BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa Komunikasi yang menggunakan media masa, lazim kita sebut sebagai komunikasi massa. Secara konkretnya, Littlejohn mendefinisikan komunikasi
massa adalah suatu proses
dimana organisasi
media
memproduksi pesan-pesan (messages),dan mengirimkan kepada publik. Melalui proses tersebut, sejumlah pesan akan digunakan, atau dikonsumsi audiens. Sedangkan Bittner merumuskan “Massa Communication is message communicated through a mass medium to a large number of people.” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Untuk
semakin
memperjelas
apa
yang dimaksud
dengan
komunikasi massa itu, Jalaluddin Rakhmat (2002)telah merangkum berbagai definisi yang diberikan para ahli dalam satu pengertian. “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Ciri-ciri komunikasi massa, menurut Onong Uchjana Effendi (1996: 42) adalah sebagai berikut : -Komunikasi massa berlangsung satu arah - Komunikator pada komunikasi massa melembaga - Pesan pada komunikasi massa bersifat umum - Media komunikas massa menimbulkan keserempakan - Komunikasi massa bersifat heterogen Media dalam komunikasi ini merujuk pada media cetak (koran, majalah, tabloid), dan media elektronik (radio, video, televisi, internet). Kini, televisi merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh
dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang. Kelebihannya untuk dapat didengar dan dilihat gambarnya, sekaligus menjadi andalan jenis media massa ini untuk meraih simpati masyarakat luas. Dari uraian diatas, komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, yaitu pertama, komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk massa. Namun, ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Littlejohn(1996) menyebutkan salah satu ciri komunikasi massa adalah adanya proses seleksi. Media tetap cenderung memilih khalayak, di lain pihak khalayak juga menyeleksi media, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk menikmatinya. Dan karena media mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetisinya selalu berlangsung ketat.Untuk meraih khalayak sebanyak mungkin, media harus berusaha membidik sasaran tertentu.
2.2. Televisi Sebagai Media Penyiaran Media televisi memiliki kelebihan dibandingkan media lainnya, antara lain yaitu televisi bersifat audio visual yang mempunyai kemampuan dalam menyiarkan secara langsung maupun secara rekaman. Televisi merupakan media yang mampu memberikan simulated experience kepada khalayaknya, yaitu pengalaman yang diperoleh saat melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dari sisi pragmatis, televisi memiliki keunggulan sebagai berikut (Djuarsa, 2003 : 32) : - Berdasarkan isi dan pesan, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan isi, realistis dan tidak terbatas - Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan intim - Memiliki tokoh berwatak, sementara media lainnya memiliki bintang yang direkayasa Sedangkan fungsi media massa menurut Deddy Iskandar Muda (2003 : 45), digolongkan dalam 6 aspek, antara lain :
1. Menyampaikan fakta (the fact) Media massa televisi menyediakan fasilitas arus informasi dari kedua belah pihak. Satu sisi mencerminkan kebutuhan dan keinginan pengirim (antara lain : iklan, propaganda, dll), dan di sisi lain yaitu kebutuhan dan harapan penerima (berita, laporan, dll). 2. Menyampaikan opini dan analisa (opinions and analyses) Pada laporan berita, reporter melaporkan opini orang-orang luar, analisis berita dilakkan oleh staf redaktur khusus (antara lain : kolom, editorial, dll) 3. Melakukan investigasi (investigation) Fungsi ini adalah yang paling sulit dilakukan, tetapi jika berhasil nilai berita akan sangat berbobot untuk melakukan hal tersebut, diperlakukan kecanggihan, dan staf yang berpengalaman serta memiliki hubungan intensif dengan para ahli dan ilmuwan yang membutuhkan waktu tahunan. 4. Hiburan (entertainment) Sajian pers dari media massa televisi kadang-kadang berfungsi sekaligus menghibur, mendidik dan memberikan informasi. 5. Kontrol (control) Fungsi ini dapat dimanfaatkan oleh media kepada pemerintah dan juga sebaliknya. 6. Analisa kebijakan (policy analysis) Fungsi ini merupakan kecenderungan untuk menyoroti kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, kemudian dianalisis oleh media tersebut dengan memberikan solusi alternatif lain. Saat ini televisi menjadi sebuah fenomena yang mengiringi perkembangan dari peradaban hidup manusia dalam kurun waktu hampir satu abad lamanya. Televisi sebagai media massa memberikan informasi dan membantu masyarakat untuk mengetahui tentang dunia dan sekelilingnya secara jelas dan kemudian menyimpannya dalam benak khalayak. Media massa berguna sebagai pengawas bagi masyarakat untuk mengajukan perbandingan dari apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar tentang dunia
yang ada di luar lingkungan masyarakat hidup. Sejak awal telah media massa melakkan tugasnya untuk membagi informasi yang diinginkan oleh masyarakat pada umumnya.
2.2.1. Produksi Program Televisi Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser profesional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki makna.Apa yang disebut nilai, itu akan tampil apabila sebuah produksi acara bertolak dari suatu visi. Dengan kata lain, produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi (Wibowo, 2007 : 23). Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Sedangkan produksi yang tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja, atau dengan kata lain tidak memukau, dan mempesona. Disisi lain, bertolak dari kreativitas, seorang produser yang menghadapi materi produksi,akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini, intelektualitas dan spiritualitas secara kritisakan menentukan materi mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Kemudian,akan lahir ide atau gagasan. Dilengkapi materi atau bahan lain yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika ia akan memulai produksi.
2.3.
Talk Show Program talk show,menurut Darmanto (1998 : 100) adalah perbincangan dengan tukar-menukar pendapat, dimana pemimpin acara dapat mengatur dan bertindak mengambil peranan aktif tanpa menarik kesimpulan, terkadang acaranya diselingi hiburan oleh pengisi acara sebagai peserta atau pemimpin acara itu sendiri.
Program talk show menurut Wahyudi (1994 : 34) adalah wawancara santai dan kadang-kadang diselingi dengan musik atau lawakan, disini juga diperlukan pewawancara, penyiar atau announcer. Berdasarkan keseluruhan defisini di atas, memiliki kesepahaman terhadap pengertian talk show, maka dari itu dapat disimpulan bahwa program talk show merupakan acara perbincangan di media elektronik radio atau televisi mengenai suatu permasalahan tertentu, dipandu oleh presenter di studio dengan melibatkan partisipasi audience sehingga terjadi suatu dialog yang sifatnya interaktif dan terkadang diselingi dengan show yang sifatnya menghibur. Pengertian talk show menurut Masduki (2004 : 79) didefinisikan sebagai kombinasi antara seni bicara dan seni wawancara. Setiap orang pasti pandai berbicara, setiap broadcaster tentunya adalah pembicara yang handal.Akan
tetapi,
tidak
semua
broadcaster
pandai
berwawancara.Wawancara merupakan ajang interaksi yang mencerdaskan dan menjadikan televisi sebagai ruang publik yang sifatnya populis, bukan elitis. Kecenderungan untuk menghadirkan elit masyarakat di studio akan berkurang saat radio membuka ruang wawancara interaksi langsung dengan penonton yang heterogen. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa program interaktif atau talk show adalah acara perbincangan yang menghadirkan narasumber ke dalam studio, serta melibatkan peran serta dari para penonton sehingga terjadi interaksi antara narasumber dengan pembawa acara (host), juga antara penonton dan narasumber. Talk show menurut Masduki (2004 : 80) adalah kategori program spesial atau program wawancara sebagai acara, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan show (gelaran). Program talk show adalah sebuah show yang disiarkan secara global sebagai hiburan (entertainment). Karena itu, talk show harus menghibur para penonton, sehingga seorang pewawancara karenanya harus memiliki skill sebagai penghibur (R. Fadli, 2001 : 56).
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa talk show adalah acara perbincangan mengenai permasalahan tertentu yang diselingi dengan hiburan karena diudarakan secara global, maka pembawa acara harus mempunyai kemampuan untuk dapat menghibur audiencenya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa program acara Islam Itu Indah merupakan salah satu bentuk jenis talk show, dalam konsep program religi, karena dalam program acara ini terjadi interaksi antara audience di studio dengan narasumbernya secara langsung, sehingga terjadinya suatu bentuk tanya jawab di dalamnya.
2.4. The Uses and Gratifications Theory Mengenai aktifitas menonton, akan dijelaskan dengan pendekatan Uses and Gratifications, dimana dalam sebuah perilaku media yang melibatkan penggunaan sebuah isi media oleh khalayak yang berakibat pada adanya terpaan dalam diri khalayak tersebut, merupakan isu atau topik
yang
dibahas
dalam
pendekatan
ini.
Uses
and
Gratificationsberangkat dari pandangan bahwa dalam komunikasi (khususnya media massa), tidak mempunyai kekuatan yang dapat mempengaruhi diri khalayak. Model Uses and Gratifications merupakan pergeseran fokus dan tujuan komunikator ke tujuan komunikasi. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak (Uchjana, 1993 : 290). Pendekatan untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959), bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia diarahkan kepada penyelidik efek kampanye persuasi pada khalayak.Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaaan “Apa yang dilakukan media
untuk
khalayak?”
(“What
do
the
media
do
to
people?”).Kebanyakan penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi
massa berpengaruh kecil terhadap khalayak yang persuasi, oleh karena itu para peneliti berbelok ke variabel-variabel yang menimbulkan lebih banyak efek, misalnya efek kelompok. Pendekatan Uses and Gratificationsmerupakan sebuah pendekatan yang menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi, dan tidak begitu memperhatikan mengenai isi pesannya. Pendekatan penggunaan dan kepuasan membalik pokok pembahasan menjadi apa yang dilakukan khalayak kepada media. Menurut para pendirinya Ellihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch, Uses and Gratificationsmemiliki konsep dasar teori yang meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan serta akibat-akibat lain, bahkan termasuk juga yang tak diinginkan (Rakhmat, 2001 : 205). Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini : - Khalayak dianggap aktif, yang berarti sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. - Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. - Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media, hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas.Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media, amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. - Banyak tujuan pemilihan media massa, disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. - Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan, sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama, bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khayalak.Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang akhir, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Pendekatan Uses and Gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an, para pakar melakukan penelitian mengapa khayalak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori Uses and Gratications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia, Jepang dan negara-negara lain. Menurut Wiryanto (2003 : 56), teori Uses and Gratifications merupakan pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan atas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan ini, komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah pesan yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan berbagai kebutuhannya.Dengan demikian, orang yang berbeda dapat menggunakan pesan yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang berbeda-beda. Jadi, media massa menunjukkan peranannya. Kata motif, berarti dorongan dan aksi yang berarti usaha.Sehingga motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan (Padmowiharjo, 1994). McQuail, dkk (1972) merumuskan motif dalam menggunakan media massa, yaitu : 1. Informasi Motif ini berkaitan dengan usaha untuk : a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum d. Belajar, pendidikan diri sendiri e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan 2. Integrasi dan interaksi sosial Motif ini berkaitan dengan usaha untuk : a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial d. Memperoleh teman selain dari manusia e. Membantu menjalankan peran sosial f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat 3. Hiburan Motif ini berkaitan dengan usaha untuk : a. Melepaskan diri atau terpisah dari pemasalahan. b. Bersantai c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d. Mengisi waktu e. Penyaluran emosi f. Membangkitkan gairah seks Sedangkan inti dari teori Uses and Gratificationsadalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi, maka kebutuhan khayalak akan terpenuhi. Sehingga pada akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan dari khayalak disebut media yang efektif (Kriyantono, 2006 : 206). Mc Quail Dennismelakukan riset yang cukup mutakhir, dan mereka berhasil menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media-persons interactions, yaitu sebagai berikut (Mc Quail, 2002 : 388) :
1.Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah, sarana pelepasan emosi. 2.Kognitif, yaitu menyajikan informasi, surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi). 3.Personal relationships, yaitu persahabatan, kegunaan sosial yang dapat diklasifikasikan sbb: a. Kepuasan, yaitu dimensi yang menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberikan sebuah kepuasan. b. Depedensi media, yaitu dimensi yang menyajikan informasi pihak ketergantungan responden pada media dan isi media untuk kepuasannya. c. Pengetahuan, yaitu dimensi yang menyajikan perihal tentang persoalan tertentu. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.Disini timbul istilah uses and gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility), bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionally), bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selective), dan bahwa khalayak sebenarnya “kepala batu” (Rakhmat, 2002 : 65). Karena penggunaan media, hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. Konsep dasar model ini diringkas oleh pendirinya, dengan model yang diteliti adalah : 1. Sumber sosial dan psikologi dari 2. Kebutuhan yang melahirkan 3. Harapan-harapan dari 4. Media massa atau sumber-sumber yang lain, menyebabkan 5. Perbedaan pola terperan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain) dan menghasilkan 6. Pemenuhan kebutuhan
7. Akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki Pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan azas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan ini, komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah pesan yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda dapat menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang berbeda-beda. Sehingga, media massa menunjukkan perannya (Wiryanto, 2000).
2.5.
Gratifications Sought and Gratification Obtained Salah satu macam riset Uses and Gratifications yang saat ini berkembang adalah yang dibuat oleh Philip Palmgreen dari Kentucky University.Kebanyakan riset Uses and Gratifications memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media.
Selain
menggunakan
dasar
yang
sama,
yaitu
khalayak
menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti ini tidak berhenti disitu saja, namun juga dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu dapat dipenuhi media. Atau dengan kata lain, yaitu apakah khalayak terpuaskan setelah menggunakan media. Konsep mengukur tingkat kepuasan itu disebut Gratifications Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO). Penggunaan konsepkonsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori Uses and Gratifications, yaitu teori expectancy values (nilai pengharapan) (Kriyantono, 2006 : 208). Menurut teori nilai pengharapan, orang mengarahkan diri pada dunia (misalnya media), berdasarkan pada kepercayaan dan evaluasievaluasi mereka tentang dunia tersebut.Gratifications Sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan oleh individu ketika menggunakan suatu jenis media tertentu (radio, tv, atau koran). Dengan kata lain,
“Gratifications
Sought
adalah
motif
yang
mendorong seseorang
mengkonsumsi media (Kriyantono, 2006 : 208). Dengan kata lain, menurut Palmgreen, Gratifications Sought, dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai apa yang media dapat berikan, dan evaluasi seseorang mengenai isi media” (Kriyantono, 2006 : 209). Sedangkan “Gratification Obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu” (Palmgreen, 1985 : 27). Gratification Obtained mempertanyakan hal-hal yang khusus mengenai apa saja yang telah diperoleh setelah menggunakan media dengan menyebutkan acara secara spesifik. Dapat dikatakan bahwa Uses and Gratifications bukanlah proses komunikasi linear yang sederhana. Banyak faktor, baik personal maupun eksternal yang menentukan kepercayaan dan evaluasi seseorang. Littlejohn (1996) mengatakan bahwa kepercayaan sesorang tentang isi media dapat dipengaruhi oleh (1) budaya dan institusi sosial seseorang, termasuk media itu sendiri; (2) keadaan-keadaan sosial seperti ketersediaan media; (3) variabel-variabel psikologis tertentu, seperti introvert-esktrovert dan dogmatisme. Nilai-nilai dipengaruhi oleh (1).faktor-faktor kultural dan social, (2). kebutuhan-kebutuhan, (3). variabel-variabel psikologis. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai akan menentukan pencarian kepuasan, yang akhirnya menentukan perilaku konsumsi terhadap media, tergantung pada apa yang dikonsumsi danalternatif-alternatif media apa yang diambil, pengaruh media tertentu akan dirasakan, dan pada gilirannya akan memberikan umpan balik kepada kepercayaan seseorang mengenai media (Kriyantono, 2006 : 209).
Gambar 2.1.Model Expectancy Value (Sumber : Kriyantono (2006:210)
Kepercayaan-kepercayaan
Evaluasi-evaluasi
(believes)
Pencarian Kepuasan (GS)
Konsumsi Media
Perolehan Kepuasan yang Diterima
Beranjak dari sinilah kita dapat mengukur Gratifications Sought dan Gratifications Obtained sehingga dapat diketahui kepuasan khalayak berdasarkan
kesenjangan
antara
Gratification
Sought
dengan
Gratifications Obtained. Dengan kata lain, kesenjangan kepuasan (Discrepancy Gratifications) adalah perbedaan perolehan kepuasan yang terjadi antara skor Gratifications Sought dan Gratifications Obtaineddalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil discrepancy-nya, maka semakin memuaskan media tersebut. Adanya indikator bahwa ada terjadi kesenjangan kepuasan atau tidak adalah sebagai berikut (Kriyantono, 2006 : 208) : 1. Jika mean skor atau rata-rata skor GS lebih besar dari mean skor GO (mean skor GS >mean skor GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan karena kebutuhan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan, atau kesimpulannya, yaitu media tidak memuaskan khalayaknya. 2. Jika mean skor atau rata-rata skor GS besarnya sama dengan mean skor GO (mean skor = GS = mean skor GO), maka terjadi keseimbangan kepuasan, karena jumlah kebutuhan yang diinginkan semuanya terpenuhi.
3. Jika mean skor atau rata-rata skor GS lebih kecil dari mean skor GO (mean skor GO<mean skor GS), maka terjadi pemenuhan kepuasan, karena kebutuhan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Atau kesimpulannya, yaitu media memuaskan khalayaknya.
2.6. Nisbah Antar Konsep Menurut Uses and Gratifications approach, komunikasi massa mempunyai
kapasitas
menawarkan
sejumlah
pesan
yang
dapat
dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda dapat menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang berbeda-beda. Ketika sedang bekerja, tugas seorang komunikator atau presenter sebetulnya bertindak sebagai perantara, yaitu perantara atau jembatan antara acara yang dipandunya dengan penonton.Hal ini dalam hubungannya dengan televisi. Penjelasan
tentang
aktivitas
menonton,
dijelaskan
dengan
pendekatan Uses and Gratifications, dimana dalam sebuah perilaku media yang melibatkan penggunaan sebuah isi media oleh khalayak, merupakan topik yang dibahas dalam pendekatan Uses and Gratifications. Kepuasan dalam menonton program acaraIslam Itu Indah, dapat diukur dengan Gratifications Sought dan Gratifications Obtained. Penonton televisi akan memilih atau tidak memilih suatu media dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu, yang didasari dengan motif pemenuhan sejumlah kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Motif yang menjadi dasar penonton menggunakan media atau Grafications Sought, akan menjadi variabel bebas (X) dan kepuasan yang diperoleh atau Gratifications Obtained merupakan variabel terikat (Y). Kedua variabel ini akan diukur dalam penelitian dengan item instrument, yaitu melalui susunan pernyataan dimana setiap jawaban akan diukur dihitung dengan data ordinal. Selanjutnya, tingkat perhatian media
akanmenjadi variabel yang mempengaruhi kepuasan yang diperoleh penonton disaat ia mengkonsumsi program acara Islam Itu Indah. Keberadaan variabel yang terdiri dari Usia, Jenis Kelamin dan Program Studi, disebut sebagai variabel untuk mendeskripsikan hasil apa yang diperoleh dari hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
2.7. Hipotesis Penelitian Menurut Webbster’s New World Dictionary (1977), hipotesis adalah “an unproved theory, preposition, etc, tentatively accepted to explain certain facts or to provide a basis for investigation, arguments” (hipotesis adalah teori, preposisi yang belum terbukti, diterima secara tentatif untuk menjelaskan fakta-fakta atau menyediakan dasar untuk melakukan investigasi dan menyatakan argumen). Hipotesis yang dibuat oleh peneliti ini yang selanjutnya akandiuji dengan mengumpulkan data empiris melalui riset. Penelitian
mengambil
program
acara
“Islam
Itu
Indah
TRANSTV”, karena program acara ini memberikan sajian program religi yang berbeda dalam konsep Islami. Namun, pada dasarnya penonton memiliki motif yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi satu media, makaia juga akan menerima kepuasan yang berbeda pula. Pada teori motif Dennis Mcquil (2002), terdapat empat motif penggunaan media massa, yaitu motif informasi, motif identitas pribadi, motif integrasi dan interaksi sosial, dan motif hiburan. Jika mengacu pada teori tersebut, peneliti merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, yaitu : a. Hipotesis variabel motif dan kepuasan : 1. Penonton aktif 1.1. Motif Informasi : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”
1.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” 1.3. Motif Hiburan : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” 2. Penonton pasif 2.1. Motif Informasi : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” 2.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” 2.3. Motif Hiburan : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” 3. Penonton momental 3.1. Motif Informasi : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” 3.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial : - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” 3.3. Motif Hiburan :
- H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah” b. Hipotesis pemenuhan kepuasan dan kepuasan yang diperoleh : 1. GS informasi dan GO informasi - H0 : Tidak terdapat perbedaanhubungan antara GS informasi dan GO Informasi dalam acara “Islam Itu Indah” - H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS informasi dan GO Informasi dalam acara “Islam Itu Indah” 2. GS integrasi dan interaksi sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial - H0 : Tidak terdapat perbedaan hubungan antara GS integrasi dan interaksi sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial dalam acara “Islam Itu Indah” - H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS integrasi dan interaksi sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial dalam acara “Islam Itu Indah” 3. GS hiburan dan GO hiburan - H0 : Tidak terdapat perbedaan hubunganantara GS hiburan dan GO hiburan dalam acara “Islam Itu Indah” - H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS hiburan dan GO hiburan dalam acara “Islam Itu Indah”
2.8.
Kerangka Pemikiran
Mahasiswa KMIS UKSW, Salatiga Menonton Program Acara “Islam Itu Indah TRANSTV” X : Motif Gratifikasi:
Y :Kepuasan Gratifikasi:
X1 :Motif Informasi
Y1 : Kepuasan Gratifikasi Informasi
X2 : Motif Integritas & Interaksi Sosial
X3 : Motif Hiburan
Uses and Gratification Theory
Y2 : Kepuasan Gratifikasi Integritas & Interaksi Sosial Y3 : Kepuasan Gratifikasi Hiburan
Hubungan antara Motif Pemenuhan Kepuasan dengan Kepuasan yang Diperoleh