11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Komunikasi Massa
2.1.1
Pengertian Komunikasi Massa Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari
bahasa latin communicatio dan bersumber dari, kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, dalam proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan. Oleh sebab itu komunikasi harus bersifat dua arah agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan informasi antara komunikator (penyebaran pesan) dan komunikan (penerima pesan). Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima, dalam komunikasi yang efektif maka setidaknya harus diketahui bentuk-bentuk
komunikasi.
Bentuk-bentuk
komunikasi
tersebut
adalah
komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Pengertian Komunikasi massa yang paling sederhana, yakni komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, hetrogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima serentak dan sesaat. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti pengkhotbah rumah ibadah di auditorium gelora Bung Karno, jika tidak menggunakan media massa maka bukan komunikasi massa. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan sajah bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi bagi dibaurkan dengan informasi dan hiburan. Maka dari itu, sumber komunikasi massa bukanlah satu orang. Melainkan suatu organisasi formal. Selain itu, banyak definisi yang dikemukan oleh para ahli, diantaranya adalah Gerbner dalam Elvinaro Ardianto (2007), adalah “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. Artinya, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlanjut serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri1. Dari
definisi
Garbner
tergambar
bahwa
komunikasi
massa
itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan dan didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dilakukan oleh perorangan, melainkan harus lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.
1
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Adapun
definisi komunikasi massa menurut Wright dalam Elvinaro
Ardianto (2007), sebagai berikut : “This new from can be distinguished from older types by the following major characteristic: it’s directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences, messages are transmitted publicly, of-ten times to reach most audiences members simultaneously, and are transient in character, the communicator tends to be, or to operate within a complex organization that may involve great expense”2. Artinya, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang relative besar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak pada waktu yang sama dan sesaat.
2.1.2
Karakteristik Komunikasi Massa Sebelumnya telah dibahas mengenai definisi komunikasi massa yang
dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaanya terdapat dalam komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut.
2
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut3 : 1.
Komunikasi terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Seperti definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Jadi berapapun banyaknya orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa itu, berapa macam peralatan yang digunakan, dan berapa biaya yang diperlukan, sifatnya relative. Namun yang pasti, komunikasi massa itu kompleks, tidak seperti komunikasi antarapersona yang begitu sederhana. 2.
Pesan bersifat umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukan untuk semua orang dan tidak ditunjukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun, tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting dan menarik bagi sebagian besar komunikasi. 3.
Komunikannya anonim dan heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi
antarpersona,
Komunikator
akan
mengenal
3
komunikannya,
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain itu, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi. 4.
Media massa menimbulkan keserempakkan
Effendi mengartikan keserempakkan media massa sebagai keserempakkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dari jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berbeda dalam keadaan terpisah. Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan relative banyak secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. 5.
Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
bagaimana seharusnya pesan komunikasi itu ditafsirkan4. Dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaimana komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bias memahami isi pesan tersebut. 6.
Komunikasi massa bersifat satu arah
Komunikasi massa bersifat satu arah maksudnya adalah komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpersona. 7.
Stimulasi alat indra terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televise dan film, kita menggunakan indra pengelihatan dan pendengaran. 8.
Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect)
Dalam proses komunikasi massa, umpan balik (feedback) bersifat tidak langsung dan tertunda. Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang
4
Riswandi. Ilmu Komunikasi, Edisi Pertama, Yogyakarta; Graha Ilmu,2009
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon email atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback lewat telepon, email menggambarkan komunikasi massa itu bersifat tidak langsung. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat pembaca mengirim email itu menunjukkan feedback komunikasi massa bersifar tertunda.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Proses komunikasi massa selalu terkait dengan teknologi, dalam hal ini adalah teknologi komunikasi khususnya film. Secara langsung perkembangan media massa yang berhubungan dengan perangkat-perangkat teknologi tertinggi akan membudaya dan terisolasi dalam kehidupan masyarakat. Peranan media massa sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat semakin meningkat. Secara sosiologis menurut Charles R Wright, media dapat menjalankan dua fungsi yaitu controversial. Satu sisi media berpotensi membesarkan orang atau kelompok (status comveral), disisi lain media juga dapat merusak reputasi, harga dan martabat seseorang. Bahkan dapat membunuh karakter seseorang (Assisination Character). Dari berbagai macam fungsi komunikasi massa yang ada, maka dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yaitu : 1.
Menyampaikan informasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Kegiatan untuk mengumpulkan, menyampaikan data, fakta, pesan, opini, dan komentar sehingga orang biasa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional, atau internasional. 2.
Mendidik
Membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk di luar sekolah juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik dan mengesankan. 3.
Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk atau editorial, features, iklan, berita atau tayangan lainnya yang dapat mempengaruhi khalayak televisi5. 4.
Menghibur
Fungsi hiburan menunjuk pada upaya-upaya komunikatif yang bertujuan memberikan hiburan pada khalayak luas untuk mengurangi ketergantungan pikiran khalayak, karena dengan melihat tayangan suatu hiburan dapat membuat pikiran khalayak segera kembali6. Media komunikasi massa adalah media massa yang mempunyai ciri khas yakni berkemampuan memikat perhatian khalayak secara serempak dan serentak, yaitu pers, radio, televise dan film. Dalam menyusun strategi komunikasi, sifat 5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2005 6 Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
dari media yang akan digunakan harus benar-benar mendapat perhatian, karena berat sekali kaitannya dengan khalayak yang akan diterpa. Pres memiliki ciri khas dibandingkan dengan media massa yang lainnya yang penting bukan hanya sifatnya yang merupakan media cetak tetapi khalayak yang diterpanya bersifat aktif. Kelebihan pers dari media komunikasi lainnya adalah bahwa media cetak itu dapat didokumentasikan, dikaji ulang, serta dihimpun untuk kepentingan pengetahuan dan dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi7. Radio merupakan media massa yang sifatnya khas dibandingkan media massa lainnya. Kekhasannya adalah sifat yang audiual, untuk indra telinga. Khalayak ketika menerima pesan-pesa dari radio dengan tatanan mental yang pasif, bergantung pada jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan penyiar radio. Kelebihan radio dari media massa lainnya adalah pesan yang disiarkan oleh komunikator dapat ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi dan efek suara sebagai unsur dramatisasi. Televisi yang muncul di masyarakat di awal decade 1960 semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa dikarenakan sifatnya yang memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi juga mempunyai kelebihan dari media massa lainnya adalah bersifat audio visual, dapat dilihat dan didengar. Film yang dipertunjukan di gedung bioskop mempunyai persamaan dengan televise dalam hal sifatnya yang audiovisual, berbeda mekanik dan non elektronik dalam proses komunikasinya dan reaktif, edukatif, persuasive atau non
7
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung; Citra Aditya Bakti, 2003
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
informative dalam fungsinya. Dampak film pada khalayak sangat kuat dalam menimbulkan efek afektif, karena medianya berkemampuan untuk menanamkan kesan, layarnya untuk menayangkan cerita relative besar, gambaranya jelas dan suaranya yang keras dalam ruangan yang gelap membuat penonton tercekam8. Maka dari itu film termasuk ke dalam media massa paling efektif dalam sebuah penyampaian pesan dan makna.
8
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2.2
Film sebagai Media Massa
2.2.1
Pengertian Film Film merupakan media komunikasi massa pandang dimana film
mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut symbol, komunikasi symbol dapat berupa gambar yang ada di dalam film. Gambar dalam film menunjukkan kekuatan dalam menyampaikan maksud dan pengertian kepada orang lain. Gambar dapat menyampaikan lebih banyak pengertian dan situasi-situasi tertentu dibandingkan apa yang dapat disampaikan oleh banyak kata. Film atau gambar bergerak adalah bentuk domina dari komunikasi massa visual yang ditemukan dari hasil pengembangan prinsi-prinsip fotografi dan proyektor. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televise dan film video laser setiap minggunya. Industri Film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakinkan bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadangkadang menjadi mesin uang, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri9.
9
Elviaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya. Dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya10. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut symbol, komunikasi symbol dapat berupa gambar yang terdapat dalam film. Gambar dalam film menunjukan isi pesan yang tersirat disetiap scene-scene dalam film untuk menyampaikan maksud dan pengertian makna pesan kepada khalayak. Secara umum, film dipandang sebagai media tersendiri dan film merupakan sarana pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus, dan produknya bisa diterima dan diminati layaknya karya seni11. Film sebagai media komunikasi massa pandang dengar yang sangat efektif dalam
memperkokoh
persatuan
dan
kesatuan,
mencerdaskan
bangsa,
memantapkan ketahanan nasional, serta mengingkatkan kualitas sumber daya manusia. Sedangan sebagai karya cipta seni budaya, film sebagai sarana dalam memantapkan dan mengembangkan budaya bangsa.
10 11
Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1992, tentang perfilman Bab 1 pasal 1 ayat 1 Moekijat, Teori Komunikasi, Bandung; Mandar Maju, 1997
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Isi dari film dapat diserap khalayak secara utuh yang berupa tema, dialog dan efek suara, karakter, acting, musik, penyutradaraan, setting, dan judul12. Film sebagai sarana baru yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi atau lawak dan sajian lainnya kepada masyarakat.
2.2.2
Karakteristik Film Faktor-faktor film yang dapat menunjukan karakteristik film adalah
sebagai berikut13: a.
Layar yang luas atau lebar
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Seiring dengan adanya kemajuan teknologi, layar film saat ini menjadi tiga dimensi (3D) sehingga khalayak seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. b.
Pengambilan gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film dengan menggunakan extreme long shot atau panaromic shot, yakni 12
Asrul Sani, Cara Menilai Sebuah Film, Jakarta; Yayasan Citra, 1986 Elvinro Ardianto, danLukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung; Sembiosa Rekatama Media, 2007 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya sehingga film menjadi menarik. c.
Konsentrasi Penuh
Saat menonton film di bioskop, kita akan terbebas dari ganguan apapun karena semua mata khalayak hanya tertuju pada layar. Dalam keadaan demikian maka emosi khalayak akan terbawa suasana sehingga khalayak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyaksikan setiap adegan yang ditampilkan dalam film tersebut. d.
Identifikasi psikologis
Pengaruh film terhadap jiwa khalayak (penonton) tidak hanya pada saat menonton, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Oshin seorang anak kecil yang harus berjuang untuk hidupnya, hal demikian dapat membuat anak-anak dan khususnya remaja dapat mengambil Nilai-Nilai semangat pantang menyerah dalam mengalami realita kehidupan. Selain itu, mengajarkan kita untuk
tak
pernah berhenti belajar, gigi dan ulet juga menjadi teladan atau symbol bagi anakanak dan remaja zaman sekarang. Dan dapat diingatkan kembali, agar para generasi muda untuk tidak iri terhadap orang – orang yang berada diatas kita dan harus selalu bersemangat yang telah digambarkan dalam film ini. Oshin adalah inspirasi dalam tindakan untuk tidak mudah menyimpan dendam dalam kehidupanya. Film ini menjadi sebuah inspirasi dalam suatu sikap yang mungkin tidak dipunyai setiap orang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2.2.3
Fungsi Film Sebagai sarana-sarana media komunikasi lainnya fungsi film bagi kajian
ilmu komunikasi tidak jauh beda adalah sebagai pemberi berita dan komunikasi yang efektif, dengan bentuknya yang variatif. Hanya saja apakah berita, atau komunikasi itu mempunyai aspek-aspek komunikasi, hal inilah yang pantas untuk dikemukakan bagi masyarakat. Isi film dominan berbentuk hiburan. Fungsi hiburan mengalahkan fungsi film sebagai pendidikan dan penyebar informasi. Dalam konsepsi umum film merupakan media hiburan bagi penikmatnya, film merupakan sebuah Gagasan dari para seniman pelukis.
Dengan
ditemukannya cinematography telah minimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar - gambar yang mereka lukis. Dan lukisan – lukisan itu bias menimbulkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat disuruh memegang peran apa saja, yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. Di tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, menghilang menjadi besar atau menjadi kecil secara tiba – tiba (Effendy, 2000 : 211 – 216 )14. Dari sana ternyata kita bisa melihat film tidak sekedar sebagai sebuah karya seni yang lantas bersama-sama kita nikmati, lebih dari itu film juga dapat dilihat sebagai sebuah bangunan sosial dari masyarakat yang ada dimana film itu diciptakan. Maka kita kemudian dapat menarik sebuah benang merah bahwa film juga memiliki fungsi sosial. Berbicara mengenai fungsi sosial film, kita tentu tak dapat melepaskan diri dari realita sosio-kultural yang mengitari film tersebut. 14
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-film-definisi-menurut-para.html diakses pada 29 Januari 2016, pukul 20:44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Tujuan khalayak menonton film adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informative maupun edukatif, bahkan persuasive. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang15.
2.2.4
Jenis – Jenis Film Di layar bioskop tanah air, semakin bervariasi jenis-jenis film yang hadir
seiring perkembangan zaman, namun secara umum film bisa dibedakan menjadi beberapa jenis16 : a.
Film Dokumenter (Documentary Film)
Film dokumenter merupakan film fiksi. Dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. b.
Film Cerita Pendek (Shot Film)
Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek 15
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Refvisi, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007 16 Heru Effendy, Mari Membuat Film, Yogyakarta; Panduan, 2005
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi. c.
Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Film Son Of God – pun merupakan film cerita panjang.
2.2.5
Film dan Konstruksi Realitas Film merupakan sebuah media yang dapat dengan mudah mengangkat
atau mengkonstuksi realitas sosial yang ada dengan berbagai macam sudut pandang. Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.17
17
Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, ed. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2.3
Semiotika
2.3.1
Definisi Semiotika Semiotika atau semiology merupakan terminology yang merujuk pada
ilmu yang sama. Istilah semiology lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotic lazim dipakai oleh ilmuan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda” atau “sign” dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotika didefinisikan sebagai berikut. Semiotika biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tandatanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Awal mulanya konsep semiotika diperkenalkan oleh Ferfinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara “yang ditandai” (signified) dan “yang menandai” (signifier).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah tidak berarti apa-apa dan arena itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dan sehelai kertas.” Kata Saussure. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussurean berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa semua penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori metasemiotik (scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev. Roland Barthes pun merupkan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi,
pada dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan
(humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama18.
18
http://id.wikipedia.org/wiki/semiotika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
2.3.2 Teori Semiotika 1.
FERDINAND DE SAUSSURE
Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. SIGN
COMPOSED OF
SIGNIDIER
SIGNIDICATION SIGNIFIED
REDENT (EXTERNAL REALITY)
(sumber : McQuail 2000)
Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “rederent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: Ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, meurut Saussure, “Signifier dan sifgnified merupakan kesatuan,tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Soubur,2006).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
2.
ROLAND BARTHES
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memilik makna denotasi kemudian berkembang menjadi makna konotasi, maka makna konotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
“keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada symbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tetapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “Pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos19.
LANGUAGE
MYTH
1.DENOTATIVE SIGNFIER (PENANDA DENOTATIF)
2.DENOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA DENOTATIF)
3.DENOTATIVE 4.KONOTATIVE SIGNIFIED SIGN (PETANDA KONOTATIF) KONOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF) KONOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
Sumber: Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004
Lebih lanjut, Chris Barker menjelaskan kahwa denotasi adalah level makan deskriptif dan literal yang secara tampak dimiliki semua anggota kebudayaan. Pada level kedua, yaitu konotasi, makna terbentuk dengan mengkaitkan penanda dengan aspek-aspek kultural yang lebih luas; keyakinan; sikap, kerangka kerja, dan ideology suatu formasi sosial. Makna sebuah tanda dengan dikatakan berlipat ganda jika makna tunggal tersebut disarati dengan makna yang berlapis-lapis. Ketika konotasi dinaturalkan sebagai suatu yang hegemonik, artinya diterima sebagai suatu yang normal dan alami, maka ia 19
https://komunikasiana.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/ diakses pada 29 Januari 2016, pukul 20:47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
bertindak sebagai mitos, yaitu konstruksi kultural dan tampak sebagai kebenaran universal yang telah ada sebelumnya dan melekat pada nalar awam20. Konotasi yang mantap dapat berkembang menjadi mitos, yaitu makna tersembunyi yang secara sadar disepakati oleh komunitas. Mitos yang mantap dapat berkembang menjadi sebuah ideology, yaitu sesuatu yang mendasari pemikiran sebuah komunitas sehingga secara tidak sadar pandangan mereka dipengaruhi oleh ideology tersebut21. Menurut Barthes, pada tingkat denotasi, bahasa menghadirkan konvensi atau kode-kode sosial yang bersifat eksplisit, yakni kode-kode yang makna tandanya segera naik ke permukaan berdasarkan relasi penanda dan petandanya. Sebaliknya, pada tingkat konotasi, bahasa menghadirkan kode-kode yang makna tandanya bersifat implisit, yaitu sistem kode yang tandanya bermuatan makna-makan tersembunyi. Maka tersembunyi ini adalah makana yang menurut Barthes, merupakan kawasan dari ideology atau mitologi22. Bagi Barthes, mitos adalah sistem semiologis urutan kedua atau metabahasa. Mitos adalah bahasa kedua yang berbicara tentang bahasa tingkat pertama (penanda dan petanda) yang membentuk makana denotatif menjadi penanda pada urutan kedua pada makna mitologis konotatif23. Barker mengungkapkan, “Mitos menjadi pandangan dunia tertentu tampak tak terbantahkan karena alamiah atau ditakdirkan Tuhan. Mitos bertugas memberikan
20
Chris Barker, Cultural Studies, Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Kreasi Wacana,2009) Roland Barthes, Mitologi, (Jogjakarta: kreasi wacana, 2009) 22 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok:PPKB Universitas Indonesia, 2004) 23 Ibid 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
justifikasi ilmiah kepada maksud-masksud historis, dan menjadikan berbagai peristiwa yang tak terduga tampak abadi.”24
24
Chris Barker, Cultural Studies, Teori dan peraktik, (Jogjakarta: Kreasi Wacana, 2009)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.4
Representasi Representasi ialah, perbuatan yang mewakili; dengan kata lain
Representasi, biasanya dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita yang rerdistorasi. Representasi tidak hanya berarti “to present”, “to image”, atau “to depict”. Kedua, gambaran politis hadir untuk merepresentasikan kepada kita. Kedua ide ini berarti bersama untuk menjelaskan gagasan mengenai representasi. “representasi” adalah sebuah cara dimana memakanai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti berbeda yang sebenarnya digambarkan. Hal ini terjadi antara representasi dan benda yang digambarkan. Berlawanan dengan pemahaman standar itu, Stuart Hall berargumentasi bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif oleh memakani dunia. Hall menunjukan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Hall menyebutkan “Representasi sebagai
konstitutif”.
Representasi
tidak
hadir
sampai
setelah
selesai
direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian. Representasi adalah bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstitutif darinya25.
25
Http:/yolagani.wordpress.com/2007/11/18/representasi-dan-media-oleh-stuart-hall/ diakses pada 29 Januari 2016, pukul 20:51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
2.5
Agama Kristen Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti luas. Dalam agama,
iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman mengkomunikasikan imanya dengan orang lain, baik yang memiliki iman maupun tidak. Dalam agama manusia memperlihatkan sikap hatinya di hadirat Allah. Sikap manusia di hadirat Allah antara lain sikap dan perbuatan terhadap alam semesta dan seisinya di dunia. Agama Kristen berasal dari kata “Kristos” dalam Yunani yang kemudian menjadi Kristus atau Juruselamat. Kristus adalah gelar yang diberikan kepada Yesus sebagai Juruselamat oleh Paulus setelah sepeninggalan Yesus . Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan monoteistik yang berdasarkan pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus menurut perjanjian baru. Agama Kristen meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias yang diramalkan dalam Perjanjian Lama, Juruselamat bagi umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Dalam Kristen Alkitab adalah sebutan kitab suci umat Kristen, kata “Alkitab” berasal dari bahasa Arab, Al dan Kitab, yang berarti “kitab itu” dan “buku itu”. Pandangan Kristen menyatakan seluruh keyakinan Kristen didasarkan pada apa yang Allah katakana, Pandangan Allah tentang firmanNya dibagi menjadi empat katagori umum26 : 1.
Otoritas Alkitab
26
http://alkitombuku.wordpress.com/2013/03/29/apa-alkitab-itu/ diakses pada 29 Januari 2016, pukul 20:53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Semua kata di dalam alkitab adalah kata-kata Allah. Oleh sebab itu, tidak mempercayai atau menaatinya sama dengan tidak mempercayai atau menaati Allah sendiri. 2 Timotius 3:16, seluruh tulisan di dalam Alkitab diilhamkan, diinspirasikan, dinafaskan Allah secara langsung kepada penulis (wahyu 2:1,8:12). 2.
Kejelasan Alkitab Alkitab ditulis sedemikian rupa sehingga semua hal yang diperlukan untuk menjadi seorang Kristen, dan bertumbuh sebagai orang Kristen menjadi jelas. Firman Allah itu sedemikian jelas dan dapat dipahami sehingga orang tak berpengalaman sekalipun dapat dibuatnya menjadi bijak. Akan tetapi, hal-hal yang dari Allah hanya dapat dinilai secara rohani (1 Korintus 2:14).
3.
Pentingnya Alkitab Sungguh suatu hal yang benar bahwa segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadi orang Kristen, hidup sebagai orang Kristen, dan bertumbuh sebagai orang Kristen disajikan secara jelas dalam alkitab. Apa makna atau arti hidup, apa tujuan hidup, dan bagaimana menjalani kehidupan itu sudah Tuhan firmankan dalam Alkitab. Tanpa Alkitab kita tidak dapat mengetahui hal-hal ini. Namun, hidup Kristen tidak hanya dimulai dengan Alkitab, tetapi harus selalu berjalan seturut dengan Alkitab. Matius 4:4, “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Sama seperti tubuh jasmani manusia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
memerlukan makanan jasmani setiap hari, demikian juga tubuh rohani. 4.
Kurang lebih 50 persen isi Alkitab meliputi sejarah manusia. Kurang lebih 25 persen Alkitab berisi perintah untuk hidup di masa kini, kira-kira 25 persennya lagi berisikan nabuat-nabuat yang telah , sedang dan akan digenapi. Dan 100 persen semuanya adalah firman Tuhan. Alkitab berisi semua perkataan atau kehenadak Allah. Semua yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang berhasil dan sukses, baik didunia maupun di sorga telah ditulis dalam Alkitab (2 Timotius 3:16-17) inilah makna bahwa kitab suci adalah “cukup”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
2.6
Nilai-Nilai Kristen Untuk memahami bahwa nilai itu ada, dan hakikat serta makna nilai itu
apa?, berikut ini penulis kemukakan beberapa pengertian tentang nilai yaitu sebagai berikut27. Suatu realitas yang abstrak (tidak dapat di tangkap melalui panca indra. Tetapi ada). a.
Nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misalnya, manusia mengakui adanya keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah abstrak (tidak dapat diindra). Yang dapat diindra adalah objek yang memiliki nilai keindahan itu. Misalnya, lukisan atau pemandangan.
B
Normatif (yang seharusnya, ideal, sebaiknya, diinginkan). Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan (das solen) oleh manusia. Nilai merupakan sesuatu yang baik dicitakan manusia. Contohnya, semua manusia mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah alternatif.
c.
Berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator). Nilai menjadikan manusia terdrong untuk melakukan tindakan agar harapan yang terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia sebagai mendorong manusia berbuat. Misalnya, siswa berharap akan
27
http://keajaibanikhlas.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-nilai.html, diakses pada 29 Januari 2016, pukul 20:55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
kepandaian. Maka siswa melakukan berbagai kegiatan agar pandai. Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau didorong oleh nilai
Sesuatu dikatakan mempunyai Nilai-Nilai apabila sesuatu itu berguna, benar, indah, baik, religius dan sebagainya.
Nilai itu Ideal, bersifat ide. Karena itu, Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indra.
Beberapa Nilai-Nilai Kristiani : 1.
Kebenaran (Truth)- yaitu kita harus memegang kebenaran dan mengajarkannya dalam kebenaran berdasarkan kepada Alkitab.
2.
Kesalehan (Righteousness)- Kesalehan berbicara tentang hubungan atau relasi antara kita dengan Allah dan kesederhanaan hidup.
3.
Kekudusan (Holiness)- ini merupakan syarat seseorang dapat melihat Allah, dan masuk menghadap hadirat-Nya.
4.
Kesetiaan (Faithfulness)-sifat setia sangat diharapkan untuk dapat dimiliki oleh setiap orang percaya. Kesetiaan orang kristen harus didasarkan kepada kesetiaan Allah sendiri dengan senantiasa menyertai kita.
5.
Keutamaan (Excellency)-Semangat untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama tentunya diilhami oleh Allah sendiri yang telah memberikan pemberian yang terbaik, yaitu Anak-Nya yang Tunggal bagi dunia.
6.
Kasih (Love)-ini merupakan ciri kehidupan umat Kristiani yang selalu dinantikan oleh orang-orang disekitar kita. Semua orang percaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
diperintahkan untuk menyatakan kasih, yakni mengasihi Tuhan dan sesama. Nilai dalam bahasa Inggris adalah value. Nilai masuk dalam bidang kajian filsafat, yaitu filsafat nilai. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjukan kata benda yang abstrak, yang artinya worlh (keberhargaan) atau goodness (kebaikan). Nilai sendiri memiliki banyak arti bagi beberapa tokoh. Diantaranya adalah sebagaimana uraian berikut ini28: 7.
Menurut Ralp Perry: “Value as any object of any interest”. Maknanya adalah bahwa nilai sebagai suatu objek dari suatu minat individu. John Dewey menyatakan: “.....value is any object of social interest”. Maknanya adalah bahwa sesuatu bernilai apabila disukai dan dibenarkan oleh sekelompok manusia (sosial). Dalam hal ini Dewey mengutamakan kesepakatan sosial (masyarakat, antar manusia, termasuk negara).
8.
Kupperman
mendefinisikan
nilai
adalah
patokan
normatif
yang
memperngaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif. 9.
Gordon Allport mendefinisikan nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
10.
Hans Jonas berpendapat bahwa nilai adalah alamat sebuah kata “Ya”.
28
http://www.kompasiana.com/agusprasetyo/pendidikan-nilai-definisi-nilai-menurut-beberapatokoh_550d5be3a333119f1e2e3cf2, diakses pada 29 Januari 2016, pukul 20:56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
11.
Kluckhohn berpendapat bahwa nilai adalah konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan.
12.
Mulyana mengatakan bahwa nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.
13.
Menurut Purwodarminto, nilai dapat diartikan dalam 5 hal. Lima hal itu adalah: harga dalam taksiran, harga sesuatu, angka kepandaian, kadar atau mutu dan sifat-sifat yang penting. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang
penting, baik dan berharga. Dalam nilai terkandung sesuatu yang ideal, harapan yang dicita-citakan untuk kebajikan. Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan menghubungkan sesuatu dengan yang lain dan kemudian mengambil keputusan. Sesuatu dianggap punya nilai jika sesuatu itu dianggap penting, baik dan berharga bagi kehidupan umat manusia. Baik ditinjau dari segi religius, politik, hukum, moral, etika, estetika, ekonomi dan sosial budaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/