BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kadar Hemoglobin Ibu Hamil 1. Pengertian Salah satu indikator penilaian anemia adalah kadar hemoglobin (Hb). Hemoglobin tersusun atas unsur heme dan protein globin. Salah satu komponen pembentuk heme adalah zat besi (Fe). Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan, dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan. Zat besi yang berasal dari tumbuhan (non heme) memiliki daya serap antara 1-6%, lebih rendah dibanding zat besi yang berasal dari hewan (heme) yaitu 7-22% (Wirakusumah, 1999). Hemoglobin merupakan senyawa protein yang kompleks, yang tersusun dari protein globin dan senyawa bukan protein (heme). Heme adalah senyawa yang tersusun dari senyawa porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam zat besi (Fe). Hemoglobin merupakan parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia, hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen pada sel darah merah, kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia (Supariasa et al, 2001). Menurut mochtar (1998), konsentrasi hemoglobin pada saat ibu hamil terlihat menurun walaupun sebenarnya lebih besar dari pada orang yang tidak hamil. Anemia fisiologi ini disebabkan oleh volume plasma yang meningkat. Konsentrasi hemoglobin menurun dari 12 g/dl menjadi 10 g/dl pada umur kehamilan 32-34 minggu hal ini berkaitan dengan meningkatnya volume plasma yang dapat mengakibatkan anemia. Selama kehamilan peningkatan volume darah sebesar 35-40% dari wanita-wanita tidak hamil terutama untuk peningkatan volume plasma 45-50% dan masa sel-sel darah merah sebesar 15-20% pada trimester III.
Anemia gizi merupakan keadaan dengan kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, yang disebabkan oleh kekurangan satu macam atau lebih zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah (Beck,2000). Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sangat
rendah, berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun pemeriksaan klinik tidak menemukan gejala-gejala fisiologi. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang. Akibatnya kadar hemoglobin terus menerus dibawah batas normal (Moehji, 2002). Tabel 2.1 Harga-harga normal hemoglobin Konsentasi Hb (g/dl) Darah dari tali pusat
13,3-20,5
Hari pertama kehidupan
15,5-23,5
Anak-anak,6 bulan-6 tahun
11,0-14,5
Anak-anak, 6 tahun-14 tahun
12,0-15,5
Pria dewasa
13,0-17,0
Wanita dewasa (tidak hamil)
12,0-15,5
Wanita Hamil
11,0-14,0
EGC. Nurtjojo, 1999. 2.
Pola Makan / Nutrisi a. Definisi Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong yang dikutip dalam Sri Karjati adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (S Soegeng, 2004). Pola makan ibu hamil adalah menu makanan yang dimakan ibu hamil dalam kesehariannya (Prasetyono DS, 2009). b. Pola makan sehat Pola makan sehat pada ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil harus memilki jumlah kalori dan zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air (Krisnatuti Diah, 2000). 1. Karbohidrat Porsi terbesar kebutuhan energi tubuh dipenuhi oleh karbohidrat yang juga merupakan komponen zat gizi terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau oleh masyarakat luas (Savitri Sayogo, 2007). Ibu hamil membutuhkan karbohidrat sekitar 1500 kalori perhari (Kasdu Dini, 2004). Bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat meliputi : kentang, roti, biskuit dan hasil olahannya juga beras, gandum, ubi jalar, singkong dan gula murni (Savitri Sayogo, 2007). 2. Protein Protein berfungsi untuk pertumbuhandan pekembangan janin. Diantaranya untuk pembentukan jaringan baru dan mempertahankan yang telah ada. Ibu hamil disarankan untuk memperoleh tambahan protein sekitar 10 g/hari dari kebutuhan yang sebelumnya. Bahan makanan sumber protein hewani adalah daging sapi, ikan, unggas, telur, susu dan produk olahannya. Sedangkan bahan makanan sumber protein nabati adalah kacang-kacangan dan produk olahannya seperti tahu, tempe dan oncom (Kasdu Dini, 2004). 3.
Lemak Lemak dibutuhkan ibu hamil terutama untuk membentuk energi dan juga membangun sel-sel baru, serta perkembangan sistem saraf baru. Ibu hamil dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari. Sumber lemak hewani yaitu daging sapi, ayam, kambing, telur, ikan, susu dan produk olahannya. Sedangkan sumber lemak nabati yaitu minyak zaitun, minyak kelapa sawit dan minyak jagung (Kasdu Dini, 2004).
4. Vitamin Vitamin diperlukan tubuh untuk mempertahankan kesehatan. Selama hamil vitamin penting untuk perkembangan janin, termasuk kekebalan tubuh dan produksi darah merah serta sistem sarafnya. Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil, antara lain :
a) Vitamin A Vitamin sangat penting bagi pertumbuhan sel dan jaringan embrio. Bila terjadi hambatan yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A, maka dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin. Kebutuhan normal vitamin A pada ibu hamil sebanyak 800-2100 IU. Adapun sumber makanan yang banyak mengadung vitamin A antara lain adalah kuning telur, hati, mentega. Selain itu sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning, terutama wortel, tomat dan nangka (Prasetyono D.S, 2009). b) Vitamin C Kekurangan vitamin C pada ibu hamil bisa menyebabkan terjadinya pre eklamsi serta keguguran yang didahului dengan pecahnya ketuban sebelum waktunya. Bagi ibu hamil, vitamin C diperlukan untuk membuat protein kolagen yang membentuk tulang rawan, sendi, kulit dan peredaran darah (Prasetyono D.S, 2009). c) Vitamin D Vitamin D berkaitan dengan zat kapur. Vitamin ini dapat menembus ariari, sehingga dapat memasuki tubuh bayi. Jika ibu hamil kekurangan vitamin D maka anak akan kekurangan zat kapur. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan giginya tidak normal. tetapi, jika vitamin D berlebihan, maka ini pun akan berbahaya. Makanan yang banyak mengandung vitamin D diantaranya adalah susu,hati, mentega, kuning telur dan margarin (Prasetyono D.S, 2009). d) Vitamin E Kebutuhan vitamin E cukup dipenuhi dari makanan sehari- hari. Seseorang jarang mengalami kekurangan vitamin ini. Namun, dari hasil penelitian, binatang percobaan yang kekurangan vitamin E ini akan mengalami keguguran (Prasetyono D.S, 2009). e) Vitamin K Vitamin K cukup diperoleh dari menu harian normal. seseorang jarang mengalami kekurangan vitamin ini. Jika kekurangan, maka dapat terjadi gangguan perdarahan pada anak. (Prasetyono D.S, 2009).
f) Vitamin B6 Vitamin B6 penting untuk pembuatan asam amino, yaitu bahan protein di dalam tubuh. Jika ibu hamil kekurangan vitamin B6 , maka nilai apgar anak yang dilahirkan rendah. Anak yang lahir dengan nilai apgar rendah akan buruk pada ibu hamil dicampur dengan vitamin ini (Prasetyono D.S, 2009). g) Vitamin B12 Vitamin B12 dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel baru, terutama sekali sel darah merah. Oleh karena itu, vitamin ini sangat penting bagi ibu hamil dan tidak bisa dikesampingkan begitu saja (Prasetyono D.S, 2009). 5. Mineral Ada beberapa jenis mineral yang penting bagi ibu hamil antara lain :
1) Zat besi Zat besi penting sekali untuk pembentukan dan mempertahankan kesehatan sel-sel darah merah sehingga menjamin sirkulasi oksigen dan zat gizi bagi ibu hamil. Zat besi sangat penting untuk mencegah anemia (Kasdu Dini, 2004). Total kebutuhan zat besi selama kehamilan diperkirakan sebesar 1000 mg (Krisnatutti, 2000). Fe dalam bahan makanan terdapat dalam daging, ikan, unggas, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau (Sayogo Savitri, 2007). Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh asupan vitamin C, jadi makan jeruk atau jus jambu setelah makan akan membantu penyerapan zat besi lebih efektif (Kasdu Dini, 2004). Kopi dan teh dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan sebaiknya dihindarkan atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan (Arisman MB, 2004). 2) Zat kapur Zat kapur sangat penting karena dibutuhkan tambahan zat kapur 400 mg zat kapur. Sumber zat kapur yang tinggi diperoleh dari makanan yang berasal dari susu, keju, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau dan makanan laut (Nadesul H, 1996). 3) Seng
Mineral seng tidak terlalu penting tetapi tetap dibutuhkan dalam jumlah kecil. Kekurangan mineral ini dapat menimbulkan cacat bawaan seperti pembentukan tulang dan selubung saraf tulang belakang yang abnormal (Prasetyono DS, 2009). Kebutuhan seng selama hamil sebesar 20 mg.(Nadesul H, 1996). Pemenuhan kebutuhan seng dengan konsumsi sumber pangan hewani (Kasdu Dini, 2004). 4) Iodium Iodium berfungsi sebagai bahan baku untuk hormon tirosin yang berfungsi dalam pertumbuhan. Mineral ini dapat mendorong perkembangan otak bayi. Bila kekurangan iodium maka akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan
perkembangan
janin,
sehingga
mengakibatkan
keterbelakangan mental (Prasetyono DS, 2009). Kebutuhan iodium selama hamil sebesar 175 mg. Iodium dapat diperoleh dari garam beriodium dan makanan laut seperti ikan, kerang dan rumput laut (Sayogo S, 2007). 6. Air Ibu hamil membutuhkan air sebanyak 2 liter sehari atau setara 8 gelas. Asupan air ini bisa dalam bentuk beragam. Selain dari minuman dapat diperoleh dari sayuran berkuah, buah-buahan dan jus (Kasdu Dini, 2004).
Tabel 2.2 Kecukupan Gizi Ibu Hamil Dalam Satu Hari Porsi
1.
2.
Kalori
(2000+285 kkal)
Sumber karbohidrat : Nasi
5p+1p
1p = ¾ gelas
100
175
3p
1p = 1 gelas
100
50
4p
1p = 1ptg sdg
50
40
3p
1p = 2ptg
50
80
Sayuran
Buah-buahan Pepaya
4.
Berat (gr)
Bahan Makanan
Sayuran campur 3.
URT
Sumber protein nabati:
Tempe/ pengganti 5.
Sumber protein hewani : Daging/ pengganti
3p
1p = 1ptg sdg
50
95
6.
Susu
1p
1p = 1 gelas
200
122
7.
Minyak
5p
1p = ½ sdm
5
45
8.
Gula
2p
1p = 1 sdm
100
37
Sumber : Depkes RI.2002 Keterangan : P = porsi 1gelas (gls) nasi = 140 gram = 70 gram beras 1 potong (ptg) daging = ukuran 6x5x2 cm 1 potong (ptg) tempe = ukuran 4x6x1 cm 1 gelas (gls) sayuran setelah direbus dan ditiriskan = 100 gram sayuran mentah 1 potong (ptg) pepaya = 5x15 cm 1 sendok makan (sdm) minyak goreng = 10 gram 1 sendok makan (sdm) gula pasir = 10 gram
Menurut Kasdu Dini (2004), pola makan sehat ibu hamil diantaranya : a. Patuhi jadwal makan Jangan mengabaikan waktu makan, khususnya untuk makan- makanan utama. Makan makanan bergizi seimbang tiga kali sehari pada waktu yang tepat, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Untuk makanan utama, makanan yang dikonsumsi tetap harus mengandung zat gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral dan air. b. Menu utama bergizi seimbang Makanan utama harus lengkap berupa nasi, lauk-pauk hewani, nabati dan sayuran 3 kali sehari. Camilan 2 kali sehari, berupa buah atau yang berserat tinggi dan minum segelas susu sehari 2 kali. Tidak hanya pada makanan utama, camilan sebaiknya tang mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. c. Sarapan
Sering kali waktu sarapan dianggap sepele. Sarapan merupakan energi awal ibu hamil untuk melakukan aktivitas pada hari itu. Untuk mencegah dari timbulnya rasa lemah, pusing atau mau pingsan. Hal ini bisa muncul lantaran pada pagi hari kadar gula menurun karena selama tidur malam tidak makan.
d. Porsi sedikit tapi sering Cara ini untuk menyiasati atau mencegah gangguan pencernaan. Aturlah porsi makan dalam jumlah kecil. Namun sering (5 atau 6 kali sehari) jika ibu mengalami mual dan muntah pada trimester I. e. Kurangi junk food Mengkonsumsi jenis makanan junk food diperbolehkan asalkan tidak berlebihan dan sering junk food mengandung unsur zat-zat gizi lainnya. Akibatnya ibu merasa makan sedikit tapi sebenarnya tidak memenuhi kebutuhan tubuh. f. Kurangi konsumsi kafein Kandungan kefein banyak terdapat dalam minuman seperti kopi, coklat dansoftdrink. Kafein dan tanin yang ada dalam minuman tersebut dapat menghambat penyerapan beberapa zat gizi terutama makanan yang mengandug kalsium. g. Camilan yang sehat Camilan tak selamanya buruk. Bila dapat memilah jenis camilan dan mengetahui pasti yang tepat, camilan bisa menambah nilai asupan gizi ibu hamil yang kurang. Tentunya bila bisa memilih jenis camilan dan tahu cara mengemil yang benar. Bila tidak, bisa-bisa ibu hamil kelebihan berat badan atau kegemukan. Cara menyiasati ngemil yang sehat dengan membatasi camilan manis, tinggi lemak dan camilan siap saji. c. Hal-hal yang harus dihindari dalam penerapan pola makan sehat ibu hamil Hal-hal yang harus dihindari dalam penerapan pola makan sehat ibu hamil (Paath Erna F, 2004) : 1. Sedapat mungkin manghindari jenis makanan yang diawetkan. 2. Hindari makanan yang berkalori tinggi. 3. Kurangi asupan makanan berlemak.
4. Hindari daging, ikan, ayam dan sumber protein lainnya yang tidak dimasak dengan baik. 5. Hindari alkohol sekalipun dalam jumlah sedikit dalam bentuk makanan. d. Pola makan tidak sehat Pola makan tidak sehat pada ibu hamil adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang ibu hamil (http://puskesmasoke.blogspot.com. 10 Juni 2009). Pola makan tidak sehat pada ibu hamil antara lain : 1. Makan terlalu banyak. Mengkonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuh berarti menambah kalori tambahan yang disimpan dalam tubuh sebagai lemak. Hal ini mengakibatkan kelebihan berat badan. 2. Terlalu banyak makan gula. Kebiasaan makan banyak ialah kecenderungan makan makanan yang banyak mengandung kadar gula. Memuaskan selera makan dengan makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi akan menyebabkan ibu hamil kehilangan selera makan makanan yang mengandung gizi, vitamin dan zat mineral yang diperlukan. 3. Mengkonsumsi makanan olahan terlalu banyak. Ibu hamil dapat tergantung pada jenis makanan olahan ini dan mengabaikan makanan segar akan tetapi ibu hamil akan kekurangan unsur makanan yang penting, baik bagi dirinya maupun bagi bayi yang dikandung. 4. Mengabaikan sarapan pagi. Ibu hamil biasanya sering mengabaikan sarapan pagi karena kesibukan mengerjakan pekerjaan rumah. Kebiasaan mengabaikan sarapan pagi akan mengakibatkan ibu akan merasa sangat lapar sebelum waktu makan siang dan memenuhinya dengan makanan camilan. Sarapan pagi sangat penting karena merupakan makanan pertama sepanjang hari. Energi yang tersimpan sebagai sumber cadangan pada malam hari telah dikosongkan untuk kehidupan alat- alat tubuh.pada pagi harinya diperlukan energi tambahan untuk aktifitas tubuh hingga menjelang tengah hari (Prasetyono DS, 2009) e. Dampak dari pola makan yang tidak sehat
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang salah satunya disebabkan oleh karena pola makan yang tidak sehat (Almatsier S, 2003). Gangguan gizi tidak seimbang antara lain : 1. Gizi kurang 2. Gizi buruk 3. Gizi lebih 4. Anemia gizi besie. 5. Kekurangan vitamin A 6. Gangguan akibat kekurangan iodium (Paath Erna F, 2004). f. Penanggulangan pola makan tidak sehat Cara menyiasati pola makan tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna. Kehamilan menyebabkan perubahan tubuh yang mengakibatkan timbulnya beberapa gangguan makan. Keadaan ini seringkali mempengaruhi asupan gizi ibu hamil atau kehilangan nafsu makan. Untuk menyiasati agar nafsu makan tetap terjaga, yaitu dengan cara : 1. Memperbanyak ragam dan variasi makanan. 2. Sajikan makanan yang menarik. 3. Tingkatkan kelezatan rasa makanan. 4. Segera makan begitu makanan disajikan (Kasdu Dini, 2004).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan Menurut Soegeng Santoso (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan adalah : a. Kesenangan Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. b. Budaya Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi sebagai contoh budaya pantang makanan c. Agama Agama juga mempengaruhi jenis makann yang dikonsumsi. Sebagai contoh agama islam mengharamkan daging babi. d. Taraf sosial ekonomi Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh taraf ekonomi. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. e. Lingkungan alam Lingkungan alam juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi seperti kondisi tanah dan iklim setempat. 3.
Zat Besi ( Fe ) Zat besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dan hewan yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa (Almatsier,2002). Di dalam tubuh, sebagian besar terkonjugasi dengan protein terdapat dalam bentuk ferro dan ferri. Bentuk aktif besi biasanya sebagai ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri misalnya bentuk storage (Sediaoetama, 2000). Besi lebih mudah di serap dalam bentuk Ferro. Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50% (Almatsier, 2002). Pemberian suplemen tablet penambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Saat hamil
kebutuhan zat besi meningkat mencapai dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat sampai 50%, sehingga butuh lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama hamil. Dasar pemberian zat besi adalah adanya perubahan volume darah merah yang mengalami peningkatan sebesar 20-30 %, sedangkan peningkatan plasma darah 50 % ( yuni ,2007). a.
Fungsi Zat Besi Zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh sebagai alat angkut elektron
di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2002). Besi diperlukan dalam sintesis hemoglobin. Hb adalah protein yang berfungsi antara lain untuk mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan. Untuk mengangkut CO2 yang akan di ekskresikan ke dalam udara pernafasan, dan sintesis enzim. Bila konsumsi zat besi berkurang dalam tubuh tidak seimbang maka akan terjadi anemia. Zat besi telah mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk ferro. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sebesar 10% saja yang terdapat di dalam makanan yang diserap ke dalam mukosa usus. Pada wanita, ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi, oleh sebab itu kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria. b.
Kebutuhan Zat Besi untuk Ibu Hamil Jumlah zat besi yang di butuhkan oleh ibu hamil jauh lebih besar bila di bandingkan
dengan yang tidak hamil. Selama kehamilan, seorang ibu memerlukan tambahan zat gizi untuk menunjang pembentukan Hb. Jumlah tambahan zat besi yang dibutuhkan bervariasi, darah seorang ibu hamil memerlukan 500 mg zat besi, darah janin membutuhkan 200mg zat besi dan darah plasenta membutuhkan 25 mg zat besi. Total yang dibutuhkan selama kehamilan diperkirakan sebanyak 1000 mg (Krisnatuti, 2000). Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir (III), apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah menjadi anemia defisiensi besi, masuknya besi setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk berbagai negara.
Untuk wanita tidak hamil, wanita hamil dan wanita menyusui dianjurkan di Amerika Serikat, masing-masing 12 mg, 15 mg, dan 15 mg di Indonesia masing-masing 12 rng, l7 mg, 17 mg. (Prawirohardjo, 2002). c.
Akibat Kekurangan Zat Besi Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada wanita) dan jumlah darah dalam badan (dalam hal ini Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula. Dalam keadaan normal dapat diperkirakan bahwa seorang laki-laki dewasa memerlukan asupan sebesar 10 mg, wanita memerlukan 12 mg, sedangkan pada wanita hamil dan menyusui diperlukan tambahan 5 mg sehari. Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi, Fe yang terdapat didalam gudang akan digunakan dan gudang lambat laun akan menjadi kosong, akibatnya timbul anemia defisiensi besi. Hal ini dapat disebabkan oleh absorbsi yang buruk, pendarahan kronik dan kebutuhan yang meningkat, keadaan ini memerlukan penambahan Fe dalam bentuk obat/suplemen. d.
Anemia Dalam Kehamilan Anemia pada kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi,
kekurangan ini dapat disebabkan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari tubuh misalnya pasca pendarahan (Prawirohardjo, 2002). Anemia adalah pengurangan sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Price S.A, 1995). Penyebab defisiensi besi antara lain persediaan zat besi dalam makanan kurang, adanya zat penghambat absorbsi atau inhibitor, konsumsi zat besi kurang dan meningkatnya kebutuhan zat besi misalnya pada keadaan hamil, masa pertumbuhan dan terutama pada anakanak. Menurut Ufah Kusumah perhitungan table Hb ibu hamil sebagai berikut : Tabel 2.3 Perhitungan Kadar Hb ibu hamil Konsentrasi Hb Hb 11 gr/dL
Klasifikasi Tidak anemia
Hb 9-10,9 gr/dL Hb 7-8,9 gr/dL Hb < 7 gr/dL
Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat
1. Gejala dan tanda anemia dalam kehamilan a. Letih b. Sering mengantuk c. Malaise d. Pusing e. Lemah f. Nyeri kepala g. Kulit pucat h. Membran mukosa pucat (misal pada konjungtiva) i.
Bantalan kuku pucat
j. Luka pada lidah k. Tidak ada nafsu makan l. Mual, muntah m. Pemeriksaan kadar Hb < 11 gr % (Varney, 2006).
2. Faktor-faktor penyebab anemia dalam kehamilan (Mochtar R, 1998) a. Kurang gizi (malnutrisi) b. Kurang zat besi dalam diet c. Malabsorbsi d. Kehilangan darah yang banyak e. Penyakit kronik : TBC paru, laring usus, malaria. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia dalam kehamilan (Curtis, 1997) a. Kegagalan untuk menyerap zat besi b. Perdarahan selama kehamilan c. Janin kembar d. Pemakaian antasid dapat mengurangi penyerapan zat besi yang dikeluarkan melalui saluran pencernaan menjadi lebih banyak.
e. Kebiasaan makan yang buruk. 4. Patofisiologi Pada ibu hamil terjadi penambahan cairan tubuh (volume plasma) yang tidak sebanding dengan penambahan masa sel darah merah sehingga terjadi pengenceran darah akibatnya kadar hemoglobin menurun dan berakibat terjadinya anemia pada kehamilan. Penurunan kadar Hb mulai timbul sejak usia kehamilan 8 minggu sampai minggu kedua kehamilan walaupun bervariasi biasanya penambahan volume plasma pada wanita hamil dapat mencapai 50% sedangkan kenaikan masa sel darah merah hanya 25%. Selain terjadi penurunan Hb dan penambahan volume plasma anemia kehamilan juga dapat disebabkan oleh karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin (Price, 1995). 5. Batasan anemia pada ibu hamil a. Pada trimester I dan III Hb ≥ 11 gr % : tidak anemia Hb < 11 gr % : anemia b. Pada trimester II Hb ≥ 10,5 gr % : tidak anemia Hb < 10,5 gr % : anemia 6. Pengaruh anemia dalam kehamilan Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Juga bagi hasil konsepsi (Sarwono, 2005). a.
Bahaya terhadap ibu 1) Selama kehamilan a) Abortus b) Partus prematurus c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim d) Mudah terjadi infeks e) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %) f)
Mola hidatidosa
g) Hiperemesis gravidarum h) Perdarahan antepartum
i) Ketuban pecah dini .(Manuaba IBG, 2007). 2) Bahaya saat persalinan a) Gangguan his, kekuatan mengejan b) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar. c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan. d) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum akibat atonia uteri. e) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. (Manuaba IBG, 2007) 3) Pada kala nifas a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum. b) Memudahkan infeksi puerperium. c) Pengeluaran ASI berkurang. d) Dekompensasi kordis mandadak setelah persalinan. e) Mudah terjadi infeksi mamae. (Manuaba IBG, 2007). b.
Bahaya terhadap janin Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain adalah : 1) Abortus 2) Kematian intrauteri 3) Persalinan prematuritas tinggi. 4) Berat badan lahir rendah. 5) Kelahiran dengan anemia. 6) Dapat terjadi cacat bawaan 7) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal 8) Intelegensia rendah (Manuaba IBG, 2007).
7. Pencegahan anemia dalam kehamilan Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia dalam kehamilan, antara lain : a. Pemberian tablet Fe Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam program suplementasi pada awal kehamilan. Program suplementasi tidak akan berhasil karena “Morning Sickness” dapat mengurangi keefektifan obat. Namun demikian, cara ini baru akan berhasil jika pemberian tablet ini dilakukan dengan pengawasan yang ketat (Arisman MB, 2004). Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung Fe 200 mg dan asam folat 0,25 mg minimal masing- masing 90 tablet (Saifuddin, 2007). b. Pendidikan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan, mereka memerlukan tambahan zat besi agar mengerti, para ibu hamil harus diberikan pendidikan yang tepat. Misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi (Arisman MB, 2004). c. Modifikasi makanan Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara, yaitu : 1) Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi. Sebagai gambaran, setiap 1000 kkal makanan dari beras saja mengandung 6 mg Fe (seorang wanita hamil setidaknya memerlukan 2000 kkal dan itu berarti 12 mg Fe). 2) Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi. (Arisman MB, 2004). d. Fortifikasi makanan
Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Fortifikasi makanan dengan zat besi yang tersedia secara kimiawi, sangat reaktif dan berkecenderungan mengubah warna makanan. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti yang terbuat dari jagung dan bubur jagung serta produk susu. Disamping empat pendekatan di atas, telah dilakukan pula upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dengan cara : 1) Meningkatkan pendidikan masyarakat mengenai : a) Bahaya anemia terhadap kehamilan b) Pentingnya tambahan besi pada ibu hamil c) Meningkatkan kesehatan diri dan lingkungan 2) Menjarangkan kehamilan sehingga kehilangan darah berkurang 3) Meningkatkan ANC sehingga anemia dapat diketahui dan diatasi 4) secara dini. (Manuaba IBG, 2001). 28 8. Penatalaksanaan anemia dalam kehamilan Terapi anemia dalam kehamilan terutama anemia defisiensi zat besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi : ferosulfat, feroguconal atau Na-ferobisitrat. Pemberian preparat 60 mg perhari dapat menaikkan kadar Hb 1 gr % per bulan. Pemberian parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) IV atau lebih cepat yaitu 2 gr % (saifuddin AB, 2007). Beberapa faktor yang perlu diperhitungkan dalam pemberian zat besi : a. Reaksi tubuh terhadap zat besi b. Kemampuan resorbsi intestine c. Kemampuan hemopoitisis sumsum tulang d. Jumlah kehilangan darah e. Faktor makanan : teh dan kopi menghambat resorbsi zat besi. Sedangkan vitamin C 25 mg meningkatkan resorbsi zat besi. (Manuaba IBG, 2001) 4.
Konsep Kehamilan
a. Definisi Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai dari fertilisasi sampai dengan janin lahir (Sarwono, 2005). Kehamilan dibagi dalam tiga trimester yaitu trimester pertama dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Sarwono, 2008). b. Perubahan sistem peredaran darah pada ibu hamil Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.
Akan
tetapi
bertambahnya
sel-sel
kurang
dibandingkan
dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah tersebut dianggap sebagai penyesuaian diri secara psikologis dalam kehamilan. Pertama-tama pengenceran darah tersebut meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Sarwono, 2005). c. Kebutuhan ibu hamil 1. Nutrisi Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh ibu. Perubahanperubahan itu untuk menyesuaikan tubuh ibu pada kehamilannya. Penggunaan zat-zat makanan oleh tubuh menurun pada 4 bulan pertama kehamilan sehingga kebutuhan tubuh akan makanan juga berkurang pada beberapa bulan pertama kehamilan (Salmah, 2006) Selanjutnya akan meningkat hingga 300 kalori per hari (Saifuddin AB, 2002). Bahan pangan yang dikonsumsi ibu hamil harus meliputi enam kelompok yaitu makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati), susu dan olahannya, roti, bebijian, buah dan sayur yang kaya akan vitamin C (Kasdu Dini, 2004).
2. Kebersihan
Mandi diperlukan untuk kebersihan atau higiene terutama perawatan kulit karena fungsi ekskresi dalam keringat bertambah (Mochtar R, 1998). Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan (Saifuddin A.B, 2007). 3.
Berpakaian Pakaian yang sebaiknya dipergunakan terbuat dari katun sehingga mudah menyerap keringat. Jika diperlukan, daerah lipatan badan dapat diberi bedak, hal ini mencegah kekeringan dan mengurangi dermatitis kontak atau alergi. Pakaian sebaiknya longgar sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba IBG, 2007).
4. Istirahat Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan periode istirahat, terutama saat hamil tua. Posisi miring dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterin dan oksigenasi fetoplasental (Salmah, 2006). 5. Seksual Hubungan seksual saat hamil bukanlah halangan, asalkan dilakukan dengan hati-hati. Sering dijumpai bahwa hubungan seksual dapat menimbulkan abortus dan persalinan premature (Manuaba, 2007). 6. Imunisasi Di Indonesia dianjurkan untuk mendapat imunisasi tetanus toxoid sebanyak 2 kali selama hamil dan maksimal 5 kali untuk seumurr hidup. Seperti diketahui bahwa kematian karena tetanus masih tinggi sehingga diperlukan kekebalan pasif terhadap infeksi tetanus untuk bayi baru lahir (Manuaba IBG, 2007).
5.
Kehamilan Trimester III Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai
orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi (yuni,2007). Ditinjau dari usia kehamilan dikatakan kehamilan trimester III adalah kehamilan antara 28 minggu sampai 40 minggu.
Sejumlah ketakutan dapat terlihat selama trimester ketiga. Ibu mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan tahu kapan dia akan melahirkan. Ibu akan merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Akibat pertumbuhan janin, maka organ sekitarnya mendapat tekanan sehingga memperburuk keadaan serta menimbulkan keluhan baru. Sementara itu ukuran janin dan posisinya tekadang membuat ibu hamil merasa tidak nyaman dan susah tidur, ditambah lagi dengan lelah akibat membawa tambahan bobot tambahan sampai bayi dilahirkan. Perubahan-perubahan yang sering terjadi pada ibu hamil trimester III adalah pembesaran perut. Rahim terus membesar, sampai ke 36 ukuran uterus mencapai pinggir bagian bawah tulang iga terendah pada dada. Pembesaran perut sering membuat puser/udel jadi menonjol, nyeri perut kiri atas (Heartburn). Heartburn sering dialami oleh ibu hamil, terutama di trimester III. Akibat pertumbuhan janin, rahim akan mendorong lambung, sehingga mengakibatkan mengalirnya asam lambung kearah kerongkongan dan menimbulkan rasa nyeri terutama setelah makan.
B. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi Pola Makan : 1. Kesenangan 2. Budaya 3. Agama 4. Taraf Sosial Ekonomi 5. Lingkungan Alam
Pola Makan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Konsumsi tablet Fe
Faktor yang mempengaruhi konsumsi tablet Fe : 1. Pendidikan 2. Modifikasi Makanan 3. Fortifikasi Makanan Skema 2.1 Kerangka Teori Sumber. Soegeng Santoso (2004) Keterangan : Diteliti
:
Tidak Diteliti :
C.
Kerangka Konsep Penelitian
Pola Makan Ibu Hamil Trimester III Kadar Hb Ibu Hamil Trimester III KonsumsiTablet Fe
Skema 2.2 Hubungan Pola Makan dan Konsumsi Tablet Fe dengan Kadar Hb pada Ibu Hamil Trimester III
D.
Variabel Penelitian Sebagai variabel bebas dari penelitian adalah pola makan ibu hamil dan Konsumsi tablet Fe, sedangkan variabel terikat dari penelitian adalah kadar Hb ibu hamil trimester III.
E.
Hipotesa Berdasarkan konsep dan variabel penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian ini adalah : H0 : Ada hubungan pola makan ibu hamil dan konsumsi tablet Fe dengan kadar Hb pada Ibu hamil trimester III.