21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis Berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
penjelasan di bawah ini: 1. Persediaan a. Pengertian persediaan Persediaan merupakan bagian yang tidak terlepaskan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Namun pada penelitian ini persediaan yang hanya ditujukan pada perusahaan manufaktur. Menurut PSAK 14 (IAI, revisi 2008, ) persediaan adalah barang-barang: a. yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, b. jadi yang diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi oleh entitas, atau c. bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang dibuat atau dibeli kembali dalam bisnis normal. Dalam perusahaan manufaktur terdiri dari persediaan bahan mentah, persediaan pekerjaan dalam proses dan persediaan dalam bentuk barang jadi (Stice, Stice, Skousen, 2001:360). b. Metode penilaian persediaan Nilai persediaan berasal dari jumlah unit persediaan dikali dengan harga persediaan per unit. Untuk menentukan jumlah unit dapat menggunakan baik metode perpetual maupun metode periodik. Menurut
22
Skousen,dkk. (2004:656) : “ sistem dalam penilaian persediaan yang digunakan terdiri dari 2 metode, yaitu sistem persediaan periodik (periodic inventory) dan sistem persediaan perpetual (perpetual inventory)”. 1) Metode periodik (periodic method) Penggunaan metode periodik mengharuskan adanya penghitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Menurut Skousen, dkk (2001: 365-367) “dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbarui pada saat penjualan dilakukan, hanya nilai harga yang tercantum pada persediaan yang dijual saja yang dicatat. Sistem periodik sering kali digunakan ketika persediaan terdiri dari jumlah persediaan yang beraneka ragam dan memiliki nilai yang relatif kecil”. 2) Metode perpetual Pada metode perpetual dibentuk suatu rekening untuk masingmasing jenis persediaan tersebut yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan akan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Menurut Skousen dkk (2001:365),
23
Dengan sistem perpetual, catatan persediaan diperbarui pada saat pembelian atau penjualan dilakukan. Dengan cara perpetual ini, catatan persediaan setiap saat mencerminkan berapa banyak persediaan barang harus berada digudang atau di luar toko. Sistem perpetual sering kali digunakan pada saat setiap persediaan barang yang mempunyai nilai tinggi atau terdapat biaya yang besar jika persediaan habis atau banyak menumpuk. Semua persediaan yang berasal dari pembelian ditambahkan langsung ke persediaan. Sedangkan persediaan yang berasal dari pengembalian barang dagangan yang tidak memuaskan pemasok, akan menghasilkan pengurangan dalam persediaan. c. Metode persediaan Metode persediaan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu identifikasi khusus, Rata-rata, FIFO, dan LIFO. 1) Metode identifikasi khusus Metode identifikasi khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unit nya dapat diidentifikasi setiap waktu. Jika barang yang terlibat jumlahnya besar. Metode ini memungkinkan diperlukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Harga pokok penjualan dapat dialokasikan kepada barang-barang yang masih ada dalam perusahaan pada akhir periode sesuai dengan harga pokok sebenarnya dari unit-unit barang secara khusus. 2) Metode Rata-rata Dalam metode ini barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Menurut
24
Warren (2005: 462-466), pada sistem periodik, metode ini disebut metode rata-rata tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual dikenal dengan nama metode rata-rata bergerak (moving average method). Keterbatasan dalam metode rata-rata adalah nilai persediaan secara terus menerus mengandung pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut bisa mempunyai lag yang signifikan di belakang current price dalam periode yang mengalami perubahan harga yang cepat, naik atau turun. 3) Metode FIFO ( First in first out) Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama dibeli adalah barang yang pertama digunakan atau dijual (Skousen, 2004). Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang/ persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan yang akan pertama digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai persediaan akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi. 4) Metode LIFO ( Last In First Out) Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Persediaan akhir akan ditentukan dengan menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dengan mengabaikan
25
tanggal-tanggal pembelian yang terlibat. Perusahaan akan memilih metode yang bisa memberikan keuntungan, berupa pembayaran pajak yang relatif lebih kecil (Skousen, 2004). LIFO memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) adanya keuntungan pajak; 2) pengukuran laba yang lebih baik; 3) memperbaiki aliran kas; dan 4) adanya future earning hedge, yaitu laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan harga. Sedangkan kelemahan metode LIFO antara lain: 1) memperkecil laba; 2) penyajian persediaan di neraca terlalu rendah; 3) tidak mencerminkan arus fisik persediaan; 4) tidak mengukur laba berdasarkan current ratio; 5) adanya involuntary liqudation; dan 6) poors buting habits. d. Pemilihan metode persediaan Metode persediaan adalah kebijakan pengukuran yang digunakan sebagai media kontrak antar produsen dengan agent pembelian yang berhubungan dengan persediaan. Menurut PSAK No.14 (IAI, revisi 2008) : biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual atau dipakai. Persediaan harus dihitung berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah. Persediaan tidak lagi diperkenankan menggunakan rumus biaya Last in First out. Teori pengganti ( replacement theory) Teori ini menyatakan bahwa income dianggap akan timbul hanya apabila revenue dari penjualan melebihi biaya pengganti dari barang yang dijual (Tuanakotta, 2000:21).
26
2. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan.
Perusahaan
besar
akan
mempunyai
kesempatan
untuk
meningkatkan atau menurunkan laba, agar laporan keuangan bisa rata. Pada kondisi adanya perubahan harga, maka manajer persediaan dapat mengganti dengan metode yang sesuai dengan harga yang terjadi, karena pada perusahaan besar manajer mempunyai keahlian dan spesialisasi yang lebih jika dibandingkan dengan perusahaan kecil, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mukhlasin (2001). Kecenderungan metode persediaan yang akan digunakan oleh perusahaan besar adalah metode rata-rata yang bisa menurunkan laba sehingga mencerminkan
laba
yang
diperoleh
oleh
perusahaan
sangat
kecil.
Pengaplikasian metode rata-rata selain bisa menghindari biaya politik juga untuk tujuan penghematan pajak sehingga besarnya pajak yang disetorkan kepada Pemerintah akan berjumlah kecil sesuai dengan yang diinginkan perusahaan, sedangkan perusahaan kecil, untuk mendapatkan bantuan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap mempunyai kinerja perusahaan yang bagus, sehingga kondisi tersebut dapat dikatakan perusahaan dapat dipercaya sebagai mampu dalam proses pengembalian dana tersebut kepada pihak bank. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan =
27
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI NO.20 Tahun 2008. Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat jenis ukuran tersebut antara lain: a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih ≤ Rp50.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah penjualan ≤ Rp. 300.000.000,-. b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp. 300.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000.000,-. c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp. 500.000.000,- sampai Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah
dan
bangunan)
serta
memiliki
jumlah
penjualan
Rp.
2.500.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000.000,-. d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih ≥ Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan ≥ Rp. 50.000.000.000,-. 3. Financial leverage Menurut
Kasmir
(2008:159),
“financial
leverage
menunjukkan
kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya”. Tujuannya adalah untuk memperoleh berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panajng dengan
28
cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi maka perusahaan akan berusaha memilih metode yang bisa menaikkan laba yaitu metode FIFO. Perusahaan dengan financial leverage tinggi berarti perusahaan tersebut mempunyai hutang yang besar sehingga resiko dan biaya atas perusahaan juga tinggi, sedangkan perusahaan dengan tingkat financial leverage rendah maka resikonya dan biaya atas hutangnya juga kecil. Sebenarnya rasio ini mirip dengan rasio utang yang memperhitungkan total hutang dengan total equity, sedangkan financial leverage pada penelitian ini diukur hanya dengan cara membagi hutang jangka panjang dengan equity milik sendiri. Total dari nilai financial leverage selama tahun pengamatan dibagi dengan jumlah tahun pengamatan. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Taqwa (2001). Long term debt to equity ratio (LDER)
=
4. Variabilitas Persediaan Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan. Istilah variabilitas persediaan ini telah digunakan oleh beberapa peneliti terdahulu yang mencoba meneliti variabel varibilitas persediaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai persediaan yang relatif stabil maka pengaruhnya pada variasi laba akan kecil, sedangkan pada perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang bervariasi pada setiap tahun maka laba yang
29
dihasilkan juga akan bervariasi. Perusahaan dengan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata, sedangkan pada perusahaan yang variabilitas persediaannya tinggi akan menggunakan metode FIFO . Variabel ini telah digunakan oleh beberapa penelitian terdahulu, yaitu antara lain Taqwa (2001), Mukhlasin (2001), dan Amaliyah (2009).
5. Margin Laba Kotor Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Kasmir, (2008:304), “margin laba kotor adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke suatu berikutnya”. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode
akan
mempengaruhi
kebijakan
manajemen
untuk
melakukan/mempertahankan pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah HPP yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar. Margin laba kotor dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut.
Margin Laba Kotor =
x 100%
30
B. Tinjauan penelitian terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Salma Taqwa (2001)
Judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di BEJ
Variabel yang digunakan Ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, financial leverage, variabilitas persediaan, rasio lancar.
Hasil penelitian Ukuran perusahaan dan variablitas persediaan berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan. Sedangkan struktur kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan.
Mukhlasin Analisis (2001) Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan dan Dampaknya terhadap Earning Price Ratio
Variabilitas persediaan, variabilitas laba akuntansi, ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan.
Ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan. Sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan.
Sri Rezeki Analisis Pengaruh Metallia Struktur (2007) Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Rasio Perputaran
Stuktur kepemilikan, ukuran perusahaan, rasio perputaran persediaan.
Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan rasio perputaran persediaan berpengaruh secara siginifikan terhadap
31
Rizqi Amaliyah (2009)
Persediaan terhadap Pemilihan Metode Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada perusahaan Manufaktur di BEI
pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun simultan.
Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan, dan rasio lancar.
Struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan. Sedangkan financial leverage, variabilitas persediaan dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan.
Sumber : diolah oleh penulis (2011) Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan diantaranya, Taqwa (2001) menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek Jakarta. Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan dan varibilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap kepurusan pemilihan metode persediaan, struktur kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan. Hasil penelitian tersebut disebabkan oleh adanya keterbatasan periode penelitian yang dilakukan oleh Taqwa, hal ini berarti bahwa semakin lama periode pengamatan akan memberikan hasil yang lebih baik.
32
Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2001), menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Jakarta dan pengaruhnya terhadap earning price ratio. Penelitian ini menghasilkan ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Metallia (2007), penelitian ini menguji pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan rasio perputaran persediaan terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di bursa efek Jakarta. Penelitian ini menghasilkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan rasio perputaran persediaan berpengaruh secara siginifikan terhadap pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun simultan. Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Amaliyah (2009), penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menghasilkan bahwa struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan financial leverage, variabilitas persediaan dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan.
33
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka konseptual Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor. Sedangkan variabel dependennya adalah metode persediaan.
Ukuran perusahaan (X1) Financial Levegare (X2)
Metode Akuntansi persediaan (Y)
Variabilitas Persediaan (X3) Margin Laba Kotor (X4)
Sumber diolah oleh penulis (2011) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan yang dapat menghasilkan laba yang paling optimal dan menjaga kestabilan perusahaan agar tetap baik.
34
Ukuran perusahaan akan berpengaruh secara positif terhadap pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun secara simultan. Semakin besar besar financial leverage maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, dimana perusahaan akan mengambil kebijakan pemilihan metode akuntansi persediaan yang dapat menunjukkan laba yang tinggi. Semakin besar variabilitas persediaan akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, yaitu perusahaan akan mengambil tindakan memilih metode persediaan yang dapat menunjukkan nilai laba yang optimal sehingga dapat mencerminkan keadaan perusahaan yang baik. Margin laba kotor akan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, dimana semakin besar margin laba kotor maka dalam pemilihan metode persediaan akan memilih metode persediaan yang menunjukkan nilai hpp yang rendah, sehingga laba kotor menjadi tinggi yang kemudian akan membuat laba bersih semakin tinggi pula. 2. Hipotesis Penelitian Mengacu pada perumusan masalah, tinjauan teoritis dan beberapa penelitian terdahulu yang diuraikan maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Ha : ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.