BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Pengertian Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang wanita sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria pasanganya akan membuahi sel telur sel telur matang wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang selama kira–kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim pada kehamilan normal (Suririnah, 2008: 1). Kehamilan yang sehat dan kondisi yang aman dan keadaan emosi yang memuaskan baik bagi ibu maupun janin adalah hasil akhir yang diharapkan dari perawatan maternitas. Banyak adaptasi maternal yang tidak diketahui ibu hamil dan keluarganya. Perawatan maternitas yang memiliki pengetahuan dapat membantu ibu hamil mengenai hubungan antara status fisik dan rencana perawatannya. Berbagai informasi membangkitkan semangat ibu hamil untuk berpartisipasi dalam perawatannya sendiri. Hal ini tergantung kepada keingintahunya, kebutuhan akan pengetahuan, dan kesiapannya untuk belajar (Bobak, et al, 2004: 104). Menurut (Bobak,et al, 2004: 143). Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan internasional, 10 bulan menurut penanggalan lunar, atau
Universitas Sumatera Utara
sekitar 40 minggu. Kehamilan ini dibagi menjadi tiga priode, tiga bulan atau trimester yaitu: 1. Trimester pertama adalah: priode minggu pertama - minggu ke13. 2. Trimester kedua adalah: priode minggu ke 14 – ke 26 3. Trimester ketiga adalah: ke 27 – cukup bulan (38 – 40) B. Berat Badan 1. Berat Bayi Lahir Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50 cm (Solihin, 2003: 11). 2. Pertambahan Berat Badan Kenaikan berat badan yang seharusnya selama kehamilan bervariasi untuk setiap wanita hamil, juga tergantung dari beberapa faktor. Selama kehamilan , ibu perlu pertambahan berat badannya karena membawa si calon bayi yang tumbuh dan berkembang dalam rahimnya, dan juga untuk persiapan proses menyusui. Jadi, ibu hamil tidak perlu kwatir bila badannya menjadi besar, tetapi sebaliknya mulai merencanakan dan melakukan apa yang terbaik dan sehat bagi kehamilan (suririnah, 2008: 51). Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari tinggi badan dan berat badanya sebelum kehamilan, ukuran bayi dan plasenta, dan kualitas diet makan sebelum dan selama kehamilan. Berdasarkan dari perhitungan BMI (body mass index), peningkatan berat badan selama kehamilan tergantung dari berat badan sebelum hamil. Perhitungan BMI menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan untuk memperkirakan jumlah total lemak dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Dengan BMI juga dapat dipakai untuk menilai adanya risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit lainya secara umum. Berat badan sebelum kehamilan (kg) BMI = Tinggi badan (m) × tinggi badan (m) Misalnya: berat badan sebelum kehamilan = 50 kg, tinggi badan = 1,6 m.
50 Maka perhitungan BMI = 1,6× 1,6 50 = 2,56 Hasil BMI = 19,53
Nilai BMI
Penilaian berat badan
> 30 25-29,9 18,5-24,9 < 18,5
Obesitas – kegemukan Berat badan berlebihan Berat badan Ideal Berat badan kurang
Total peningkatan berat badan yang diharapkan selama kehamilan 6 - 9 kg 6 - 11 kg 11- 15 kg 12 – 18 kg
Menilai berat badan sebelum hamil sangat penting dari segi kesehatan bagi ibu dan bayi. Jika ibu hamil dengan berat badan yang berlebihan sebelum kehamilan, maka pertambahan yang dianjurkan harus lebih kecil dari pada ibu hamil dengan berat badan ideal. Ibu hamil yang mempunyai peningkatan berat badan yang terlalu berlebihan akan beresiko terjadinya komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional (kenaikan kadar gula darah karena adanya proses kehamilan) atau terjadinya preeklampsia ( keracunan kehamilan di mana terjadi
Universitas Sumatera Utara
peningkatan tekanan darah). Selain itu, penimbunan lemak tubuh yang berlebihan akan membuat berat badan sulit turun setelah melahirkan nantinya. Demikian juga sebaliknya, wanita yang berat badanya kurang sebelum hamil , maka ketika ia hamil perlu menambah berat badan lebih banyak dari pada ibu dengan berat badan ideal. Asupan gizi yang berkurang, akan menghambat pertumbuhan janin dalam kandungan seperti BBLR dan gangguan kehamilan lainya. Kenaikan berat badan selama masa kehamilan tergantung dari berat badan saat sebelum kehamilan.Yang terbaik dilakukan adalah bila berniat untuk hamil, sebaiknya mempersiapkan berat badan ideal dahulu sebelum hamil, sehingga tubuh akan menyimpan semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
selama
kehamilan secara seimbang, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang seimbang. Dalam hal ini Suririnah (2008: 53). Berpendapat bila berat badan berlebih sebelum hamil bukan berarti harus berdiet makan secara ketat karena akan berbahaya dan memengaruhi asupan gizi yangdiperlukan bayi anda. Sebaliknya, bila berat badan kurang tidak berarti makan secara berlebihan juga. Pertambahan berat badan yang dianjurkan bagi kehamilan yang normal adalah sekitar 10-15 kg. Berat badan yang kurang atau jauh melebihi normal akan mengancam perkembangan bayi dan dan mempersulit kehamilan serta proses persalinan (Macdougall, 2003: 18). Saat bayi baru lahir, berat badanya kurang dari 4 kg. Penambahan berat badan ibu selama kehamilan selain dikarenakan oleh berat badan juga berasal dari
Universitas Sumatera Utara
plasenta, cairan amnion, peningkatan volume darah, serta pembesaran rahim dan payudara (Macdougall, 2003: 18). Kecepatan pertambahan berat badan pada wanita hamil berbeda-beda. Selama triwulan pertama biasanya hanya 1-2 kg. dalam triwulan kedua biasanya bertambah sekitar 6 kg dan alam triwulan terakhir sekitar 5 kg. Angka-anka ini hanya perkiraan belaka, karena tentu saja pola pertambahan berat badan bersifat sangat individual (Macdougall, 2003: 18). Pada minggu ke-6 masa kehamilan, Anda akan melihat pertambahan berat badan sejak minggu ke-12, sedangkan peninggian tercepat terjadi antara minggu ke-20 dan 30. Setelah minggu ke-36. Berat badan diakhir kehamilan dapat bertambah bila memiliki kecendrungan meretensi cairan (Macdougall, 2003: 18). Kecepatan pertambahan berat badan yang direkomendasikan mencapai 1 sampai 2 kg selama trimester pertama dan kemudian 0,4 kg perminggu untuk wanita yang memiliki berat standar terhadap tinggi badan (BMI 19,8 sampai 26). Peningkatan berat progresif secara bertahap pada dua trimester terakhir umumnya merupakan peningkatan jariangan lemak dan jaringan tidak lemak. Selama trimester kedua, peningkatan terutama terjadi pada ibu, sedangkan pada trimester ketiga, kebanyakan pertumbuhan janin. Berat badan harus dikaji pada setiap kunjungan prenatal dan ditulis digrafik peningkatan berat untuk memantau kemajuan sehingga sasaran yang ditetapkan dapat dicapai. Variasi laju ini (misalnya, kurang dari 0,5 kg per bulan pada wanita yang gemuk atau kurang dari 1 kg per bulan dalam dua semester terakhir pada wanita dengan berat normal) dapat mengindikasikan diperlukan intervensi. Penyebab deviasi laju peningkatan
Universitas Sumatera Utara
berat yang diharapkan ini kemungkinan antara lain pengukuran atau pencatatan yang keliru, berat pakaian yang dikenakan berbeda, jam saat ditimbang berbeda dan akumulasi cairan, serta asupan makanan yang tidak adekuat atau berlebihan. Peningkatan berat yang mencolok kemungkinan disebabkan oleh retensi cairan yang berlebihan. Peningkatan lebih dari 3 kg per bulan, khususnya setelah minggu ke-20 gestasi, dapat mengindikasikan masalah yang serius, seperti hipertensi akibat kehamilan. Kehamilan bukanlah saat untuk melakukan diet. Bagi wanita yang ramping dan sangat memperhatikan bentuk tubuh (BMI < 19,8), peningkatan berat badan merupakan masalah besar. Plasenta ibu,yang tidak mendapat makanan yang adekuat, seringkali berisi lebih sedikit sel yang diukurnya lebih kecil dan kurang mampu menyintesis nutrien yang dibutuhkan janin. Ibu harus diberi penjelasan tentang efek nutrisi tidak adekuat pada perkembangan janin. Konseling ini harus mencakup informasi tentang komponen peningkatan badan yang direkomendasikan dan seberapa banyak peningkatan ini akan hilang saat melahirkan. Penjelasan tentang cara menurunkan berat pada masa pascapartum, membantu meradakan rasa cemas pada ibu. Secara ideal, wanita yang mengalami obesitas berlebihan (BMI > 29) harus menjalani program penurunan berat sebelum konsepsi. Namun, semua wanita perlu mengalami peningkatan berat selama hamil. Peningkatan berat sekurangkurangnya harus sama dengan berat produk konsepsi (janin, plasenta, cairan amnion). Kualitas peningkatan berat ini harus ditekankan pada makanan kaya nutrient dan upaya menghindari makanan tidak berkalori (Bobak, et al, 2004: 205).
Universitas Sumatera Utara
Berat badan bayi lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah, bahkan bila dibandingkan dengan wanita dewasa yang mengalami peningkatan berat yang sama selama hamil. Hal ini terjadi karena system reproduksi mereka belum memiliki system transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Wanita yang lebih tua memerlukan lebih sedikit kalori untuk mendukung kehamilannya, tetapi memiliki kebutuhan khusus akan nutrien tertentu ( Bobak, et al, 2004: 207). 3. Pembagian Kenaikan Berat Badan Pembagian Kenaikan Berat Badan ( Semua angka ini adalah angka rata-rata) Bayi 3,75 kg Plasenta 0,75 kg Cairan ketuban 1 kg Pembesaran rahim 1kg Jaringan Payudara ibu 1kg Volume darah ibu 2 kg Cairan dalam jaringan ibu 2kg Cadangan lemak ibu 3,5 kg Rata-rata jumlah 15 kg pertambahan berat seluruhnya (Murkoff, 2006: 224). C. Penyebab Kenaikan Berat Badan Selama Hamil
Kenaikan berat badan semasa kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Cairan ketuban Puncak volume air ketuban biasanya pada usia kehamilan 36-38 minggu. Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya di bawah 500 cc. Kekurangan
Universitas Sumatera Utara
(oligohidramion) atau kelebihan cairan ketuban (polihidramion) dapat dijadikan indikator terjadinya sesuatu pada janinnya; apakah karena saluran cerna, kelainan tulang belakang dan lainnya. Adanya ketidak normalan air ketuban ini baru terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu atau sekitar 5 bulan. 2. Pembesaran organ-organ Ukuran Ketebalan dinding rahim normal 1,25 cm, panjangnya 7,5 cm dengan lebar 5 cm, berat sekitar 50-80 gram. Sementara itu rahim ibu hamil ketebalan dindingnya sekitar 1,5 cm, berat 900-1000 gram, panjangnya 35 cm. 3. Peningkatan jumlah cairan tubuh Air merupakan komponen utama peningkatan berat badan selama kehamilan. Jumlah air yang teretensi pada kehamilan aterm (cukup bulan) dapat mencapai sekitar 6,5 liter. Setelah persalinan (nifas) akan terjadi penurunan berat badan sampai 2.300 gram dalam 10 hari. Penurunan berat badan ini tergantung 3 hal: jumlah cairan yang teretensi selama kehamilan, dehidrasi selama proses persalinan, dan kehilangan darah selama proses persalinan. 4. Adanya perubahan metabolisme selama kehamilan Terjadi peningkatan metabolisme sebesar 30% dibanding perempuan tidak hamil, yang diperlukan untuk peprtumbuhan dan perkembangan uterus dan janin. 5. Bertambahnya volume sel darah Mulai usia kehamilan 10 minggu, volume sel darah meningkat sampai maksimal 30% pada usia kehamilan 30-32 minggu. Kemudian volume relatif stabil sampai kehamilan cukup bulan (38-40 minggu) Selain itu, terjadi pula peningkatan volume plasma (cairan darah), selama kehamilan hingga dapat
Universitas Sumatera Utara
mencapai maksimal sekitar 40%. Total peningkatan volume plasma dapat mencapai 1,3 liter (Solahuddin, 2010: ¶ 1). D. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi Lahir Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut : 1. Faktor Lingkungan Internal Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan. Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut : a. Usia Ibu hamil Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak
Universitas Sumatera Utara
peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang dikhawatirkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan, kehamilan usia di atas 35 tahun ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya perencanaan kehamilan dilakukan pada usia antara 20-30 tahun. b. Jarak Kehamilan/Kelahiran Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih. Jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan, bahwa risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun. (Setianingrum 2005: 16). c.
Paritas Paritas secara luas mencakup jumlah kehamilan (gravida), jumlah kelahiran prematur, dan jumlah keguguran (abortus), sedangkan dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak atau lebih dan terjadi kehamilan
Universitas Sumatera Utara
lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang ( Setianingrum, 2005 : ¶ 11)
d.
Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Sitorus (dalam Sitianingrum, 2005: 63), seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002: 31). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
e. Status Gizi Ibu Hamil Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiadi, 2003: 8). Oleh karena gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil.
Universitas Sumatera Utara
Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LILA) selama kehamilan. Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa dilihat dari kenaikan berat badannya. (Setianingrum, 2005: 41). Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg,mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil, sedang Lingkar
Lengan
Atas
(LILA)
adalah
antropometri
yang
dapat
menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR. Pengukuran LILA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah di bawa ke mana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim. (Setianingrum, 2005: 15). f. Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan
kehamilan
bertujuan
untuk
mengenal
dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama masa kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara. Hal penting lainya ibu dan bayi dalam kandungan dalam kondisi baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila
Universitas Sumatera Utara
terjadi gangguan (kelainan)pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan. (Setianingrum, 2005 : 7). Menurut Suririnah (2008: 56) pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara berkala, yaitu : 1) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu 2) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu 3) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu sampai masa melahirkan. Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang ditemukan. g. Penyakit Saat Kehamilan Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit di mana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi insulin (tidak dapat menggunakan insulin yang ada). Beberapa akibat DM ini diantaranya adalah, bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi. (Setianingrum, 2005: 88). Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena
Universitas Sumatera Utara
katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya. (Setianingrum, 2005: 97). 2. Faktor Lingkungan Eksternal Yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung (eksternal) dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal. 2) Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil. 3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (Setianingrum, 2005: ¶ 12) E. Problem Berat Badan Terkadang wanita hamil dapat mengalami kondisi retensi cairan yang menambah berat badan. Retensi cairan tersebut dapat diakibatkan oleh fungsi ginjal yang tidak baik, ganguan sirkulasi atau kelainan jantung dan hati. Banyak olah raga dan mengenakan baju yang longgar dapat memperbaiki sirkulasi tubuh (Macdougall, 2003: 18). Penambahan berat badan yang tiba-tiba terjadi dalam suatu kondisi yang disebut pre-eklamsia. Kondisi ini dicirikan oleh adanya peningkatan tekanan darah (hipertensi kehamilan) dan protein urin (proteinuria). Selain penambahan berat
Universitas Sumatera Utara
badan yang berlebihan, tanda-tanda pre-eklamsi lainya adalah pembekakan pada wajah, tangan, tumit, kaki, dan kepala serta keluhan sakit kepala. Bila ibu menderita pre-eklamsi, maka bayi anda akan menderita kekurangan aliran darah dan oksigen, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan (Macdougall, 2003: 18). Bila mendeteksi adanya penambahan berat badan tanpa disertai gejala preeklamsi, sebaiknya konsultasi dengan pelayanan kesehatan secepatnya. Pre-eklamsi dapat memburuk menjadi kondisi eklamsi. Kedua kondisi tersebut amat berbahaya bagi bayi serta ibunya. dengan perawatan pranatal yang teratur, maka pre-eklamsi biasanya dapat dideteksi pada tahap awal (Macdougall, 2003: 18). Meskipun dahulu pendapat dunia kedokteran membatasi kenaikan berat badan ibu hamil sebesar 7,5 kg, sekarang diketahui bahwa kenaikan sebesar ini adalah tidak memadai. Bayi dari ibu yang mengalami kenaikan berat badan sebesar 10 kg lebih cendrung premature, kecil untuk usia kehamilannya, dan mengalami hambatan pertumbuhan didalam rahim (Murkoff, 2006: 223). Memang tidak berbahaya dan beresiko pendapat selanjutnya yang mendorong para ibu untuk makan sepuasnya dan mengalami kenaikan seberat apapun. Ada beberapa potensi masalah dari kenaikan berat badan yang terlalu besar: penilaian dan pengukuran janin menjadi lebih sulit, kelebihan berat dapat lebih membebani sakit pinggang, nyeri pada tungkai kaki, meningkatnya keletihan, dan varises, bayi mungkin menjadi lebih besar sehingga sulit dilahirkan melalui vagina. Jika dibutuhkan bedah Caesar, bedahnya akan lebih sulit, dan komplikasi pascabedah akan sering terjadi, sesudah kehamilan, kelebihan berat akan lebih sulit untuk dihilangkan (Murkoff, 2006: 223).
Universitas Sumatera Utara
Meskipun ada kemungkinan besar bahwa ibu yang mengalami kenaikan berat yang besar akan mempunyai bayi yang besar, Tetapi pertambahan berat badan ibu dan berat badan bayinya tidak selalu berkolerasi. Mungkin saja ibu mengalami kenaikan berat sebesar 20 kg dan melahirkan bayi seberat 3 kg. dan ibu mengalami kenaikan sebesar 12,5 kg dan melahirkan bayi seberat 4 kg kualitas makanan yang menyumbang kenaikan berat badan adalah lebih penting dari pada kuantitasnya (Murkoff, 2006: 223). Rumusan ini berubah untuk ibu-ibu yang memiliki kebutuhan khusus. Ibu yang memulai kehamilan dalam kondis sangat kurus harus berusaha mengalami kenaikan berat badan yang cukup selama trimester pertama sehingga mereka dapat memulai trimester kedua atau mendekati berat badan yang ideal. Hal lain, ibu harus mendapatkan kenaikan sebesar 12,5 sampai 17,5 kg. Ibu yang memulai kehamilan dengan kelebihan berat badan sebesar 10-20% dapat mendapatkan penambahan berat badan sedikit lebih rendah, meskipun tidak boleh lebih rendah dari penambahan sebesar 7,5 kg, dan hanya dengan makanan yang berkualitas tinggi dan di bawah pengawasan ketat dari pelayan kesehatan. Kehamilan tidak pernah menjadi saat yang tepat untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan, karena janin tidak dapat bertahan hidup hanya dengan cadangan lemak ibunya.mereka menyediakan kalori tetapi tidak menyediakan gizi (Murkoff, 2006: 224). Ibu yang mengandung lebih dari satu janin juga perlu penyesuaian tujuan kenaikan berat badannya bersama dokternya. Meskipun kenaikan berat badan ini tidak dua kali lipat untuk janin kembar tiga, tetapi memang meningkat cukup besar
Universitas Sumatera Utara
yaitu 17,5-22,5 kg. untuk janin kembar dua, dan lebih tinggi lagi untuk lebih dari dua janin (Murkoff, 2006: 224). F. Kecepatan pertambahan berat Ibu yang berberat badan rata-rata harus mengalami kenaikan sebesar 1,5 sampai 2 kg selama trimester pertama dan sekitar 500 gram per minggu, untuk jumlah 6-7 kg selama trimester kedua. Pertambahan berat harus berlanjut dengan kecepatan sekitar 500 gram per minggu selama bulan ke -7 dan 8,dan pada bulan ke9 turun menjadi 500 gram atau 1 kg atau bahkan tidak mengalami pertambahan sama sekali sehingga jumlahnya adalah 4-5 kg selama trimester ketiga (Murkoff, 2006: 224). Jarang ada ibu yang dapat menyesuaikan pertambahan beratnya tepat seperti rumusan yang ideal. Dan boleh mengalami sedikit naik turun 250 gram pada suatu minggu, 750 gram pada minggu berikutnya. Tetapi tujuan dari setiap ibu hamil adalah mengalami kenaikan berat badan yang sestabil mungkin, tanpa kenaikan atau penurunan yang tiba-tiba. Jika mengalami kenaikan berat lebih dari 1,5 kg dalam salah satu minggu pada trimester kedua atau jika mengalami kenaikan lebih dari 1 kg dalam minggu apapun di trimester ketiga, (terutama jika tampaknya tidak berkaitan dengan terlalu banyak makan atau kelebihan pasokan garam), periksakan juga jika tidak mengalami pertambahan berat badan selama lebih dari dua minggu ke 4 sampai 8 (Murkoff, 2006: 225). Apabila pertambahan berat badan tidak sesuai dari apa yang telah direncanakan (misalnya, Anda mengalami kenaikan seberat 7 kg pada trimester pertama dan bukan 1,5 atau 2 kg, atau mengalami kenaikan seberat 10 kg pada trimester kedua dan bukan 6 kg), lakukan tindakan untuk mengembalikan berat
Universitas Sumatera Utara
badan yang sesuai, tetapi jangan berusaha menghentikan perjalanannya. Sesuaikan tujuan anda untuk melibatkan kelebihan berat yang sudah didapatkan dan berat yang masih harus dicapai. Perlu tetap diingat bahwa janin masih memerlukan pasokan gizi yang stabil setiap hari selama kehamilan, dan ini hanya datang dari apa yang dimakan. Pantaulah berat badan sejak awal, dan jangan pernah tergoda untuk melibatkan janin dalam diet untuk menguruskan tubuh (Murkoff, 2006: 225). G. Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Bertambahnya berat badan ibu sangat berarti sekali bagi kesehatan ibu dan janin. Pada ibu yang menderita kekurangan energi dan protein (status gizi kurang) maka akan menyebabkan ukuran placenta lebih kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi reterdasi perkembangan janin intra utera dan bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah (Samsudin dan Tjokronegoro, 1986: 24). Perbandingan tinggi badan dan berat badan berkaitan erat dengan tingginya angka kematian perinatal, bayi dengan berat lahir rendah dan kelahiran dini (prematur). Dalam mempengaruhi berat lahir bayi berat badan ibu lebih besar pengaruhnya terhadap berat lahir bayi daripada tinggi badan Ibu (Setianingrum, 2005: 129). Menurut Pudjiadi (2002: 8) asosiasi yang positif antar berat badan lahir bayi maupun berat badan ibu, jadi ukuran antropometri ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Menurut Courtney (2002 : 15) berat badan ibu sebelum dan selama kehamilan sangat mempengaruhi hasil dari kehamilan tersebut. Wanita yang berat badannya kurang sebelum kehamilan cenderung akan melahirkan lebih cepat (prematur) dan
Universitas Sumatera Utara
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan resiko melahirkan BBLR meningkat pada kenaikan berat badan yang kurang selama kehamilan. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan bayinya, dan risiko melahirkan BBLR meningkat dengan kurangnya kenaikkan berat badan selama kehamilan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir (Courtney, 2002: 26).
Universitas Sumatera Utara