlalu cepat diuji secara mental.
Fogler & LeBlanc (dalam Kasali dkk, 2010: 43) menambahkan satu faktor
hambatan kreativitas yaitu Hambatan Ekspresif, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis.
Sebenarnya, mutu gagasan tidak harus selalu dikemukakan secara lisan. Bila kita kurang lancar berbicara, kita dapat mengatasinya dengan membuat ilustrasi,
bagan, gambar, atau memanfaatkan”bahasa tubuh’ untuk lebih ekspresif. Kita tidak perlu sungkan untuk menyampaikan gagasan, walaupun menghabiskan waktu. Goman (dalam Kasali dkk, 2010:
44), mengidentifikasikan hambatan
kreativitas beserta pendorong untuk keluar dari hambatan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Sumber: Goman, 2001 (dalam Kasali dkk, 2010: 44).
Gambar 2.4 Hambatan kreativitas dan pendorong kreativitas Potensi kreativitas Anda dapat ditingkatkan, bila mampu mengatasi hambatan kreativitas dan menggantinya dengan pendorong kreativitas.
24
Menurut Soegoto (2009: 79), pemecahan masalah kreatif dapat dilakukan
melalui tahapan:
1. Mengumpulkan fakta. 2. Menemukan masalah.
3. Menemukan gagasan. 4. Menentukan jawaban. 5. Implementasi jawaban.
2.2.6 Teknik Meningkatkan Kreativitas Latihan memfokuskan pikiran yang bersifat soft skill dapat meningkatkan
kreativitas. Pola pikir kreatif dapat ditingkatkan dengan teknik CREATE dan teknik VISUAL. Menurut Kasali dkk (2010: 48), teknik CREATE adalah:
Combination
: Membuat kombinasi baru.
Membuat kombinasi baru ini mencerminkan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengkombinasikan suatu gagasan agar dapat menciptakan sesuatu yang baru. Dalam hal ini, sesuatu yang baru tidak berarti sebelumnya tidak ada, tetapi sesuatu yang dapat berupa hal yang belum dikenal sebelumnya.
Random
: Menggunakan input yang random.
Teknik masukan acak (random input) adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh keterampilan berpikir kreatif. Pada banyak jenis pemecahan masalah, kita cenderung berpikir dengan menggunakan pola-pola yang kita lihat di masa lalu, dan menerapkan solusi yang telah kita lihat berfungsi dalam memecahkan masalah semacam itu. Seringkali, kita terjebak dalam pola-pola ini. Masukan acak adalah teknik untuk menghubungkan pola berpikir lain ke pola berpikir yang biasa kita gunakan. Dengan demikian, ini membantu kita bergerak di luar cara berpikir biasa kita, sehingga kita bisa memperoleh solusi baru untuk memecahkan masalah yang sedang kita hadapi.
25
Elimination
: Membuat eliminasi.
Teknik membuat eliminasi ini dapat diartikan jika kita menghadapi
suatu
permasalahan,
kita
tentu
akan
mempunyai
alternatif
pemecahannya. Alternatif-alternatif tersebut haruslah kita eliminasi satu per satu dan menyimpulkan yang terbaik dari semuanya, karena
tidak semua pemecahan masalah itu baik, terkadang ada pula yang
tidak sesuai. Hal ini juga berarti, berani melakukan pengurangan
fungsi bila ternyata hal tersebut justru menurunkan efektivitas dan efisiensi kerja. Alternative
: Menggunakan alternatif.
Dalam pembuatan keputusan ada beberapa hal yang kita lakukan, seperti merumuskan masalah dan membuat alternatif-alternatif. Pengambilan alternatif ini, memudahkan kita dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pembuatan keputusan.
Turn Around
: Mencoba cara pikir terbalik.
Cara berpikir terbalik merupakan cara kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Bila Anda mencoba mempraktekkannya, Anda akan mengetahui betapa makin kaya pemahaman kita atas masalah itu. Mungkin saja kita menemukan hal-hal yang akan terlewatkan bila kita memakai satu sudut pandang. Anda mungkin menemukan segi-segi yang tak terduga. Dengan berpikir pula dari sisi sebaliknya, bisa jadi kita mendapatkan jalan keluar yang lebih tepat. Yang seringkali terjadi ialah kita bersikukuh bahwa sudut pandang tertentu itu yang paling tepat tanpa mencoba terlebih dulu sudut pandang lain, apa lagi yang berseberangan. Padahal, sebelum suatu keputusan diambil, kita semestinya membebaskan diri untuk melihat suatu persoalan dari sudut manapun. Bukan sebaliknya, justru memenjarakan diri dalam satu sudut pandang saja.
26
Extreme
: Ekstrem kasus.
Ekstrem kasus merupakan teknik peningkatan pola pikir kreatif
dengan cara mencoba hal-hal yang bersifat ekstrim untuk melatih dan membangun mental kita agar lebih kuat.
Adapun teknik VISUAL berkaitan dengan Seeing, Imagining, dan Drawing.
Teknik Visual ini berkaitan dengan Seeing, Imagining, dan Drawing, yang mengandung pengertian bahwa dalam peningkatan pola pikir kreatif dapat dilakukan dengan cara amati, tiru, dan modifikasi. Maksudnya jika kita melihat sesuatu, kita haruslah mengamati, meniru, dan memodifikasinya agar tidak sama dengan yang ada sebelumnya, tetapi memiliki keunikan serta kelebihan tersendiri yang membuat orang tertarik.
2.3 Pengaruh Kepribadian Proaktif Terhadap Kreativitas Karyawan Dalam suatu perusahaan, kepribadian proaktif perlu diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kepribadian proaktif biasanya didasarkan pada
tujuan motivasi yang diperlihatkan melalui usaha-usaha yang dilakukannya. Proaktif mengacu kepada antisipatif, kepribadian yang berorientasi pada perubahan diri yang banyak dimulai di tempat kerja. Proaktif tidak terbatas pada peran perilaku kinerja. Karyawan dapat proaktif dalam peran yang ditentukan mereka (misalnya dengan mengubah cara mereka melakukan tugas inti untuk lebih efisien). Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihanpilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Menurut Covey (1997), ada tiga nilai penting dalam hidup, yaitu pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreatif (menjadikan ada), dan sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Semua itu merupakan dasar seseorang untuk menjadi proaktif. Pengembangan kreativitas dalam diri individu sebenarnya berasal dan bermuara pada kreativitas itu sendiri. Kreativitas merupakan salah satu aspek dari kepribadian proaktif yang biasanya dianggap sebagai proses yang meliputi 27
identifikasi masalah atau peluang, dan timbulnya ide-ide baru atau pendekatan (Amabile, 1997 & Shalley dkk, 2000 dalam Kim dkk, 2009: 95). Orang-orang
kreatif selalu berusaha untuk mencari solusi yang baru dan menarik terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya. Kreativitas dapat menyebabkan suatu
kita diberi tanggung jawab yang lebih oleh perusahaan (misalnya, kenaikan pangkat dan peningkatan karir). Peningkatan tanggung jawab tersebut kemudian menjadi pendorong bagi lahirnya kreativitas-kreativitas baru yang akan
mendatangkan tanggung jawab baru. Sekali kita melangkah dengan ide, proses dan hasil yang kreatif, dan didukung oleh lingkungan kondusif, kita tidak akan
pernah berhenti untuk terus menjadi kreatif. Kreatifitas akan mendorong karyawan tidak hanya melakukan seperti yang ditugaskan, mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada, serta mampu menghasilkan perubahan yang membangun agar dapat memberi keuntungan pada perusahaan dan konsumen. Woodman dkk (1993 dalam Kim dkk, 2009:
95) menegaskan adanya
hubungan positif antara kepribadian proaktif dengan kreativitas karyawan, yang dapat dilihat pada kutipan berikut, “Kepribadian proaktif secara positif berhubungan dengan kreativitas karyawan. Kreativitas karyawan mengacu pada penciptaan sesuatu yang bermanfaat, produk baru yang berguna, jasa, ide, serta prosedur atau proses oleh individu yang bekerja bersama dalam suatu sistem sosial yang kompleks". Pendapat yang sama menurut Seibert dkk (2001 dalam Kim dkk, 2009:
95) mengatakan bahwa “kepribadian proaktif, positif
berhubungan dengan perilaku inovatif individu seperti mengembangkan ide-ide baru dan menunjukkan inovasi-inovasi pada satu bidang pekerjaan”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian proaktif mempunyai hubungan positif dengan kreativitas karyawan. Jika kepribadian proaktif karyawan tinggi maka tingkat kreativitas karyawan akan tinggi, begitupun sebaliknya. Dengan kata lain, kepribadian proaktif dapat meningkatkan kreativitas karyawan.
28
2.4
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam mencapai
tujuan organisasi. Bila perusahaan memiliki individu-individu dengan kualitas
yang sesuai, maka perusahaan dapat bersaing dan unggul dalam hal kualitas,
produk, jasa maupun biaya. Selain itu, SDM juga akan mempengaruhi prestasi,
dedikasi, dan loyalitas serta kecintaan terhadap pekerjaannya, sehingga peningkatan efisiensi dan produktivitas SDM sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan menerapkan
kepribadian proaktif di perusahaan.
Proaktif mengandung arti bertanggung jawab atas hidup kita sendiri (Covey, 2001: 22). Menurut Covey (1997), ada tiga nilai penting dalam hidup, yaitu pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreatif (menjadikan ada), dan sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Semua itu merupakan dasar seseorang untuk menjadi individu yang proaktif. Proaktivitas berkaitan dengan prestasi individu dan entrepreneurship (atribut psikologis yang kental dengan kreativitas). Pernyataan tersebut diperkuat Woodman dkk (1993 dalam Kim dkk, 2009: 95) bahwa kepribadian proaktif secara positif berhubungan dengan kreativitas karyawan. Pendapat yang sama, menurut Seibert dkk (2001 dalam Kim dkk, 2009: 95) menemukan bahwa kepribadian proaktif, positif berhubungan dengan perilaku inovatif individu seperti mengembangkan ide-ide baru dan menunjukkan inovasi pada suatu bidang pekerjaan. Dengan kata lain, kepribadian proaktif akan dapat meningkatkan kreativitas karyawan. Kreativitas adalah sifat yang melekat pada diri seseorang yang mampu berimajinasi dan memiliki inisiatif dalam menghasilkan sesuatu produk atau jasa yang baru (Soegoto, 2009: 78). Banyak faktor yang dapat memicu kreativitas kita, seperti yang diuraikan Badawy (dalam Timpe, 1999: 219) tentang faktorfaktor yang penting dalam menstimulasi kreativitas, seperti: kepuasan, kebebasan, dukungan, motivasi. Karyawan dengan kreativitas tinggi merupakan karyawan yang percaya dan yakin akan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kepercayaan diri yang rendah dapat menghambat kreativitas pada diri seseorang, karena tantangan akan dirasakan sebagai ancaman, dan perubahan harus dihindari. Untuk 29
menggunakan kreativitas, yang terpenting adalah percaya pada kemampuan kreatif kita (West, 2000:
31). Kreativitas juga merupakan kunci bagi
pengembangan kemampuan karyawan. Secara umum, kreativitas di tempat kerja didefinisikan sebagai pembuatan gagasan baru yang bermanfaat sebagai solusi
dalam pemecahan masalah (Amabile dkk, 1988 dalam Zhou & George, 2003: 547). Setiap perusahaan membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
handal dan kompetitif, serta mampu mengembangkan perusahaan. Karyawan dituntut memiliki kemampuan untuk dapat bekerja mengembangkan perusahaan
dan menghadapi kompetisi dalam dunia kerja saat ini. Untuk bersaing dalam ekonomi global, organisasi membutuhkan karyawan yang melakukan pekerjaan secara proaktif (dengan melalui inisiatif), serta secara aktif memiliki kemauan untuk belajar. Kreatifitas akan mendorong karyawan tidak hanya melakukan seperti yang ditugaskan, mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada, serta mampu menghasilkan perubahan agar dapat memberi keuntungan pada perusahaan dan konsumen. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut:
Kreativitas Karyawan
Kepribadian Proaktif
Gambar 2.5: Model Penelitian
30
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh yang positif antara Kepribadian Proaktif
terhadap Kreativitas karyawan. Ha: Terdapat pengaruh yang positif antara Kepribadian Proaktif terhadap
karyawan. Kreativitas
31