BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Tuba Saba Sistemika tumbuhan Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Polygonales
Famili
: Polygonaceae
Genus
: Polygonum
Spesies
: Polygonum-caespitosum Blume (anonim, 2008).
Polygonum caespitosum Blume merupakan tumbuhan yang tumbuh di daerah pinggir jalan, tanah yang lembab, selokan. Tumbuhan ini berbunga pada bulan Mei sampai September, bunga halus berwarna merah hingga merah muda, atau beberapa berwarna putih dengan panjang 2-3 mm. Tumbuhan ini memiliki banyak persamaan dalam satu genusnya. Spesies dapat ditentukan dengan melihat adanya silia pada batang dan bunga. Banyak tumbuhan dari genus ini sedikit beracun, dan menyebabkan perasaan terbakar saat memakannya. (anonim, 2008) 2.2 Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Ditjen POM, 1979).
Universitas Sumatera Utara
Ekstraksi merupakan penarikan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan mengggunakan pennyari tertentu. Terdapat beberapa macam metode ekstraksi, diantaranya adalah maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Untuk mengekstraksi senyawa kimia yang ada dalam tumbuhan terlebih dahulu bahan dikeringkan kemudian dihaluskan dengan derajat halus tertentu lalu diekstraksi dengan pelarut yang sesuai. Untuk mendapatkan sari yang kental dapat dilakukan dengan menguapkan hasil ekstraksi dengan bantuan rotary evaporator (Harborne, 1987). Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan perendaman, pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Ditjen POM, 2000). Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan,
tahap
maserasi
antara,
tahap
perkolasi
sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) (Ditjen POM, 2000). Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang secara terusmenerus, umumnya dilakukan dengan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontiniu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000). 2.3 Bakteri Nama bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa yunani) yang berarti tongkat atau lubang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri berukuran kecil sehingga hanya dapat
dilihat
dengan mikroskop
(Dwidjoseputro, 1991). Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga, yaitu bakteri berbentuk bulat (kokus), bakteri berbentuk batang (basil),
dan
bakteri berbentuk melilit (spiral) (Irianto, 2006). 2.3.1 Bakteri Staphylococcus aureus Divisi
:
Protophyta
Kelas
:
Schizomycetes
Bangsa
:
Eubacteriales
Suku
:
Micrococcaceae
Marga
:
Staphylococcus
Jenis
:
Staphylococcus aureus (Dwijoseputro, 1978)
Bakteri Staphylococcus aureus termasuk golongan bakteri gram positif. Bakteri ini biasanya terdapat pada beberapa bagian tubuh manusia, termasuk hidung, tenggorokan, kulit dan karenanya mudah memasuki makanan. Bakteri ini dapat menjadi penyebab infeksi terutama kulit. Infeksi yang ditimbulkannya ditandai dengan adanya peradangan dan pembentukan abses. Bakteri ini berbentuk bola dengan garis tengah ± 1µm tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur). Dapat pula tersusun empat-empat (tetrad), berbentuk rantai (3-4 sel), berpasangan atau satu-satu. Bakteri ini tidak dapat bergerak, tidak membentuk spora, aerob, dan ada yang fakultatif anaerob serta tidak membentuk kapsul. Tumbuh baik pada suhu 37 oC (Nurwanto, 1997).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Bakteri Streptococcus pyogenes Klasifikasi bakteri Divisi
:
Protophyta
Kelas
:
Bacilli
Bangsa
:
Lactobacillales
Suku
:
Streptococcaceae
Marga
:
Streptococcus
Jenis
:
Streptococcus pyogenes
Streptococcus pyogenes adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang. Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit. Infeksi ringan Streptococcus pyogenes termasuk faringitis (radang kerongkongan) dan infeksi kulit setempat (impetigo). 2.3.3 Bakteri Pseudomonas aeruginosa Klasifikasi bakteri Divisi
:
Protophyta
Kelas
:
Gamma proteobacteria
Bangsa
:
Pseudomonadales
Suku
:
Pseudomonadaceae
Marga
:
Pseudomonas
Jenis
:
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang
Universitas Sumatera Utara
membentuk rantai yang pendek. Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, tidak berspora, tidak mempunyai selubungdan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Pseudomonas
aeruginosa
dapat
menimbulkan
berbagai
penyakit
diantaranya yaitu: infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan, infeksi saluran kemih, infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai dengan infeksi mata (anonim, 2008). 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri 1. Suhu Mikroba tumbuh pada suhu biasa/umum seperti halnya organisme lainnya. Kebanyakan bakteri tumbuh pada kisaran suhu tertentu, sekitar 30 oC. Spesies bakteri dapat tumbuh pada suhu minimum, optimum, dan maksimum tertentu. Suhu minimum
: suhu terendah untuk mikroba tetap dapat hidup
Suhu optimum
: suhu dimana mikroba tumbuh dengan baik
Suhu maksimum
: suhu tertinggi untuk mikroba tetap dapat hidup.
Berdasarkan faktor suhu, mikroba dibagi dalam 3 kelompok:
2.
•
Psikrofil, hidup pada suhu dingin, di bawah 20 oC, optimum 15 oC
•
Mesofil, hidup pada suhu antara 10-45 oC
•
Termofil, hidup pada suhu tinggi 40-60 oC. pH Kebanyakan bakteri tumbuh pada kisaran sempit; pH mendekati netral
(6,5-7,5). Sedikit bakteri yang tumbuh pada pH asam dibawah 4, tetapi ada bakteri bahkan dapat hidup pada pH 1. Keperluan akan pH tertentu ini digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengisolasi bakteri. Untuk mengatur pH dapat ditambahkan HCl, KOH atau NaOH. 3.
Tekanan osmosis Air merupakan bahan yang sangat penting bagi pertumbuhan bakteri karena
80%-90% bakteri tersusun dari air. Tekanan osmosis sangat diperlukan untuk mempertahankan bakteri agar tetap hidup. Apabila bakteri berada dalam larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi yang ada dalam sel bakteri, maka cairan dari sel akan keluar melalui membran sitoplasma yang disebut plasmolisis. 4.
Oksigen Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai akseptor elektron, mikroba dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu mikroba aerob dan anaerob. Mikroba aerob adalah mikroba yang dapat menggunakan oksigen sebagai sumber akseptor elektron terakhir dalam proses bioenerginya. Sebaliknya, mikroba anaerob adalah mikroba yang tidak dapat menggunakan oksigen sebagai sumber akseptor elektron dalam proses bioenerginya. Berdasarkan kebutuhan oksigen, maka bakteri dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok: a. Aerob, yaitu bakteri hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas. b. Anaerob, yaitu bakteri hanya dapat tumbuh jika tidak ada oksigen bebas. c. Anaerob fakultatif, yaitu bakteri yang dapat hidup dalam lingkungan dengan atau tanpa oksigen bebas.
Universitas Sumatera Utara
d. Mikroaerofil, yaitu bakteri yang dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil. (Nurwanto, 1997) 2.6. Pengukuran Aktivitas Antimikroba Pengukuran aktivitas antimikroba secara in vitro dapat dikelompokkan dalam tiga metode yaitu: 2.6.1 Cara difusi Metode yang paling sering digunakan adalah metode cakram kertas, silinder gelas/logam tahan karat dan pencetak lubang (punch hole) kemudian diletakkan pada media agar padat yang telah dicampurkan dengan mikroba uji dan larutan obat diteteskan ke dalam cakram kertas kemudian diinkubasi pada suhu 37 o
C selama 18-24 jam. Selanjutnya diamati adanya area (zona) jernih di sekitar
cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba. (Dzen, dkk, 003). 2.6.2 Cara turbidimetri Metode turbidimetri dilakukan berdasarkan hambatan pertumbuhan mikroba dalam media cair yang mengandung zat antimikroba. Hambatan pertumbuhan mikroba ditentukan dengan mengukur
serapannya dengan
menggunakan Spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm (Ditjen POM, 1995). 2.6.3 Cara dilusi Metode ini digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari zat antimikroba.
Universitas Sumatera Utara
Metode dilusi ini menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi dengan media cair dan sejumlah tertentu mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung diuji dengan zat antimikroba yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu ± 36 oC selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan pada media agar padat, diinkubasikan pada suhu ± 36 oC selama 18-24 jam. Lalu diamati ada tidaknya koloni bakteri yang tumbuh (Dzen, dkk, 2003). Konsentrasi terendah zat antimikroba pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih adalah KHM dari zat itu. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari zat antimikroba terhadap bakteri uji. 2.7. Jamur Jamur (fungi) adalah suatau mikroorganisme seluler yang tidak mengandung klorofil dan biasanya berstruktur seperti benang. (Irianto, 2006) Pada fungi didaptkan struktur hifa (hifae=jamak) berupa jalinan benang yang berisi sejumlah nukleus. Hifa ini dapat mempunyai dinding pemisah atau septum yang berpori-pori halus, hifa ini disebut bersepta. Selain itu terdapat juga hifa yang tidak bersepta. (Lay, 1992) Fungi terdiri atas dua golongan yaitu kapang dan khamir. Perbedaan utama adalah bahwa khamir merupakan sel tunggal sedangkan kapang bersel ganda. Istilah kapang digunakan untuk fungi berfilamen, sedangkan khamir ialah bentuk fungi bersel tunggal dengan pembelahan sel secara pertunasan .
Universitas Sumatera Utara
2.7.1. Jamur Trichophyton rubrum
Gambar 1. Jamur Trichophyton rubrum Kingdom
: Fungi
Divisi
: Ascomycota
Kelas
: Eurotiomycetes
Ordo
: Onygenales
Famili
: Arthrodermataceae
Genus
: Trichophyton
Spesies
: Trichophyton- rubrum Jamur Trichophyton rubrum adalah salah satu jenis jamur berfilamen,
yang bersifat keratinofilik. Kemampuannya untuk memanfaatkan keratin sebagai sumber makanan. Karena itu area yang diinfeksi oleh jamur Trichophyton hanya dibatai pada area yang memiliki keratin seperti pada kulit, kuku dan rambut.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Jamur Microsporum sp
Gambar 2. Jamur Microsporum sp.
Kingdom
: Fungi
Divisi
: Ascomycota
Kelas
: Eurotiomycetes
Ordo
: Onygenales
Famili
: Arthrodermataceae
Genus
: Microsporum
Spesies
: Microsporum sp.
Microsporum sp merupakan penyebab penyakit kulit, pemakan zat tanduk atau keratin, serta merusak kuku dan rambut. J amur microsporum sp dapat ditularkan secara langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah
Universitas Sumatera Utara