BAB II TINJAUAN PUSTAKA
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Sebagai sistem informasi keuangan, akuntansi keuangan adalah suatu proses yang terdiri dari tiga aktivitas, yaitu mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomis dari suatu organisasi (bisnis dan non bisnis) kepada pengguna informasi yang berkepentingan. Produk akhir dari ketiga aktivitas tersebut adalah laporan keuangan (financial reporting), yang merupakan alat utama dimana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak-pihak di luar perusahaan, berikut ini adalah definisi laporan keuangan: “Financial statements: statements that reflect the collection, tabulation, and financial summarization of the accounting data. Four statements are involved: 1) the balance sheet shows the financial condition of the enterprise at the end of a period. 2) the income statement measures the result of operations during the period. 3) the statement of cash flow reports the cash provided and uses by operating, investing, and financing activities during the period. 4) the statement of retained earnings reconciles the balance of retairned earnings reconciles the balance of retairned earnings account from the beginning to the end of period.”
(Kieso
2004:63) Laporan keuangan suatu perusahaan yang lengkap pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Di samping itu, terdapat jadwal (schedule) dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan segmen industri dan geografis serta perubahan harga SAK (2004:2 paragraf 7).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Pada Standar Akuntansi Keuangan (2004:4 paragraf 12) tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan tersebut, dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomik. Hal ini disebabkan karena, secara umum laporan keuangan menggambarkan pengaruh keuangan sebagai akibat dari kejadian masa lalu. Namun demikian, tidak ada kewajiban untuk menyediakan informasi non keuangan sehingga tidak semua kebutuhan informasi tersedia pada laporan keuangan. Menurut Chapter 4 of AFB Statement No 4, basic Concept and Accounting Principles Underlying Financial Statement of Business Enterprises, pada Belkoui (2005:212) yang dialih bahasakan oleh Julianto mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan ke dalam tiga bentuk yaitu: 1. Tujuan utama (particular objectives): menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan- perubahan dalam posisi keuangan 2. Tujuan umum (general objectives): menyediakan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya perusahaan, kewajiban perusahaan, dan perubahan dalam sumber daya bersih yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan yang menguntungkan, menyediakan informasi lain yang di butuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban, serta mengungkapkan informasi lain yang relevan bagi kebutuhan pengguna laporan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. Tujuan
kualitatif
(qualitative
objectives):
mengkomunikasikan
informasi keuangan yang relevan, dapat dipahami, dapat dibuktikan, netral, tepat waktu, dapat dibandingkan, dan lengkap. Berdasarkan SFAC No. 1, objectives of financial reporting by business Enterprise, dinyatakan bahwa yang termasuk pelaporan keuangan tidak hanya mengkomunikasikan laporan keuangan tetapi juga mengkomunikasikan informasi yang berhubunganm baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber daya perusahaan, hutang perusahaan, laba perusahaan, dll. Contohnya surat pimpinan atau jadwal tambahan dalam laporan tahunan perusahaan, prospektus, laporan-laporan yang diarsipkan oleh agen pemerintah, pengumuman berita, ramalan manajemen, dan deskripsi tentang pengaruh sosial dan lingkungan perusahaan, tujuannya dinyatakan sebagai berikut: “financial reporting should provide information that: a) is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational investment, credit, and similar decisions, b)helps present and potential investors, creditor, and other users assess the amounts, timing anda certainty of prospective cash receipts from devidens or securities of loans, c) clerly portrays the economic resources of an enterprise, the claim to those resources (obligations of the enterprise to transfer resources to other entities and owners equity) and the effect of transactions, events, and circumstances that changes its resources and claim to that resources.” Sedangkan menurut Mas’ud Machfoed (1993:4) pada dasarnya akuntansi keuangan dan penyusunan akuntansi keuangan adalah untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan penyusunan laporan keuangan tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13
1. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan perusahaan, yang terdiri dari harta, utang, dan modal. 2. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan harta neto (harta dikurangi utang) perusahaan yang terjadi karena kegiatan usaha perusahaan dalam rangka mendapatkan laba. 3. memberikan informasi keuangan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan di dalam menaksir kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. 4. Memberikan informasi keuangan mengenai perubahan dalam harta dan utang suatu perusahaan, misalnya informasi mengenai sumber dan penggunaan dana. 5. Memberikan informasi keuangan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan di dalam menaksir kemampuan perusahaan untuk tetap hidup (survive), menyesuaikan diri, berprestasi baik di dalam berbagai perubahan kondisi ekonomi. 6. Memberikan pengungkapan mengenai informasi-informasi lain yang berkaitan dengan informasi keuangan dan laporan keuangan dan relevan bagi para pemakai laporan keuangan, misalnya informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang diatur perusahaan, seperti penentuan metode depresiasi dan penilaian persediaan. Suatu laporan keuangan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Hal ini disebabkan laporan keungan dapat memberikan gambaran tentang posisi keuangan, kinerja keuangan serta perubahannya dengan terlebih dahulu menganalisis laporan keuangan tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
14
2.1.3 Bagian-Bagian Laporan Keuangan. Laporan keuangan biasanya terdiri dari komponen-komponen berikut ini: 1. Neraca: menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditor, dan ekuitas pemilik. Neraca dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung tingkat hasil pengembalian, mengevaluasi struktur modal perusahaan dan memperhitungkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan. 2. Laporan laba rugi : menyediakan informasi bagi pemakai untuk meramalkan aliran kas di masa yang akan datang. Pertama, dapat digunakan untuk mengevaluasi prestasi perusahaan di masa lalu. Kedua, laporan laba rugi dapat digunakan untuk menghadapi risiko perusahaan. 3. Laporan perubahan ekuitas: menyajikan informasi yang dapat membantu dan memperhitungkan prestasi secara keseluruhan dengan menyediakan informasi tambahan mengenai naik atau turunnya aktivitas bersih dalam periode yang bersangkutan. 4. Laporan arus kas: menyajikan informasi berupa operasi, investasi, aktivitas pendanaan perusahaan, dan juga informasi mengenai sumber dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan. 5. Catatan atas laporan keuangan: merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan perusahaan. Penulisan catatan ini dimaksudkan untuk memberikan penekanan dan penjelasan terhadap komponen-komponen laporan keuangan. Informasi yang disajikan berhubungan dengan komponen laporan keuangan tertentu yang dapat dijelaskan secara kualitatif dan terkadang ditambah dengan data kuantitatif yang dapat membantu memberikan penjelasan yang lebih mendalam atas laporan keuangan.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi bagi berbagai kalangan pemakai, baik pihak internal maupun eksternal. Menurut SAK (2004:2 paragraf 9) tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, pemakai laporan keuangan, pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: 1. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
Pemegang
saham
juga
tertarik
pada
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa. Manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya. Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika kreditur tersebut tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlihat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan sehingga mereka tergantung kepadanya. 6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat. Perusahan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu
kecendrungan
masyarakat
(trend)
dan
dengan
menyediakan
perkembangan
terakhir
informasi kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.1.5 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Agar laporan keuangan berguna bagi pemakai, laporan keuangan harus memiliki karakteristik kualitatif. Menurut SAK (2002:paragraf 24), terdapat empat karakteristik pokok yaitu: 1. Dapat dipahami (understandability) kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan memadai tentang aktivitas
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ekonomi dan bisnis akuntasi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan keuangan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasaukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu. 1. Relevan (relevance) Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi
pemakai
dengan
membantu
mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 2. Dapat diandalkan (Reliability) Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal, jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan
material,
dan
dapat
diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful resentation) dari yang seharusnya disajikan atau yang wajar diharapkan dapat disajikan. 3. Dapat dibandingkan (comparability) pemakai
harus
dapat
membandingkan
laporan
keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecendrungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat mamperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan peyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.2 Laba 2.2.1 Pengertian Laba Laba dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam ekuitas pemilik yang dihasilkan dalam operasi perusahaan yang menguntungkan, sedangkan penurunan dalam
ekuitas
pemilik
disebabkan
oleh
operasi
perusahaan
yang
tidak
menguntungkan, di sebut rugi. Banyak orang mengaitkan laba dengan kelebihan pendapatan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. ”Laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas yang dibutuhkan untuk mengambilan keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelolah oleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan perusahaan yang akan datang, informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini.” (IAI,1996:25) Sedangkan Hendriksen (2000:332-337) yang dialih bahasakan oleh Wibowo membagi konsep laba ke dalam tiga bentuk, yaitu: 1.
Tingkat struktural atau sintaksis. Pada tingkat ini, pendekatan laba dilakukan melalui aturan-aturan yang mendefinisikannya. Meskipun akuntansi memberikan kata-kata ”manis” pada interpretasi dunia nyata atas laba akuntansi ( umumnya laba ekonomi), atau perilakunya (baik kemampuan prediktifnya ataupun relevansi umum pada premis yang mungkin tidak berkaitan dengan fenomena dunia nyata atau pengaruh perilaku. Akuntansi seringkali menggunakan istilah-istilah akuntansi sehingga mereka cenderung menerima hal itu sebagai interpretasi dalam dunia nyata.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
19
Ada dua pendekatan dalam pengukuran laba pada tingkat struktural ini, yaitu: 1. Pendekatan transaksi. Pendekatan ini melibatkan pencatatan perubahan penilaian aktiva dan kewajiban yang berasal dari transaksi-transaksi eksternal maupun internal. Transaksi eksternal berasal dari kegiatan usaha dan transfer aktiva atau kewajiban yang dilakukan dengan pihak luar, ke atau dari parusahaan itu. Transaksi internal berasal dari penggunaan atau konversi aktiva di dalam perusahaan. 2. Pendekatan aktivitas. Pendekatan ini memusatkan pada deskripsi aktivitas suatu perusahaan dan bukan pada pelaporan transaksi, yaitu laba diasumsikan timbul bila aktivitas-aktivitas tertentu telah terjadi, tidak hanya sebagai hasil dari transaksi spesifik.
2.
Tingkat semantis atau Interpretatif. Pada tingkat ini, pendekan laba dilakukan melalui hubungannya dengan realitas ekonomi yang paling mendasar. Konsep ini menunjukan dua hal yaitu:
1. Konsep pemeliharaan modal (capital maintenance). Laba komprehensif merupakan perubahan dalam modal sendiri (aktiva bersih) suatu kesatuan usaha selama suatu periode. 2. Konsep maksimal laba (income maximizing). Pengujian keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan merupakan upaya untuk melihat sejauh mana kas yang diterima kembali melebihi (atau kurang daripada) kas yang dikeluarkan (diinvestasikan) dalam jangka panjang.
3.
Tingkat Behavioral atau Pragmatis. Pada tingkat yang ketiga, pendekatan laba dilihat dari tingkah laku penggunanya, tanpa memperhatikan bagaimana laba itu diukur ataupun pengertian konsep pragmatis dari laba itu sendiri, berkaitan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
20
dengan proses pengambilan keputusan investor terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal dari manajemen, dan reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan.
2.2.2 Tujuan Laba Laba merupakan pos penting dalam ikhtisar keuangan yang memiliki kegunaan dalam berbagai konteks. Menurut Hendriksen (2000:331) yang dialih bahasakan oleh Wibowo tujuan utama pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Sedangkan salah satu tujuan adalah kebutuhan untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba saham dan arus kas sebagai proses dari deskripsi dan akuntansi. Tujuan yang lebih spesifik mencangkup: 1. Penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen 2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari perusahaan atau pembagian deviden masa depan 3. penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan manajerial masa depan Sofyan Syafri (1993:147) mengatakan menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan fengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Dalam bukunya Sofyan Syafri (1993:147) mengatakan bahwa definisi laba tersebut mempunyai lima sifat, yaitu: 1.
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut
2.
Laba akuntansi didasarkan pada postulat ”periodik” laba itu artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.
laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil
4.
Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dan bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu
5.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip ”matching” artinya hasil dikurangi biaya yang diterima atau dikeluarkan dalam periode yang sama
2.3 Manajemen Laba 2.3.1 Pengertian Manajemen Laba Scott (2004:369) dalam financial Accounting Theory mendefinisikan earnings management sebagai berikut: “Earnings management is the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective.” Menurut
Wild (2005:120)
yang dikutip dari Schipper (1989)
mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut: “Intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi.”
2.3.2 Motivasi Manajemen Laba Wild (2005:121-122) yang dialih bahasakan oleh Bachtiar dan Nurwahyu mencatat ada tiga alasan yang dapat memicu manajer melakukan manajemen laba. Ketiga motivasi tersebut adalah: 1. Insentif perjanjian. Banyak perjanjian yang menggunakan angka akuntansi. Misalnya perjanjian kompensasi manager yang mencangkup bonus berdasarkan laba akuntansi. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan batas bawah, artinya manager tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapat bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
22
2. Dampak harga saham manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikan harga saham perusahaan. Manajer juga dapat melakukan perataan laba untuk menurunkan persepsi pasar akan risiko dan menurunkan biaya modal. 3. Insentif lain terdapat beberapa alasan manajemen laba lainnya. Laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah misalnya untuk ketaatan undang-undang antimonopoli. Selain itu perusahan dapat menurunkan laba untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan asing.
2.3.3 Strategi Manajemen Laba Menurut Wild (2005:120-121) yang dialih bahasakan oleh Bachtiar dan Nurwahyu terdapat empat pola manajemen laba, yaitu: 1. Meningkatkan laba (income increasing). Salah satu strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan di pandang lebih baik 2. Mandi Besar (big bath). Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merjer, atau restrukturisasi. 3. Perataan Laba (income smoothing). Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
23
2.3.4 Teknik-teknik Manajemen Laba Menurut Badruzzaman (2006) ada dua teknik Manajemen Laba : 1. Earning Management within Boundary of GAAP adalah earnings management yang di perbolehkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum, tekniktekniknya adalah sebagai berikut: 1. Perubahan metode penyusutan 2. Perubahan masa manfaat asset yang akan disusutkan 3. Perubahan estimasi nilai sisa asset yang disusutkan 4. penentuan penyisihan piutang tidak tertagih 5. Penentuan penyisihan kewajiban garansi 6. Penilaian penyisihan untuk deferred tax asset 7. Penentuan keberadaan impaired assets 8. Estimasi tahap penyelesaian long-term contract 9. Estimasi kemungkinan terjadinya klaim atas kontrak 10. Estimasi penurunan nilai investasi 11. Estimasi jumlah beban akrual atas restrukturisasi 12. Menentukan perlunya penurunan nilai persediaan 13. Estimasi beban akrual lingkungan 14. Membuat asumsi aktuarial untuk pension plan 15. Menentukan nilai R&D cost yang boleh diakui 16. Mengubah periode amortisasi Intangible Asset 17. Menentukan kapitalisasi biaya-biaya tertentu 18. Menentukan apakah investasi mengakibatkan adanya pengaruh signifikan terhadap investee 19. Menentukan permanen atau tidaknya suatu penurunan nilai investasi jangka pendek
24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Abusive Earnings Management adalah teknik earnings management yang melanggar prinsip akuntansi yang berlaku umum, tekniknya dapat dilakukan dengan cara: 1. Mempercepat Revenue Recognition yang seharusnya menjadi pendapatan periode berikutnya, atau bahkan mengakui pendapatan aktif. 2. Mencatat understated expenses.
2.3.5 Pengukuran Manajemen Laba Pada
umumnya
pendekatan
manajemen
laba
dilakukan
dengan
menggunakan pendekatan accruals. Pendekatan ini akan menggunakan pengukuran berbasis accruals
(accruals-based measures) dalam mendeteksi ada tidaknya
manipulasi. Menurut Beneish (2001) dalam Veronica dan Bachtiar (2003:329) menyatakan bahwa berkembangnya earnings management yang dilakukan melalui basis akrual disebabkan oleh tiga hal. Pertama, akrual merupakan produk utama dari prinsip akuntansi yang berterima umum (generally accepted accounting principle), dan earnings management lebih mudah terjadi pada laporan yang berbasis akrual dibandingkan dengan laporan yang berbasis kas. Kedua, dengan mempelajari akrual akan mengurangi masalah yang timbul dalam mengukur dampak dari berbagai pilihan metode akuntansi terhadap laba. Ketiga, jika indikasi earnings management tidak dapat diamati dari akrual maka investor tidak akan dapat menjelaskan dampak dari earnings management pada penghasilan yang dilaporkan perusahaan. Di dalam melakukan pendeteksian adanya manipulasi laba, pada umumnya akan ditemukan dua jenis discretionary accruals, yaitu discretionary positif dan discretionary negatif (sulistyanto dan wibisono, 2003). Discretionary accrual positif mencerminkan manipulasi yang dilakukan manajer berpola income increasing, sedangkan discretionary negative mencerminkan manipulasi income decreasing. Bentuk discretionary accruals tersebut harus disesuaikan dengan motivasi yang dilakukan oleh manajemen. Misalnya apabila manajemen bermaksud untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
25
memaksimalkan imbalan bonus dan ditemukan nilai discretionary accruals positif, berarti dapat dikatakan bahwa manajemen melakukan manipulasi laba dengan pola income increasing. Namun apabila ditemukan discretionary accruals negatif, maka hal tersebut menunjukan bahwa manipulasi laba tidak terjadi. Begitupula dengan motivasi manajemen laba untuk IPO, manajemen melakukan manipulasi laba dengan pola income increasing untuk mendapatkan respon positif dari para investor, maka apabila ditemukan nilai discretionary positif maka manajemen dianggap melakukan manajemen laba. Akan tetapi tindakan manajemen laba ini tidaklah harus dikaitkan dengan tindakan kecurangan pihak manajer ataupun usaha memanipulasi data atau informasi akuntansi. Tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuntungan yang dapat dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulation. Selama manajemen laba tidak hanya berkaitan dengan motivasi individu manajer untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kepentingan perusahaan, maka tindakan manajer tersebut belum dapat dikatakan sebagai tindakan manipulasi yang merugikan perusahaan Kemudian dalam mengukur menajemen laba dengan pendekatan akrual akan menggunakan model yang dikembangkan oleh Jones (1991) dan dimodifikasi oleh Decow (1995) model ini digunakan didasarkan pertimbangan model tersebut masih dianggap yang terbaik sebagaimana diakui oleh Bernard dan Skinner (1996) dalam Sulistyanto (2003). Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan tersebut, akrual pada saat perioda akan berisi komponen discreationary dan komponen nondiscretionary. Nilai discretionary accrual (DTAC) dihitung dengan modified Jones’ Model (Dechow,1995) untuk mengukur tingkat manajemen laba. Model ini menggunakan total accrual (TAC) yang diklafisikasikan menjadi komponen discretionary (DTAC)dan non discretionary (NDTAC). Berikut langkah-langkah dalam perhitungan discretionary accruals.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
26
1. Menghitung Total Accruals (TA), dengan menggunakan rumus: TAC t /TA t −1 = a 1 (1/TA t −1 ) + a 2 ( ∆SALt /TA t −1 ) + a 3 ( PPE t / TAt −1 ) + ϕ t ... ...........(1) Keterangan : TAC = Total accrual dalam perode t = Total asset periode t-1 TA t −1 = Perubahan penjualan bersih dalam periode t ∆SALt PPE t = Properti, Plan, and Equipment = parameter perusahaan tertentu pada periode t a1 , a 2 , a3 2. Menghitung Non Discretionary Accruals (NDTAC), dengan menggunakan rumus: NDTAC = aˆ1 (1 / TAt −1 ) + aˆ 2 [(∆SAL1 − ∆REC t ) / TAt −1 ] + aˆ 3 [PPE t / TAt −1 ]............ ......(2) NDTAC TA t −1 ∆SALt PPE t aˆ1 , aˆ 2 , aˆ 3 ∆REC t
= Non discretionary accruals = Total asset periode t-1 = Perubahan penjualan bersih dalam periode t = Properti, Plan, and Equipment = parameter perusahaan tertentu pada periode t = Perubahan piutang bersih
3. Menghitung Discretionary Accruals dengan menggunakan rumus: DTAC t = TAC t / TAt −1 − NDTAC ...............................................................................(3) TAC t /TA t −1 = Total accrual NDTAC
= Non discretionary accruals
Perubahan penjualan ( ∆SALt /TA t −1 ) dimasukan ke dalam model estimasi tersebut untuk mengendalikan perubahan dalam non discretionary accruals yang disebabkan oleh perubahan kondisi. Pendapatan digunakan sebagai control terhadap lingkungan perusahan karena penjualan merupakan ukuran obyektif dari operasi perusahaan sebelum manipulasi manajer (Jones 1991:211) dalam Julianto dan Lilis (2003:431). Dechow (1995:199) memasukkan ∆REC t ke dalam persamaan tersebut dengan asumsi bahwa semua penjualan kredit disebabkan oleh manajemen laba,
27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
mengingat lebih mudah bagi manajer untuk merekayasa laba dengan penjualan kredit dibandingkan penjualan tunai. Sedangkan
PPE t merupakan bagian dari total akrual TAt −1
yang berhubungan dengan biaya depresiasi yang non discretionary (Jones1991:211) dalam Julianto dan Lilis (2003:431)
2.4 Akrual 2.4.1 Definisi Akrual Menurut Munfiah dan Zulaikha (2003) pengertian akrual dapat diartikan lawan dari kas sebagai dasar pengakuan pendapatan dan beban. Konsep akrual digunakan untuk memenuhi konsep dasar akuntansi matching of cost with revenue (memadankan antara penghasilan dengan beban/biaya). Menurut konsep matching of cost with revenue, pengakuan beban dan pendapatan harus diakui sesuai dengan hak yang diukur dalam satu periode akuntansi tidak mempertimbangkan adanya penerimaan kas tunai, karena konsep dasar kas tidak memenuhiu kriteria kesepadanan antara penghasilan dan beban atau matching of cost with revenue Definisi akrual menurut Djakman (2003) yang dikutip dari Financial Accounting Standar Board (FASB): Accrual accounting attempts to record the financial effects on an entity of transactions and ather events and circumstances for the entity in the periods in which those transactions, events, circumstances occur rather than only in the periods in which cash is received or paid by the entity (FASB 1985, SFAC No.6, paragraf.139).
2.4.2
Dasar Akrual Dasar akrual menurut SAK (2004, paragraf 20). Dalam akuntansi akrual,
aktiva, kewajiban, ekuiti, penghasilan dan beban diakui pada saat kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
28
periode terjadinya. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengkaitan biaya dengan pendapatan (matching concept) melibatkan secara bersamaan atau gabungan penghasilan dan beban yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. Misalnya berbagai komponen beban yang membentuk harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pengakuan penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang bersangkutan. Namun demikian penggunaan konsep ”matching” tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi kriteria pengakuan aktiva dan kewajiban. Beban segera diakui dalam laporan laba-rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva.
2.4.3 Konsep Akrual Menurut Munfiah dan Zulaikha (2003:528) konsep akrual dapat dibedakan menjadi 2 yaitu discretianary accrual dan nondiscretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Sedangkan nondiscretionary accrual adalah sebaliknya, pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.4.4 Proses Akrual Proses akrual menurut Wild (2004:105) yang dialih bahasakan oleh Bachtiar dan Nurwahyu sebagai berikut: 1. Pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui saat diperoleh dan saat direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan direalisasi maksudnya yaitu pendapatan saat memperoleh kas dari penyerahan barang atau jasa. Pendapatan dapat
29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
direalisasi yaitu pendapatan saat memperoleh aktiva (biasanya piutang) yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas, dari penyerahan barang atau jasa. 2. Pengaitan beban. Akuntansi akrual mengharuskan pengaitan beban dengan pendapatan. Proses pengaitan ini berbeda untuk dua jenis beban, yang pertama yaitu beban yang berasal dari produksi suatu produk atau jasa yang biasa disebut dengan biaya produk (product cost), dan diakui saat produk atau jasa diserahkan. Seluruh biaya produk disajikan bersamaan pada biaya penjualan (cost of sales) tetapi akan berada pada akun persediaan hingga dapat dikaitkan dengan pendapatan. Beban lainnya adalah, biaya periode (period cost), biasanya dikaitkan dengan pendapatan tertentu. Beberapa biaya periode terjadi sehubungan dengan pemasaran suatu produk atau jasa dan dikaitkan dengan pendapatan
2.4.5 Discretionary Accruals Menurut Djakman (2003:145) kebijakan akrual dalam mengaplikasikan standar akuntansi dapat dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba antara lain, untuk tujuan increasing income earnings management,
manajemen dapat
memanfaatkan judgement dengan menurunkan estimasi tingkat piutang tidak tertagih atau memperpanjang estimasi kurun waktu depresiasi aktiva, mengubah metode akuntansi untuk depresiasi aktiva dari double declining balance method menjadi straight line method serta manajemen dapat menggeser periode biaya dan pendapatan. Jika manajemen melakukan hal-hal tersebut karena adanya niat, bukan karena kondisi perusahaan yang menghendaki perubahan judgement dan metode akuntansi serta penggeseran biaya dan pendapatan maka hal ini disebut discretionary acruals. Sedangkan menurut Friedlan (1994) yang dikutip oleh Sulistyanto dan Wibisono (2003) menyatakan manajer melakukan manipulasi dengan menggunakan discretionary acruals, yaitu kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
30
manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel. Atau dengan kata lain, metode discretionary accruals memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profil laba sesuai dengan keinginannya. 2.5 Kinerja (Performance) Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan didalam melaksanakan tanggung jawabnya. 2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja Performance diterjemahkan menjadi kinerja, yang juga berarti prestasi kerja, pencapaian kerja atau penampilan kerja. Menurut Kamus Manajemen (2005 ; 288) performance atau kinerja diartikan sebagai kegiatan menunaikan. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2000 ; 6) “Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.”
Kinerja dapat dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai efektifitas suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun penilaian kinerja atau prestasi menurut Mulyadi (2001 ; 415) dinyatakan sebagai berikut : “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.”
Dengan demikian penilaian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah dilaksanakan, dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
31
2.5.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya terjadi melalui umpan balik kinerja hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan. Menurut Mulyadi (2001 ; 416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka dalam menilai kinerja bawahannya. 4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 2.5.3 Pengukuran Dalam Penilaian Kinerja Menurut Mulyadi (2001 ; 434) terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu ukuran kriteria tunggal (single criteria), ukuran kriteria beragam (multiple criteria), dan ukuran kriteria gabungan (composite criteria). 1. Kriteria Tunggal (Singel Criteria) Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya. 2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
32
Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kriterianya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja. 3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria) Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing. 2.5.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk bagi para manajer untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan hal utama dalam organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kinerja dapat mempengaruhi prilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2001 ; 822) , ada beberapa alat ukur kinerja perusahaan, yaitu : 1. Laba Atas Investasi (ROI) Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat investasi, yaitu alat ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan aktiva. Yang akan dipakai adalah menghitung laba yang dihasilkan per-rupiah investasi. 2. Laba Residual (Residual Income) Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian rupiah yang diperlukan aktiva operasi perusahaan.
3. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added) Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika economic value added positif, berarti perusahaan menghasilkan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan tidak bisa menghasilkan kekayaan.
33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Net Profit Margin (NPM) Menurut Van Horne dan Wachowitz (2000 ; 150) NPM mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan. NPM dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. NPM sering disebut juga dengan Net Profit. Pengertian Net Perofit Margin menurut Helfert (2000 ; 446) adalah : “The difference between periodic revenues and matching cost and expences, after applicable income taxes.”
Rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut : Martono (2002 ; 60) NPM =
Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih
2.6.1 Kegunaan Net Profit Margin (NPM) Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengeluarkan biayabiayanya, semakin besar pula keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut.
2.7 Pengertian Pasar Modal Menurut keputusan Menteri Keuangan RI No.1548/KMK/90, pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat,berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai dengan memakai jasa perantara pedagang efek.
34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.7.1 Jenis-Jenis Pasar Modal Susanto dan Sabardi (2002:134) membagi modal dalam 2 jenis, yaitu: 1. Pasar Perdana (Primary Market) pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan, sebelum saham tersebut diperdangangkan di pasar sekunder. Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya untuk pertama kalinya (penawaran umum), sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emiosi dan perusahaan yang akan go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal perusahaan (faktor yang berhubungan dengan kebijakan internal beserta yang telah dicapai suatu perusahaan), dan faktor eksternal perusahaan (di luar kemampuan
perusahaan
atau
diluar
kemampuan
manajemen
untuk
mengendalikannya).
2.7.2 Jenis-Jenis Penawaran Efek Menurut Susanto dan Sabardi (2002:137) penawaran efek terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
35
1. Private Placement (Penawaran Terbatas) Privat placement merupakan penawaran surat berharga pada kalangan terbatas dengan melakukan penawaran terbatas perusahaan menghindari peraturanperaturan yang harusnya diikuti seperti dalam prosedur emisi umum di Pasar Modal. Private Placement penawaran efek dilakukan dengan cara bernegoisasi secara langsung antara perusahaan dengan calon investor.
2. Public issue (Penawaran Umum) Penawaran umum merupakan cara menawarkan surat berharga di pasar modal yang sering dilakukan. Penawaran umum harus mendapat ijin dari badan yang mempunyai otoritas dan kewenangan. Sebelum perusahaan melakukan penawaran di pasar modal, persyaratan perizinan tersebut harus lengkap. Setelah peraturan yang ada telah dipenuhi, maka emisi dapat dilakukan oleh emiten. Pada umumya investor mempunyai cukup informasi proses emisi yang akan membantu dalam pembuatan keputusan. Prospektus dari emiten akan memberikan informasi secara detail mengenai kondisi keuangan emiten serta hal-hal lain yang dipandang perlu untuk membentuk transparansi perusahaan yang go public. Penawaran umum dibagi dua, yaitu: 1. Initial Public Offerings/IPO, merupakan penawaran umum perdana atau penawaran saham yang pertama kalinya dilakukan oleh emiten kepada masyarakat luas dengan tujuan memperoleh tambahan modal yang akan digunakan untuk kepentingan perusahaan. Pada umumnya IPO dilakukan melalui metode general cash offer, yaitu penawaran saham kepada masyarakat luas yang berminat untuk berinvestasi di pasar modal. Penawaran tersebut ditujukan kepada calon investor yuang berminat untuk membeli saham yang ditawarkan oleh emiten. 2. Seasoned Equity offerings/SEO, merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan perusahaan yang listed di pasar modal, diluar saham yang terlebih
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
36
dahulu beredar di masyarakat melalui initial public offerings (IPO) tujuan di lakukannya SEO serupa dengan IPO, yaitu untuk memperoleh tambahan dana untuk membiayai kegiatan usaha atau membayar hutang perusahaan yang jatuh tempo.
2.7.3 Pengertian Prospektus Menurut Susanto dan Sabardi (2002:140) Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum yang dimaksudkan agar pihak lain membeli efek yang ditawarkan.
2.7.4 Asimetri Informasi Menurut Veronica dan Bachtiar (2003:330) asimetri informasi merupakan kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang tidak diketahui pihak lain. Sehingga beberapa konsekuensi tertentu hanya akan diketahui oleh suatu pihak tanpa diketahui pihak lain yang juga memerlukan informasi tersebut.
2.8 Hubungan Manajemen Laba, Kinerja Operasi dan IPO Untuk membiayai kegiatan usahanya ataupun untuk membayar hutang perusahaan yang jatuh tempo, setiap perusahaan akan melakukan pembiayaan (financing) untuk memperoleh tambahan dana dengan melakukan penawaran saham perdana. Agar saham yang ditawarkan perusahaan dapat diserap pasar (investor) pemilik perusahaan dituntut untuk bisa menunjukkan bahwa perusahaannya merupakan perusahaan yang prospektif. Prospek tersebut ditandai oleh ”baiknya” aliran kas perusahaan dan tingkat pertumbuhan yang dialami serta besar kecilnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Ketika dilakukan IPO, investor potensial hanya mengandalkan informasi yang terdapat dalam prospektus. Kondisi seperti ini memungkinkan manajemen melakukan manajemen laba untuk meningkatkan kemakmurannya dengan harapan harga saham akan tinggi pada penawaran perdana.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
37
Asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna.