5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Tidur Bayi Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan (Perry et all, 2006). Pada dasarnya, tidur dibagi menjadi dua tahapan yaitu non REM (non Rapid Eye Movement) atau biasa disebut tidur tenang dan REM (Rapid Eye Movement ) atau biasa disebut tidur aktif. Pola tidur bayi pada usia enam bulan mulai tampak mirip dengan orang dewasa. Setelah
mengatur periode yang umumnya memakan waktu 10
sampai 20 menit, tidur bayi berubah tahapnya yaitu dari tahap 1 non-REM menuju tahap 3 atau 4. Bayi mungkin kembali ke tahap 1 dan berputar kembali. Setelah satu atau dua putaran tidur NREM, REM mulai timbul setelah 60 sampai 90 menit. Siklus tidur yang lebih sering muncul pada bayi adalah tahap REM dan menghasilkan tidur yang lebih pendek, sekitar 30% dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM. Tidur REM berpengaruh pada kecerdasan anak, ketika tidur aktif (REM) aliran darah ke otak meningkat, pertumbuhan sel-sel otak lebih cepat, merangsang fungsi-fungsi otak, restorasi emosi dan kognitif serta konsolidasi pengalaman yang dialaminya hari itu. Semakin bertambahnya usia, tidur aktif juga akan semakin berkurang. Jumlah lama tidur tiap kelompok usia juga berbeda-beda tergantung faktor fisik, psikis dan lingkungan. Pada usia 6-9 bulan memerlukan waktu tidur sekitar 14 jam perhari dan mereka sudah bisa tidur selama tujuh jam sekali waktu. Bayi mungkin melakukan satu atau dua kali tidur siang per hari, yaitu sekali di pagi hari dan sekali di sore hari. Pada usia 9-12 bulan, bayi tidur dalam tempo sekitar 12 jam di malam hari dan tidur siang dua kali sehari dalam tempo satu jam atau dua jam sekali waktu. Bayi mulai memasuki tahap perkembangan utamapada usia enam bulan, termasuk duduk, berguling, dan mungkin merangkak, berdiri, bahkan belajar 5
6
melangkah. Pada usia ini bayi menyadari kemampuannya sehingga bayi mungkin terlalu gembira untuk jatuh tertidur atau biasa suka terbangun di tengah malam hanya karena ingin berlatih. Bayi yang tidak bisa menenangkan dirinya untuk kembali tidur cenderung akan rewel sehingga diperlukan penanganan yang sesuai untuk membantunya tidur. Aktivitas tidur merupakan salah satu stimulus bagi proses tumbuh kembang otak, karena 75 persen hormon pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Hormon pertumbuhan ini yang bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan. Selain itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Proses pembaruan sel ini akan berlangsung lebih cepat bila si bayi sering terlelap sesuai dengan kebutuhan tidur bayi. Selain itu, tidur juga membantu perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan kecerdasan. Oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar nantinya bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Rafknowledge, 2004; Soedjatmiko, 2006; Jahja, 2009). B. Kualitas tidur bayi Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus artinya fisiologi/faal tubuh dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti semula saat bangun tidur (Candra, 2005). Kualitas tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada perkembangan fisik, tapi juga sikapnya keesokan hari. Bayi yang tidur cukup tanpa sering terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Bayi dikatakan mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang dari 9 jam, terbangun lebih dari 3 kali dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi terlihat selalu rewel, menangis dan sulit tidur kembali (Wahyuni, 2008).
7
Para peneliti di Carneigie Mellon University dan University of Pensylvania menemukan bahwa kuantitas serta kualitas tidur sesungguhnya mempengaruhi bagaimana orang bisa menjadi sakit. Ciri-ciri bayi cukup tidur, yaitu, ia akan dapat jatuh tertidur dengan mudah di malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah, koordinasi neuromuskular buruk, proses penyembuhan lambat dan daya tahan tubuh menurun. Sedangkan dampak psikologinya meliputi emosi lebih labil, cemas, tidak konsentrasi, kemampuan kognitif dan menggabungkan pengalamannya lebih rendah. Namun, kelebihan waktu tidur (terutama tidur tenang) menyebabkan terjadi penyimpanan energi berlebihan. Anakpun kurang
aktif
bermain,
sehingga
kurang
berinteraksi
menyebabkan
perkembangan emosi dan kognitifnya kurang optimal (Turchin, 2000; Bukit, 2003; Soedjatmiko, 2006; Saputra, 2009). C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur bayi. Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara yang dapat mempengaruhinya adalah: 1.Lingkungan Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan fisik tempat bayi tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Atur suasana kamar sehingga nyaman untuk tidur yang meliputi tata cahaya, ventilasi, tata warna, suhu, dan juga keadaan boksnya. Anda bisa meletakkan boks di dalam kamar tidur, di samping ranjang orangtua atau di kamar tersendiri. Hindarkan juga suara bising yang membuatnya mudah
8
terjaga. Jangan gunakan pewangi ruangan dan obat pengusir nyamuk yang bisa membuatnya sesak. Nyamuk memang sering membuat bayi tidak nyenyak tidur. Pakailah kelambu yang bisa melindungi bayi dari serangan nyamuk. Keadaan lampu yang sangat terang akan membuat bayi sulit membedakan siang dan malam. Keadaan yang gelap akan merangsang otak untuk memproduksi melatonin, hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pinela untuk memberitahu otak bahwa diluar hari sudah gelap. 2.Latihan Fisik Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut dapat terlihat bila bayi melakukan aktivitas sehari-hari atau setelah melakukan pemijatan dan mencapai kelelahan. Latihan 2 jam atau lebih dalam hal ini pemijatan bayi yang dilakukan sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang dapat meningkatkan relaksasi karena pemijatan dapat mempengaruhi keluarnya hormon tidur melatonin. 3.Nutrisi Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas pertumbuhan otak adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur bayi. ASI terbukti mengandung alfa protein yang cukup tinggi, alfa protein merupakan protein utama pada whey protein yang merupakan protein halus
dan
mudah dicerna. Alfa protein kaya akan asam amino essensial yang sangat berguna untuk tumbuh kembang bayi, terutama triptofan. Triptofan adalah asam amino yang berperan dalam proses neurotranmitter dan pengatur pola hidup (neurobehavioral) dimana salah satu fungsinya adalah mengatur pola tidur. Bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari tidurnya karena merasa belum kenyang. Karena itu, penuhi kebutuhan makan dan minum bayi sebelum tidur. Jika kebutuhan fisiknya dipenuhi, si kecil tidak lagi sering terbangun di tengah malam. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari kesehatan gigi, kebiasaan memberikan susu di malam hari sebaiknya dihentikan setelah gigi bayi muncul (sekitar usia 6 bulan setelah masa ASI
9
eksklusif). Sebagai gantinya, berikan air putih jika ia memang haus atau tenangkan bayi agar tidur kembali. Selain itu, memberikan makanan terlalu banyak pada bayi terutama susu akan membuat kantong kemih kencang pada malam harinya dan kedaan ini akan membuat bayi lebih sering terbangun. 4.Penyakit Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan masalah tidur. Pada bayi adanya gangguan atau rasa sakit pada gigi, telinga, kulit, saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, otot atau tulangnya dapat mengganggu tidur bayi (Turcin, 2000; Hidayat, 2006; Perry and Potter, 2006; saputra, 2009). D. Pijat Bayi Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam (Roesli, 2001). Sedangkan Pijat bayi adalah suatu bentuk permainan gerakan pada bayi, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta kemampuan pergerakan bayi secara optimal (Sutini, 2008). Pengalaman pijat pertama yang dialami manusia adalah pada waktu dilahirkan melalui jalan lahir ibu. Gesekan yang dirasakan oleh bayi ketika didorong perlahan-lahan melalui saluran kelahiran itu menjadi suatu pijatan diseluruh tubuhnya, sehingga merangsang organ-organnya untuk mulai bekerja sendiri. Proses kelahiran merupakan pengalaman yang traumatik bagi bayi karena harus meninggalkan rahim yang hangat, aman, nyaman, dengan keterbatasan ruang gerak menuju kesuatu dunia dengan kebebasan gerak tanpa batas yang menakutkan tanpa sentuhan yang nyaman dan aman disekelilingnya, seperti halnya ketika berada di dalam rahim. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh yang berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi.
10
Manfaat pijat bayi yaitu mamberikan perasaan nyaman pada bayi, selain itu juga dapat meningkatkan berat badan pada bayi prematur yang telah diteliti oleh psikolog Tiffany Field, direktur Touch Research Institute di University of Miamy School of Medicine di Florida menunjukkan berat badan bayi prematur yang dipijat tiga kali sehari selama 15 menit terbukti dapat bertambah 47% lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang tidak dipijat. Penelitian ini juga menemukan bayi yang mendapatkan pijatan lebih aktif dan waspada, selain itu pijatan menyebabkan neurologis pada bayi yang dipijat lebih cepat matang daripada bayi
yang tidak dipijat. Anak-anak yang
mendapatkan sentuhan penuh cinta kasih sejak usia dini mempunyai ketrampilan bahasa dan membaca, maupun IQ yang lebih kuat. Ini dibuktikkan pada kajian yang diselenggarakan di Rainbow Babies and Children’s Hospital di Cleveland, Ohio. Suatu tim peneliti dari Warwick Medical School dan Institute of Education dari University of Warwick, meneliti 9 macam gerakan massage yang diterapkan kepada 598 bayi usia dibawah 6 bulan. Dari hasil penelitian tersebut salah satunya disebutkan bahwa pijatan dapat mempengaruhi keluarnya hormon tidur melatonin, dimana dengan hormon tersebut bayi dapat memiliki pola tidur yang teratur (Roesli, 2001; Seyburn, 2003; Sutini, 2008). 1. Mekanisme Dasar Pijat Bayi Mekanika dasar pemijatan merupakan hal yang sangat menarik yang belum banyak diketahui pada penelitian tentang pemijatan bayi. Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori mekanisme pemijatan serta mulai menemukan jawabannya. Mekanisme dasar pemijatan bayi itu antara lain sebagai berikut: a.Beta
Endorphin
penelitian
yang
mempengaruhi
mengungkapkan
bahwa
mekanisme
pijatan
akan
pertumbuhan, meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun 1989, Scanberg dari Duke University Medical School melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus. Pakar ini menemukan bahwa jika hubungan taktil (jilatan-jilatan)
11
ibu tikus ke bayinya terganggu akan menyebabkan penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase) suatu enzim yang menjadi petunjuk bagi pertumbuhan sel dan jaringan, penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan. pengeluaran
Pengurangan suatu
sensasi
neurochemical
taktil
akan
meningkatkan
beta-endorphine,
yang
akan
mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlan dan aktivitas ODC jaringan. b.Aktivitas
Nervus
Vagus
mempengaruhi
mekanisme
penyerapan
makanan, penelitian Field dan Scanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus yang akan menyebabkan peningkatan enzim penyerapan gastrin dan insulin sehingga menyebabkan penyerapan makanan menjadi lebih baik dan meningkatkan berat badan bayi. c.Aktivitas
Nervus Vagus meningkatkan volume ASI, penyerapan
makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar dan akan lebih sering menyusu pada ibunya sehingga ASI akan lebih banyak diproduksi. d.Produksi Serotonin meningkatkan daya tahan tubuh, pemijatan akan
meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin yang meningkatkan kapasitas sel reseptor untuk mengikat glukokortiroid (adrenalin suatu hormon stres) sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin dan meningkatkan daya tahan tubuh terutama IgM dan IgG. e. Pijatan dapat Mengubah Gelombang Otak, pijat bayi akan membuat bayi
tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (allertness) atau konsentrasikarena pijatan dapat mengubah gelombang otak dengan cara menurunkan gelombang beta serta tetha yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG (electro enchephalogram).
12
E. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pijat bayi 1. Pelaksanaan pemijatan bayi
a.Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru. b.Malam hari sebelum bayi tidur, ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak (Roesli, 2000). 2. Persiapan sebelum memijat a.Sebelum memijat, tangan dipastikan bersih dan hangat. Kuku dan perhiasan dilepaskan untuk menghindari goresan pada kulit bayi. Bayi sebaiknya sudah makan atau tidak sedang lapar. Akan tetapi, jangan memijat segera setelah bayi selesai makan atau membangunkan bayi hanya untuk dipijat. Pemijatan pada bayi jangan dilakukan bila bayi sedang tidak sehat atau tidak mau dipijat. Tidak boleh memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi. b.Sebelum pijat dimulai, handuk, popok, baju ganti, dan baby oil/baby lotion disiapkan kemudian bayi dibaringkan diatas permukaan kain rata, lembut, dan bersih. Pilih ruangan yang nyaman, hangat, dan tidak pengap. c.Sebelum memijat, bayi diberi gerakan pembuka berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi wajah bayi dan mengusap-usap rambut kepala, sambil mengajak bayi berbicara. Sebelum dan selama pemijatan, kulit bayi perlu sesering mungkin dilumuri baby oil atau baby lotion (Febriani, 2008).
13
F. Kerangka Teori Faktor – faktor yang mempengaruhi tidur bayi : 1. Lingkungan
2.
Latihan Fisik (pijat bayi)
KUALITAS TIDUR BAYI
Pertumbuhan dan Perkembangan bayi sesuai umur
3. Nutrisi
Skema 2.1. Kerangka teori modifikasi menurut Perry, Potter (2006) dan Jahja(2009) G. Kerangka Konsep Variabel Independent (variabel bebas)
Variabel Dependent (variabel terikat)
Pijat bayi Frekuensi dan ketrampilan pijat bayi
Kualitas tidur bayi
Skema 2.2. Kerangka konsep H. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independent (variabel bebas): pijat bayi (frekuensi dan ketrampilan pijat bayi). 2. Variabel Dependent (variabel terikat): kualitas tidur bayi.
Pijat bayi Frekuensi dan ketrampilan pijat bayi
14
I.
Hipotesis Hipotesa dalam penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan antara frekuensi pijat bayi dengan kualitas tidur pada bayi
umur 6-12 bulan di Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. 2. Ada hubungan antara ketrampilan pijat bayi dengan kualitas tidur pada
bayi umur 6-12 bulan di Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal.