BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Demam 1. Pengertian demam Demam merupakan respon normal tubuh terhadap infeksi. Dalam banyak hal demam merupakan respon yang sangat berguna dan menolong tubuh dalam memerangi infeksi. Demam didefinisikan bila suhu tubuh lebih dari normal sebagai akibat dari penigkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin -1 (IL-1). Suhu tubuh ialah suhu organ dalam tubuh misalnya viscera, hati, otak dan lain-lain. Pengaturan suhu tubuh pada keadaan sehat maupun demam merupakan keseimbangan antara produksi dan pelepasan panas (Guyton, 1997). Pada anak kecil, demam yang ringan biasanya terjadi setiap infeksi. Demam yang ringan itu sendiri tidak memerlukan pengobatan khusus kecuali telah ditemukan penyebabnya (Biddulp & Stace, 1999) Suhu tubuh yang berada diatas taraf normal 370C menunjukkan adanya demam, biasanya penyebabnya adalah infeksi. Demam yang tidak terlalu tinggi biasanya tidak berbahaya, tetapi suhu tubuh diatas 400C bisa berbahaya, terutama pada bayi dan anak kecil (Purwoko.S, 2005) Batas peningkatan suhu pada demam dari beberapa kepustakaan bervariasi. Menurut Darmowandoyo batas kenaikan suhu adalah 37,80C (1000F) bila diukur secara oral atau 38,40C secara aksila (100,10F) (Darmowandoyo, 2002). Pada penelitian lain demam didefinisikan bila suhu aksila >37,20C di pagi hari atau >37,70C di sore hari (Jeffrey et al, 1999). Menurut Pendidikan Medik Pediatrik Terpadu (PMTP) IDAI (dalam Purwoko, 2005) mendefinisikan demam sebagai peningkatan suhu tubuh dimana suhu aksilanya 37,50C atau lebih.
7
8
2. Penyebab Utama Demam Penyebab umum demam menurut Biddulp & Stace (1999) antara lain : a. Malaria b. Infeksi saluran napas bagian atas (termasuk tonsilitis) c. Otitis media merupakan peradangan telinga bagian tengah yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorok (faringitis) dan sering pada anak-anak. d. Pneumonia e. Campak f. Gastroenteritis g. Abses (penimbunan nanah) h. Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. i. Infeksi saluran kencing. 3. Penyebab demam lainnya Penyebab demam lainnya menurut Biddulp & Stace (1999) yaitu : a. Lingkungan yang panas, terutama pada bayi kecil, dapat menyebabkan demam. b. Imunisasi Banyak bayi yang mengalami demam beberapa jam setelah di suntik antigen tripel. c. Kadang – kadang tidak ditemukan penyebab demam. Jika demam menghilang setelah beberapa hari dan anak kembali menjadi sehat, penyebabnya infeksi virus. 4. Tanda dan gejala demam Tanda dan gejala demam menurut Purwoko (2005) yaitu : a. Suhu tubuh meninggi >380C. b. Wajah sangat pucat, perasaan kedinginan dan kulit merinding
9
c. Menggigil dengan gigi gemeletuk d. Kulit panas, merah e. Rasa sakit diseluruh tubuh f. Berkeringat g. Sakit kepala 5. Akibat Demam Akibat demam menurut Purwoko (2005) yaitu : 1) Dehidrasi Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. 2) Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >380C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. 6. Cara mengatasi demam Kompres diberikan setelah pemberian antipiretik untuk memastikan penurunan suhu oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus. Apabila anak menggigil, suhu air harus dinaikan (Abdoerahman, 2002). Penggunaan kompres dingin atau es merupakan kontraindikasi. Kompres dingin atau es dan alkohol akan menginduksi menggigil yang hebat sehingga metabolisme makin tinggi dan penderita merasa sangat tidak enak. Alkohol diabsorbsi melalui kulit dan pernapasan, dapat menyebabkan toksisitas. Kompres yang dianjurkan adalah kompres hangat. Pada saat air menguap akan terjadi penurunan demam (Potter, 2005). Anak perlu minum banyak untuk mencegah dehidrasi. Anak perlu tidur cukup untuk mengurangi metabolism tubuhnya, membuka pakaian atau mantel yang berlebihan, memperhatikan aliran udara di dalam ruangan (Isa, 2006).
10
B. Kecemasan 1. Pengertian kecemasan Cemas atau anxietas adalah suatu perasaan subjektif secara emosional yang timbul oleh suatu sebab yang tidak diketahui secara pasti yang dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan merasa terancam (Bary, patricia D, 1996). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2001). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2006). Kecemasan
ialah
menunjukkan
reaksi
terhadap
bahaya
yang
memperingatkan orang dari dalam secara naluri bahwa ada bahaya dan orang yang bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam situasi tersebut (Ramaiah, 2003) Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan adalah gejala tidak spesifik yang sering ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal. Kecemasan patologis adalah tidak sesuai dengan proporsi ancaman sesungguhnya dan bersifat maladaptive (Kusuma W, 1997). 2. Gejala klinis cemas Gelaja klinis cemas menurut Hawari (2008) adalah : a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
11
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging
(tinitus),
berdebar-debar,
sesak
nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala. 3. Tingkat kecemasan menurut Stuart (2006) adalah: a. Kecemasan Ringan (mild anxiety) Kecemasan tingkat ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya. b. Kecemasan Sedang (moderate anxiety) Kecemasan tingkat sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. c. Kecemasan Berat (severe anxiety) Kecemasan tingkat berat sangat mengurangi bahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan pada suatu area lain. d. Panik Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal ini rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Gejala panik menurut Hawari (2008) adalah : 1) Sesak nafas 2) Jantung berdebar-debar 3) Nyeri atau rasa tak enak di dada
12
4) Rasa tercekik atau sesak 5) Pusing, vertigo (penglihatan berputar-putar), perasaan melayang 6) Perasaan seakan-akan diri atau lingkungan tidak realistic 7) Kesemutan 8) Rasa aliran panas atau dingin 9) Berkeringat banyak 10) Rasa akan pingsan 11) Menggigil atau gemetar 12) Merasa takut mati, takut menjadi gila atau khawatir akan melakukan suatu tindakan secara tidak terkendali selama berlangsungan serangan panik. 4. Stressor pencetus (Maramis, 2004) Stressor pencetus berasal dari sumber internal atau eksternal yang ditafsirkan lain. Karena adanya distorsi persepsi dari realitas lingkungannya. Kecemasan dapat muncul bila individu tidak mampu mengatasi stress psikologis, keadaan stress dapat bersumber dari frustasi, konflik, tekanan atau krisis. a. Frustasi Timbul bila individu sedang berusaha mencari kebutuhan atau tujuan tetapi mendadak timbul halangan ada aral melintang, yang merupakan frustasi dan dapat menimbulkan stress baginya. b. Konflik Terjadi bila individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. c. Tekanan Tekanan sehari-hari biarpun kecil tetapi bila tertumpuk dapat menyebabkan stress hebat. d. Krisis Suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stress pada individu ataupun kelompok, seperti kematian, kecelakaan, penyakit yang harus dioperasi, masuk sekolah pertama kali. Krisis terjadi bila individu
13
mengalami suatu permasalahan yang tidak terselesaikan dan pengalaman yang meningkatkan kecemasan dan ketidakmampuan fungsi. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan Menurut Ramaiah (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah a. Lingkungan : lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini bisa disebabkan pengalaman dengan keluarga, dengan sahabat, dengan rekan sekerja,dan lain-lain. Kecemasan timbul jika merasa tidak aman terhadap lingkungan. b. Emosi yang ditekan : kecemasan bisa terjadi jika tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasan dalam hubungan personal. c. Sebab-sebab fisik : pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. d. Keturunan : sekalipun gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga- keluarga tertentu, ini bukan merupakan penyebab penting dari kecemasan. Faktor yang menimbulkan kecemasan menurut Kaplan (2000) adalah a. Faktor psikoanalitis Cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan
superego
mencerminkan
hati
nurani
dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi cemas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Faktor interpersonal Cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal.
Cemas
juga
berhubungan
dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami cemas yang berat.
14
c. Faktor perilaku Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori konflik memandang cemas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya adanya hubungan timbal balik antara konflik dan cemas. Konflik menimbulkan cemas dan cemas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan. Menurut
Green
(1980)
dalam
Notoatmodjo
(2003),
menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku manusia pada tingkat kesehatan. Sedangkan kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh: 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat,
tingkat
pendidikan,
tingkat
sosial
ekonomi
(Notoatmodjo, 2003). 2) Faktor-faktor pendukung(enabling faktor) Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin (Notoatmodjo, 2003).
15
3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan penguat
terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan
sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2003). a) Faktor keluarga Gangguan
cemas
biasanya
terjadi
dalam
keluarga.
Gangguan cemas juga tumpang tindih antara gangguan gangguan cemas dengan depresi. Milyawati dan Hastuti (2009) yang melakukan penelitian dukungan keluarga, pengetahuan, dan persepsi ibu serta hubunganya dengan strategi koping ibu pada anak. b) Faktor biologis Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus
untuk
benzodiazepin,
obat-obatan
yang
meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GAMA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan cemas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat cemas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai faktor penyebab cemas. C. Karakteristik Dari beberapa literature (Stuart & sundden (1998), Lazarus &Folkman (1984), Harjono Suparto (2002) karakteristik orang tua yaitu : 1. Pendidikan a. Pengertian pendidikan Pendidikan merupakan proses hasil belajar yang berlangsung disuatu lembaga pendidikan atau institusi dengan berbagai jenjang. Individu yang mempunyai pendidikan tinggi akan tinggi pula perkembangan kognitifnya yaitu dengan adanya pengalaman-pengalaman
16
bersama dan pengembangan cara-cara pemikiran baru mengenai masalah umum atau kelompok diri sendiri yang dilakukan dengan penilaian yang lebih realities dan efektif. Hal ini dapat meningkatkan ketrampilan koping individu sehingga mampu menggunakan koping yang konstruktif. Ki Hajar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan korat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan
berarti
daya
dan
upaya
untuk
memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin ), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak selaras dengan alamnya dan masyarakatnya (Suwarno, 1992) 2. Usia Dalam penelitian Hardjono Suparto (2002) tentang koping pada kecemasan, dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa umur usia muda lebih mudah mengalami peningkatann stress dibandingkan dengan umur usia dewasa. Menurut Verner dan Davison yang dikutip oleh Lunardi dalam Notoatmodjo (2003) dengan bertambahnya usia akan mempengaruhi tingkat penglihatan, persepsi maupun kemampuan seseorang didalam menerima informasi. Sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Ahmadi (2002) menyebutkan bahwa usia berhubungan dengan sifat kedewasaan dan akan berdampak pada tanggung jawab. Usia lebih dewasa umumnya lebih bertanggung jawab , lebih tertib, lebih teliti, lebih bermoral dan lebih berbakti daripada usia muda. 3. Status Sosial Ekonomi Individu yang mempunyai status sosial ekonomi rendah lebih sering mendapat akibat yang negatif dari stress sehingga mereka akrab dengan kriminalitas, sakit mental dan minuman yang mengandung
17
alkoho (Craven R.F & Hirnle C.J, 2000). Hal ini terjadi karena kontrol atas hidupnya tidak begitu kuat, mereka biasanya kurang pendidikan sehingga mereka kurang mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan proses perawatan anak.
D. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, pencuiman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan berhubungan dengan informasi
yang dimiliki
seseorang, semakain banyak yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang, pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahuai tentang suatu obyek tertentu, khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita dan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan (Sugiarti, 2010). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman adalah guru yang baik merupakan sumber pengetahauan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperolah pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005).
18
2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut (Notoatmojo:2007) : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). d. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjukan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang lain. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
19
3. Cara Pengukuran Arikunto (2006) menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkattingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan pada masingmasing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring sebagai berikut : a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76% – 100%. b. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56% – 75%. c. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40% – 55%. d. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Pendidikan Tingkatan pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang dating dan luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. b. Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolit berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak, disbanding dengan orang yang tidak terpapar informasi media massa. c. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah dicukupi dibanding keluarga dengan status okonomi rendah. Jadi dapat disimpulkan ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
20
d. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan dapat lebih biasa mendapatkan informasi. e. Pengalaman Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dari proses perkembangan, misalnya sering mengikuti kegiatan yang mendidik seperti pelatiaahan, seminar dan lain-lain (Notoatmojo, 2005).
E. Kerangka Teori Karakteristik Lingkungan
Pendidikan, Usia, Status pekerjaan.
Faktor psikoanalitis 1. Insting 2. Ego
Sebab-sebab fisik Keturunan
Kecemasan
Faktor perilaku
Faktor predisposisi (predisposing factor): 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tingkat Pendidikan 4. Tingkat sosial ekonomi
Faktor pendukung (enabling factor) : 1. Lingkungan 2. Ketersediaan sarana dan prasarana
Faktor interpersonal 1. Perpisahan 2. Trauma 3. Rendah diri
Faktor pendorong (reinforcing factor) : 1. Motivasi 2. Sikap dan perilaku masasyarakat 3. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 4. Faktor biologis
Sumber : Biddulp & Stace (1999) , Harjono Suparto (2002), Kaplan (2000) dan Lawrence Green 1980 dalam Notoatmodjo (2003) Lazarus &Folkman (1984), Purwoko (2005), Ramaiah (2003), Stuart & sundden (1998). Bagan 1 Kerangka Teori
21
F. Kerangka Konsep Variabel Bebas Pendidikan Variabel Terikat Usia Kecemasan Status pekerjaan
Pengetahuan tentang demam Bagan 2 Kerangka Konsep
G. Variabel penelitian 1. Variabel penelitian Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan veriabel independen. a. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang kondisi atau nilainya dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan. b. Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang menentukan atau berpengaruh terhadap variabel dependen, dimana dalam penelitian ini variabel independennya adalah : 1) Pendidikan 2) Usia 3) Status pekerjaan 4) Pengetahuan
22
H. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah dibuat, maka dapat disusun sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pendidikan dengan kecemasan ibu ketika menghadapi anak demam di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 2. Ada hubungan antara usia dengan kecemasan ibu ketika menghadapi anak demam di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 3. Ada hubungan antara status pekerjaan dengan kecemasan ibu ketika menghadapi anak demam di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 4. Ada hubungan antara pengetahuan tentang demam dengan kecemasan ibu ketika menghadapi anak demam di Puskesmas Kedungmundu Semarang.