BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. 1.
Tinjauan Teoritis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan produk dari proses pelaporan keuangan yang
diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan. Pemakai laporan keuangan ialah semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
akan
kondisi
keuangan
perusahaan.
Stakeholders
yang
menggunakan informasi akuntansi dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi utama, yaitu : (1) pemakai internal, pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan; (2) pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka terhadap perusahaan. Pemakai internal membutuhkan informasi untuk membantu dalam perencanaan dan pengendalian operasi perusahaan dan pengelolaan berbagai sumber daya perusahaan. Pemakai eksternal meliputi pemakai sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
a. Investor Penanam modal beresiko berkepentingan dengan resiko yang melekat serta pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi laporan keuangan untuk menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Kreditor Kreditor berkepentingan dalam satu hal yaitu pembayaran kembali dengan bunganya. Kreditor tertarik dengan informasi keuangan memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat di bayar pada saat jatuh tempo. c. Pemasok Pemasok tertarik dengan informasi laporan keuangan yang memungkinkan mereka memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Pemasok juga berkepentingan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada kreditor kecuali kalau sebagai pelanggan utama, mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. d. Pelanggan Pelanggan berkepentingan dengan informasi laporan keuangan mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan . e. Karyawan
Karyawan berkepentingan dengan informasi laporan keuangan untuk bermacam – macam alasan seperti untuk mengharapkan janji – janji jangka panjang seperti pensiun dan tunjangan kesehatan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi laporan keuangan untuk menetapkan kebijakan pajak dan sebagai alat untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal beresiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain. Dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 1 paragraf 07 (IAI, 2002) dinyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini : (a) Neraca; (b) Laporan laba – rugi; (c) Laporan perubahan ekuitas;
(d) Laporan arus kas; dan (e) Catatan atas laporan keuangan Neraca, pada suatu waktu tertentu, melaporkan sumber daya yang dimiliki perusahaan (aktiva), kewajiban perusahaan (pasiva atau utang), dan selisih bersih antara aktiva dan kewajiban, yang mewakili equitas atau modal pemilik (Stice, Stice, dan Skousen, 2004 :12). Laporan laba rugi, untuk rentang waktu tertentu, melaporkan aktiva bersih yang dihasilkan oleh operasi perusahaan (pendapatan), aktiva bersih yang digunakan (beban), dan selisihnya, yang disebut laba bersih. Laporan laba rugi merupakan usaha terbaik akuntan dalam mengukur kinerja ekonomis suatu perusahaan pada periode tertentu (Stice,stice, dan Skousen, 2004 :12). Laporan perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan akitiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan (IAI: PSAK No.1 paragraf 66). Laporan cash flow, untuk rentang waktu tertentu, melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan oleh perusahaan melalui tiga tipe aktivitas : operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan cash flow merupakan laporan keuangan yang paling objektif karena tidak menggunakan berbagai estimasi dan penilaian akuntansi yang dibutuhkan untuk menyusun neraca dan laporan laba rugi (stice,Stice, Skousen, 2004 : 12).
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan cash flow, dan laporan perubahan ekuitas, serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam
Pedoman Standar
Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar (PSAK No.1 paragraf 70). 2.
Laba Sebelum Bunga dan pajak Laba merupakan selisih pendapatan dan biaya (Dwi Ermayanti, 2009).
Berdasarkan pengertiannya, laba diharapkan dapat digunakan sebagai pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan pajak, dan lain sebagainya. Pengembalian laba kepada pemegang saham/ ekuitas dalam bentuk dividen untuk periode bersangkutan atau untuk laba ditahan (return earnings) dapat dicerminkan oleh earnings, sementara pos-pos dalam laporan laba-rugi merinci bagaimana earnings di dapat atas kenaikan (penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegamg ekuitas. Earnings mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Stice, stice dan Skousen (2004 : 226) menunjukkan konsep dasar dari earnings adalah hasil dari investasi. Salah satu definisi dari earnings yang diterima lebih luas adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investai) dan kondisi perusahaan di akhir periode masih sama baiknya atau kayanya (well-off) dengan di awal periode.
a)
Pengukuran dan pengakuan Konsep dalam penGukuran earnings ada dua, yaitu: 1) Konsep pemeliharaan modal keuangan Konsep ini berasumsi bahwa perusahaan memiliki laba hanya jika nila aktiva bersih perusahaan yang diukur dalam satuan uang pada akhir periode melebihi nilai aktiva bersih pada awal periode setelah dikurangi dampak transaksi dengan pemilik.
2) Konsep pemeliharaan fisik Dalam konsep ini, laba terjadi hanya jika kapasitas produktif fisik perusahaan pada akhir periode… melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode, juga setelah dikurangi dampak transaksi dengan pemilik. Konsep ini mengharuskan aktiva produktif (persediaan, gedung, dan peralatan) dinilai pada biaya saat ini (current cost). Modal produktiif terpelihara hanya jika nilai sekarang dari aktiva modal dipelihara. Earnings diukur berdasarkan akuntansi akrual, tujuan utama akuntansi akrual adalah pengukuran laba. Dua proses utama dalam pengukuran earnings adalah pengakuan pendapatan dan pengaitan beban. Pengakuan pendapatan (revenue recognition) adalah titik awal pengukuran laba. Dua kondisi wajib untuk dapat diakui adalah bahwa pendapatan harus: 1) Telah atau dapat di realisasi (realized or realizable) Untuk dapat diakui, suatu perusahaan harus telah mendapatkan kas atau komitmen andal untuk mendapatkan kas, seperti piutang yang sah.
2) Telah dihasilkan (earned) Perusahaan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pembeli, yaitu proses perolehan laba harus telah selesai. Ketika pendapatan telah diakui , biaya yang berhubungan dikaitkan dengan pendapatan atau pengaitan beban (expense matching) untuk menghitung earnings. Beban diakui saat terjadinya ekonomi yang terkait, bukan saat keluarnya kas. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu. Laba kotor (gross profit) yang disebut juga margin kotor (gross margin) merupakan selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Laba kotor mengindikasikan seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya. Indikator ini tidak relevan khususnya untuk perusahaan jasa dan tekhnologi, di mana biaya produksi hanyalah bagian kecil dari total biaya. Dalam penelitian ini, laba yang digunakan adalah laba sebelum bunga dan pajak, sebagaimana namanya, merupakan laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk bunga dan pajak penghasilan (Wikipedia) . Laba sebelum bunga dan pajak tidak termasuk dalam laba operasi yang merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya dan beban operasi. Laba bersih dari operasi berjalan merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. Perusahaan yang tidak memiliki komponen ini tidak perlu melaporkan laba dari operasi berjalan.
3.
Arus kas dari aktivitas operasi
Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI:2002) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi (cash flow from operation) merupakan indikator
yang
menentukan
apakah
dari
operasinya
perusahaan
dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait laba. Aktivitas operasi meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran di muka, utang dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi atau aktivitas pendanaan. Stice dan Skousen (2004:320) menjelaskan berbagai aktivitas yang termasuk ke dalam aktivitas operasi seperti tercantum pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Aktivitas Operasi Kas diterima dari:
Kas dikeluarkan untuk:
1. penjualan barang atau jasa,
1. pembelian persediaan,
2.
penjualan
efek
yang 2. gaji dan upah,
diperdagangkan, 3. pendapatan bunga,
3. pajak,
4. pendapatan dividen.
4. beban bunga, 5. beban lainnya, 6. pembelian efek.
Sumber : Stice dan Skousen Analisis arus kas operasi dapat dilakukan dengan menghitung free cash flow. Free cash flow adalah kas yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan perusahaan setelah dikurangi untuk pengeluaran pendanaan dan pengeluaran pemeliharaan modal. Pertumbuhan internal dan flexibilitas keuangan perusahaan sangat tergantung pada jumlah free cash flow yang dimiliki perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005:55). Perhitungan free cash flow adalah sebagai berikut: FCF = Arus kas operasi – (pengeluaran pemeliharaan modal + dividen). 4.
Dividen
a.
Pengertian Menurut Dyckman et al (2001:439) “dividen merupakan distribusi laba
kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan
penerbit, sedangkan Stice et al (2004:902) dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya disebut dividen tunai (cash dividend). Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai: 1). Laba ditahan yang mencukupi, 2). Kas yang memadai, 3). Tindakan formal dari dewan komisaris. b.
Jenis Dividen Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham terbagi
dalam beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen tunai atau dividen kas. Jenis dividen menurut Dyckman (2001:439) adalah sebagai berikut: 1). Paling umum a). dividen tunai, yaitu distrisbusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya, b). properti, yaitu dividen dalam bentuk aktiva non kas, berupa sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau setiap aktiva non kas lainnya. c). dividen saham, yaitu distribusi proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada pemegang saham.
2). Khusus a). dividen likuidasi, yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan bukan modal ditahan, b). dividen skrip atau wesel, yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promes kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas. c.
Prosedur Pembayaran Dividen Tanggal yang berkaitan dengan dividen adalah declaration date, date of
record, ex-dividend date, date of payement. 1). declaration date, tanggal dimana dewan direksi mengumumkan dividen. Pada tanggal ini, pembayaran dividen akan merupakan kewajiban yang legal dari korporasi. 2). date of record, tanggal dimana pemegang saham berhak untuk menerima dividen. 3). ex-dividend date, tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen dari saham sampai 4 hari sebelum date of record. Pengertiannya, pada 4 hari sebelum da te of record, hak atas dividen tidak lagi ada pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang seharusnya orang yang akan menerima dividen. Harga
pasar
saham mempengaruhi kenyataan dan telah
berlalu dan akan turun kira-kira sejumlah dividen tersebut. 4). date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan membayarkan dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham.
d.
Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berkaitan dengan keputusan
untuk membagikan dividen atau menahan dividen yang berkaitan dengan pendanaan perusahaan. Penahanan laba dalam bentuk retained earnings tampak dalam dividend payout ratio. e.
Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Keown et al (2005:621) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen yang meliputi hal-hal seperti di bawah ini: 1) Pembatasan Hukum Pembatasan hukum merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Pembatasan hukum dapat terbagi menjadi dua kategori. Pertama, pembatasan hukum menurut undang-undang dan kedua, pembatasan hukum karena kebijakan perusahaan itu sendiri untuk membatasi pembagian dividen saham biasa. 2) Posisi Likuiditas Posisi likuiditas menggambarkan seberapa banyak aset lancar yang tersedia. Guna memenuhi pembagian dividen dalam berbagai jenis dividen salah satunya adalah ketersediaan kas yang digunakan untuk membayar dividen kas kepada para investor. Ketersediaan kas mempunyai pengaruh yang penting dalam kebijakan membagikan dividen dalam bentuk kas selain posisi laba ditahan yang cukup besar. Hal itu didasari karena laba ditahan yang cukup besar kurang menjamin ketersediaan perusahaan untuk membayar dividen dalam bentuk kas jika kas yang tersedia kurang memadai. 3) Tidak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain Perusahaan besar relatif mempunyai pendanaan eksternal guna melakukan pembayaran dividen kas sedangkan pada perusahaan kecil pendanaan perusahaan hanya berasal dari pihak internal sehingga jika ketersediaan dana internal kurang memadai maka akan berdampak pada kebijakan dividen yang diambil. 4) Kemampuan peramalan laba Kemampuan peramalan laba menjadi salah satu faktor karena perusahaan yang mampu meramalkan pendapatnya pada masa yang akan datang relatif dapat meramalkan kebijakan dividen seperti apa yang akan diambil. Jika perusahaan mempunyai tren pendapatan yang stabil maka jumlah dividen dalam bentuk kas yang dibayarkan akan besar dan sebaliknya.
5) Kontrol kepemilikan Kontrol kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang diambil oleh suatu perusahaan. Hal itu didasari dengan ketersediaan dana yang digunakan dalam perluasan perusahaan. Perusahaan yang relatif kecil, kontrol kepemilikan merupakan skala prioritas. Hal ini berkaitan dengan perluasan perusahaan yang memerlukan dana yang besar. Jika perusahaan tidak mempunyai sumber pendanaan di luar perusahaan maka perusahaan akan menerbitkan utang guna mendanai perluasan tersebut. Selain itu dana juga didapat dari alokasi laba sehingga berdampak pada jumlah yang akan dibagikan dalam bentuk dividen. 6) Inflasi Inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Idealnya jika suatu aset tetap rusak dan usang, dana yang dihasilkan dari depresiasi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena dalam periode inflasi terjadi kenaikan harga maka untuk mengganti aset yang diperlukan dalam aktiva operasional perusahaan dibutuhkan pembatasan laba dan ini berarti pengurangan jumlah laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen. f.
Indikator Kebijakan Dividen Indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan
ada dua macam. Pertama, hasil dividen (dividend yield). Dividend yield adalah suatu rasio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagau berikut (Warsono,2003:275):
Dividend yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi.
Indikator kedua yang digunakan unyuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio atau DPR). DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa, dan secara sistematis dirumuskan sebagai berikut (Warsono,2003:275):
DPR lebih populer digunakan sebagai indikator kebijakan dividen dibandingkan dengan dividend yield. 5.
Pengaruh laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi terhadap deviden tunai. Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu motivator untuk
menanamkan dana di pasar modal. Tingkat keuntungan yang diharapkan para investor tentunya lebih besar daripada apabila mereka menanamkan dananya pada obligasi pemerintah atau tingkat bunga deposito. Rencana dividen yang akan dibagikan perusahaan tergantung kepada kebijakan deviden masing-masing perusahaan. Namun, pada umumnya dividen dibagikan dalam bentuk tunai. kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama. Beberapa perusahaan membayarkan dividen dengan jumlah yang berbedabeda setiap tahunnya. Fenomena yang terjadi adakalanya saat laba yang diperoleh perusahaan menurun, dividen yang diberikan perusahaan justru lebih besar dari tahun sebelumnya. Laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas atau uang tunai tersedia dalam jumlah yang besar. Berdasarkan fenomena tersebut, laba sebelum bunga dan pajak juga dapat mempengaruhi dividen yang diberikan
perusahaan. Hal ini dapat dilihat bahwa laba sebelum bunga dan pajak merupakan bagian dari laba tunai yang diperoleh dari jumlah arus kas dari aktivitas operasi yang terdapat dalam laporan arus kas, yang secara teori mempengaruhi dividen tunai. Faktor lain yang dapat dipertimbangkan pihak manajemen dalam menetapkan besarnya dividen tunai ialah arus kas. Sebagian para ahli menyebutkan bahwa arus kas mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu tahun setelah arus kas bermanfaat bagi pemegang saham. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar
dividen,
dan
melakukan
investasi
baru
tanpa
menganda;kan sumber pendapatan. Bagi perusahaan, arus kas adalah hal utama yang harus dipenuhi dan dijaga. Jangan sampai arus kas lemah, apalagi minus. Jangan sampai perusahaan di satu sisi memberikan dividen dalam jumlah besar, tapi disisi lain menghadapi problem liquiditas di internal perusahaan. Kondisi inilah yang harus dijaga oleh manajemen. Makanya jangan heran jika ada perusahaan meskipun behasil mencatat laba cukup besar tapi enggan membagi dividen. Hal itu biasanya dilakukan demi menjaga arus kas supaya tetap sehat, dan perusahaan tetap bias menjalankan ekspansi usaha sesuai rencana. Oleh karena itu, arus kas perusahaan jangan sampai dikorbankan demi membayar dividen yang besar. Kondisi arus kas cukup menentukan dalam penentuan kebijakan dividen. Semakin kuat arus kas perusahaan, semakin besar
kemungkinan untuk membayar dividen dengan porsi tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Untuk menunjukkan pengaruh laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi terhadap dividen tunai, dapat dihitung dengan menggunakan rasio Quality of income dengan rumus : Quality of income = Arus kas operasi / laba sebelum bunga dan pajak Analisis quality of income menunjukkan varians antara arus kas dengan laba bersih, maka makin tinggi rasio maka makin tinggi kualitas laba karena makin besar bagian laba operasi yang direalisasikan dalam bentuk kas. Dengan demikian semakin besar juga dividen tunai perusahaan. Selain itu, menurut Pradhono (2004:140) untuk menganalisis kinerja laporan keuangan dengan menggunakan laporan arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan
laporan laba-rugi sebagai alat analisis rasio. Salah atu
diantara rasio laporan arus kas yang berhubungan terhadap pengaruh laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi terhadap dividen tunai adalah cash flow return un asset dengan rumus sebagai berikut: Cash flow return on asset = arus kas operasi + pajak + bunga Total asset B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dividen dan dividen tunai (dividen kas) telah banyak
dilakukan di Indonesia. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga merujuk
hasil penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian-penelitian terdahulu / sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Variabel
(tahun) 1.
Dewi NS (2006)
Indikator Pengukuran dan Definisi
Tekhnik Analisis
• Earnings • Laba bersih sebelum • Analisis (independen) akun-akun luar biasa linier selama satu tahun buku. berganda • Selisih bersih antara penerimaan dan pengeluaran kas dan • Analisis setara kas yang berasal linier • Cash flow berganda dari aktivitas operasi. (independen) • Laba yang dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan hasil RUPS.
Skala Pengukuran • Rasio
• Rasio
Hasil Penelitian
Earnings dan arus kas menunjukkan pengaruh terhadap dividen tunai. Earnings lebih berpengaruh signifikan.
• Analisis linier berganda
2.
Lainy Mumaiza
• Dividen (dependen)
• Rasio
• Laba • Selisih antara • Statistika akuntansi pendapatan yang nonparam (independen) operatif maupun tidak. etrik
• Rasio
(2009) • Laba tunai (independen)
• Dividen kas (dependen)
• Laba akuntansi yang • Statistika telah disesuaikan nonparam dengan transaksi- etrika transaksi non kas. • Laba dalam bentuk uang kas yang dibayar kepada • Statistika pemegang saham nonparam etrika berdasarkan hasil RUPS.
• Rasio
• Rasio
Terdapat hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas.
3.
Reagan P (2007)
• Laba • Laba yang diperoleh dari • Spearman akuntansi selisih pendapatan rank (independen) dikurangi harga pokok dan biaya-biaya perusahaan. • Setara kas akhir tahun. • Kas • Rasio (independen) dividen. • Dividen (dependen)
pembayaran • Spearman rank • Spearman rank
• Rasio
Kedua variabel independen menunjukkan ada hubungan yang kuat dan positif dengan dividen kas.
• Rasio • Rasio
Sumber: Hasil Penelitian Terdahulu (diringkas peneliti) C.
Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1.
Kerangka Konseptual Hubungan antara laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi
terhadap dividen tunai digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu: Laba Sebelum Bunga dan pajak (X1)
H1 H3
Dividen tunai (Y)
Arus Kas Operasi (X2)
H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
B.
Hipotesis Penelitian Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua
variable atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen tunai baik secara simultan maupun parsial.
Berdasakan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : H1 :
Laba sebelum bunga dan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.
H2 :
Arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.
H3 :
Laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.