4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Klasifikasi Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis Hipogaea L.) adalah tanaman palawija, tergolong
dalam family leguminoceae yang membentuk polong (buah) dalam tanah. Tanaman kacang tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam tipe, yaitu tipe tegak dan tipe menjalar (Mashudi, 2007: 6). Berikut adalah klasifikasi tanaman kacang tanah: Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divis
: Spermatophyta atau (tumbuhan berbiji)
Sub Divisi
: Angiospermae (berbijitertutup)
Klas
: Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo
: Leguminales
Famili
: Papilionaceae
Genus
: Arachis
Spesies
: Arachis hipogeae L. (Plantamor, 2012).
Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan ditanah kering atau di sawah. Umumnya kacang tanah ditanam pada saat menjelang musim kemarau. Namun penanaman kacang tanah ditegalan dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan (Tim Bina Karya Tani, 2009: 3).
1.2 Morfologi Tanaman Kacang Tanah Bagian – bagian tanaman kacang tanah dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Daun Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun itu melakukan gerakan keatas bertugas mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya sedikit berbulu, berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Daun mulai gugur pada awal masa
5
pertumbuhan dan dimulai dari bagian kanan sisi tanaman, kemudian menyusul bagian kiri, lalu keatas dan seterusnya. Selain berhubungan dengan umur, gugur daun ada hubungannya dengan penyakit (Tim Bina Karya Tani, 2009: 9). b. Batang Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada yang mencapai 80 cm. tanaman yang bertipe menjalar tumbuh ke segala arah dan dapat mencapai garis tengah 150 cm. bagian bawah batang merupakan tempat menempelnya perakaran tanaman. batang di atas permukaan tanah berfungsi sebagai tempat pijakan cabang primer, yang masing-masing dapat membentuk cabang sekunder. Tanaman tipe tegak membentuk percabangan antara 3-6, sedangkan tipe menjalar dapat membentuk 10 cabang primer. Pada cabang primer terbentuk cabang sekunder dan kemudian tumbuh cabang tersier. Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, bagian atas batang ada yang berbentuk agak persegi, sedikit berbulu dan berwarna hijau (Ritonga dkk. 2011: 5). c.
Akar Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak lurus pada akar tunggang tersebut. Akar cabang ini mempunyai akar-akar bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap. Karena meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut kemudian mati sedangkan akar-akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar permanen. Bila menjadi akar tetap, maka akan berfungsi kembali nsebagai penyerap makanan. Kadangkadang polongnya mempunyai alat penghisap seperti bulu akar yang dapat menyerap makanan. Khusus pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalar, pada masingmasing cabang yang buku-bukunya menyentuh tanah akan tumbuh menjadi akar liar. Dengan demikian daerah penyarapan zat hara akan lebih luas lagi, karena akar-akar liar ini pun berfungsi sebagai alat pengisap. Oleh karena itu
6
sistem perakaran tanah yang demikian tidak mustahil dapat menyebabkan kacang tanah bisa bertahan hidup pada kondisi tanah yang lurus. d. Bunga Kacang tanah mulai berbunga kira-kira pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar dari ketiak daun. Bentuk bunganya sangat aneh. Setiap bunga seolaholah bertangkai berwarna putih. Ini sebenarnya bukan tangkai, melainkan tabung kelopak. Mahkota bunganya kuning. Bendera dari mahkota bunganya bergaris-garis merah atau merah tua pada pangkalnya, sedangkan benang sarinya setungkal. Bakal buahnya terletak didalammya, tepatnya pada pangkal tabung kelopak bunga di ketiak daun. Bunga pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalarpun dapat membentuk ginofora. Jumlah bunga pada varietas-varietas kacang tipe menjalar lebih banyak dibandingkan dengan bunga pada varietas-varietas kacang tipe tegak. Umur bunganya hanya satu hari, mekar dipagi hari dan layu disore hari. Penyerbukan bunga kacang tanah terjadi pada malam hari. Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri. Ujung tabung kelopak bunga yang semula menguncup terjadi gerakan spontan, karena adanya dorongan dari gerakan benang sari. Kuncup itu kemudian terkuak, bersamaan dengan mekarnya standar mahkota bunga mengelilingi dan melindungi benang sari. Karena adanya getaran, maka serbuk sari berguguran. Diantara sekian banyak serbuk sari yang berguguran, ada yang jatuh didalam, kemudian masuk melalui tangkai dan terjadilah proses kapilarisasi, dimana beberapa serbuk sari menuju bakal buah. Akhirnya terjadilah pembuahan.
Ada
tanaman
kacang
melakukan
penyerbukan
sendiri.
Penyerbukan secara alamipun dapat terjadi, tetapi sangat jarang. e.
Buah Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang. Inilah yang disebut ginofora, yang nantinya akan menjadi tangkai polong. Mula-mula ujung ginofora tersebut mengarah keatas, tetapi setelah tumbuh memanjang, ginofora tadi mengarah kebawah dan masuk kedalam tanah.
7
Pada waktu ginofora menembus tanah, peranan hujan sangat membatu. Setelah terbentuk polong, pertumbuhan memanjang ginofora berhenti. Ginofora dapat tumbuh memanjang dan mencapai ukuran antara 6-18 cm. Kacang tanah yang tipe pertumbuhannya tegak, ginofora yang terbentuk panjang. Hal ini menjadi catatan bahwa tidak semua ginofora dapatmasuk kedalam tanah, terutama pada tipe tegak, ginofora yang terbentuk dari bunga terletak dibagian atas cabang, sehingga tidak mencapai 15 cm. Pada saat berlangsung pembentukan polong, harus memperhatikan kelembaban dan kegemburan tanah, sebab kadar air sangat menentukan dalam proses pembentukan ginofora dan proses pembuahan. f. Biji Warna biji kacang tanah diantaranya putih, merah ungu dan kesumba. Kacang tanah yang paling baik yaitu berwarna kesumba. Bentuk ukuran biji kacang tanah sangat berbeda-beda. Ada yang besar, sedang, dan kecil. Perbedaan tersebut tergantung pada varietasnya. Misalnya warna biji kacang tanah dari varietas gajah, banteng, macan adalah merah kesumba atau agak putih, sedangkan biji kacang tanah dari varietas kijang berwarna merah tua. Biji kacang tanah mengandung vitamin A dan vitamin B. Pada umumnya kacang tanah kurang mengandung unsur-unsur vitamin, namun mengandung sekitar protein dan lemak (Tim Bina Karya Tani, 2009: 9-11).
1.3 Syarat Tumbuh a. Iklim Tanaman kacang tanah dapat tumbuh dengan baik apabila didukung oleh iklim yang cocok. Bagi tanaman kacang tanah, iklim yang cocok adalah iklim tropis sebagaimana terjadi di Indonesia (mashudi 2007). Di Indonesia pada umumnya tanaman kacang tanah ditanam pada daerah dataran rendah dengan ketinggian maksimalm 1000 meter diatas permukaan laut. Tanaman kacang tanah cocok ditanam di dataran yang berketinggian dibawah 500 m diatas permukaan laut (Tim Bina Karya Tani 2009: 21).
8
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah. Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–320 C. Bila suhunya di bawah 100 C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang (Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000: 3).
b. Media Tanam Kondisi tanah yang mutlak di perlukan sebagai media tanam kacang tanah adalah tanah yang gembur. Tanah yang gembur ini mempermudah petani ketika masa penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pasca panen berlangsung. Akibat tanah yang gembur memberikan keuntungan, diantaranya mempercepat perkecambahan biji, mempermudah ginifora untuk menembus tanah, dan mempermudah pembentukan polong. Selain itu jenis tanah yang memiliki tekstur ringan yang baik untuk budidaya tanaman kacang tanah seperti tanah regosol, andosol, latosol dan aluvial. PH tanah yang di kehendaki tanaman kacang tanah yaitu 6 – 6,5 (Tim Bina Karya Tani 2009: 23).
2.5 Peranan Abu Sekam Padi Abu sekam padi merupakan hasil pembakaran dari sekam padi yang diperoleh dari sisa hasil penggilingan padi (gabah). Sekam padi yang dihasilkan dari proses penggilingan adalah 20 % dari produksi padi, sedangkan jumlah abu
9
sekam mencapai 18 % dari jumlah sekam (Folleto, 2006 dalam Soeswanto dkk. 2011:18). Limbah pertanian abu sekam merupakan bahan berserat yang mengandun selulosa, lignin dan hemiselulosa dan jika dibakar menghasilkan abu mengandung silika cukup tinggi (Kiswondo, S. 2011: 10) seperti disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Komposisi abu sekam padi Folleto, 2006 dalam Soeswanto dkk. (2011:18) Senyawa
Presentase
Si O2
94,4
Al2O3
0,61
Fe2O3
0,03
CaO
0,83
MgO
1,21
K2O
1,06
Na2O
0,77
SO3
-
LOI
-
Peranan abu sekam padi sebagai sumber silikat
sudah pernah diteliti
antara lain oleh Ishibasi (1957) dan Bromfield (1959), hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang sangat baik sehubungan dengan pelepasan P oleh silikat. Menurut Anonimous (1966) dalam ilyas, et al, (2000: 104) bahwa dari segi kandungan silikat, penggunaan abu sekam (96 % SiO2) lebih menguntungkan dibandingkan dengan sekam padi (16 % SiO2). Penggunaan abu sekam padi pada lahan pertanian selain sebagai sumber silikat juga merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian di sekitar lokasi penggilingan padi dan sekaligus sebagai upaya pengembalian sisa panen keareal pertanian (Ilyas dkk. 2000:104). Unsur Si dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi karbon dioksida (CO2). Silika yang terakumulasi pada daun padi berfungsi menjaga daun tetap
10
tegak sehingga membantu penangkapan cahaya matahari dalam proses fotosintesis dan translokasi CO2 ke malai. Unsur Si juga dapat mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan penyakit dan hama. Silika memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Fungsi ini mirip dengan peran K bagi. Ketersediaan Si yang cukup dalam tanah juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap ketidakseimbangan unsur hara, seperti kelebihan N, kekurangan dan kelebihan P, serta keracunan Na, Fe, Mn, dan Al. Unsur N yang berlebih menyebabkan daun menjadi lunak sehingga penyerapan cahaya untuk proses fotosintesis kurang optimal. Dengan menambahkan Si maka proses fotosintesis akan maksimal. Si juga dapat menggantikan fiksasi P oleh Al dan Fe sehingga P menjadi tersedia bagi tanaman. Ketersediaan P dalam tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi Fe dan Mn. Ketersediaan P dalam tanaman akan berkurang bila konsentrasi Fe dan Mn tinggi. Ketersediaan Si yang cukup dapat menekan Fe dan Mn dalam tanaman sehingga P menjadi lebih tersedia. Selain itu, suplai Si dapat meningkatkan translokasi P ke malai sehingga peran P lebih optimal bagi tanaman. Toksinitas Na dapat dikurangi dengan menurunkan laju respirasi bila Si tersedia cukup bagi tanaman sehingga mencegah keracunan Na pada tanaman. Dengan fungsi tersebut maka unsur hara Si mutlak dibutuhkan tanaman. Perannya sebagai unsur hara yang menguntungkan dapat berubah menjadi unsur hara esensial seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan konsep unsur hara esensial dan nonesensial berdasarkan hubungan tanah, unsur hara, dan tanaman (Balai Penelitian Tanah, 2011: 12). Peran kalium dalam abu sekam adalah memperkuat tubuh tanaman agar daun dan bunga tidak gugur, pengaturan pernafasan,transpirasi, kerja enzim dan memelihara potensial osmosis serta pengambilan air merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman sekaligus merangsan pembentukan biji (Kiswondo, 2011: 10).