BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab Tinjauan Pustaka ini dipaparkan teori penunjang yang menjadi dasar dalam analisis hasil. Teori penunjang yang disertai antara lain teori tentang Resistor, tipe-tipe Resistor.
2.1.
State of the Art Penelitian mengenai penentuan nilai Resistor telah dilakukan melalui
beberapa penelitian pengolahan citra. Citra Resistor dapat dikenal melalui tipe dan jumlah gelang yang dimiliki. Beberapa penelitian telah dilakukan pada lingkungan aplikasi desktop, sehingga masih sangat sedikit penelitian dengan pengenalan Resistor ini yang berada pada lingkungan mobile. Penelitian ini melakukan penelitian terhadap keakuratan pengenalan tipe dan nilai dari Resistor pada aplikasi mobile. Penelitian Didik Hariyanto dengan judul " Studi Penentuan Nilai Resistor Menggunakan Seleksi Warna Model HSI Pada Citra 2D" (Didik,2012) membuat sebuah aplikasi desktop untuk mementukan nilai Resistor dengan menerapkan model warna HIS (Hue, Saturation,Intensity), dapat dibuat sebuah sistem yang dapat melakukan seleksi warna. Nilai komponen hue merupakan asosiasi dari panjang gelombang cahaya, dan bila menyebut warna merah, hijau, atau kuning, sebenarnya menspesifikasikan nilai hue. Komponen saturation digunakan untuk mengetahui tingkat kejenuhan atau kedalaman dari warna. Komponen intensity menyatakan seberapa banyak intensitas cahaya yang terdapat dalam warna. Hasil percobaan awal dengan menggunakan subyek citra sebanyak 10 buah dengan performa sistem sebesar 80% menunjukkan bahwa model warna HSI dapat digunakan untuk menentukan nilai resisitor berdasarkan dari seleksi warna
gelang
5
Resistor
6
Aplikasi pendeteksi Tipe dan Nilai Resistor dibuat pada lingkungan aplikasi mobile Android diharapkan dapat memudahkan user dalam melakukan proses pengenalan. Data nilai dari masing-masing warna pada Resistor dan sistem dari aplikasi ditanamkan langsung pada aplikasi ini, sehingga user tidak membutuhkan koneksi internet dalam melakukan pengenalan Resistor.
2.2.
Resistor Resistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk
membatasi arus listrik dan juga digunakan sebagai pembagi tegangan listrik. Resistor dapat dikatakan juga sebagai penentu besarnya suatu arus dan tegangan listrik pada suatu rangkaian elektronika. Sebuah Resistor tidak memiliki kutub positif dan negatif, tapi memiliki karakteristik utama yaitu resistensi, toleransi, tegangan kerja maksimum dan power rating. Karakteristik lainnya meliputi koefisien temperatur, kebisingan, dan induktansi. Ohm yang dilambangkan dengan simbol Ω (Omega) merupakan satuan resistansi dari sebuah Resistor yang bersifat resistif.
Gambar 2.1 Lambang Resistor (Sumber : http://rangkaianelektronika.info/pengertian-dan-fungsi-Resistor/)
Gambar 2.1 merupakan lambang Resistor yang biasanya digunakan dalam dunia elektronika. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang selalu digunakan dan paling banyak dalam setiap rangkaian elektronika. Fungsi Resistor adalah sebagai pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor menyebabkan arus listrik dapat disalurkan sesuai dengan kebutuhan. Adapun fungsi Resistor secara lengkap adalah sebagai berikut:
7
1
Berfungsi untuk menahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan dari suatu rangkaian elektronika.
2
Berfungsi untuk menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian elektronika.
3
Berfungsi untuk membagi tegangan.
4
Berfungsi untuk membangkitkan frekuensi tinggi dan frekuensi rendah dengan bantuan transistor dan kondensator (kapasitor).
2.2.1. Resistor Biasa (Nilai Tetap) Resistor dengan bentuk ini besar hambatannya ditunjukan dengan warna pada gelang warna yang melingkari badan, umumnya berbentuk silinder tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Resistor ini merupakan Resistor yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan), dibuat dari nikelin atau karbon, yang berfungsi sebagai pembagi tegangan, mengatur atau membatasi arus pada suatu rangkaian serta memperbesar dan memperkecil tegangan.
Gambar 2.2 Resistor tetap (Sumber: http://rangkaianelektronika.info/fungsi-dan-jenis-jenis-Resistor/)
Gambar 2.2 adalah gambar Resistor, paling ujung kanan merupakan Resistor dengan tahanan 10 watt semakin kekiri tahanan semakin kecil.
2.2.1.1 Sistem Kode Warna Resistor 4 Pita Sistem kode warna Resistor 4 pita merupakan kode warna paling sering digunakan dan terdiri dari 4 pita warna yang mengelilingi badan Resistor. Dua pita yang terdapat pada bagian depan merupakan informasi dua digit harga
8
resistansi, sedangkan pita ketiga merupakan faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga resistansi.
Gambar 2.3 Resistor tetap 4 warna (Sumber : http://komponenelektronika.biz/wp-content/uploads/2013/12/Sistem-Kode-Warna-4Pita.jpg)
Resistor dengan dengan pita keempat yang berfungsi untuk menunjukan toleransi dari Resistor. Tabel 2.1 menampilkan nilai dari masing masing warna berdasarkan kedudukan pita pada Resistor tersebut.
Tabel 2.1 Kode Warna Resistor 4 Pita
Kode Warna Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau Biru Ungu Abu-Abu Putih Emas Perak Tak Berwarna
Pita Ke-1 Pita Ke-2 Pita Ke-3 0 0 100 1 1 101 2 2 102 3 3 103 4 4 104 5 5 105 6 6 106 7 7 107 8 8 108 9 9 109 10-1 10-2 -
Pita Ke-4 5% 10 % 20 %
Contoh: : Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Perak, Pita ke-4 = Emas. Nilainya adalah 56 x 10-2 = 0,56 Ω, dengan Toleransi 5%.
9
2.2.1.2 Sistem Kode Warna Resistor 5 Pita Sistem kode warna ini banyak digunakan pada Resistor presisi. Tiga pita pertama menunjukan harga resistansi, sedangkan pita keempat adalah pengali dan pita kelima adalah toleransi.
Gambar 2.4 Resistor tetap 5 pita warna (Sumber : http://komponenelektronika.biz/wp-content/uploads/2013/12/Sistem-kode-warna-5pita.jpg)
Resistor yang memiliki 5 kode warna dengan pita keempat yang berwarna emas atau perak kadang di abaikan, karena hanya digunakan pada Resistor lama atau penggunaan khusus. Pita keempat adalah toleransi dan yang kelima adalah koefisien. Tabel 2.2 menampilkan nilai dari masing masing warna berdasarkan kedudukan pita pada Resistor tersebut.
Tabel 2.2
Kode Warna Resistor 5 Pita
Kode Warna Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau Biru Ungu Abu-Abu Putih Emas Perak
Pita Ke-1 Pita Ke-2 Pita Ke-3 Pita Ke-4 Pita Ke-5 0 0 0 100 1 1 1 1 10 1% 2 2 2 102 2% 3 3 3 3 10 4 4 4 104 5 5 5 5 10 0,5 % 6 6 6 6 10 0,25 % 7 7 7 107 0,1 % 8 8 8 9 9 9 -1 10 5% -2 10 10 %
10
Contoh: Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Ungu, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat. Nilainya adalah 567 x 10-1 = 56,7 Ω, Toleransi 1%.
2.2.1.3 Sistem Kode Warna Resistor 6 Pita Sistem kode warna satu ini terdapat 6 pita, dimana 3 pita pertama menunjukan nilai tahanan, pita keempat menunjukan perkalian desimal, pita kelima menunjukan nilai toleransi dan pita keenam menunjukan koefisien suhu.
Gambar 2.5 Resistor tetap 6 pita warna (Sumber : http://komponenelektronika.biz/wp-content/uploads/2013/12/Sistem-Kode-Warna-6Pita.jpg)
Tabel 2.3 menampilkan nilai dari masing masing warna berdasarkan kedudukan pita pada Resistor tersebut.
Tabel 2.3
Kode Warna Resistor 6 Pita
Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau
Pita Ke-1 0 1 2 3 4 5
Pita Ke-2 0 1 2 3 4 5
Pita Ke-3 0 1 2 3 4 5
Pita Ke-4 100 101 102 103 104 105
Biru
6
6
6
106
Ungu Abu-Abu Putih Emas Perak
7 8 9 -
7 8 9 -
7 8 9 -
107
Kode Warna
-
10-1 10-2
Pita Ke-5 1% 2% 0,5 % 0,25 % 0,1 % 5% 10 %
Pita Ke-6 100 ppm/ ºC 50 ppm/ ºC 15 ppm/ ºC 25 ppm/ ºC -
11
Contoh : Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Biru, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat. Pita ke-6 = Coklat. Nilainya adalah 56,6 Ω, Toleransi 1%, Koefisien suhu 100 ppm / ºC.
2.3.
Citra Digital Citra digital merupakan citra hasil digitalisasi yang dapat diolah pada
suatu komputer digital. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen, elemenelemen yang menyusun citra pixel. Pixel merupakan kependekan dari picture element, yang berarti elemen atau unsur penyusun citra digital. Citra digital disimpan dalam media penyimpanan dengan menyimpan pixel penyusunnya, memori yang dibutuhkan untuk menyimpan citra tergantung pada jumlah pixel yang menyusun citra. 2.3.1. Citra Warna Citra berwarna, atau biasa dinamakan citra RGB, merupakan jenis citra yang menyajikan warna dalam bentuk komponen R (merah), G (hijau), dan B (biru). Setiap komponen warna menggunakan 8 bit (nilainya berkisar antara 0 sampai dengan 255). Kemungkinan warna yang bisa disajikan mencapai 255 x 255 x 255 atau 16.581.375 warna. RGB adalah model warna berdasarkan konsep penambahan kuat cahaya primer yaitu Red, Green dan Blue.Dalam suatu ruang yang sama sekali tidak ada cahaya, maka ruangan tersebut adalah gelap total. Tidak ada signal gelombang cahaya yang diserap oleh mata kita atau RGB (0,0,0). Apabila kita menambahkan cahaya merah pada ruangan tersebut, maka ruangan akan berubah warna menjadi merah misalnya RGB (255,0,0), semua benda dalam ruangan tersebut hanya dapat terlihat berwarna merah. Demikian apabila cahaya kita ganti dengan hijau atau biru (Revima,2012).
12
Gambar 2.6 Nilai Hue, Saturation, dan Value (Sumber : http://blog.joglotechnology.com/wp-content/uploads/2015/05/hsb.jpg)
Model HSV (Hue Saturatuion Value) menunjukkan ruang warna dalam bentuk tiga komponen utama, yaitu hue, saturation dan value (atau disebut juga brightness). Hue adalah sudut dari 0 sampai 360 derajat. Biasanya 0 adalah merah, 60 derajat adalah kuning, 120 derajat adalah hijau, 180 derajat adalah cyan, 240 derajat adalah biru dan 300 derajat adalah magenta. Hue menunjukkan jenis warna (seperti merah, biru atau kuning) atau corak warna, yaitu tempat warna tersebut ditemukan dalam spektrum warna. Merah, kuning dan ungu (purple) adalah katakata yang menunjukkan hue. Saturasi (saturation) suatu warna adalah ukuran seberapa besar kemurnian dari warna tersebut. Sebagai contoh, suatu warna yang semuanya merah tanpa putih adalah saturasi penuh. Jika ditambahkan putih ke merah, hasilnya lebih berwarna-warni dan warna bergeser dari merah ke merah muda (pink). Hue masih tetap merah tetapi nilai saturasinya berkurang. Saturasi biasanya bernilai 0 sampai 1 (atau 0% sampai 100%) dan menunjukkan nilai keabu-abuan warna dimana 0 menunjukkan abu-abu dan 1 menunjukkan warna primer murni. Komponen ketiga dari HSV adalah value atau disebut juga intensitas (intensity), yaitu ukuran seberapa besar kecerahan suatu warna atau seberapa besar cahaya datang dari suatu warna. Nilai value dari 0% sampai 100% (Rainbowharmony, 2010).
13
2.4.
Pengolahan Citra Digital Pengolahan citra adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang
keberadaannya untuk memanipulasi dan memodifikasi citra dengan berbagai cara.(Efford 2000) Foto adalah contoh gambar berdimensi dua yang bisa diolah dengan mudah.Setiap foto dalam bentuk citra digital (misalnya berasal dari kamera digital) dapat diolah melalui perangkat-lunak tertentu. Apabila hasil bidikan kamera terlihat agak gelap, citra dapat diolah agar menjadi lebih terang, dimungkinkan pula untuk memisahkan foto orang dari latarbelakangnya. Gambaran tersebut menunjukkan hal sederhana yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra digital. Banyak hal lain yang lebih pelik yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra digital. Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan menganalisis citra dengan bantuan komputer. Pengolahan citra digital dapat dikelompokkan dalam dua jenis kegiatan: 1.
Memperbaiki kualitas suatu gambar, sehingga dapat lebih mudah diinterpretasi oleh mata manusia.
2.
Mengolah informasi yang terdapat pada suatu gambar untuk keperluan pengenalan objek secara otomatis. Bidang aplikasi kedua yang sangat erat hubungannya dengan ilmu
pengetahuan pola (pattern recognition) yang umumnya bertujuan mengenali suatu objek dengan cara mengekstrak informasi penting yang terdapat pada suatu citra. Pengenalan pola dihubungkan dengan pengolahan citra, diharapkan akan terbentuk suatu sistem yang dapat memproses citra masukan sehingga citra tersebut dapat dikenali polanya. Proses ini disebut pengenalan citra atau image recognition. Proses pengenalan citra ini sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengolahan citra dan pengenalan pola menjadi bagian dari proses pengenalan citra. Kedua aplikasi ini akan saling melengkapi untuk mendapatkan ciri khas dari suatu citra yang hendak dikenali. Tahapan pengolahan citra digital meliputi akusisi citra, peningkatan kualitas citra, segmentasi citra, representasi dan uraian, pengenalan dan interpretasi.
14
2.4.1
Akusisi Citra Pengambilan data dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media
seperti kamera analog, kamera digital, handycamp, scanner, optical reader dan sebagainya. Citra yang dihasilkan belum tentu data digital, sehingga perlu digitalisasi. Digitalisasi berguna untuk melakukukan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital.
2.4.2
Preprocessing Tahap preprocessing merupakan tahapan dalam mempersiapan citra yang
telah diakuisisi untuk siap dilakukan pengenalan warna. Jadi pada tahapan ini dilakukan beberapa pengolahan citra agar proses pencocokan warna HSV dapat dilakukan. Pengolahan citra yang dilakukan pada tahap preprocessing dapat berupa konversi citra ke bentuk HSV.
2.4.3
Pengenalan Tahap pengenalan merupakan tahapan dalam segmentasi warna dengan
deteksi warna HSV. Segmentasi warna merupakan proses segmentasi dengan pendekatan daerah yang bekerja dengan menganalisi nilai warna dari tiap piksel pada citra dan membagi citra tersebut sesuai dengan fitur yang diinginkan. Segmentasi citra dengan deteksi warna menggunakan dasar seleksi warna pada model warna HSV dengan nilai toleransi tertentu, Gunanto (2009). Gunanto melakukan segmentasi dengan menggunakan metode deteksi warna HSV pada bagian tubuh manusia yang diberikan warna tertentu. Gunanto melakukan penelitian berdasarkan metode deteksi warna HSV Giannakupoulos untuk memisahkan bagian tubuh manusia yang diberi warna tertentu. Penelitian tersebut menggunakan data input berupa citra 2 dimensi dengan latar belakang homogen berwarna putih dan fitur model manusia. Model manusia mengenakan pakaian dengan warna tertentu pada tiap bagian tubuh manusia yang akan dikenali. Proses segmentasi warna dengan menggunakan deteksi warna HSV
15
menghasilkan segmen warna yang akurat sesuai dengan warna sampel dan nilai toleransi yang diberikan. Hasil segmentasi tersebut menghasilkan segmen citra yang membentuk suatu blob, yaitu sekumpulan piksel bertetangga yang memiliki nilai tertentu.
2.5.
Android Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux.
Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang buat menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh bermacam peranti bergerak. Awalnya, Google Inc. membeli Android Inc., pendatang baru yang membuat peranti lunak untuk ponsel. Pengembangkan Android, dibentuklah Open Handset Alliance, konsorsium dari 34 perusahaan peranti keras, peranti lunak, dan telekomunikasi, termasuk Google, HTC, Intel, Motorola, Qualcomm, TMobile, dan Nvidia. Android didirikan untuk mewujudkan mobile device yang lebih peka terhadap lokasi dan preferensi pemilik. Android Inc, ingin mewujudkan mobile device yang lebih mengerti pemiliknya (Andy Rubin, 2003). Perilisan perdana Android, 5 November 2007, Android bersama Open Handset Alliance menyatakan mendukung pengembangan standar terbuka pada perangkat seluler, dan Google merilis kode–kode Android di bawah lisensi Apache, sebuah lisensi perangkat lunak dan standar terbuka perangkat seluler. Di dunia ini terdapat dua jenis distributor sistem operasi Android. Pertama yang mendapat dukungan penuh dari Google atau Google Mail Services (GMS) dan kedua adalah yang benar-benar bebas distribusinya tanpa dukungan langsung Google atau dikenal sebagai Open Handset Distribution (OHD). Fitur dan spesifikasi terkini dari OS Android, anatara lain adalah framework aplikasi, dalvik virtual machine, browser terintegrasi, grafik yang dioptimasi, SQLLite, media support, telepon GSM, Bluetooth, EDGE, 3G, WIFI, kamera ,GPS, kompas, akselerometer dan lingkungan pengembangan yang sangat kaya. Sistem operasi pada perangkat selular, diantaranya sistem operasi Symbian, Microsoft Windows Mobile, Mobile Linux, iPhone, dan sistem operasi lainnya yang ada di awal produksi sistem operasi, namun diantara sistem operasi
16
yang ada belum mendukung standar dan penerbitan API yang dapat dimanfaatkan secara keseluruhan dan dengan biaya yang murah. Google ikut berkecimpung didalamnya
dengan
platform
Android,
yang
menjanjikan
keterbukaan,
keterjangkauan, open source, dan framework berkualitas. Tahun 2005, Google mengakuisisi perusahaan Android Inc. untuk memulai pengembangan platform Android. Terlibat dalam pengembangan ini Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears, dan Chris White. Pertengahan 2007 sekelompok pemimpin industri bersama-sama membentuk aliansi perangkat selular terbuka, Open Handset Alliance (OHA). Bagian dari tujuan aliansi ini adalah berinovasi dengan cepat dan menanggapi kebutuhan konsumen dengan lebih baik, dengan produk awalnya adalah platform Android. Dimana Android dirancang untuk melayani kebutuhan operator telekomunikasi,
manufaktur
handset,
dan
pengembang
aplikasi.
OHA
berkomitmen untuk membuat Android open source dengan lisensi Apache versi 2.0. Android pertama kali diluncurkan pada 5 November 2007, dan smartphone pertama yang menggunakan sistem operasi Android dikeluarkan oleh T-Mobile dengan sebutan G1 pada bulan September 2008. Android telah merilis beberapa versi Android untuk menyempurnakan versi sebelum, hingga saat ini sudah terdapat beberapa versi yang telah diluncurkan, diantaranya versi 1.5 dirilis pada 30 April 2009 diberi nama Cupcake, versi 1.6 dirilis pada 15 September 2009 diberi nama Donut, dan versi 2.0 dirilis pada 26 Oktober 2009 diberi nama Éclair, Android versi 2.2 (Froyo: Frozen Yoghurt), Android versi 2.3 (Gingerbread), Android versi 3.0/3.1 (Honeycomb), Android versi 4.0 (ICS: Ice Cream Sandwich), Android versi 4.1 (Jelly Bean), dan yang terbaru Android versi 4.4 (Kitkat). Pembuatan aplikasi android, secara umum bahasa program yang digunakan
adalah
java.
Keperluan
pembuatan
aplikasi
untuk
Android
menggunakan perangkat diantaranya: 1.
Java Development Kit (JDK) Pemrograman android menggunakan bahasa pemrograman java, maka
diperlukan JDK sebagai sarana penulisan bahasa pemrograman java. 2.
Android SDK
17
Android
SDK
merupakan
sebuah
tools
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan aplikasi berbasis Android menggunakan bahasa pemrograman Java. Android SDK telah menjadi alat bantu dan Application Programming Interface (API) untuk mengembangkan aplikasi bebasis Android. Android SDK dapat diunduh pada situs resminya, yaitu http://www.developer.android.com/. Android SDK bersifat gratis dan bebas Anda distribusikan karena Android bersifat open source. 3.
Android Studio Android Studio merupakan lingkungan pengembangan Android baru
berdasarkan IntelliJ IDEA. Mirip dengan Eclipse dengan ADT Plugin, Android Studio menyediakan alat pengembang terintegrasi untuk pengembangan dan debugging. Android Studio menawarkan berbasis Gradle, Androidcspesifik refactoring dan perbaikan yang cepat, Alat Lint untuk menangkap kinerja, kegunaan, versi kompatibilitas dan masalah lainnya,ProGuard dan app-signature,Wizard untuk design dan membuat komponen-komponen umum, sebuah layout editor yang memungkinkan untuk drag and drop komponen UI, pratinjau layout pada beberapa konfigurasi layar. Built in dukungan untuk Google Cloud platform, sehingga mudah untuk mengintegrasikan Google Cloud Messaging dan App Engine sebagai komponen server side. 2.6.
OpenCV Open
Computer
Vision
(OpenCV)
adalah
sebuah
Application
Programming Interface (API) library yang sudah sangat familiar pada Pengolahan Citra Computer Vision. Computer Vision itu sendiri adalah salah satu cabang dari Bidang Ilmu Pengolahan Citra (Image Processing) yang memungkinkan komputer dapat melihat seperti manusia, dengan vision tersebut komputer dapat mengambil keputusan, melakukan aksi, dan mengenali terhadap suatu objek. Pengimplementasian dari Computer Vision adalah Face Recognition, Face Detection, Face/Object Tracking, Road Tracking.
18
OpenCV bersifat gratis baik digunakan untuk penggunaan akademis dan komersial.
OpenCV adalah
library Image
Processing
berbasis
bahasa
pemrograman C++. OpenCV digunakan oleh banyak developer, scientist, dan programmer untuk mengembangkan sebuah program pattern recognition. OpenCV didesain untuk komputasi yang efisiensi dan dengan berfokus pada aplikasi real-time, sehingga dapat mempersingkat waktu dalam pembuatan aplikasi yang lumayan rumit.
2.6.1
OpenCV pada Android
OpenCV pada Android merupakan Library OpenCV dengan bahasa pemrograman Java yang telah dibuat khusus untuk pemrograman Android. Namun kelengkapan dari library OpenCV pada Android ini masih dalam proses pengembangan, sehingga untuk menggunakan fungsi-fungsi OpenCV yang tidak terdapat pada library ini, dapat digunakan bahasa pemrograman C++. Bahasa pemrograman C++ pada Android dibutuhkan Android Native Development Kit (NDK). Android NDK adalah peralatan pendamping Android SDK yang memungkinkan untuk mengimplementasikan kode native seperti C dan C++ di beberapa bagian aplikasi Android.
2.6.2
Feature OpenCV OpenCV memiliki beberapa feature. Feature-feature tersebut dapat
dikatagorikan sebagai berikut: 1.
Manipulasi data citra (aloksioni, copying, setting, konversion).
2.
Citra dan video input atau output (file dan kamera based input, image or video file output).
3.
Manipulasi matriks dan vektor beserta rutin-rutin aljabar linear (products, solvers, eigenvalue, singular value decomposition).
4.
Data struktur dinamis (lists, queues, sets, trees, graphs).
5.
Pemroses Citra fundamental (filtering, edge detection, corner detection, sampling and interpolation, color conversion, morphological operations, histograms, image pyramids).
19
6.
Analisis struktur (connected components, contour processing, distance transform, various moments, template matching, Hough transform, polygonal approximation, line fitting, ellipse fitting, Delaunay triangulation).
7.
Kalibrasi kamera (calibration patterns, estimasi fundamental matrix, estimasi homography, stereo correspondence).
8.
Analisis gerakan (optical flow, segmentation, tracking).
9.
Pengenalan obyek (eigen-methods, Hidden Markov Model).
10.
Graphical User Interface (display image or video, penanganan keyboard dan mouse handling, scroll-bars).
11.
Pelabelan citra (line, conic, polygon, text drawing
2.7.
Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model
yang
memungkinkan professional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi. DFD disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi. DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan, khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem. DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem. DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh professional sistem kepada pemakai maupun pembuat program. Ada beberapa simbol yang digunakan pada DFD untuk maksud mewakili (Jogiyanto, 2005): 1.
Komponen Terminator / Entitas Luar atau boundary (batas sistem) Terminator mewakili entitas eksternal yang berkomunikasi dengan
20
sistem yang sedang dikembangkan. Terminator dikenal dengan nama entitas luar (external entity). Terdapat dua jenis terminator : a.
Terminator Sumber (source) : merupakan terminator yang menjadi sumber.
b.
Terminator Tujuan (sink) : merupakan terminator yang menjadi tujuan data / informasi sistem.
Gambar 2.7 Notasi kesatuan luar di DFD
Terminator dapat berupa orang, sekelompok orang, organisasi, departemen di dalam organisasi, atau perusahaan yang sama tetapi di luar kendali sistem yang sedang dibuat modelnya. Terminator dapat juga berupa departemen, divisi atau sistem diluar sistem yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dikembangkan. Komponen Terminator ini perlu diberi nama sesuai dengan dunia luar yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dibuat modelnya, dan biasanya menggunakan kata benda, misalnya Bagian Penjualan, Dosen, Mahasiswa. Ada dua hal penting yang harus diingat tentang Terminator : a.
Terminator merupakan bagian/lingkungan luar sistem. Alur data yang menghubungkan Terminator dengan berbagai proses sistem, menunjukkan hubungan sistem dengan dunia luar.
b.
Profesional Sistem Tidak berhak mengubah isi atau cara kerja organisasi atau prosedur yang berkaitan dengan Terminator. Hubungan yang ada antar Terminator yang satu dengan yang lain tidak digambarkan pada DFD.
2.
Process (Proses)
21
Proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses. identifikasi
identifikasi atau
atau
Nama Proses
Nama proses Pemroses
Gambar 2.8 Notasi Proses di DFD
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang proses : a.
Proses harus memiliki input dan output.
b.
Proses dapat dihubungkan dengan komponen Terminator, data store atau proses melalui alur data.
c.
Sistem/bagian/divisi/departemen yang sedang dianalisis oleh profesional sistem digambarkan dengan komponen proses.
3.
Data flow (arus data) Arus data (data flow) di DFD diberi simbol suatu panah. Arus data ini
mengalir diantara proses, simpanan data dan kesatuan luar.
1
a Kesatuan
Nama arus data Proses
Luar
Gambar 2.9 Arus Data dari Kesatuan Luar ke Proses
4.
Data Store (Simpanan Data) Simpanan data (data store) merupakan simpanan dari data yang dapat
berupa suatu File atau database di sistem komputer, arsip atau catatan manual, kotak tempat data di meja seseorang, tabel acuan manual, dan agenda atau buku. media
Nama data store
Gambar 2.10 Simpanan Data di DFD
22
2.8
Standard Operational Procedure (SOP) Standar Operational Prosedur merupakan suatu rangkaian instruksi
tertulis yang mendokumentasikan kegiatan atau proses rutin yang terdapat pada suatu perusahaan. Pengembangan dan penerapan dari SOP merupakan bagian penting dari keberhasilan system kualitas, dimana SOP menyediakan informasi untuk setiap individu dalam perusahaan untuk menjalankan suatu pekerjaan, dan memberikan konsisten pada kualitas dan integritas dari suatu produk atau hasil akhir. Penerapan SOP pada perusahaan dapat memastikan suatu operasi berjalan sesuai dengan prosedur yang ada. Symbol yang digunakan dalam SOP umumnya untuk membantu memberikan penjelasan sebuah prosedur yang dituangkan dalam bentuk Flowchart atau gambar.Tabel 2.4 merupakan sebagian contoh dan arti beberapa symbol yang umum digunakan.
Tabel 2.4 Simbol-simbol dalam Pembuatan SOP
Manual Proses
Arsip permanen
Keputusan
Arsip sementara
Dokumen
Connector satu arah
Dokumen tersebut bisa ada atau tidak ada
Connector dua arah
23
Referensi aktifitas/dokumen berlanjut ke halaman/ke File yang lain
Referensi aktifitas/dokumen berlanjut ke halaman/ke File yang sama
2.8.1 Tahapan Pembuatan Sop Apa saja yang perlu disiapkan dalam proses pembuatan sebuah SOP. Tahapan umum yang harus diperhatikan adalah : 1.
Bisnis Usaha, Pelajari dahulu apa bisnis usaha perusahaan yang akan dibuat SOP-nya. Cari informasi sejelas dan selengkap mungkin yang diperlukan untuk melakukan perancangan aplikasi.
2.
Survei, Lakukan survei lokasi yang akan disiapkan system-nya. Lakukan juga interview bila diperlukan yang diperlukan untuk melakukan perancangan aplikasi.
3.
Daftar Kebutuhan, List semua peralatan, hardware dan software(bila ada), dan kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melakukan perancangan aplikasi.
4.
Cost, hitung biaya yang akan dikeluarkan untuk setiap kemungkinan system yang akan dijalankan yang diperlukan untuk melakukan perancangan aplikasi.
5.
Pilih system terbaik yang akan dikembangkan. Pemilihan dilakukan atas semua pertimbangan yang ada dari team pembuat SOP sendiri dan diputuskan oleh pimpinan perusahaan yang diperlukan untuk melakukan perancangan aplikasi.
6.
Draft SOP, siapakan dan susun draft SOP, lakukan pembahasan dengan team terakit, lakukan presentasi bila diperlukan. Penyiapan draft ini didalamnya berisikan isi manual SOP seperti yang sudah dibahas diatas, termasuk testing (trial and error) yang diperlukan untuk melakukan perancangan aplikasi.
7.
Persetujuan, Mintakan persetujuan SOP yang dibuat sebelum diaplikasikan yang
diperlukan
untuk
melakukan
perancangan
aplikasi.