BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Umum BI Rate
2.1.1. Pengertian BI Rate
Menurut Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
18
19
2.1.2. Penetapan BI Rate
Dalam penetapan BI Rate ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Jadwal Penetapan dan Penentuan a. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan
melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.
b. Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan
RDG berikutnya. c. Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam mempengaruhi inflasi. d. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan. 2. Besar Perubahan BI Rate Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.
20
2.2.
Tinjauan Umum Pasar Modal
2.2.1
Pengertian Pasar Modal
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, pasar
modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif
investasi lainnya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui
perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya
fungsi
pasar
modal
adalah
untuk
meningkatkan
dan
menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan. Menurut Husnan (2003), pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Sedangkan menurut Marciano (2004), pasar modal adalah tempat bertemunya pihak-pihak yang kelebihan dana (investors/lenders)
dengan
pihak-pihak
yang
kekurangan
dana
(perusahaan/emiten). Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
21
lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek (Sunariyah, 2000:4). Menurut Usman (1990), umumnya surat-surat berharga diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga yang bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Surat berharga yang
yang bersifat hutang umumnya dikenal dengan nama obligasi dan surat berharga yang bersifat kepemilikan dikenal dengan nama saham. Secara garis besar dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan. Dilihat dari pengertian-pengertian pasar modal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat. Dengan memiliki saham perusahaan tertentu, investor berarti memiliki hak kepemilikan atas perusahaan yang mereka beli sahamnya. 2.2.2 Pelaku Pasar Modal Para pelaku yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi pasar modal adalah sebagai berikut (Kasmir, 2001:183-189): 1. Emiten Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa disebut emiten. Dalam melakukan emisi, para emiten
22
memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), antara lain:
a. Perluasan usaha
b. Memperbaiki struktur modal
c. Mengadakan pengalihan pemegang saham 2. Investor
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan
yang melakukan emisi disebut investor. Sebelum membeli surat berharga yang ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten, dan analisis lainnya. Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain: a. Memperoleh deviden b. Kepemilikan perusahaan c. Berdagang 3. Lembaga Penunjang Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal. Lembaga penunjang yang memegang peranan penting di dalam mekanisme pasar modal adalah sebagai berikut: a. Penjamin emisi (underwriter), adalah lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten. Perantara perdagangan efek (broker/pialang),
23
adalah perantara antara penjual (emiten) dengan pembeli (investor).
1) Memberikan informasi tentang emiten 2) Melakukan penjualan efek kepada investor
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain meliputi:
b. Pedagang efek (dealer), berfungsi sebagai:
1) Pedagang dalam jual beli efek
2) Sebagai perantara dalam jual beli efek
c. Penanggung (guarantor), adalah lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan dengan si penerima kepercayaan. Lembaga ini merupakan lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan dananya. d. Wali amanat (trustee). Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor). Kegiatan wali amanat meliputi: 1) Menilai kekayaan emiten 2) Menganalisis kemampuan emiten 3) Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten 4) Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten 5) Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi 6) Bertindak sebagai agen pembayaran Perusahaan surat berharga (securities company), adalah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek. Kegiatan perusahaan surat berharga antara lain:
24
1) Sebagai pedagang efek
3) Perantara perdagangan efek 4) Pengelola dana
2) Penjamin emisi
e. Perusahaan pengelola dana (investment company), adalah perusahaan yang
bertugas untuk mengelola surat-surat berharga yang sesuai dengan
keuntungan yang diinginkan investor, terdiri dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana.
f. Kantor administrasi efek, adalah kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka memperlancar administrasinya. 1) Membantu emiten dalam rangka emisi 2) Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para investor 3) Membantu menyusun daftar pemegang saham 4) Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham 5) Membuat laporan-laporan yang diperlukan 2.2.3 Jenis-jenis Pasar Modal Jenis-jenis pasar modal berdasarkan transaksi penjualan saham adalah (Sunariyah, 2003:13): 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa atau penawaran saham dari
25
perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan
yang bersangkutan dan hasil perdagangan saham di pasar perdana masuk ke
modal perusahaan yang menerbitkan saham. 2. Pasar sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh penawaran dan permintaan antara penjual dan pembeli. Hasil penjualan saham di pasar sekunder tidak lagi masuk kedalam kas para pemegang saham yang bersangkutan. 3. Pasar ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). Di dalam pasar ketiga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan lantai bursa (floor trading). Operasi yang ada di pasar ketiga berupa pemusatan informasi meliputi harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya. Di dalam system perdagangan ini pialang bertindak sebagai pedagang efek dan sebagai perantara perdagangan. 4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar.
26
2.2.4 Instrumen Pasar Modal Indonesia
Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, instrumen pasar
modal antara lain:
1. Saham, yaitu tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan terhadap perusahaan.
2. Obligasi, yaitu surat berharga atau sertifikat berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan pihak penerima pinjaman (emiten).
3. Reksadana (mutual fund), yaitu sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal investasi di pasar modal. 4. Right Issue, yaitu hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. 5. Warrant, yaitu hak untuk membeli saham biasa pada harga dan waktu yang sudah ditentukan.
2.3.
Tinjauan Umum Saham
2.3.1. Pengertian Saham Salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan aset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang penjamin yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan (Mishkin, 2001:4).
27
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5) 2.3.2. Jenis-jenis Saham
Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:6) 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih dan klaim: a. Saham Biasa (Common Stock) 1) Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan 2) Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham sebesar investasi pada saham tersebut. b. Saham Preferen (Preffered Stock) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 1) Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar deviden.
28
2) Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan
dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa.
2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham atas unjuk (Bearer Stocks)
aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham
1) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya 2) Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut maka dia diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham atas nama (Registered Stocks), adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue-Chip Stocks, merupakan saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks, merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. c. Growth Stocks
29
1) (Well-Known), saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
2) (Lesser-Known), saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam
industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini
berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
d. Speculative Stock, merupakan saham suatu perusahaan yang tidak bisa
secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stocks, merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
2.4.
Tinjauan Umum Indeks Harga Saham
2.4.1
Pengertian Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah indikator pergerakan harga-harga saham yang
beredar di indeks saham. Kondisi pasar yang sedang aktif atau pasif merupakan hal utama yang diindikasikan dalam pasar saham. Indeks juga digunakan sebagai acuan utama indikator trend pasar. Indeks berguna untuk mengetahui apakah kondisi harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. Dengan indeks,
30
investor dapat mengetahui rasio kenaikan atau penurunan terhadap harga saham yang mereka pantau atau mereka miliki.
Menurut Abdul Halim (2003) Indeks Harga Saham merupakan ringkasan
pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh
terutama kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini, indeks harga saham tidak menampung kejadian-kejadian ekonomi saja, melainkan juga kejadianhanya kejadian sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian indeks harga saham
dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Pergerakan saham di indeks saham menjadi acuan penting bagi para investor saham guna menentukan posisi yang ideal apakah investor tersebut harus melakukan pembelian, penjualan, atau menahan saham yang mereka miliki atau mereka inginkan. Pergerakan indeks berjalan sangat cepat seiring waktu. Untuk itu, dibutuhkan kecermatan dari para pelaku pasar dalam menyikapi perkembangan indeks pasar. Jika harga-harga saham bergerak naik maka indeks saham akan naik dengan cepat. Ketelitian para pelaku pasar sangat dibutuhkan untuk segera menentukan posisi yang baik terhadap saham yang mereka pantau. 2.4.2
Jenis-jenis Indeks Harga Saham Indeks harga saham itu mirip dengan pergerakan harga saham. Saat ini PT.
BEI (Bursa Efek Indonesia) mempunyai 11 indeks saham yang beredar diberbagai media publik seperti media cetak dan elektronik. Tentunya hal ini memudahkan para investor atau pelaku pasar di indeks saham untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai harga saham dan indeks saham terkini. Informasi media ini juga
31
turut dijadikan pedoman wajib bagi para investor dan pemegang saham di indeks saham. Berikut ini daftar 11 indeks saham yang beredar :
1. IHSG atau biasa dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan, indeks ini
menggunakan semua emiten yang telah tercatat sebagai komponen
penghitungan indeks. Tetapi masih ada beberapa emiten yang belum tercatat seperti emiten dari Bursa Efek Surabaya karena mereka masih belum memiliki aktifitas transaksi atau keaktifan transaksi, akibatnya belum adanya atau
belum terciptanya harga pasar. 2. Indeks Sektoral, indeks ini menggunakan emiten yang tersebar pada masing masing sektor. 3. Indeks LQ-45, indeks ini menggunakan 45 emiten yang telah dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, tentu saja dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. 4. JII atau disebut juga Jakarta Islamic Index, indeks ini menggunakan 30 emiten yang tentunya telah masuk kedalam kategori emiten yang menggunakan basis syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dan tentunya saham tersebut memiliki likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi yang besar pula. 5. Indeks Kompas 100, indeks ini menggunakan 100 emiten yang juga telah dipilih berdasarkan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria yang telah ditentukan.
32
6. Indeks BISNIS-27, indeks ini menggunakan 27 emiten yang telah dipilih berdasarkan ketentuan. Indeks ini dibentuk melalui kerjasama antara PT.
Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia
7. Indeks PEFINDO-25, indeks ini menggunakan 25 emiten yang telah dipilih
berdasarkan kriteria yang ada. Indeks ini adalah hasil dari kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO
8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang telah dipilih berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan. Indeks ini juga hasil kerja sama antara PT. Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI. 9. Indeks Papan Utama, indeks ini menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama. 10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan kriteria yang masuk dalam papan pengembangan 11. Indeks Individual menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai harga masing-masing saham pada tanggal tertentu. Indeks ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek. Yang dimaksud sebagai indeks individu disini adalah indeks para emiten itu sendiri.
2.5.Tinjauan Umum Indeks Harga Saham Gabungan 2.5.1
Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris
disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JCX) merupakan salah satu
33
indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983,
sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup
pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.
Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat
pada saat itu berjumlah 13 saham.
IHSG menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, BEI berwenang mengeluarkan dan/atau tidak memasukan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut dimiliki oleh publik relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. Pergerakan nilai IHSG akan menunjukan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang dalam transaksi aktif ditunjukan dengan IHSG yang mengalami kenaikan. Sebaliknya jika IHSG menurun, maka pasar dalam keadaan melemah. 2.5.2
Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan Menurut Sunariyah (2006), ada 2 metode perhitungan IHSG, yaitu:
1. Metode Rata-rata (Average Method)
34
Pada metode ini, harga pasar saham-saham yang dimasukan dalam
perhitungan indeks tersebut dijumlah, kemudian dibagi suatu faktor pembagi
tertentu. Rumus indeks harga saham gabungan dengan metode rata-rata adalah: IHSG = ∑
∑
Keterangan:
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
Ps = Harga Pasar Saham
Pbase = Harga Dasar Saham 2. Metode Rata-rata Tertimbang Pada metode ini dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan di samping harga pasar saham dan harga dasar saham. a. Metode Paasche IHSG = ∑
∑
Keterangan: IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan Ps = Harga Pasar Saham Pbase = Harga Dasar Saham Ss = Jumlah saham yang dikeluarkan Dalam rumus diatas, (Ps x Ss) adalah jumlah nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tergantung dalam indeks yang bersangkutan, sedangkan (Pbase x Ss) merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham yang bergantung dalam indeks yang bersangkutan. b. Metode Laspeyres
35
IHSG = ∑
∑
Keterangan: = Indeks Harga Saham Gabungan IHSG
Ps = Harga Pasar Saham
Pbase = Harga Dasar Saham
So = Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar
Pada Metode Laspeyres diatas jumlah saham yang dikeluarkan pada hari
dasar dan tidak bisa berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru . Sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru. c. Metode Drobisch Menurut Drobisch, rata-rata dari kedua metode tersebut adalah yang terbaik. IHSG = d. Metode Irving Fisher Sedangkan menurut Fisher, akar dari penjumlahan kedua metode tersebut adalah yang terbaik. IHSG = √ 2.5.3
Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan Dasar perhitungan IHSG di Indonesia adalah jumlah nilai pasar dari total
saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam
36
program restrukturisasi) dengan harga di Bursa Efek Jakarta pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
∑
x 100
Sumber: id.wikipedia.org
Dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler, x adalah Jumlah
Saham, dan d adalah Nilai Dasar.
Sedangkan untuk menghitung rata-rata IHSG, formula perhitungannya
adalah sebagai berikut: Rata-rata IHSG = Sumber: id.wikipedia.org
2.6.
Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terkait dilakukan oleh Andi Setiawan (2002)
melakukan penelitian pada tahun 1997-2000 dan menemukan bahwa kurs/nilai tukar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan IHSG, sementara tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-Rate) secara meyakinkan tidak mempengaruhi IHSG. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryo Djodipati (2004) menemukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap IHSG pada tahun 20012004 adalah DJIA, BI Rate dan USD. Adapun penelitian lainnya dilakukan oleh Agung Budilaksono dan Angga Alfi (2005) menemukan bahwa bahwa nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika dan BI Rate 1 bulan kurang signifikan mempengaruhi pergerakan IHSG,
37
sedangkan pada tahun 2002-2004 yang mempengaruhi IHSG adalah kurs Yen, DJIA, SSI, KLSE dan SETI.
Berdasarkan hasil penelitian Rahayuningsih (2006) yang berjudul
“Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI (BI Rate) dan Kurs Rupiah terhadap
IHSG di BEJ tahun 2001-2005” menyatakan bahwa dalam jangka pendek variabel inflasi, suku bunga SBI, dan depresiasi kurs Rupiah masing-masing mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap IHSG di BEJ.
Penelitian lain sejenis dilakukan oleh Adi Budi Kurnianto (2007) pada tahun 2004-2006 dan menemukan bahwa pengaruh variabel eksternal (STI dan DJIA) relatif lebih kuat dibandingkan dengan variabel internal (Inflasi dan SBI) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian dilakukan Ishomudin pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Variabel Makro Ekonomi Dalam dan Luar Negeri Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode 1999-2009” dan menemukan bahwa BI Rate mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap IHSG. Untuk lebih jelasnya, kajian empiris dari penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tahun
2002
2004
Tabel 2.1 Kajian Empiris (Penelitian Terdahulu) Periode Peneliti Hasil Penelitian Kurs/nilai tukar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Andi Setiawan 1997-2000 pergerakan IHSG, sedangkan BI Rate tidak mempunyai pengaruh terhadap IHSG DJIA, BI Rate, dan USD Haryo Djodipati 2001-2004 berpengaruh terhadap IHSG
38
2005
Agung Budilaksono dan Angga Alfi
2002-2004
2006
Rahayuningsih
2001-2005
2007
Adi Budi Kurnianto
2004-2006
2010
Ishomudin
1999-2009
Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika dan BI Rate kurang signifikan mempengaruhi perkembangan IHSG, sedangkan kurs Yen, DJIA, SSI KLSE, dan SETI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan IHSG. Inflasi, Suku bunga Bank Indonesia, dan depresiasi kurs rupiah mrmpunyai pengaruh yg signifikan terhadap IHSG di BEI Pengaruh variabel eksternal (STI dan DJIA) relatif lebih kuat dibandingkan dengan variabel internal (Inflasi dan SBI) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). BI Rate mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap IHSG
Sumber: Dari berbagai sumber (data diolah) Dari data-data kajian empiris diatas, penelitian-penelitian sebelumnya memperoleh hasil yang berbeda-beda atau inkonsistensi. Hal ini disebabkan oleh periode penelitian yang berbeda dan alat analisis yang juga berbeda-beda. Merujuk dari penelitian-penelian sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh BI Rate terhadap IHSG,
sehingga diharapkan
dengan adanya penelitian ini dapat menyempurnakan penelitian sebelumnya.