5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Botani Sawi Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan secara taksonomi (Rukmana, 2003) Caisim diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Sub-Kingdom : Tracheobionta Divisi
: Magnoliophyta
Subdivisi
:Spermatophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub-kelas
: Dilleniidae
Ordo
:Capparales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica juncea L Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim
yang berbentuk hampir menyerupai toi-sin. Bedanya ialah bahwa sawi berdaun lonjong halus, tidak memiliki bulu-bulu dan tidak bercrop. Sawi diperbanyak dengan biji. Biji yang diusahakan harus dipilh yang berdaya tumbuh baik. Sebelum ditanam di lapangan , sawi harus terlebih dahulu disemaikan. Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sejak biji disemaikan. Kegiatan penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan media tanam menjadi lembab. (Tim penulis PS, 1992). Menurut Cahyono (2003) dan Rukmana (2003) secara morfologi tanaman sawi terdiri dari : a.
Akar Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang(Radix Primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang(Silindris) menyebar kesemua arah pada kedalaman antara 30-50 cm., Sawi berakar serabut yang
6
tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah disekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. b.
Batang Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun,Sawi memiliki batang pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah.
c.
Daun Daun sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong)ada yang lebar dan ada yang sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijkau tua. Daun memiliki tangkai daun yang panjang maupun pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah-pelepah daun tersususn saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda, tetapi membuka. Di samping itu, daun juga memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang. Secara umum sawi biasanya mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop.
d. Bunga Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (Inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai kelopak daun, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua. e.
Buah dan Biji Buah sawi termasuk buah polong, yaitu bentuk memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji sawi berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaan licin mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman.Sawi diperbanyak dengan biji. Biji yang diusahakan harus dipilh yang berdaya tumbuh baik. Sebelum
ditanam di lapangan , sawi harus
terlebih dahulu disemaikan. Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sejak biji disemaikan. Kegiatan penanaman sebaiknya
7
dialkukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan media tanam menjadi lembab. (Tim penulis PS, 1992).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Caisim. Sawi dapat dengan mudah ditanam dimana saja, baik di ataran rendah maupun di dataran tinggi. Akan tetapi lebih banyak ditanam di dataran rendah. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Karenanya, tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan ada musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman (Setiawan, 1994). Syarat –syarat yang penting untuk bertanam sawi adalah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur) dan pembuangan airnya (drainage) baik. Derajat keasaman tanah (PH) antara 6-7.Unsur Nitrogen sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan batang, daun, perakaran, dan pembentukan sel-sel baru yang telah rusak (Bambang Cahyono, 2006). Waktu bertanam yang baik ialah pada akhir musim hujan ( bulan maret). Walaupun demikian dapat juga ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya. (Sunaryono, 1984).
2.3. Hidroponik Hidroponik atau istilah asingnya Hydroponics, adalah istilah yang digunakan
untuk
menjelaskan
beberapa
cara
bercocok
tananm
tanpa
menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Istilah ini di kalangan umum lebih populer dengan sebutan berkebun tanpa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, gabus putih dan lain-lain Lingga (1984). Semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang diberikan tanah dan pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di mana akar tanaman yang tumbuh di atas tanah menyerap air dan zat-zat vital dari dalam tanah, yang
8
berarti tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan diberikan cukup air dan garam-garam zat makanan. Istilah hidropnik digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya dan hanya dibutuhkan air yang ditambahkan nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman. ( Widya kirani. 2011). Menurut Hidayati
(2009) bahwa jika
jaringan tumbuhan mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi yang dibutuhkan untyuk pertumbuhan maksimum, maka kondisi ini sangat menunjang perkembangan tanaman. Media tanam yang digunakan pun banyak yang dibuat secara khusus, demikian juga dengan wadah yang digunakan. Seperti pot misalnya, ada yang sengaja menciptakan pot khusus lengkap dengan alat perunjuk kebutuhan air, dan sebagainaya. Media tanam yang digunakan pun ada pula yang sengaja dibuat khusus seperti kerikil sintetis (perlit). Jadi bukan kerikil sebagaimana kita kenal, tetapi kerikil yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai kerikil dengan sifat yang sama. Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat dilakukan dengan 6 metode, yakni: 1. metode kultur air, yaitu metode yang menggunakan air sebagai media tanam. Air sebagai media tanam diisikan dalam wadah seperti stoples atau tabung kaca atau wadah lain. 2. Metode kultur pasir, merupakan metode yang paling praktis dan lebih mudah diterapkan. Pasir yang digunakan sebagai media tanam bisa digunakan pasir kali. Sejak kurang lebih 30 tahun lalu, pasir merupakan pilihan medium yang banyak dipakai dalam tata cara hidroponik. Selain sifatnya steril (bukan steril seratus persen), juga dapat mempertahankan kelembaban lebih lama dibandingkan dengan medium lain dan dapat digunakan dengan hasil yang sama baiknya pada skala besar dan skala kecil (Irawan: hal.33, 2003). Tetapi tidak semua pasir memiliki sifat yang sama. Sementara itu, sejumlah ahli beranggapan bahwa medium pasir memiliki kecenderungan terlalu basah, sehingga agak memboroskan zat makanan. Anggapan yang sebenarnya tidak bisa dipastikan.
9
3. Metode kultur bahan porous seperti; kerikil, pecahan genteng, gabus putih, termasuk kerikil. 4. Hidroponik substrat Tidak menggunakan air sebagai media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. 5. Hidroponik NFT (Nutrien Film Technique) Model budi daya dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal.Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.Perakaran dapat berkembang di dalam larutan nutrisi, karena di sekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi. 6. Metode kerikil Penggunaan
bahan-bahan
ini
umumnya
memiliki
kelemahan
pada
kemampuan untuk mempertahankan kelembaban sehingga kondisi medium lebih cepat kering.Akan tetapi penggunaan bahan-bahan ini banyak disukai oleh pengelola hidroponik perumahan karena selain mudah didapat dengan harga murah, juga dapat mempertahankan kebersihan dan tidak mudah terlalu basah. Beberapa keuntungan bercocok tanam secara hidroponik sebagai berikut: a.
Persoalan sempitnya lahan bukan lagi menjadi masalah karena kegiatan bercocok tanam bisa dilakukan di manapun, baik di dalam rumah, di kapal, di lahan kritis, di padang pasir, maupun di tengah kota yang sempit.
b.
Penanaman tidak tergantung musim.
c.
Media tanam yang digunakan bisa berulang-ulang.
d.
Jika penanaman hidroponik diusahakan dii dalam rumah kaca, resiko serangan hama dan penyakit menjadi relatif kecil.
e.
Penggunaan pupuk lebih efisien dan efektif tetapi tanaman mampu memberikan hasil dengan kualitas dan kuantitas yang maksimal.
f.
Bebas dari gulma yang merugikan tanaman pokok.
g.
Pertumbuhan tanaman lebih terkontrol.
10
Umumnya hidroponik tanaman sawi dilakukan di dalam plastik polibag yang diisi media tanam berupa sekam bakar, gambut, rockwool, dan sabut kelapa. Tempat penanaman lain adalah dibantalan plastik yang diisi media tanam berupa rockwool. Sementara itu, sistem pengairan yang digunakan adalah drip irigation atau irigasi tetes.
2.4 Caisim Secara Hidroponik Istilah hidroponik berasal dari istilah Yunani yaitu hidro yang berarti air dan ponos berarti kerja. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik meliputi golongan tanaman hortikultura yang meliputitanaman sayur, tanamanbuah, tanaman hias, pertanaman, dan tanaman obat-obatan. Pada hakekatnya berlaku untuk semua jenis tanaman baik tahunan, biennial, maupun annual. Pada umumnya merupakan tanaman annual (semusim). Lingga (2005). Primantoro dan Yovita (1994), Umumnya hidroponik tanaman sawi dilakukan di dalam plastik polibag yang diisi media tanam berupa sekam bakar, gambut, rockwool, dan sabut kelapa. Tempat penanaman lain adalah dibantalan plastik yang diisi media tanam berupa rockwool. Sementara itu, sistem pengairan yang digunakan adalah drip irigation atau irigasi tetes.