BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumber Daya Air Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras. Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi
dan keterpaduan
yang harmonis
antarwilayah,
antarsektor, dan antargenerasi. Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air. Didasarkan pada pertimbangan diatas, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia Menetapkan Undang – Undang Tentang Sumber Daya Air Nomor 7 tahun 2004. Bahwa untuk melaksanakan Pasal 41 ketentuan Undang - Undang No. 7 tahun 2004, telah diterbitkan dan ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Nomor 20 Tahun 2006 sebagai dasar pelaksanaan usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan irigasi.
II - 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2. Pengertian dan Definisi Irigasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian irigasi adalah pengaturan pembagian atau pengaliran air menurut sistem tertentu untuk sawah dan sebagainya. Dalam Peraturan Pemerintahan (PP) No. 20 tahun 2006 Pasal 1, pengertian dari : 1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang sejenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. 2. Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi 3. Jaringan
Irigasi
adalah saluran, bangunan,
dan bangunan
pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang dipersatukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. 2.2.1. Sistem Irigasi Sumber air untuk irigasi dapat berasal dari berbagai jenis antara lain air hujan, air sungai, maupun air tanah. Irigasi tidak hanya digunakan untuk mendistribusikan air, ada juga beberapa fungsi irigasi antara lain: 1.
Membasahi tanah Hal ini merupakan salah satu tujuan terpenting, karena tumbuhan banyak memerlukan air selama masa tumbuhnya. Pembasahan tanah
II - 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini bertujuan untuk memenuhi kekurangan air apabila hanya ada sedikit air hujan. 2.
Merabuk tanah Membasahi tanah dengan air sungai yang banyak mengandung mineral.
3.
Mengatur suhu tanah Tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan suhu yang optimal. Air irigasi dapat membantu tanaman untuk mencapai suhu yang optimal tersebut.
4.
Membersihkan tanah Hal ini bertujuan untuk menghilangkan hama tanaman seperti ular, tikus, serangga, dan lain-lain. Selain itu dapat juga membuang zatzat yang tidak dibutuhkan oleh tanaman ke saluran pembuang
5.
Memperbesar ketersediaan air tanah Muka air tanah akan naik apabila digenangi air irigasi yang merembes. Dengan naiknya muka air tanah, maka debit sungai pada musim kemarau akan naik.
2.2.2. Jenis – Jenis Sistem Irigasi Pemilihan sistem irigasi untuk suatu daerah tergantung dari keadaan topografi, biaya, dan teknologi yang tersedia. Berikut ini akan dibahas empat jenis sistem irigasi: 1.
Irigasi gravitasi (Open gravitation irrigation) Sistem irigasi ini memanfaatkan gaya gravitasi bumi untuk pengaliran airnya. Dengan prinsip air mengalir dari tempat yang II - 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tinggi menuju tempat yang rendah karena ada gravitasi. Jenis irigasi yang menggunakan sistem irgasi seperti ini adalah: a. Irigasi genangan liar Irigasi mengalirkan air ke permukaan sawah melalui bangunan pengatur meliputi: Irigasi tanah lebak Pada Irigasi tanah lebak (lebak tanah yang lebih rendah di sepanjang sungai) pada saat air besar (sehabis hujan), air akan melimpah ke sisi sungai. Pada saat air surut maka ada sedikit sisa air yang tertinggal Irigasi banjir Prinsip irigasi banjir ini hamper sama dengan irigasi tanah lebak, yang membedakan pada irigasi banjir dataran di sisi sungai bukan dataran lebak sehingga diperlukan pintu air. Pinti air dibuka sewaktu sungai mulai banjir agar air dapat mengairi dataran sisi sungai. Bila air mulai surut maka pintu air ditutup agar air tidak kembali ke sungai. Irigasi pasang surut Sisitem irigasi ini memanfaatkan pasang surut dari air laut untuk mengairi sawah. Irigasi pasang surut ini dapat dikendalikan sepenuhnya dengan cara pada saat air pasang diharapkan lapisan air bagian atas yang masih tawar dapat memenuhi kebutuhan lahan. Sedangkan pada saat surut dilakukan proses drainase. b. Irigasi genangan dari saluran II - 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sistem pemberian air dan pembuangan dapat dikendalikan seluruhnya meliputi: Irigasi genangan Digunakan untuk tanaman yang memerlukan banyak air (misalnya: padi). Sistem ini murah dalam penyelengaraan akan tetapi air yang digunakan cenderung banyak dan boros, karena lahan harus tetap basah. Irigasi petak jalur (border strip irrigation) Jenis irigasi ini sangat baik untuk tembakau, jagung, dan tanaman yang sejenisnya). Dalam jenis irigasi ini diusahakan agar lahan tidak terlalu landai agar air tidak terlalu cepat turun. Irigasi petak (basin irrigation) Jenis irigasi ini dipergunakan untuk perkebunan c. Irigasi alur dan gelombang Irigasi mengalirkan air melalui alur-alur yang ada di sisi deretan tanaman. Banyaknya alur akan sangat bergantung pada macam tanah, kemiringan, dan jenis tanaman. Kecepatan pengaliran tidak boleh terlalu besar, karena apabila terlalu besar akan terjadi pengerusan. 2. Irigasi siraman (close gravitation irrigation) Pada sistem irigasi ini air dialirkan melalui jaringan pipa dan disemprotkan ke permukaan tanah dengan kekuatan mesin pompa air. Sistem ini biasanya digunakan apabila topografi daerah irigasi
II - 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tidak memungkinkan untuk penggunaan irigasi gravitasi. Ada dua macam sistem irigasi saluran: a. Pipa tetap Sistem ini membutuhkan banyak instalasi pipa. Oleh karena itu pengunaan sistem seperti ini akan lebih mahal, tetapi lebih tahan lama. b. Pipa bergerak Sistem ini membutuhkan sedikit instalasi pipa, namun biasanya pipa
yang
digunakan
cepat
rusak.Keuntungan
dengan
menggunakan sistem irigasi ini adalah tanah dengan topografi tidak teratur dapat dialiri serta erosi dapat dihindari, kehilangan air sedikit, serta suhu udara dapat diatur. Kerugian dengan menggunakan sistem ini adalah modal yang diperlukan cukup besar, pemberian air dipengaruhi angina, sera pekerjaan tanah dilakukan dalam keadaan tanah basah. 3. Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation) Pada sistem ini air dialirakan dibawah permukaan melalui saluransaluran yang ada di sisi-sisi petak sawah. Adanaya air ini mengakibatkan muka air tanah pada petak sawah naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah penakaran secara kapiler sehingga kebutuhan air akan dapat terpenuhi. Syarat untuk menggunakan jenis sistem irigasi seperti ini antara lain: a. Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi
II - 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1.5 meter – 3 meter. c. Permukaan tanah relatif sangat datar d. Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah e. Organisasi pengaturan air berjalan dengan baik 4. Irigasi tetesan (trickle irrigation) Air dialirkan melalui jaringan pipa dan diteteskan tepat di daerah penakanran tanaman dengan menggunakan mesin pompa sebagai tenaga penggerak. Perbedaan jenis sistem irigasi ini dengan sistem irigasi siraman adalah pipa tersier jalurnya melalui pohon, tekanan yang dibutuhkan kecil (1 atm ). Sistem irigasi tetsan ini memiliki keuntungan antara lain: a. Tidak ada kehilangan air,karena air langsung menetes dari pohon b. Air dapat dicampur dengan pupuk c. Pestisida tidak tercuci d. Dapat digunakan di daerah yang miring 2.2.3. Klasifikasi Jaringan Irigasi Untuk klasifikasi jaringan irigasi apabila ditinjau dari segi pengaturannya maka dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni: 1. Jaringan irigasi sederhana Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur dan diatur sehingga kelebihan air yang ada pada suatu petak akan dialirkan ke saluran pembuang. Pada jaringan ini terdapat beberapa kelemahan
II - 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
antara lain adanya pemborosan air, sering terjadi pengendapan, dan pembuangan biaya akibat jaringan dan penyaluran yang harus dibuat oleh masing-masing desa.
Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Sederhana 2. Jaringan irigasi semi teknis Di dalam irigasi jaringan semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya sudah dibangun di jaringan saluran. Bangunan pengaliran dipakai
II - 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk melayani daerah yang lebih luar dibanding jaringan irigasi sederhana.
Gambar 2.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis 3. Jaringan irigasi teknis Pada jaringan irigasi teknis, saluran pembawa dan saluran pembuang sudah benar-benar terpisah. Pembagian air dengan menggunakan jaringan irigasi teknis adalah merupakan yang paling efektif karena mempertimbangkan waktu seiring merosotnya kebutuhan air. Pada irigasi jenis ini dapat memungkinkan dilakukan pengukuran pada bagian hilir.
II - 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.3. Jaringan irigasi Teknis 2.2.4. Saluran Irigasi Air yang dibutuhkan oleh tanaman biasanya akan dialirkan melalui saluran pembawa. Sedangkan kelebihan air yang ada pada suatu petak akan dibuang melewati saluran pembuang. Saluran pembawa dan pembuang ini merupakan saluran irigasi yang paling utama. Apabila dilihat dari segi fungsinya, maka saluran irigasi dapat dibagi atas: 1. Saluran Pembawa Saluran pembawa berfungsi membawa dan mengalirkan air dari sumber ke petak sawah. Dari tingkat percabangannya, maka saluran pembawa ini dibedakan menjadi:
II - 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Saluran Primer Berfungsi membawa air dari sumbernya dan membagikannya ke saluran sekunder atau membawa air dari jaringan utama ke jaringan sekunder untuk dibagikan ke petak-petak tersier yang akan dialiri.Air yang dibutuhkan untuk irigasi dapat berasal dari sungai, danau, maupun waduk. Akan tetapi umumnya penggunaan air sungai lebih baik, karena air sungai mengandung banyak zat lumpur yang merupakan pupuk bagi tanaman. Batas akhir dari saluran primer adalah bangunan bagi yang terakhir. Saluran Sekunder Dari saluran primer air disadapa melalui saluran-saluran sekunder untuk mengaliri daerah yang sedapat mungkin dikitari oleh saluran-saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan yang berlebihan. Fungsi utama dari saluran sekunder adalah membawa air dari saluran primer dan membagikannya ke saluran tersier. Sedapat mungkin saluran pemberi merupakan saluran punggung sehingga dengan demikian air dapat dibagi untuk kedua belah sisi. Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa melalui titik tertinggi daerah sekitarnya, sehingga dapat mengaliri petak yang ada di bagian kiri dan kanan dari saluran
II - 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Saluran Tersier Fungsi utama dari saluran tersier adalah membawa air dari saluran sekunder dan membagikannya ke petak-petak sawah yang memiliki luas antara 75 ha- 125 ha. Jika saluran tersier disadap dari saluran sekuder, maka saluran tersier juga dapat membagikan air ke sisi kanan-kiri saluran. 2. Saluran Pembuang Fungsi utama dari saluran pembuang adalah membuang sisa atau kelebihan air yang terdapat pada petak sawah ke sungai. Biasanya digunakan saluran lembah yaitu saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa hingga melewati titik terendah dari daerah sekitar. Jadi saluran melalui lembah dari ketinggian tanah setempat. 2.2.5. Petak Irigasi Petak irigasi adalah daerah-daerah yang akan dialiri oleh sumber air, baik dari sungai, danau, maupun waduk dengan menggunakan suatu bangunan pengambilan yang dapat berupa bendungan, rumah pompa ataupun pengambilan bebas. Perencanaan petak sawah yang dilakukan adalah perencaaan terhadap luas dan batas petak tersier serta tempat penyadapan airnya. Petak irigasi dapat dibagi atas 3 jenis yakni: 1. Petak Primer Petak atau gabungan dari petak-petak sekunder yang mendapat air langsung dari saluran induk. Petak primer dilayani oleh satu saluran
II - 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
primer yang mengambil airnya dari sumber air. Daerah di sepanjang saluran primer tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, maka daerah saluran primer yang berdekatan harus dialiri oleh saluran primer. 2. Petak Sekunder Kumpulan dari beberapa petak tersier yang langsung mendapat air dari saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batasbatas petak sekunder umumnya merupakan topografi yang cukup jelas, misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak pada punggung medan, mengaliri kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah. 3. Petak Tersier Petak tersier adalah petak-petak sawah yang mendapat aliran air dari bangunan sadap pada bangunan sekunder. Perencanaan dasar yang berhubungan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier yang menjadi tanggung jawab dinas pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab II - 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
petani yang bersangkutan di bawah bimbingan pemerintah. Hal ini juga menentukan luas petak tersier. Petak yang terlampau besar akan mengakibatkan pembagian air yang tidak efisien. Faktor-faktor penentu lain dalam petak tersier adalah jumlah petani dalam satu petak, topografi, serta jenis tanaman. Pada petak-petak yang akan ditanami padi, luas idealnya berkisar antara 50 – 100 ha, bahkan terkadang mencapai 150 ha. Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kwarter yang masing-masing luasnya antara 8-15 ha. Petak tersier harus berbatasan langsung dengan saluran sekunder ataupun saluran primer. Pengecualian apabila petak tersier tidak secara langsung terletak di sepanjang jaringan irigasi utama. Yang dengan demikian memerlukan saluran muka tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya. 2.3. Bangunan Air Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengendalikan air di sungai maupun danau. Bentuk dan ukuran bangunan tergantung kebutuhan, kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat hidrolik sungai. Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat lebih masif dan tidak memerlukan segi keindahan dibanding dengan bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan perencanaan bangunannya secara detail tidak terlalu halus. Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya berbentuk lengkung untuk menghindari kontraksi sehingga mempunyai efisiensi yang
II - 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tinggi dan mengurangi gerusan lokal (local scoure) di sekililing bangunan atau di hilir bangunan. 2.3.1. Bangunan Utama Bangunan utama adalah semua bangunan yang direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bias mengurangi kadar sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur dan mengatur air yang masuk. Untuk keperluan jaringan irigasi yang mengalirkan air dari sumber ke petak sawah dibutuhkan bangunan utama. Di Indonesia, ada enam jenis bangunan utama yang sudah dibangun atau sering dibangun yakni: a. Bendung Tetap Merupakan suatu bangunan air yang dibangun melintang dengan sungai dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya dililmpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak dengan maksud untuk meredam energi. Ada dua (2) jenis tipe bendung tetap apabila dilihat dari bentuk struktur ambang pelimpahnya yakni: • Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai artinya as ambang tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai. • Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe ini diperlukan apabila panjang ambang tidak mencukupi dan II - 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
biasanya untuk sungai dengan lebar yang kecil tetapi debitnya cukup besar. Dengan menggunakan ambang jenis ini, akan didapat panjang ambang yang lebih besar. Untuk menerapkan ambang jenis ini ada beberapa syarat yang harus diperhatikan antara lain debitnya harus relatif stabil, tidak membawa material terapung berupa batang-batang pohon, serta efektifitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air pelimpasan tertentu. b. Bendung Gerak Vertikal Merupakan suatu bangunan yang terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara vertical maupun radial. Tipe bendung ini mempunyai fungsi ganda yakni mangatur tinggi muka air di hulu bendung kaitannya dengan muka air banjr, dan meninggikan muka air sungai, kaitannya dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar, serta membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup pada saat keadaan normal untuk kepentingan penyadapan air. Tipe bendung gerak ini hanya dibedakana dari bentuk pintu-pintunya antara lain: Pintu geser atau sorong banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat karena akan memerlukan perlatan angkat yang lebih besar dan mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki
II - 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kekakuan yang tinggi sehingga apabila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran air. Pintu radial memiliki daun pintu berbentuk busur dengan lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pular. Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai c. Bendung Karet (Bendung Gerak Horisontal) Pada bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu: Tubuh bendung yang terbuat dari karet, dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi dengan satu ruang control untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet. Bendung jenis ini berfungsi untuk meninggikan muka air dengan cara mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air dari pompa udara atau air yang dilengkapi dengan instrument pengontrol udara atau air (manometer). d. Bendung Saringan Bawah Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan membuat bak penampung air berupa saluran penangkap melintang sungai dan mengalirkan airnya ke tepi sungai untuk dibawa ke jaringan irigasi. Operasional di lapangan dilakukan denga cara membiarkan sedimen dan batuan meloncat melewati
II - 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara periodeik dibilas masuk sungai kembali. e. Pengambilan Bebas Pengambilan air untuk irigasi langsung dilakukan dari sungai dengan meletakkan bangunan pengambilan yang tepat di tepi sungai yaitu, yaitu pada tikungan luar dan tebing sungai yang kuat. Bangunan pengambilan ini dilengkapi dengan pintu, ambang rendah dan saringan yang pada saat banjir pintu dapat ditutup supaya air banjir tidak meluap ke saluran induk. Kemampuan menyadap air sangat dipengaruhi oleh elevasi muka air di sungai yang selalu bervariasi tergantung debit pengaliran sungai tersebut. Pengambilan bebas biasanya digunakan untuk daerah irigasi dengan luasan sekitar 150 ha dan masih pada tingkat irigasi semi teknis atau irigasi sederhana. f. Pompa Ada beberapa jenis pompa bila ditinjau dari sisi tenaga penggeraknya antara lain: • Pompa air yang digerakan oleh tenaga manusia (Pompa tangan) • Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air) • Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak • Pompa air dengan penggerak tenaga listrik Pompa digunakan bila bangunan-banguna pengelak yang lain tidak dapat memecahkan permasalahan pengambilan air dengan gravitasi, atau kalau pengambilan air relatif sedikit dibandingkan lebar sungai.
II - 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dengan instalasi pompa pengambilan air dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Namun dalam operasionalnya memerlukan biaya operasi dan pemeliharaanya cukup mahal terutama dengan makin mahalnya bahan bakar dan tenaga listrik. 2.3.2. Bangunan Pelengkap Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama apabila diperlukan untuk kegiatan: Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran Rumah untuk operasi pintu Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi serta kemungkinan hidrolik Bangunan tangga ikan untuk lokasi yang senyatanya perlu dijaga keseimbagan biotanya. 2.3.3. Bangunan Bagi dan Sadap a. Bangunan Bagi Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan dibangun suatu bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke
II - 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagia berfungsi sebagai pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit. Pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan dipasang alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yang lebih keci. b. Bangunan pengatur Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran di tempat-tempat di mana terletak bangunan sadap dan bagi. Khususnya di saluransaluran yang kehilangan tinggi energinya harus kecil, bangunan pengatur harus direncana sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan sewaktu terjadi debit rencana. Misalnya pintu sorong harus dapa diangkat sepenuhnya dari dalam air selama terjadi debit rencana, kehilangan energy harus kecil pada pintu skot balok jika semua balok dipindahkan. c. Bangunan Sadap Bangunan Sadap Sekunder Sadap Sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan oleh sebab itu melayani lebih baik dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini secara umum lebih besar 0.25 m3/dtk. Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder yaitu alat ukur Romjin, alat ukur Crump-de Gruyter, Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar, Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume.
II - 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bangunan Sadap Tersier Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada petak-petak tersier. Kapasitas bangunan sadap tersier berkisar anatar 50 l/dt sampai 250 l/dt. Bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijin, jika muka air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi merupakan suatu masalah. Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crump-de Gruyter. Untuk bangunan sadap tersier mengambil air dari saluran primer yang besar, dimana permbuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan muka air yang diperlukan di petak tersier lebih rendah disbanding elevasi air selama debit rendah di saluran, akan menguntungkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana dengan pintu sorong sebagai bangunan penutup. 2.3.4. Bangunan Lain Ada juga bangunan lain yang juga terkadang dibutuhkan dalam sebuah jaringan irigasi. Beberapa bangunan tersebut antara lain: a. Kolam olak Kolam olak berfungsi sebagai peredam energi dari air yang mengalir dengan kecepatan tinggi. Bila ada kehilangan energi yang besar akibat perbedaan tinggi muka air yang cukup besar, maka diperlukan suatu bangunan terjun di dasar saluran yang disebut kolam olak.
II - 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Talang Talang adalah jembatan untuk menyeberangkan air dari tepi sungai ke tepi seberangnya. Konstruksi dibuat dari bahan yang kuat dan awet seperti baja, beton, atau bahan yang kurang kuat seperti kayu. Kecepatan air di dalam talang besi disarankan tidak melebihi 3m/dtk. Di dalam talang beton kecepatan air antara 2-2,5 m/dtk c. Sipon Sipon digunakan apabila selisih elevasi antara dua sisi yang bersilangan kecil dan apabila pembuatan talang maupun goronggorong tidak memungkinkan. Pipa sipon dapat dibaut dari beton bertulang. Pada bangunan bagi ada kalanya dijumpai penyadapan langsung ke saluran tersier yang disebut bangunan sadap. 2.4. Curah Hujan dan Klimatologi Beberapa pengertian yang berhubungan dengan curah hujan antara lain: 1. Hujan (Rain), adalah bentuk tetesan air yang mempunyai garis tengah lebih dari 0.5 mm atau lebih kecil dan terhambur luas pada suatu kawasan. 2. Curah Hujan (rain fall), adalah banyak air yang jatuh kepermukaan bumi, dalam hal ini permukaan bumi dianggap datar dan kedap, tidak mengalami penguapan dan tersebar merata serta dinyatakan sebagai ketebalan air (rain fall depth, cm, mm). Data klimatologi terdiri dari : a. Temperatur, dalam derajat Celcius dapat berupa temperatur rata-rata harian atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulanan.
II - 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Penyinaran (daily sunshine), dapat diberikan sebagai presentase dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari atau pecahan sebagai lamanya penyinaran dalam jam. c. Kelembaban udara (air humidity) dapat diberikan sebagai kelembaban relatif dalam persen (relative humidity) atau dalam mbar (vapour pressure) d. Kecepatan angin (windspeed), dapat diberikan dalam km/hari.
Gambar 2.4. Peta Stasiun Klimatologi Jawa Tengah 2.5. Evapotranspirasi Evapotranspirasi merupakan gabungan dua proses biofisik yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah perpindahan uap air dari permukaan tanah ke atmosfer, sedangkan transpirasi adalah perpindahan uap air melalui tumbuhan menuju atmosfer. Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman karena berpengaruh langsung terhadap transport nutrien dan hasil
II - 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
metabolisme tanaman. Selain itu, evapotranspirasi mendapat banyak perhatian karena kehilangan air dari tanaman maupun permukaan tanah dapat berakibat langsung terhadap ketersediaan air. Besar evaporasi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, meliputi temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban udara dan kecerahan penyinaran matahari. Besar transpirasi dipengaruhi oleh keadaan iklim, jenis tanaman, varietas tanaman dan umur tanaman, biasa disebut faktor tanaman.
Gambar 2.5 Proses Evapotranspirasi Beberapa metode telah dikembangkan untuk menduga nilai evapotranspirasi. Pendugaan evapotranspirasi merupakan salah satu langkah penting dalam perencanaan dan pelaksanaan sistem irigasi serta sistem pengelolaan air. Beberapa metode dikembangkan untuk pendugaan nilai evapotranspirasi salah satunya adalah Metode Penmann. Metode Penman merupakan metode penduga evapotranspirasi terbaik yang direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode pendugaan lain baik digunakan dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007; Smith 1992). Metode ini merupakan metode yang diadopsi dari metode Penman yang dikombinasikan dengan tahanan aerodinamik dan permukaan tajuk. Metode II - 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penman mengalami berbagai perkembangan sehingga dapat digunakan untuk menduga
evapotranspirasi
pada
permukaan
yang
ditanami
dengan
menambahkan faktor tahanan permukaan (Rs) dan tahanan aerodinamik (Ra). Persamaan ini terdapat parameter penentu pertukaran energi dan berhubungan dengan fluks bidang tanaman (Allen et al. 1998). Metode Penmann Modifikasi digunakan untuk menghitung evapotraspirasi. Metode Penman Modifikasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut yaitu dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan parameter lain, selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama dalam metode ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa stasiun cuaca yang menyediakan data tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al. 2003). Badan pertanian dan pangan PBB (FAO) merekomendasikan rumus Penman untuk dipakai dalam perhitungan ETo. Prinsip rumus untuk menghitung Eto adalah Eto = c . ETo*. ETo sangat dipengaruhi keadaan iklim, sedangkan keadaan iklim sangat berhubungan erat dengan letak lintang daerah. Rumus Penman membutuhkan data terukur : 1. Temperatur udara (t) 2. Kecepatan angin (u) 3. Kelembaban relatif (RH) 4. Kecerahan matahari (n/N) 5. Letak lintang Rumus Penman adalah sebagai berikut :
II - 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
ETO = c x ET*, dengan ET* = w (0,75 Rs – Rn1) + (1 – w) f (u) (ea – ed) dimana : W
= faktor yang berhubungan dengan temperatur (T) dan elevasi daerah. Untuk daerah Indonesia dengan elevasi antara 0 – 500 m, hubungan harga T dan W.
Rn
= Radiasi Netto ekivalen dengan evaporasi (mm/hari) = Rs – Rn1
Rs
= radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari) = (1 - α) Rs = (1 – α) (0.25+0.50n/N)Ra
Ra
= radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah.
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Tabel 2.1 Angka Angot (Ra) Untuk Daerah Indonesia antara 50 LS sampai 100 LS Lintang Utara Lintang Selatan 5 13.0 14.0 15.0 15.1 15.3 15.0 15.1 15.3 15.1 15.7 14.8 14.6 Rn1
4 14.3 15.0 15.5 15.5 14.9 14.4 14.6 15.1 15.3 15.1 14.5 14.1
2 14.7 15.3 15.6 15.3 14.6 14.2 14.3 14.9 15.3 15.3 14.8 14.4
0 15.0 15.5 15.7 15.3 14.4 13.9 14.1 14.8 15.3 15.4 15.1 14.8
2 15.3 15.7 15.7 15.1 14.1 13.5 13.7 14.5 15.2 15.5 15.3 15.1
4 15.5 15.8 15.6 14.9 13.8 13.2 13.4 14.3 15.1 15.6 15.5 15.4
6 15.8 16.0 15.6 14.7 13.4 12.8 13.1 14.0 15.0 15.7 15.8 15.7
8 16.1 16.1 15.5 14.4 13.1 12.4 12.7 13.7 14.9 15.8 16.0 16.0
= radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) = f (t) . f (ed) . f (n/N)
II - 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
10 16.1 16.0 15.3 14.0 12.6 12.6 11.8 12.2 13.3 14.6 15.6 16.0
f (t)
= fungsi temperatur pada gelombang panjang radiasi.
f (ed)
= fungsi tekanan uap = 0,34 – 0,044 . √ (ed)
f (n/N) = fungsi kecerahan = 0,1 + 0,9 n/N f (u)
= fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam satuan (m/dt) = 0,27 (1 + 0,864 U)
U (ea – ed)
= kecepatan angin (m/dt) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya
ed
= ea . Rh
RH
= kelembaban udara relatif (%)
ea
= tekanan uap jenuh (mbar)
ed
= tekanan uap sebenarnya (mbar)
c
= angka koreksi Penman yang memasukkan harga perbedaan kondisi cuaca siang dan malam. Tabel 2.2 Hubungan Antara T, ea, w dan F(t) T C 24.00 25.00 26.00 27.00 28.00 28.60 29.00
0
ea Mbar 29.50 31.69 33.62 35.66 37.81 39.14 40.06
W 0.735 0.745 0.755 0.765 0.775 0.781 0.785
F(t) 15.40 15.65 15.90 16.10 16.30 16.42 16.50
II - 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.3 Angka Koreksi (c) Bulanan Untuk Rumus Penman Bulan
C
Bulan
C
Januari
1.04
Juli
0.90
Peruari
1.05
Agustus
1.00
Maret
1.06
September
1.10
April
0.90
Oktober
1.10
Mei
0.90
Nopember
1.10
Juni
0.90
Desember
1.10
2.6. Curah Hujan Efektif (Re) Curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan total yang digunakan oleh akar-akar tanaman selama masa pertumbuhan. Besarnya curah hujan efektif dipengaruhi oleh : 1. Cara pemberian air irigasi. 2. Laju pengurangan air genangan disawah yang harus ditanggulangi. 3. Kedalaman lapisan air yang harus dipertahankan di sawah 4. Cara pemberian air dipetak 5. Jenis taman dan tingkat ketahanan tanaman terhadap kekurangan air Curah hujan efektif (Re) dihitung dari data curah hujan rata-rata setengah bulanan yang selanjutnya diurutkan dari data terkecil hingga terbesar. Re = (n/5)+1 Dimana : Re
= curah hujan efektif
(n/5)+1
= rangking curah hujan efektif dihitung dari rangking terkecil
n
= jumlah pengamatan curah hujan
II - 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.7. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air dimaksudkan untuk menentukan besarnya debit air yang akan dipakai mengaliri lahan didaerah irigasi. Debit air ini akan digunakan sebagai dasar perencanaan jaringan irigasi. Kebutuhan air untuk irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan. Direktorat Jendral Pengairan (1996) memberikan gambaran bahwa dalam penentuan kebutuhan air untuk irigasi atau air yang dibutuhkan untuk lahan pertanian didasarkan pada keseimbangan air dilahan untuk satu unit luas andalan periode biasanya periode setengah bulanan. Faktor yang menentukan adalah : 1. Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan Kebutuhan air selama penyiapan lahan adalah pekerjaan sebelum tanah sawah digunakan untuk menanam yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Pekerjaan ini bertujuan untuk memperoleh tanah yang baik digunakan untuk penanaman, maka penyiapan lahan harus diperhitungkan dengan baik. Lama pekerjaan penyiapan lahan tergantung jumlah tenaga kerja, hewan dan peralatan yang digunakan serta faktor-faktor sosial setempat. Biasanya pengolahan lahan dilakukan sebelum masa tanam padi dan berlangsung selama 30-45 hari. Untuk penyiapan lahan digunakan rumus empiris Van de Goor dan Zijlstra.
II - 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
M .e k IR k (e 1) dengan : IR
= kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan pada saat pengolahan lahan (mm/hari)
M
= kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi air yang hilang akibat evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (1.1 x ETo) dan akibat perkolasi, atau M = (1.1 x ETo) + P, dalam mm/hari.
K
= MT/S
T
= jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S
= kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm
e
= bilangan dasar dalam logaritma 2,7183
Tabel 2.4 Koefisien kebutuhan air selama penyiapan lahan
II - 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Kebutuhan Air Untuk Konsumtif tanaman (Etc) Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk proses fotosintesis dari tanaman tersebut. Penggunaan konsumtif dapat dihitung dengan rumus : Etc = Kc x Eto Dimana : Etc
= evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto
= evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kc
= koefisien tanaman
Besarnya koefisien tanaman setiap jenis tanaman berbeda-beda dan berubah setiap periode pertumbuhan tanaman itu.
Tabel 2.5 Koefisien Tanaman Padi
II - 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.6 Koefisien tanaman Palawija
3. Perkolasi Perkolasi merupakan gerakan air kebawah dari zona air tidak jenuh (daerah antara permukaan tanam sampai ke permukaan air tanah) kedalam daerah yang jenuh(daerah dibawah permukaan air). Proses ini merupakan proses kehilangan air yang terjadi pada penanaman pada disawah. Faktor yang mempengaruhi perkolasi adalah : a. Tekstur Tanah b. Premeabilitas tanah c. Letak permukaan air tanah d. Tebal lapisan tanah bagian atas Tabel 2.7 Tingkat Perkolasi
II - 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Pergantian Lapisan Air (WLR) Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak dua kali masing-masing 50 mm satu bulan dan dua bulan setelag transplantasi (atau 3.33 mm/hari selama setengah bulan) 2.7.1. Kebutuhan Air di Sawah Kebutuhan air untuk tanaman yaitu banyaknya yang dibutuhkan tanaman untuk membuat jaring tanaman (batang dan daun) dan untuk diuapkan (evapotranspirasi), perkolasi, curah hujan, pengolahan lahan dan pertumbuhan tanaman. Banyaknya air disawah untuk tanaman padi dan palawija berbeda sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑇𝐶𝑟𝑜𝑝 + 𝑊𝐿𝑅 + 𝑃 − 𝑅𝑐 Dimana : NFR
= Kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari)
ETcrop = Evaporasi potensial (mm/hari) WLR = Penggantian lapisan air (mm/Hari) P
= Perkolasi (mm/hari)
Rc
= Curah hujan efektif (mm/hari)
2.7.2. Kebutuhan Air Irigasi Untuk Padi Kebutuhan air untuk tanaman padi ditentukan oleh faktor – faktor berikut: 1. Penyiapan lahan 2. Penggunaan Konsumtif
II - 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Perkolasi dan rembesan 4. Pergantian lapisan air 5. Curah hujan efektif Untuk irigasi Padi, curah hujan efektif bulanan 70% dari curah hujan minimum tengah bulan dengan periode ulang 5 tahun. Re = 70% x 1/2 Rs dimana Rs adalah curah hujan minimun dengan periode ulang 5 tahun (mm). 2.7.3. Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija Seperti halnya tanaman padi, kebutuhan air irigasi untuk tanaman palawija ditentukan oleh penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, curah hujan efektif, namun tidak dipengaruhi oleh penggenangan. Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi lembab yang memadai untuk tanaman yang akan tumbuh. Banyaknya air tergantung kepada kondisi tanah dan pola tanam yang diterapkan. Jumlah air 50 – 100 mm dianjurkan untuk tanaman palawija dan 100 – 200 mm untuk tebu, kecuali apabila ada kondisi khusus. Pada tanaman palawija, perkolasi air kedalam lapisan tanah bawah hanya akan terjadi setelah pemberian air irigasi. 2.7.4. Effisiensi Irigasi Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Biasanya efisien irigasi
II - 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier. Mengacu pada Direktorat Jendral Pengairan maka efisiensi irigasi pada tingkat primer dan sekunder diambil 90%, dan tingkat tersier diambil 80%. Angka efisiensi irigasi keseluruhan tersebut dihitung dengan cara mengkonversi efisiensi dimasing-masing tingkat yaitu 90% x 90% x 80% = 65%. 2.8. Debit Andalan Perhitungan debit andalan bertujuan untuk menentukan areal persawahan yang dapat dialiri. Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Debit andalan ditentukan untuk periode tengah– bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai agar analisis cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 10 tahun. Jika persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode hidrologi analisis dan empiris biasa dipakai. Dalam menghitung debit andalan kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan dari sungai hilir pengambilan. Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu ke waktu mengalami penurunan seiring dengan fungsi daerah tangkapan air. Penurunan debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukkan factor koreksi sebesar 80% sampai dengan 90% untuk debit andalan. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). II - 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai debit rata-rata untuk periode tengah
bulanan.
–
Dalam
menghitung
debit
andalan
harus
mempertimbangkan air yang diperlukan di hilir pengambilan. Untuk penentuan debit andalan atau volume ada metode analisis yang dapat dipakai yaitu Neraca Air (Water Balance). Dengan menggunakan model neraca air (Water Balance) harga-harga debit bulanan dapat dihitung dari curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan tampungan air tanah. Metode Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air berdasarkan kosep water balance. Keberadaan air yang dimaksud adalah besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F.J Mock berdasarkan atas dari hidrologi. Pada prinsipnya, metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk adalah hujan. Air yang keluar adalah infiltrasi, perkolasi, dan yang dominan adalah akibat evapotranspirasi. Perhitungan debit andalan meliputi : 1. Data Curah Hujan Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian dengan stasiun curah hujan yang dianggap mewakili daerah tersebut. Rs = Curah hujan bulanan n
= jumlah hari hujan
2. Evapotranspirasi menggunakan metode Penmann Modifikasi. Evapotranspirasi actual dengan mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data curah hujan (P), jumlah hari
II - 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
hujan (n), jumlah permukaan kering (d), exposed surface (m%). Faktor Karakteristik Hidrologi Faktor Bukaan Lahan yang dipakai : m
= 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m
= 10 – 40% untuk lahan tererosi
m
= 30 – 50% untuk lahan pertanian yang diolah
3. Luas Daerah Pengaliran 4. Keseimbangan Air pada Permukaan Tanah Soil Moisture Capacity (SMC) adalah kapasitas kandungan air pada alapisan tanah permukaan (surface soil) per m2. Semakin besar porositas tanah maka akan semakin besar pula SMC yang ada. Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas tanah adalah : S
= Rs – Et1
SMC (n)
= SMC(n-1) + IS(n)
WS
= S – IS
Dimana : S
= Kandungan air tanah
Rs
= Curah hujan bulanan
Et1
= Evapotranspirasi terbatas
IS
= tampungan awal (Soil Storage)
IS (n)
= tampungan awal (soil Storage bulan ke n)
SMC
= Kelembaban tanah (soil moistrure) antara 50250mm
SMC(n)
= Kelembaban tanah bulan ke n
II - 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
SMC(n-1) = Kelembaban tanah bulan ke n-1 WS
= Water Surplus atau volume air berlebih
Besar kandungan tanah tergantung dari harga kandungan air tanah (S), bila harga S negatif maka kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan sebaliknya. Tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air pada awal perhitungan. 5. Limpasan (Run off) dan tampungan air tanah (ground water storage) Nilai Run Off and Ground Water Storage tergantung dari keseimbangan air dan kondisi tanahnya. 𝑉𝑛 = 𝑘 × 𝑉𝑛−1 + 0.5 (1 + 𝑘) 𝐼 𝑉𝑛 = 𝑉𝑛 − 𝑉𝑛−1 Dimana : Vn
= Volume air tanah periode ke n
k
= qt/qo = faktor resesi aliran tanah
qt
= aliran air tanah pada waktu periode ke t
qo
= aliran air tanah pada awal periode (periode ke 0)
Vn-1
= Volume air tanah periode ke (n-1)
Vn
= perubahan volume aliran air tanah
Harga k yang tinggi akan memberikan resesi yang lambat seperti pada kondisi geologi lapisan bawah yang sangat lulus air. Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. 6. Aliran sungai Aliran dasar
= infiltrasi – perubahan volume air dalam tanah
II - 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
B(n)
= I – dV(n)
Aliran Permukaan = volume air lebih – infiltrasi D(ro)
= WS – I
Aliran Sungai
= aliran pemukaan + aliran dasar
Run off
= D(ro) + B(n)
Debit
=
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 ×𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑠 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Kemungkinan itu menggunakan perhitungan: P
m N
dengan : P
= probabilitas/kemungkinan debit terpenuhi 80%
m
= urutan atau rangking besarnya debit
N
= banyaknya data pengamatan debit
2.9. Pola Tanam Pola tanam merupakan gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah
lain,
karena
karakteristik
setiap
daerah
juga
berbeda
(Wirosoedarmo, 1985). Rencana dan tata tanam dimaksudkan untuk II - 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
meningkatkan efisiensi penggunaan air, serta menambah intensitas luas tanam. Pemilihan pola tanam didasarkan pada sifat tanaman terhadap hujan dan kebutuhan air. 1. Sifat tanaman padi terhadap hujan dan kebutuhan air. a. Pada waktu pengolahan memerlukan banyak air b. Pada waktu pertumbuhan memerlukan banyak air dan pada saat berbunga diharapkan hujan tidak banyak agai bunga tidak rusak dan padi baik 2. Sifat tanaman palawija terhadap hujan dan kebutuhan air. a. Pada waktu pengolahan membutuhkan air lebih sedikit daripada padi b. Pada pertumbuhan sedikit air dan lebih baik lagi apabila tidak turun hujan.
II - 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/