8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Komunikasi Manusia terlahir menjadi mahlik sosial yang selalu memerlukan manusia lainnya, baik secara individu maupun kelompok. Maka dari itu, manusia harus melakukan sosialisasi dengan yang lainnya. Agar proses sosialisasi berjalan dengan lacar, maka peran komunikasi disini sangatlah penting. Menurut Joseph Straubhaar & Robert Larose, komunikasi adalah proses pertukaran informasi. Informasi adalah isi dari komunikasi ( The process of exchanging information. Information is put simply, the content of communication )8 Terlebih di zaman modern seperti ini, pasti , manusia sangat membutuhkan informasi. Tanpa adanya informasi manusia sukar untuk mencapai perkembanagan dalam mencapai hidup yang efektif. Selain komunikasi antar pribadi yang diperlukan, pada saat ini peranan komunikasi massa juga menjadi hal yang snagat penting bagi kehidupan bermasyarakat diseluruh penjuru dunia.
8
Alex. S. Nitisemito, Manajemen Personalia, Edisi 6, Erlangga, Jakarta, 1997 hal 277
9
Maletzke
(1936),
menghimpun
beberapa
penegertian
dari
komunikasi massa, bebeapa diantaranya yaitu :9 1. Komunikasi
massa
diartikan
setiap bentuk
komunikasi
yang
menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyiaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada public yang tersebar. 2. Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan satu atau hanya beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili seluruh lapisan masyarkat. 3. Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memimiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khlayak yang relative besar, heterogen dan anonim, pesan disampaikan secara terbuka, sering kali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar. Jadi menurut beberapa definisi pengertian komunikasi massa di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebagai jenis
9
Jalaludin Rakmat, Psikologi komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2001, hal 188-189
10
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.10 Sasaran komunikasi massa adalah orang banyak yang biasa disebut dengan massa. Jadi pada intinya sebenarnya komunikasi massa bertujuan untuk meneyebarkan suatu pesan kepada khlayaknya secara luas sehingga diharapkan dapat mempengaruhi khalayaknya dengan pesan-pesan yang disampaikan. Informasi yang disampaikan dalam komunikasi massa adalah melalui media. Dalam hal ini media dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu : 1. Media yang menyalurkan ucapan (the spoken words), termasuk juga yang berbentuk bunyi, yang sejak dulu sudah dikenal dan dimanfaatkan sebagai medium yang utama dan hanya dapat ditangkap oleh telinga. Yang termasuk dalam media ini diantaranya adalah telepon dan radio. 2. Media yang menyalurkan tulisan (the printed writing) ini disebut juga visual media yang hanya dapat ditangkap oleh mata. Yang termasuk kedalam media ini adalah bulletin, pamflet, surat kabar, majalah dan buku. 3. Media yang menyalurkan gambar hidup dan dapat ditangkap oleh mata dan telinga, maka media ini disebut juga sebagai
10
Jalaludin Rakhmat, Psikologi komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001, hal 189
11
audio visual media. Yang termasuk kedalam media ini adalah fim dan televisi.11 Kehadiran media-media di atas sangat mempengaruhi kehidupan manusia, terutama kehadiran media massa yang saat ini semakin mengalami perkembangan. Dewey mengungkapkan bahwa media massa menjadi “carrier of social process” , bahkan lebih jauh dikatakan : Society exist by and in communication Menurut Astrid S. Susanto, media massa dalam peringkat sekunder berperan sebagai : a. Mencapai masyarakat lebih luas, artinya mencapai sasaran yang lebih luas dari pada yang dilangsungkan oleh komunikasi langsung (komunikasi antarpribadi) b. Memungkinkan imitasi oleh lebih banyak orang (secara tidak langsung) yaitu karena jumlah komunikasi lebih luas daripada dalam proses primer. c. Mengatasi batas-batas komunikasi yang diadakan oleh adanya batas ruang (geografis) dari batas ruang dan waktu.12 Sementara itu menurut Mahmud Karam Sulaiman peranan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Mentakrifkan
suasana
sekitar
atau
dengan
menyebarkan berita, maklumat dan fakta-fakta.
11
Anwar Arifin, Op Cit, hal 49
12
Astrid S. Susanto, Komunikasi dan Perspektif, Binacipta, Bandung, 1972, hal 4
kata
lain
12
b. Menginterpretasi serta mengulas berita-berita berkenaan dengan suasan yang melatarinya. c. Mengungkapkan secara objektif akan menteliti, sikap dan kecenderungan massa atau tentang nilai-nilai warisan budayanya untuk disalurkan dari generasi satu ke generasi lainnya. d. Menghibur dan menyenangkan hati orang banyak.13 Selain mempunyai peranan, media massa juga memiliki fungsi. Hal ini dikemukakan oleh Charles Wright (1985), ia menyebutkan ada 4 fungsi media massa, yaitu : fungsi pengawasan, fungsi hiburan, funfsi hubungan dan fungsi transmisi kultural.14
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut : 1. Komunikator Terlembagakan15 Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik, dan mengingat pendapat Charles Wright bahwa komunikasi itu melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak didalam organisasi yang kompleks.
13
Muhammad Karam Sulaiman, Al-Takhtit al-I; laimi Fi Dhaui al-islam, Dar Al waffa, Mansouroh Messir 1988, hal 20
14
Anwar Arifin, Op Cit, hal 96
15
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal 7
13
Dapat dicontohkan yaitu dalam media massa elektronik seperti televisi, dalam mengemas suatu paket acara atau menyampaikan informasi kepada khalayaknya pasti melewati mekanisme dari berbagai macam orang yang bekerja didalam sebuah stasiun televisi tersebut. Misalnya, juru kamera, pengarah acara, floor manager, sutradara, dan masih banyak lagi yang ikut berperan serta. 2. Pesan Bersifat Umum16 Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu, pesan komunikasi massa dapat bersifat fakta atau opini. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memiliki kriteria penting sekaligus menarik. 3. Komunikan Anonim dan Heterogen17 Komunikan pada komunikasi bersifat anonim dan heterogen. Artinya komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena menggunakan media dan tidak tatap muka, selain itu komunikan komunikai massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
16
Ibid, hal 7-8
17
Ibid, hal 8
14
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan18 Disinilah kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunukasi lainnya, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan, komunikan yang banyak tersebut dapat dengan serempak menerima pesan yang sama pada waktu yang sama pula. Effendi (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan19 Salah
satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi
mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000:99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi tersebut, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunujukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Dalam komunikasi massa ini yang terpenting adalah, bagaimana seorang komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan medianya, agar komunikannya memahami isi pesan tersebut dengan baik pula.
18
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal 9
19
Ibid, hal 9 - 10
15
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah20 Komunikasi massa juga memiliki kelemahan, salah satunya adalah komunikasi massa bersifat satu arah yaitu karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Sang komunikator dapat dengan aktif menyampaikan informasi, begitu pula dengan komunikannya dapat dengan aktif pula menerima pesan tetapi diantara mereka tidak dapat melakukan kontak secara langsung dengan kata lain feedback tertunda atau komunikasi satu arah. 7. Stimulasi Alat Indra Terbatas21 Salah satu kelamahan komunikasi massa lainnya adalah stimulasi ala indra yang terbatas, yang dimaksud stimulasi alat indra terbatas yaitu misalnya pada komunikasi interpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan) dapat digunakan secara maksimal, mereka dapat melihat, mendengarkan bahkan mungkin merasakan secara lansung. Sedangkan dalam komunikasi massa komunikator dan komunikan tidak bertemu secara langsung, jadi stimulasi alat indra tergantung dari media massa yang digunakan. Misalnya pada surat kabar dan majalah, komunikan hanya dapat melihat pada siaran radio, komunikan hanya dapat
20
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal 10
21
Ibid, hal 11
16
mendengar. Sedangkan dalam televisi dan film, alat indra yang digunakan komunikan adalah penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)22 Umpan balik atau yang biasa disebut juga dengan feedback adalah faktor terpenting dalam komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Efektifitas dalam suatu komunikasi dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikannya. Dalam komunikasi interpersonal, feedback yang diberikan khlayak tidak hanya berupa verbal tai dapt berupa non-verbal, seperti ekspresi wajah, kedipan mata, gerak bibir, dan lain-lain. Umpan balik tersebut bersifat langsung (direct) atau segera (immediate). Sedankan dalam komunikasi massa, umpan balik deberikan secara tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya komunikator tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi para khlayak terhadap pesan atau informasi yang disampaikan. Tanggapan atau feedback yang diberikan komunikan dapat disampaikan lewat telepon, email, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback komunikan melaui telepon, email atau surat pembaca tersebut menggambarkan feedback secara tidak langsung (indirect) dan memerlukan waktu yang cukup lama (delayed).
22
Ibid, hal 11 - 12
17
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Harold D. Lasswll menyatakan bahwa komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Surveillance of the environment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut juga dengan decoder yang melaksanakan fungsi the watcher. b. Correlation of the parts of society in responding to the environment Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. c. Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generai berikutnya. Scrhamm menanamkan fungsi ini sebagai encoder yang melaksanakan fungsi the techer d. Entertainment Fungsi terakhir ini ditambahkan oleh ahli sosiologi, yaitu Charless R. Wright. Ia beranggapan bahwa media massa juga mempunyai fungsi menghibur para khlayaknya masing-masing.23 Selain keempat fungsi tersebut, komunkasi massa juga mempunyai beberapa fungsi secara umum lainnya, yaitu : a. Memberikan informasi b. Memberikan pendidikan dan membimbing c. Menghibur 23
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, P.T Grasindo, Jakarta 2000, hal 11
18
d. Pengembangan mental e. Manipulasi lingkungan f. Adaptasi lingkungan g. Mempengaruhi khlayak Komunikasi massa juga mempeunyai beberapa fungsi secara khusus, yaitu sebagai berikut : 1. Untuk meyakinkan, yang termasuk didalamnya adalah : a. Mengubah b. Mengerakkan c. Menkukuhkan d. Menawarkan etika atau sistem tertentu e. Untuk menganugerahkan status f. Untuk membius g. Untuk menciptakan rasa kebersamaan h. Untuk privatisasi
2.1.4 Komponen Komunikasi Massa Pada awalnya Everett M. Rogers mengatakan bahwa dalam kegiatan komunikasi ada empat komponen yang harus diperhatikan, yaitu source, message, channel and receiver. kemudian empat elemen tersebut diperinci lagi oleh Wilbur Schramm yaitu menjadi source (sumber), encoder (komunikator), signal (sinyal/tanda), decoder (komunikan), destination (tujuan).
19
Tetapi komponen-komponen komunikasi massa tersebut direvisi kembali oleh Hiebert, Ungurait, dan Bohn (1975) menjadi :24 1. Communicator (Komunikator) Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator, komunikator dalam media massa beda dengan komunikasi interpersonal. Pengirim pesan dalam komuniksi massa adalah bukan seorang individu melainkan suatu institusi, gabungan dari beberapa pihak. 2. Codes and Content Codes adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, misalnya : kata-kata lisan, tulisan, foto, musik dan film, (moving pictures) Sedangkan Contents adalah isi media yang merujuk pada makna dari sebuah pesan, misalnya : berupa informasi mengenai perang irak atau bahkan lelucon yang dikeluarkan komedian. Dalam komunikasi massa, code dan contents saling berinteraksi, sehingga codes yang berbeda dari dari jenis media yang berbeda dapat memodifikasi pesepsi khalayak atas pesan walaupun content-nya sama. Codes dalam media massa cetak, seperti koran, majalah, dan lain-lain berupa tulisan-tulisan atau huruf-huruf yang tersusun dalam bentuk kalimat-kalimat (paragraf, cerita gambar, peta atau bagan).
24
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal 3148
20
Pada media radio codes-nya berupa kata-kata lisan, seperti : musik, sound effect, obrolan orang, dan lain-lain. Sedangkan pada media televisi dan film, codes-nya berupa warna, gambar bergerak, tekhnik pencahayaan dan tata suara. 3. Gatekeeper Gatekeeper jika diartikan kedalam bahasa indonesia berarti penjaga gawang, tapi penjaga gawang yang dimaksud dalam komunikasi massa ini adalah agar media massa bisa menjaga dan mempertanggung jawabkan pesan yang disampaikan ke khlayaknya, agar tidak terjadi pengaduan khalayaknya ke pengadilan atau pihak yang berwenang lainnya karena mereka merasa pesan atau berita yang disampaikan tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, atau mencemarkan nama baik seseorang. Sehingga gatekeeper dalam media massa menentukan penilaian apakah suatu inforamasi penting atau tidak, ia menaikan informasi yang mempunyai nilai berita penting dan membuang informasi yang tidak memiliki nilai berita.(Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975:109) Setiap media massa pasti ada gatekeeper tapi kita tak akan pernah menemukan jabatan gatekeeper dalam struktur organisasi media massa manapun, karena gatekeeper adalah seorang pelaksana fungsi. 4. Regulator Dalam proses komunikasi massa , regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit yang dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper. Namun regulator bekerja diluar institusi
21
media yang menghasilkan berita. Regulator dapat menghentikan aliran berita dan menghapus sebuah informasi, tapi tidak bisa menambah atau memulai informasi tetapi bentuknya lebih seperti sensor. 5. Media Media massa sendiri terdiri dari : a. Media cetak, seperti : majalah, surat kabar, tabloid, dan lain-lain. b. Media elektronik, seperti : radio, televisi, internet, film, dan lain-lain. 6. Audience (audiens) Seperti pendapat Marshall McLuhhan, bahwa audience adalah komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Media memberikan informasi yang merasuk pada masing-masing individu. Audince hampir tidak dapat menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggota audiences yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa. Melvin DeFleur dalam bukunya, Theories of Mass Comunnicatoin mengemukakan empat teori efek media terhadap audiensnya. a. The Individual Differences Theory. Dalam teori ini menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang berbeda-beda, serta pengalaman lingkungan yang berbeda-beda pula. Setiap individu selektif memilih informasi dari media massa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Sehingga tanggapan dan pemberian makna pada pesan komunikasi ditentukan oleh tatanan psikologis sang penerimanya.
22
b. The Social Categories Theory Teori ini bermula dari sebuah kenyataan bahwa anggota masyarakat dapat dikelompokan berdasarkan kesamaan kategori, seperti : ras, agama, kewarganegaraan, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan lain-lain. c. The Social Realitionship Theory Teori ini didasarkan pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson, dan Elihhu Katz yang menekankan
pada
hubungan
informasi
lebih
signifikan
memengaruhi khlayak. Dengan kata lain seseorang individu akan yang sudah lebih mengetahui informasi tersebut akan lebih mudah mempengaruhi individu lainnya ketimbang media massa. d. The Cultural Norms Theory Teori ini berpendapat bahwa isi media dapat mengubah audiens, media dapat membuat seseorang mempunyai opini baru tentang suatu hal atau bahkan dapat merubah opini mereka sebelumnya tentang suatu hal. Bahkan audien juga dapat mengubah pandangan dan sikapnya terhadap nilai-nilai yang selama ini ia anut serat dapat merubah tingkah lakunya. 7. Filter Seperti yang sudah kita ketahui bahwa audiens media massa bersifat heterogen, jumlahnya banyak dan tersebar. Mengingat hal itu maka pada proses komunikasi masa sering kali mengahadapi hambatan dalam
23
perbedaan budaya. Sudah tentu mereka memiliki lingkup pengalaman masing-masing (field of experience) dan kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda-beda pula. Sehingga pemaknaan terhadap suatu pesan pun berbeda-beda, sehingga mereka pun akan merespons dengan cara yang berbeda-beda pula. 8. Feedback (Umpan Balik) Proses komunikasi belum lengkap apabila audiens tidak mengirimkan respon atau tanggapan kepada komunikator terhadap pesan yang telah disampaikan. Respon atau tanggapan tersebut biasa disebut dengan feedback. Bentuk respon yang disampaikan dalam komunikasi massa dapat berupa dengan cara tertawa saat menonton suatu program komedi di televisi, atu mengomnetari suatu berita yang ada di surat kabar. Namun respon seperti itu tidak dapat dilihat oleh komunikatornya yakni dalam hal ini media massa yang bersangkutan. Agar responnya dapat dilihat oleh komunikator media massanya, audiens dapat melakukan feedback dengan cara megirimkan surat melalui surat pembaca, menelpon redaktur media massa, mengirim email, dan lain-lain yang langsung tertuju pada media massa yang bersangkutan. Feedback komunikasi masa dapat diuraikan sebagai berikut : a. Internal Feedback Adalah umpan balik yang diterima komunikatornya bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu sendiri.
24
Ketika menyampaikan pesan, komunikator menyadari telah melakukan
kesalahan
kemudian
meminta
maaf
dan
memperbaiki kesalahan tersebut. b. External Feedback Adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga tidak langsung. Tapi feedback pada komunikasi massa biasanya bersifat representatif (representative), tidak langsung (indirect), tertunda (delayed), kumulatif (cumulative) dan terlembagakan (institutionalized
2.1.5 Efek Komunikasi Massa Pada uses and effects kebutuhan hanya salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan media.25 Hasil dari proses massa dan kaitannya dengan penggunaan media aka membawa membawa pada bagian penting berikutnya dari teori ini.
25
Sasa Djuarsa Senjaya, dkk, Teori komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007, hal 44
25
Hubungan antara pengguna dan hasilnya, dengan meperhitungkan pula isi media, memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu:26 1. Pada kebanyakan teori efek tradisional, karakteristik isi media menentukan sebagian besar hasil. Dalam hal ini, penggunaan media hanya dianggap berperan sebagai perantara, dan hasil dari proses tersebut dinamakan efek. Dalam pengertian ini pula, uses and gratifications hanya akan dianggap berperan sebagai perantar, yang meperkuat atau melemahkan efek dari isi media. 2. Dalam berbagai proses, hasil lebih merupakan akibat daripada karakteristik isi media. Penggunaan media dapat mengecualikan, mencegah dan mengurangi aktivitas lainnya, disamping dapat pula memiliki konsekuensi psikologi seperti ketergantungan pada media tertentu. Jika penggunaan merupakan penyebab utama dari hasil maka ia akan disebut konsekuensi. 3. Kita dapat juga beranggapan bahwa hasil ditentukan oleh sebagian isi media [melalui perantara penggunanya] dan sebagian lain oleh pengguna media itu sendiri. Oleh karna dua proses yang bekerja secara serempak, yang bersama-sama menyebabkan terjadinya suatu hasil yang kita sebut ’conseffects’ [gabungan antara konsekuensi dan efek]. Proses pendidikan biasanya menyebabkan hasil yang berbentuk ’conseffects’. Dimana sebagain dari hasil disebabkan oleh isi yang mendorong pembelajaran [efek], dan sebagian lain merupakan hasil 26
Sasa Djuarsa Senjaya, dkk, Teori komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007, hal 44
26
dari
suatu
proses
penggunaan
media
yang
secara
otomatis
mengakumulasikan dan menyimpan pengetahuan. Ilustrasi mengenai hubungan-hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:27
2.2
Isi Media
Prnggunaan Media
Efek
Isi Media
Prnggunaan Media
Konsekue
Isi Media
Prnggunaan Media
Conseffect
Televisi Sebagai Saluran Media Massa
2.2.1 Pengertian televisi Televisi berasal dari dua kata yaitu (tele) yang artinya jauh dan (visi) artinya pandangan, yang bermakna pandangan jarak jauh. Namun arti secara global adalah sebuah alat media informasi audio visual satu arah.28 Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884 namun baru tahun 1928 Vladimir Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau iconoscope yang bisa menangkap dan mengirim gambar ke kotak bernama “Televisi”. Iconoscope bekerja mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan dituangkan kedalam gelombang radio. 27
Sasa Djuarsa Senjaya, dkk, Teori komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007, hal 45
28
www.wikipedia.org
27
Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang pertama dipertunjukan kepada umum pada pertemuan World’s Fair pada tahun 1939.29
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Media Televisi Televisi adalah suatu media massa yang memiliki kelebihan dari segi audio dan visual, untuk itu diperlukan program acara yang menarik dalam hal penyajian. Dalam program acara televisi terdiri atas, talk show, reportase, feature, variety musik, sinetron drama, sinetron komedi, video klip, stangeplay, documenter, docudrama, musik, kuis, variety informasi public, dan olahraga. Serta televisi pada pokonya berfungsi sebagai penerangan, pendidikan, dan hiburan. Seperti media massa lainnya, televisi memiliki kelebihan dan kelemahan, yakni kelebihan Televisi antara alain :30 1. menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realitas dan tidak terbatas. 2. memiliki khalayak yang tetap memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya , dan intim.
29
Morissan,Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelolah Radio dan Televisi, 2007, hal. 6
30
A.Alatas Fahmi, Berasama Televisi Merenda Wajah Bangsa, YPKMD, Jakarta, 1997, hal 30-32
28
3. memiliki tokoh berwatak, sementara media lain hanya memiliki bintang yang direkayasa. Dan Televisi juga memiliki kelemahan :31 1. kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai objek yang pasif, sebagai penerima pesan. 2. mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang cepat. 3. sifatnya sangat terbuka dan menjadikan sulit dikontrol dampak negatifnya. 4. pergerakan
siaran televisi
perkembangan
masyarakat
begitu cepat mendahului dan
budaya
khalayak
pemirsanya. 5. kecenderungan para pengolah televisi yang memanfaatkan kelebihan - kelebihan televisi, dan lebih berorientasi pada pertimbangan
komersial
atau
bisnis,
sehingga
menyampaikan faktor pendidikan.
2.2.3
Program Televisi Televisi merupakan salah satu media massa yang cukup popular di kalangan masyarakat. Hampir di setiap rumah setidaknya memiliki satu buah televisi. Televisi sendiri memiliki fungsi yang sama dengan media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran),
31
Ibid 30-32
29
yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tapi tampaknya fungsi menghibur lebih dominan dibanding fungsi lainnya. Selain fungsi di atas, televisi juga memiliki karakter seperti bersifat audio visual atau bisa didengar dan dilihat. Lalu kita juga diajak untuk berpikir dalam gambar saat menonton televisi. Maksudnya adalah televisi memiliki karakter menterjemahkan katakata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Lalu setelah itu yang merupakan tahap kedua dari proses “berpikir dalam gambar” adalah pengambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.32 Televisi juga memiliki beberapa efek yang masih pro dan kontra bagi masyarakat awam. Beberapa diantaranya adalah : 1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nlai sosial yang ada dalam masyarakat. 2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nlai sosial yang ada dalam masyarakat. 3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat. 4. Selain efek di atas, ada pula dampak yang ditimbulkan oleh tayangan televisi terhadap pemirsanya, antara lain :
32
Ibid
30
Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trend actual yang ditayangkan televisi. Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nlai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain kelebihan dan kekurangan televisi, kita tidak dapat melupakan satu hal penting yang dimiliki oleh televisi yang dapat menarik banyak orang untuk menonton. Hal penting yang dimaksud di atas adalah proses siaran televisi. Program atau acara televisi yang disajikan adalah faktor yang membuat audiens tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun televisi tersebut. Program dapat disamakan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain. Dengan demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini, terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton. Program televisi dapat
31
dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 33
1. Program informasi berita - Berita keras (hard news) segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk di ketahui khalayak. Contoh : berita ekonomi & laporan olahraga. - Berita lunak (soft news) segala informasi yan penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan, yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Contoh : news magzine & current affair. Program informasi dalam kategori berita keras atau hard news dapat dibedakan dengan berita lunak atau soft news berdasarkan sifatnya sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Hard News Harus ada peristiwa terlebih dahulu Periistiwa harus aktual (baru terjadi) Harus segera disiarkan Mengutamakan hal terpenting aja Tidak menekankan sisi human
33
34
Soft News Tidak mesti ada peristiwa terlebih dahuli Tidak mesti harus aktual Tidak bersifat segera (timeles) Menekankan pada tabel Sangat menekankan human
Morrisan. Media Penyiaran : Strategi Mengelolah Radio dan Televisi. Ramdina Prakarsa, Jakarta : 2005 hal 101 34
Ibid hal 102
32
interest Laporan tidak maendalam (singkat) Teknik penulisan piramida tegak
interest Laporan bersifat mendalam Teknik penulisan piramida terbalik
2. Program hiburan (entertainment).35 - Fiksi (Drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisahkisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Contoh : sinetron & film - Non fiksi (NonDrama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang tanpa harus menjadi dunia khayalan. Contoh : konser musik & varety show.
35
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi : Dengan Single dan multi Kamera, Grasindo, Jakarta : 2004, hal 65
33
FORMAT ACARA TELEVISI
Timeles & Imajinatif
DRAMA (FIKSI)
Dokurama Opera Musikal Reality Show
Timeles & Factual
NON DRAMA (NON FIKSI)
Faktual & Aktual Infotainment sportainment
BERITA NEWS
Others
Musik
Features
Tragedy
Magazine show
Sport
Aksi
Talk Show
News
Komedi
Variety show
Cinta
Repackaging
Legenda
Game Show
Horor
Kuis
2.2.4 Sinetron dalam Perkembangannya Sinetron adalah sinema elektronik/film, pertunjukkan sandiwara (drama), yang dibuat khusus untuk penayangannya di media elektronik, missal : televisi. Menurut tulisan Arswendo Atmowiloto, disebutkan sinetron adalah singkatan dari sinema elektronik, dipakai sebagai istilah karya sinema yang dalam proses produksinya menggunakan pita kaset, produksi itulah yang dimaksud dengan sinema elektronik atau sinetron ini adalah film yang dibuat tanpa proses laboratorium, caranya adalah seperti orang merekam suara dalam kaset. Sedangkan menurut sutradara Arifin C. Noor, mengatakan bahwa ia lebih suka menyebutkan sinetron sebagai televisi atau kaset video, sehingga tidak diperlukan lagi proses laboratorium.
34
Sinema atau film biasa juga disebut media pandang dengar yang dapat dinikmati melalui indra penglihatan dan indra pendengaran. Sinetron dimulai sejak beberapa tahun lalu di TVRI, awalnya, sejalan dengan program pemerintah untuk mencintai produk dalam negeri sendiri, oleh karena itu TVRI berusaha meningkatkan siaran produksi dalam negeri dengan mengurangi dominasi siaran hiburan yang berasal dari luar negeri. Usaha TVRI diantaranya adalah dengan memproduksi acara sinetron, hal itu disebabkan pada sekitar tahun 1983-an, TVRI menghadapi kesulitan untuk mendapatkan film nasional yang layak putar. Maka sejak itulah sinetron mulai dikenal dan diterima masyarakat sebagai pengganti perfilman Indonesia. Bahkan sejak FFI (Festival Film Indonesia) pada tahun 1985, Bandung, sinetron sudah mulai menjadi mata acara yang popular. Istilah sinetron digunakan untuk membedakannya dengan sinema versi bioskop. Sinetron menggunakan kamera elektronik, sementara untuk film bioskop digunakan kamera magnetic. Menurut pendapat dari Rano Karno selaku produser, sutradara, pemain sekaligus penulis scenario, menyebutkan bahwa sinetron adalah film televisi (sinetron) yang amat digemari, diminati ratusan juta penduduk Indonesia, dan menjadi rebutan para pemasang iklan. Sedangkan menurut Suti Karno, sinetron adalah hiburan, menggambarkan kehidupan masyarakat dan ada tujuan yang ingin dicapai. Ada beberapa sinetron yang diproduksi untuk mendapatkan perolehan rating tinggi. Sehingga kadang-kadang sinetron tersebut kurang
35
dapat memperhatikan pertimbangan atau segi lain, misalnya : seni, dan misi. Tetapi jika yang menjadi tujuan adalah agar supaya lebih mudah menjual sinetron, maka perolehan rating tinggi adalah syarat mutlak bagi sinetron tersebut. Adapun beberapa karakter atau ciri utama sinetron dari sinetron yang mempunyai rating tinggi pada umumnya sinetron tersebut harus mempunyai : Bintang Top (popular), terkenal/pemain cantik-cantk, pemain pria ganteng, cakap, cerita, alur cerita bagus, menarik, mudah sekali untuk dicerna, bahkan sederhana.
2.2.5
Jenis-Jenis Program Sinetron Era millennium, yang ditandai pergantian tahun dari 1999 ke 2000
menjadi puncak bagi dunia sinetron Indonesia. Tema sinetron lebih beragam, mulai dari horror samapi kehidupan masyarakat Jakarta. Hingga kini terdapat beberapa pembagian jenis sinetron misalnya : sinetron religi, sinetron horor, sinetron komedi, sinetron dewasa, sinetron remaja dan sinetron anak.36 a. Sinetron Religi Film yang dibuat khusus untuk penayangan dimedia elektronik (televisi) yang bercerita tentang kepercayaan kepada Tuhan adanya kekuatan diatas manusia.
b. Sinetron Horror 36
http:/id.wikipediaorg/wiki/Sinetron
36
Suatu cerita yang dituangkan dalam media elektronik (telvisi) yang mengisahkan atau menceritakan kisah-kisah mistis atau gaib kepada para penonton, yang menimbulkan rasa ngeri atau takut yang amat sangat contohnya : roh gentayangan, tuyul, pocong dan lain-lain. c. Sinetron Komedi Film yang dibuat khusus untuk penayangan dimedia elektronik (televisi) yang bercerita tentang sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan meskipun kelucuan itu bersifat menyindir dan berakhir dengan bahagia. d. Sinetron Dewasa Suatu cerita yang dituangkan dalam media elektronik (televisi) yang menuangkan atau menceritakan kisah - kisah kehidupan yang sedianya dialami orang dewasa atau yang dapat dimengerti orang dewasa, contohnya : balas dendam, harta warisan dan lain-lain. e. Sinetron Remaja Suatu cerita yang dituangkan ke dalam media elektronik (televisi) yang menceritakan kisah remaja yang umumnya mayoritas pemainnya di isi oleh remaja, contohnya: Safa dan Warwah, Bayu Cinta Luna dan lainlain. f. Sinetron Anak Suatu cerita yang dituangkan ke dalam media elektronik (televisi) yang menceritakan kisah anak-anak yang umumnya mayoritas pemainnya
37
di isi oleh anak-anak, contohnya : Tarzan cilik, Buku Harian Baim dan lailain.
2.2.6 Efek Kehadiran Media Massa McLuhan mengemukakan the medium is the message, media adalah pesan itu sendiri. Oleh karena itu, betuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Seperti telah dijelaskan di muka bahwa yang memengaruhi khalayak bukan apa yang disampaikan oleh media, tetapi jenis media komunikasi yang digunakan oleh khalayak tersebut, baik tatap muka mauapun melalui media cetak atau elektronik. Menurut Steven M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu : efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan,efek penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, dan efek pada perasaan orang terhadap media. 1. Efek Ekonomi Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun televisi swasta dapat memberi lapangan kerja kepada sarjana ilmu komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, juru rias dan profesi lainnya.
38
2. Efek Sosial Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Di pedesaan yang baru diterpa oleh kehadiran televisi terbentuk jaringan interaksi sosial yang baru. Koran masuk desa telah mengubah perilaku masyarakat dewasa juga telah menjadi pusat jaringan sosial. Mereka menghimpun warga disekitarnya untuk menciptakan interaksi sosial yang baru. 3. Penjadwalan kegiatan sehari-hari Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya membaca koran dahulu. Anak-anak sekolah dasar yang biasanya selalu mandi pagi pada hari minggu, setelah hadirnya acara televisi untuk anak-anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi menjadi jadwal menonton televisi. Pada waktu magrib, anak-anak yang biasanya mengaji setelah shalat menjadi lebih senang menonton televisi setelah stasiun televisi menyajikan acara hiburan tertentu pada waktu tersebut. 4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman Orang
menggunakan
media
untuk
memuaskan
kebutuhan
psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya. Seorang gadis yang sedang dimabuk cinta akan mendengarkan lagu-lagu yang bertema cinta
39
atau melankolis dari radio siaran maupun taperecorder. Seorang pemuda yang sedang dirundung rindu pada kekasihnya yang jauh dirantau
orang
akan
masuk
ke
gedung
bioskop
untuk
menghilangkan rasa sepinya tanpa menghayati film yang ditontonnya.
2.3
Efek Media Televisi
2.3.1 Kognitif Dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan.37 Adanya perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau persepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.
2.3.2 Afektif Efek ini kadar lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberi tahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu. Khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.38 Adanya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi
37
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 7 38 Ibid
40
atau dibenci khalayak, efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai. Dalam perubahan sikap (dampak afektif), ada tahap-tahap yang dilalui, diantaranya : liking (menyukai), preference (pilihan), dan conviction (menyakini). Menurut Jopseh Klapper (1960), dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum : 1. Pengaruh komunikasi massa diantara oleh faktor-faktor seperti presdiposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok atau hal-hal yang dalam buku ini disebut faktor personal. 2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadangkadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change). 3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi dari pada konversi (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain. 4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang lemah, misalnya ada iklan komersial. 5. Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada presdiposisi yang harus diperteguh.39
39
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 232
41
2.3.3 Konatif Pada dampak media massa, dijelaskan bahwa media massa tidak hanya sampai pada tahap kognisi dan afeksi. Melainkan mampu sampai pada tahap konasi (tingkah laku). Dampak ini menimbulkan aksi. Menurut Dervin, media massa mampu mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Dalam rangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, khalayak sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya.40 Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan, menerima, menolak, membeli dan sebagainya. Konatif merupakan efek untuk menggerakkan seseorang secara aktif untuk melakukan tindakan atau berprilaku atas suatu reaksi yang sedang dihadapai.41
40 41
Ibid, hal. 202 Op.cit, Onong Uchjana, hal. 11