8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kandungan Rokok Rokok dan asap rokok mengandung berbagai racun yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok maupun orang-orang disekitarnya. Setiap kali seseorang menghirup asap rokok, disengaja maupun tidak, itu berarti ia mengisap lebih dari 4.000 macam racun (Prasetya, 2002). Adapun kandungan yang terdapat di dalam rokok diantaranya; a. Tar Tar adalah zat hasil distilasi kayu atau arang yang berwarna coklat tua yang berupa cairan kental berwarna hitam atau coklat tua. Tar terkandung dalam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang mengakibatkan kanker pada hewan dan apabila dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kanker paru-paru. b. Karbon Monoksida (CO) Karbon Monoksida merupakan zat yang sangat beracun dan mengakibatkan seseorang mudah merasa lelah dan grogi. Ini dikarenakan hemoglobin dibebani dengan karbon monoksida, maka akan berkurangnya oksigen yang dibawa ke dalam tubuh. Sehingga seseorang akan mengalami kekurangan oksigen. c. Nikotin Nikotin merupakan kandungan di dalam rokok yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang kuat dan berupa cairan yang berminyak dan tidak berwarna. Kandungan nikotin dapat menghilangkan rasa lapar sehingga para perokok aktif merasa tidak lapar saat sedang merokok. Biasanya orang yang berhenti merokok menjadi gemuk karena nafsu makan yang tinggi dan selalu merasa lapar.
7
8
d. Acrolein Acrolein merupakan zat yang berbentuk cair dan tidak memiliki warna. Acrolein berasal dari cairan glyceril dan dari cairan alkohol maka zat ini mengandung alkohol. Zat ini dapat menimbulkan efek samping yaitu merusak kesehatan bila dikonsumsi. e. Ammonia Ammonia merupakan suatu gas yang tidak berwarna dan terdiri dari hydrogen dan nitrogen. Zat ini memiliki aroma yang tajam dan sangat beracun bila disuntikan ke dalam peredaran darah seseorang akan langsung pingsan atau koma. f. Hydrogen Cyanide Hydrogen cyanide merupakan suatu gas yang sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian bila masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia. Selain itu, zat ini juga dapat membahayakan pernapasan bila dihirup secara terus-menerus. g. Phenol Phenol merupakan salah satu zat beracun yang sangat berbahaya dan dapat menghalangi aktifitas enzyme karena zat ini mengikat protein. h. Nitrous oxide Nitrous oxide merupakan gas yang bila diisap oleh seseorang dapat menghilangkan keseimbangan dan menimbulkan rasa sakit. Pada awalnya zat ini digunakan di bidang kedokteran sebagai anesthesia saat operasi. i. Acetol Acetol merupakan zat dari hasil pemanasan aldehyde dan bila terkena alcohol akan mudah untuk menguap.
9
j. Pyridine Pyridine merupakan cairan yang tidak memiliki warna dan memiliki aroma yang sangat tajam. Zat ini digunakan untuk membunuh hama dan pernah digunakan untuk obat penyakit asma. k. Methanol Methanol merupakan zat yang berupa cairan yang mudah menguap dan terbakar. Bila seseorang meminum atau mengisap methanol akan mengakibatkan kebutaan hingga kematian. l. Hydrogen Sulfide Hydrogen Sulfide merupakan gas beracun yang menghalangi oxidase enxym di dalam tubuh. m. Methyl Chloride Methyl Chloride merupakan campuran dari berbagai macam zat-zat, zat yang utama adalah hydrogen dan karbon. Uap dari zat ini dapat digunakan sebagai anestesia. n. Formic Acid Formic Acid merupakan zat yang memiliki aroma yang sangat kuat, cairan yang tidak memiliki warna, dan bisa membuat kulit orang melepuh. Bila zat ini masuk ke peredaran darah manusia dapat
mempercepat
pernafasan seseorang
yang
mengkonsumsi zat jenis acid (Nainggolan, 1987)
2.2. Bahaya Merokok Ada banyak penyakit yang keadaanya diperburuk oleh rokok seperti gangguan peredaraan darah terutama di bagian kaki, gangguan pencernaan makanan dan
10
gangguan di bagian perut. Namun ada penyakit yang dapat menyebabkan kematian bagi para perokok, yaitu: a. Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang paling berbahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok. Penyakit ini di pengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya kebiasaan merokok. Merokok menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung, pada saat yang bersamaan pemasokan zat asam kurang daripada normal sehingga membebani kerja otot jantung. Pemasokan zat asam dengan jumlah yang cukup diperlukan oleh jantung agar jantung dapat berfungsi dengan baik. Kebiasaan merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang menyulitkan jantung untuk memompa darah (Armstrong, 1991). b. Kanker Kanker merupakan penyakit dimana tumbuhnya sel-sel di dalam tubuh secara tiba – tiba dan tidak berhenti. Tar yang terdapat di dalam tembakau terdapat bahan kimia yang bersifat karsinogenik dan bahan kimia ko – karsinogenik. Penyimpangan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru – paru, maka kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum yang diakibatkan dari kebiasaan merokok. Tar tembakau dapat menyebabkan kanker dibagian mulut dan tenggorokan bila seseorang terpapar dalam waktu yang cukup lama (Armstrong, 1991). c. Bronkitis Bronkitis adalah penyakit yang terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak mampu melepaskan mukus yang terdapat di dalamnya dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang terdapat di dalam tabung bronkial terletak di dalam paru-
11
paru. Mukus beserta semua kotoran terus bergerak melalui tabung bronkial dengan bantuan silia. Asap rokok dapat memperlambat gerakan silia dan dalam kurun waktu lama akan merusak sistem kerja silia. Keadaan ini berarti seorang perokok lebih banyak batuk untuk mengeluarkan mukusnya sehingga seorang perokok lebih mudah terkena radang paru-paru yang disebut bronkitis (Armstrong, 1991) d. Merokok dan kehamilan. Pada seorang wanita atau ibu yang sedang mengandung memiliki kebiasaan merokok dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan, meningkatkan terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, bayi lahir prematur, janin dalam kandungan mengalami kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan organ-organ janin terganggu sehingga terjadi cacat bawaan dari lahir pada bayi. Merokok juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan secara umum seperti hipertensi, eklamsia yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian dan saat kehamilan atau melahirkan si ibu bisa mengalami pendarahan (Bangun, 2008).
2.3. Pesan Peringatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Pemerintah telah melakukan banyak cara untuk menekan jumlah perokok aktif di Indonesia. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Pada PP No 19 Tahun 2003 mengatur bahwa setiap orang yang memproduksi rokok harus mencantumkan peringatan kesehatan pada setiap label yang berbentuk tulisan. Tulisan peringatan yang dimaksud adalah Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Konsumsi rokok dilapangan setelah adanya PP ini tetap bertambah tinggi pada
12
tahun 2005 tercatat ada 214 miliyar batang dan meningkat menjadi 240 miliyar batang pada tahun 2008. Perevalensi konsumsi rokok pada remaja semakin tinggi tiap tahunnya (TCSC-IAKMI, 2007). Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sri Widianti, asil penelitian mengatakan bahwa pesan bahaya rokok di bungkus rokok belum bisa menaikkan pengetahuan informan mengenai bahaya rokok bagi diri sendiri dan 60% mengatakan biasa saja saat membaca pesan kesehatan pada bungkus rokok, 17,5% merasa takut membaca pesan kesehatan pada bungkus rokok dan hanya 10% yang merasa senang. Ini berarti pesan kesehatan tersebut tidak efektif untuk menekan jumlah konsumsi rokok karena meski sudah membaca dan memahami isi pesan kesehatan, rasa takut untuk berhenti merokok tidak timbul setelah membaca pesan kesehatan itu (Widati, 2013). Pemerintah mengeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Peraturan ini mewajibkan setiap orang yang memproduksi atau mengimpor produk tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu makna. Tujuan dari PP ini yaitu; a. Melindungi kesehatan perseorangan keluarga, masyarakat dan lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan Zat Adiktif dalam Produk Tembakau yang dapat menyebabkan penyakit, kemaatian dan menurunkan kualitas hidup. b. Melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau.
13
c. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa merokok. d. Melindungi kesehatan masyarakat dari asap Rokok orang lain. Untuk mendukung PP No. 109 Tahun 2012, Menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Permenkes ini mengatur ketentuan – ketentuan pemasangan peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok seperti ada 5 gambar peringatan yang disarankan untuk digunakan pada bungkus rokok.
2.4.Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil seseorang yang telah melakukan pengindraan melalui panca indera terhadap objek tertentu sehingga seseorang mengalami perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki tingkat yang berbeda, tingkatan pengetahuan dibagi menjadi enam menurut Notoatmodjo, 2010 yaitu: a.
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya terhadap sesuatu rangsangan yang telah diterima. Tahu pada tingkatan pengetahuan merupakan tingkat yang paling rendah. Dalam hal ini subjek mengetahui apa itu rokok dari sudut pandangnya.
b. Memahami adalah tahap dimana seseorang paham terhadap materi dan mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang telah dipelajari. Dalam tahap ini subjek dapat menjelaskan rokok secara benar.
14
c. Aplikasi adalah kemampuan seseorang menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Pada tahap ini seseorang mampu menggunakan pengetahuan terhadap rokok dalam kondisi atau situasi yang sesungguhnya. d. Pada tingkatan analisis, subjek memiliki kemampuan dalam menjabarkan rokok secara spesifik seperti menganalisis efek – efek dari asap rokok terhadap kesehatan maupun kerugian lain yang di timbulkan oleh asap rokok. e. Pada tingkatan Sintesis, seseorang mampu menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Subjek mulai menghubungkan efek – efek asap rokok dan kandungan rokok dengan timbulnya suatu penyakit. f. Pada tingkatan terakhir yaitu evaluasi, seseorang mampu untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Berdasarkan tahapan pengetahuan terhadap rokok, subjek mampu membuat keputusan akan rokok itu sendiri subjek akan menilai rokok secara positif maupun negatif. Dalam sebuah penelitian perbedaan tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok pada remaja SMP di pedesaan dan perkotaan di Kabupaten Jember didapatkan sebesar 42% remaja SMP di perkotaan yang memiliki pengetahuan baik, 26% pengetahuan sedang dan 32% pengetahuan kurang dan 12% remaja SMP di pedesaan yang memiliki pengetahuan baik, 46% pengetahuan sedang dan 42% pengetahuan kurang (Alfian, 2013).
2.5.Sikap Sikap adalah hasil belajar seseorang bukanlah sesuatu yang diturunkan atau sebagai hasil perkembangan. Oleh karena itu, sikap seseorang didapatkan melalui interaksi antara peristiwa sosial atau interaksi dengan objek sosial. Individu dapat
15
menilai objek melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung melalui interaksi langsung dengan objek dan pengalaman tidak langsung berupa berita – berita atau cerita – cerita yang pernah didengar. Dari penilaian ini menghasilkan reaksi afektif yang berupa dimensi positif atau negatife terhadap objek sikap. Sikap sebagai hasil belajar maka sikap seseorang dapat dirubah atau dikembalikan seperti semula tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Perubahan sikap adalah hasil dari komunikasi sosial yang merupakan proses dari informasi. Faktor penentu dari perubahan sikap adalah masalah komunikasi dan interaksi sosial. Perubahan sikap akan terjadi bila berita atau informasi yang disampaikan bisa diterima dengan jelas oleh seseorang. Adapun faktor-faktor yang mendorong dan menghambat terjadinya perubahan sikap, yaitu: 1. Faktor Pendorong a. Stimulus yang diberikan berisi harapan positif untuk individu sehingga terjadinya perubahan sikap. b. Adanya imbalan dan hukuman yang diberikan sehingga individu bereaksi. c. Stimulus berisi prasangka yang sama dengan individu sehingga mengubah sikap semula. 2. Faktor Penghambat a. Stimulus yang diberikan ditolak individu yang memunculkan penentangan dari individu tersebut. b. Stimulus dirasakan tidak memberikan harapan untuk masa depan. c. Stimulus bersifat indeferent, yang mengakibatkan kurangnya perhatian individu terhadap stimulus yang diberikan. Ada berbagai macam teknik untuk melakukan pengukuran sikap terhadap seseorang, salah satu teknik yang bisa digunakan adalah metoda wawancara
16
langsung. Hasil dari wawancara langsung ini dapat mengelompokan individu mempunyai sikap yang sesuai terhadap obyek atau sikap yang tidak sesuai (tidak setuju) (Mar’At, 1981).
2.6.Perilaku Perilaku adalah reaksi atau aktivitas dari seseorang setelah melakukan penghayatan terhadap objek tertentu. Perilaku timbul akibat dari adanya interelasi stimulus eksternal dengan internal yang diproses melalui kognitif, afektif, dan motorik. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang, menurut Teori Lawrence Green pembentukan perilaku manusia terjadi akibat: a. Faktor Predisposisi adalah faktor yang mencetuskan munculnya suatu sebab, misalnya keyakinan, nilai-nilai, pengetahuan, kepercayaan, dan sikap. Banyak alasan seseorang memutuskan untuk berhenti merokok, diantaranya individu sudah mengalami dampak dari bahaya rokok, entah dirinya sendiri yang mengalami atau orang-orang disekitarnya atau individu menyadari akan bahayabahaya dari merokok. b. Faktor Pendukung adalah faktor yang mendorong munculnya suatu sebab, misalnya fasilitas yang tersedia, lingkungan fisik disekitar individu. Terdapat sejumlah program yang dibuat untuk membantu para perokok agar dapat menghentikan kebiasaan merokoknya seperti adanya Kawasan Tanpa Rokok, peringatan bergambar pada kemasan rokok, adanya klinik berhenti merokok di Puskesmas dan masih banyak program lainnya.
17
c. Faktor Pendorong adalah faktor yang berhubungan dengan pengalam sikap dan perilaku individu secara umum. Dukungan keluarga dan teman sangat dibutuhkan untuk mendukung sebagian besar perokok yang ingin berhenti merokok. Proses terjadinya perubahan perilaku manusia sangat bervariasi, secara psikologis perubahan perilaku disebabkan oleh: a. Penerimaan Informasi atau Pengetahuan Individu akan merubah sikapnya tergantung pada jumlah informasi atau pengetahuan yang diterima oleh individu tersebut. Akan terjadi perbedaan perubahan perilaku pada individu yang mendapatkan informasi atau pengetahuan yang banyak dibanding individu yang tidak dapat mengakses informasi atau pengetahuan. b. Kesediaan untuk Berubah Adanya pengembangan program-program pembangunan di masyarakat, ini menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Terjadinya perbedaan pola sikap dan perilaku masyarakat, sebagain masyarakat dapat menerima dengan mudah perubahan dan ada sebagaian masyarakat tidak dapat menerima perubahan. c. Perubahan Terencana Perilaku dapat berubah karena direncanakan sendiri sesuai dengan informasi dan pengalaman yang dimiliki. d. Perubahan Kondisi Fisiologis Perubahan perilaku dapat terjadi karena kondisi fisiologis yang dialami individu terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang diderita. Perubahan kondisi fisik akan mempengaruhi kondisi psikis yang berdampak pada perubahan sikap dan perilaku individu.
18
e. Perubahan Secara Alamiah Terjadinya perubahan di lingkungan sosial, ekonomi dan budaya manusia akan mendorong seseorang untuk ikut mengalami perubahan terutama pada perubahan perilaku. Kejadian perubahan perilaku ini secara alamiah dialami seorang individu (Pieter & Lubis, 2011)
2.7.Remaja Adolescentia adalah bahasa latin dari kata remaja, dimana arti dari bahasa latin itu adalah remaja mengalami kematangan emosi, fisik, mental dan sosial (Pieter & Lubis, 2011). Masa remaja merupakan fase periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa ditandai dengan percepatan perkembangan emosional, soial, mental, dan fisik (Narendra, 2002). Remaja dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan remaja muda “early adolescence” dan golongan remaja lanjut “youth”. Pada golongan remaja muda, umur untuk anak perempuan adalah 13 sampai 17 tahun dan untuk anak laki – laki berusia 14 sampai 17 tahun. Golongan remaja lanjut adalah mereka yang sudah memasuki usia 17 sampai 18 tahun. Pada golongan remaja lanjut, para remaja memiliki perilaku seperti orang dewasa tapi pada kenyataannya perilaku yang dimunculkan belum sepenuhnya seperti orang dewasa (Soekanto, 1989).