BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Teori 2.1.1 Pengertian Perusahaan Pengertian atau definisi Perusahaan ialah suatu tempat untuk melakukan
kegiatan
proses
produksi
barang
atau
jasa.
Hal
ini
disebabkan
karena
kebutuhan manusia tidak bisa digunakan secara langsung dan harus melewati sebuah proses di suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan ialah tempat melakukan proses, sehingga dapat digunakan oleh manusia. Untuk menghasilkan barang siap konsumsi, perusahaan memerlukan bahan – bahan dan faktor pendukung lainnya, seperti bahan baku, bahan pembantu, peralatan dan tenaga kerja. Untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu serta tenaga kerja, maka perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya yang disebut biaya produksi. Hasil dari kegiatan produksi adalah barang atau jasa, barang atau jasa inilah yang akan dijual untuk memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan. Jika hasil penjualan barang atau jasa lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut memperoleh keuntungan dan sebalik jika hasil jumlah hasil penjualan barang atau jasa lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan maka perusaahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian dalam menghasilkan barang perusahaan menggabungkan beberapa faktor produksi untuk mencapi tujuan yaitu keuntungan. Perusahaan merupakan kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa. Perusahaan juga disebut tempat berlangsungnya proses produksi yang menggabungkan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Perusahaan merupakan alat dari badan usaha untuk mencapai tujuan yaitu mencari
7
keuntungan. Orang atau lembaga yang melakukan usaha pada perusahaan disebut pengusaha, para pengusaha berusaha dibidang usaha yang beragam.
2.1.2 Pengertian Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut
JII adalah salah satu indeks
saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk
jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari
kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta)
dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor dalam melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Ketentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui
8
filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII:
1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional
3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan
memperdagangkan makanan/minuman yang haram 4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks.
9
Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang cukup likuid. Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah. Meskipun JII sudah terbentuk, fatwa resmi dari DSN-MUI yang mengatur investasi syariah di pasar modal baru mulai dikeluarkan hampir setahun kemudian.
Sejumlah fatwa DSN-MUI yang terkait pasar modal syariah akan penulis jelaskan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Fatwa DSN-MUI Terkait Pasar Modal Syariah Nomor
Tentang
20/DSN-MUI/IV/2001
Pedoman pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah
32/DSN-MUI/IX/2002
Obligasi syariah
33/DSN-MUI/IX/2003 40/DSN-MUI/X/2004
Obligasi syariah Mudharabah Pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal
41/DSN-MUI/III/2005
Obligasi syaria Ijarah
59/DSN-MUI/V/2006
Obligasi syariah Mudharabah Konversi
Sumber : Situs Resmi Majelis Ulama Indonesia
Berikut ini beberapa kutipan dari fatwa no 40:
Pasal 3 Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah tidak boleh bertentangan dengan Prinsipprinsip Syariah 2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 angka 1 diatas, antara lain:
10
yang dilarang;
Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional;
haram; dan
Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang
Produsen, distributor dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat ransaksi tingkat (nisbah)hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya;
3. Emiten atau Perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan efek syariah wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas Efek Syariah yang dikeluarkan. 4. Emiten atau Perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki Shariah Compliance Officer. 5. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah sewaktu-waktu tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas, maka Efek yang diterbitkan dengan sendirinya sudah bukan sebagai Efek Syariah.
11
Pasal 5 Transaksi yang Dilarang
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian
serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang
didalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah,
maksiat dan kezhaliman. 2. Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman sebagaimana disebutkan di ayat 1 di atas meliputi:
Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu
Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek Syariah) yang belum dimiliki (short selling)
Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang;
Menimbulkan informasi yang menyesatkan;
Margin Trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian Efek Syariah tersebut; dan
Ikhtiar (penimbunan). Yaitu melakukan pembelian atau dengan pengumpulan
suatu
Efek
Syariah
untuk
menyebabkan
perubahan harga Efek Syariah, dengan tujuan mempengaruhi Pihak Lain;
Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.
12
Keenam fatwa DSN-MUI pada tabel 2.1 diatas lebih mengatur secara umum
dan normatif tentang kriteria syariah dari efek yang diperjualbelikan di pasar
modal serta jenis-jenis akad yang dapat dipergunakan dalam penerbitan efek.
Selanjutnya, teknis pelaksanaanya di pasar modal diatur melalui peraturan
BAPEPAM-LK.
2.1.3
Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan adalah kriteria yang digunakan pada banyak studi; peristiwa ini adalah sebuah peristiwa legal dan sering terjadi pada perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesia. Perusahaan yang bangkrut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, baik eksternal ataupun internal. Kedua faktor tersebut menyebabkan ketidak seimbangan neraca perusahaan. Komponen internal perusahaan terdiri dari sumber dana manusia, manajemen, struktur organisasi dan alat-alat produksi. Komponen-komponen tersebut mirip sebuah peralatan mekanik yang saling berhubungan satu sama lain. Turunya prestasi kerja dari salah satu komponen tersebut mempengaruhi komponen yang lain sehingga kinerja perusahaan jadi buruk. Adapun beberapa faktor yang memperngaruhi kebangkrutan sebuah perusahaan, antara lain yaitu:
a. Faktor umum 1) Sektor ekonomi Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
13
2) Sektor Sosial
Faktor sosial
sangat
berpengaruh
terhadap
kebangkrutan
cenderung
pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap
produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor
sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yangterjadi di masyarakat. 3) Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung
perusahaan
membengkak
terutama
untuk
pemeliharaan
dan
implementasi.
Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang professional. 4) Sektor Pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintahterhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal Perusahaan 1) Faktor Pesain/perusahaan lain Pengaruh faktor ini terhadap kebangkrutan, sangatlah kuat, sehingga sebuah perusahaan harus memiliki strategi baik dalam pemasaran maupun dalam bidang yang lainya.
14
c. Faktor Internal Perusahaan
1) Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya
kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen.
2) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh
karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi
yang berhubungan dengan keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan yang buruk pada stadium akut akan menyebabkan status
perusahaan pada kategori bangkrut, maka dari itu hal ini sangat ditakuti dan dihindari oleh setiap perusahaan di seluruh dunia, oleh karena itu dilakukanlah analisis-analisis untuk memprediksi kebangkrutan.
2.2 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan dibuat secara periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai berikut: Menurut IAI (IAI, 2002 : 2), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) catatan (notes) dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2000 : 2), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Harnanto (1998:3), laporan keuangan adalah keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan rangkuman historis dari 15
sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang dinyatakan secara kuantitatif dalam satuan mata uang. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan
memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan – keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan
keuangan harus memberikan informasi :
1. untuk keputusan investasi dan kredit,
2. mengenai jumlah dan timing arus kas, 3. mengenai aktiva dan kewajiban, 4. mengenai kinerja perusahaan, 5. mengenai sumber dan penggunaan kas, 6. penjelas dan interpretif, serta 7. untuk menilai stewardship. Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1, Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat
keputusan
–
keputusn
ekonomi
serta
menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
16
2.2.3 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen sebgai
berikut ini:
a) Neraca b) Laporan laba rugi c) Laporan perubahan ekuitas d) Laporan arus kas e) Catatan atas lapoaran keuangan.
2.2.3.1 Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos – pos berikut (IAI, 2004) : a) Aktiva berwujud, b) Aktiva tidak berwujud, c) Aktiva keuangan, d) Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, e) Persediaan, f) Piutang usaha dan piutang lainnya, g) Kas dan setara kas, h) Hutang usaha dan hutang lainnya, i) Kewajiban yang diestimasi, j) Kewajiban berbunga jangka panjang, k) Hak minoritas, l) Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
17
2.2.4 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu (Munawir, 2000:26). Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal keuangan pos – pos berikut (IAI, 2004:) : mencakup
a) Pendapatan, b) Laba rugi usaha, c) Beban pinjaman, d) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, e) Beban pajak, f) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, g) Pos luar biasa, h) Hak minoritas, i) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. 2.2.4.1 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (IAI, 2004) : a) Laba atau rugi bersih perode yang bersangkutan, b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas, c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait, 18
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan, f) Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing – masing jenis modal saham, agio
dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, transaksi
menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
2.2.5 Laporan arus kas Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(termasuk
likuiditas
dan
solvabilitas)
dan
kemampuan
untuk
mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adapts dengan perubahan keadaan dan peluang (IAI, 2004). Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.
2.2.6 Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2004) : a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
19
b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
2.2.7 Analisis Laporan Keuangan Menurut Leopold A. Bernstein, analisis laporan keuangan merupakan suatu
proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002 : 52 ). Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan tehnik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran – ukuran dan hubungan – hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan ( Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002 : 52). Tujuan analisis laporan keuangan sendiri menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002 : 53) antara lain : 1. sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger 2. sebagai alat forecasting menenai kondisi dan kinerja keuangan di
masa
datang 3. sebagai proses diagnosis terhadap masalah – masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya 4. sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Teknik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua metode, yaitu (Dwi Prastowo : 54):
20
1. Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini terdiri dari 4 analisis, antara lain :
a. Analisis komparatif (comparative financial statement analysis) Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. b. Analisis trend Adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada
keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan tren jangka panjang adalah tren angka indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi bisnis normal. c. Analisis arus kas (cash flow analysis) Adalah suatu analisa untuk sebab – sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber – sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini terutama digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dana penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dananya. Walaupun analisis sederhana laporan arus kas memberikan banyak informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk menganalisis arus kas secara lebih rinci. d. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis) Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab – sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yng lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
21
2. Metode analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu. Metode ini terdiri dari 3 analisis, antara lain :
a. Analisis common – size Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing – masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisis common size menekankan pada 2 faktor, yaitu :
1. sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas. 2. komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing – masing aktiva lancar aktiva tidak lancar. b. Analisis impas (break-even) Adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan c. Analisis ratio. Analisis ratio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya.
22
2.3 Tinjauan Umum Analisis Rasio Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Analisis Kritis Laporan
Keuangan menyatakan bahwa : “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan.” (Harahap, 2007 : 297)
Menurut J. Keown dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen Keuangan menyatakan bahwa, “Secara sistematis ratio keuangan tak lebih dari rasio dimana pembilang dan penyebutnya diambil dari data keuangan secara konsep. Tujuan dari penggunaan rasio saat menganalisis informasi keuangan secara sederhana dilakukan dengan membuat dasar tolak ukur atas informasi yang akan dianalisis agar rasio dari 2 perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau mungkin juga sebuah perusahaan yang sama dengan waktu yang berbeda. Sehingga membuat dasar ukuran atas data keuangan agar dapat dibandingkan dengan norma industri atau dasar ukur lainnya.” (Arthur, 2001 : 92) Menurut Munawir di dalam buku Analisis Laporan Keuangan menyakatan bahwa, “Suatu hubungan atau perimbangan suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain. Alat analisis berupa rasio ini akan menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.” (Munawir, 2004 : 5)
23
Berdasarkan pengertian di atas yang telah disampaikan oleh para ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa analisis rasio adalah suatu alat analisis berupa angka/rasio, hasil pembagian antara penyebut dan pembilang yang nilainya diambil berdasarkan
pos-pos laporan keuangan yang relevan, hasil perhitungan tersebut menjadi rasio sebagai tolak ukur penilaian yang dapat dibandingkan dengan standard atau perusahaan yang sama dalam periode yang berbeda atau dengan perusahaan yang lain dengan tujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan.
2.3.2
Macam-macam Analisis Rasio Laporan Keuangan Dengan analisis rasio dapat dibandingkan berbagai perkiraan dalam kategori
yang berbeda, yakni antara perkiraan yang satu dengan yang lainnya, perbandingan ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan kinerja perusahaan termasuk kinerja keuangan dan membantu mengidentifikasi. Terdapat lima kelompok rasio keuangan, yakni : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Rasio ini meliputi : a. Current Ratio (CR) Current ratio atau rasio lancar yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek, tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas.
24
b. Quick Test Ratio (QTR)
Quick test ratio yaitu kemampuaan aktiva lancar dikurangi persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang
lebih baik karena menghilangkan aktiva yang kurang lancar dari
perhitungan rasio seperti persediaan
jangka waktu dikonversikan.
karena persediaan memerlukan
c. Net Working Capital (NWC) Net working capital atau modal kerja bersih yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui rasio modal terhadap kewajiban lancar.
d. Defensive Interval Ratio Defensive interval ratio yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui keberlangsungan dari perusahaan melakukan operasi tanpa adanya arus kas dari pihak eksternal.
2. Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas adalah rasio
yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi atau menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. a. Debt to Asset Ratio (DAR) 25
Debt to asset ratio yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Ratio ini
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugiaan tanpa
menekanakan petingnya pendanaan hutang dengan dengan jalan
mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi akan
mengakibatkan
peningkatan
dari
resiko
pada
kreditor
berupa
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya dan mengurangi pembayaran deviden dikarenakan pembayaran bunga yang tinggi.
b. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio yaitu rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
c. Equity Multiplier (EM) Equity multiplier yaitu ratio yang menunjukkan kemampuaan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemengang saham. Semakin kecil rasio ini semakin besar porsi pemegang saham,
26
sehingga kinerjanya semakin baik, karena persentase untuk pembayaran
bunga semakin kecil.
d. Times Interst Earned
Times interst earned atau interest coverage yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi karena menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan.
3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal dan sebagainya. a. Gross Profit Margin (GPM) Gross profit margin yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.
b. Net Profit Margin (NPM) Net profit margin yaitu rasio yang menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini tidak menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya non-operasional.
27
c. Return On Asset (ROA)
Return on asset yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang
digunakan. Dengan mengetahui rasio ini kita dapat menilai apakah
perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
d. Return On Equity (ROE) Return on equity yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui pengembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini menunjukan keberhasilan dari manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembaliaan pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula tingkat pengembalian kepada pemegang saham.
e. Earning Per Share (EPS) Earning
per
share
yaitu
rasio
yang menggambarkan
besarnya
pengembaliaan modal untuk setiap satu lembar saham.
28
f.
Payout Ratio (PR) Payout ratio yaitu rasio yang menggambarkan persentase deviden kas yang diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio akan semakin menguntungkan bagi
pemegang saham karena semakin besar tingkat pengembaliaan atas saham
yang dimiliki.
g. Retention Ratio (RR) Retention ratio yaitu rasio yang menggambarkan persentase laba bersih yang digunakan untuk penambahan modal perusahaan.
h. Productivity Ratio Productivity ratio yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dengan menggunakan aktiva yang dimiliki.
Semakin
rendah
nilai
ratio
menunjukkan
terjadinya
ketidakefisienan dalam menggunakan asset yang dimiliki. Adanya ketidakefisienan
tersebut
menuntut
penghentiaan
asset-aset
yang
menggangur sehingga biaya untuk aset akan bisa dikurangi atau bisa digunakan untuk investasi pada aktiva yang lebih produktif.
29
4. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam aktivitas perusahaan seperti seberapa cepat hutang tertagih, lamanya
barang terjual dari gudang dan sebagainya. a. Receivable Turn Over (RTO)
Receivable turn over yaitu rasio yang menggambarkan kualitas piutang
perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang
dimiliki. Semakin tinggi nilainya akan semakin baik kemampuaan perusahaan dalam menagih piutang. Rasio ini bisa juga dijadikan dasar untuk pemberiaan kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tidak tertagih.
b. Rata-rata Penerimaan Piutang(RPP) Rata-rata penerimaan piutang yaitu rasio yang menggambarkan berapa lama jangka waktu hari piutang akan dapat diubah menjadi kas atau ditagih.
c. Inventory Turn Over (ITO) Inventory turn over yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuaan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan.
30
d. Lama Persediaan Mengendap (LPM)
Lama persediaan mengendap yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menggangur terlalu lama.
e. Total Asset Turn Over (TATO) Total asset turn over yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
2.4 Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban – kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh 31
perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Prediksi kebangkrutan ini sangat penting sekali untuk
dilakukan oleh sebuah perusahaan, karena dengan prediksi ini perusahaan dapat meminimalisir peluang kebangkrutan dan dapat mengantisipasinya secara dini. Salah satu cara untuk mengukur tingkat ancaman kebangkrutan sebuah perusahaan adalah dengan menggunakan model yang dibuat oleh Altman, yaitu
melalui rumus Z-Score, adapun rumus Z-Score itu sendiri adalah:
Z Score = 1,2(
) + 1,4(
+ 3,3(
+ 1,0(
+ 0,6(
Model ini menghasilkan 3 kategori,antara lain sebagai berikut : • Z-score <= 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrut pun sangat terbuka lebar. • 1,81 < Z-score < 2,99 berada di daerah abu – abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya, tergantung dari keputusan/ kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan. • Z-score >= 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan. Prediksi kebangkrutan perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak – pihak yang menggunakan model tersebut meliputi : 1. Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan. 32
2. Investor. Model prediksi kebangkrutan dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan. 4. Pemerintah. Prediksi kebangkrutan juga penting bagi pemerintah dan
antitrust regulation. 5. Auditor. Model prediksi kebangkrutan dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan. 6.
Manajemen.
Apabila
perusahaan
mengalami
kebangkrutan
maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugan penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. 2.5 Kerangka Pemikiran Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akutansi selama tahun buku yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut. Informasi dipergunakan untuk melihat kinerja manajemen dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik. Laporan keuangan dapat diolah untuk menghasilkan suatu informasi yang lebih terperinci berupa dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntasi keuangan bermanfaat untuk melakukan klarifikasi atau prediksi perusahaan kedepan serta mengambarkan kinerja 33
keuangan perusahaan. Sehingga meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, dan kemampuan untuk memeperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (likuidasi).
Seorang Profesor di New York Univesity, Edward Altman, melakukan
penelitian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang mengalami kebangkrutan dengan kinerja keuangan perusahaan yang sehat. Hasil penelitiannya dirumuskan dalam suatu rumus matematis yang disebut dengan rumus Altman Z-score. Metode ini merupakan gabungan dari 5 aspek analisa rasio laporan keuangan. Rumus ini
menggunakan komponen dalam laporan keuangan sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya perusahaan. Dengan Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa mendatang. Untuk mempermudah pemahaman tentang penelitian yang akan dilakukan penulis, dijelaskan melalui kerangka pemikiran berikut ini.
34
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
WC
Y
RE
EBIT
Sales
Perusahaan yang terdaftar di JII
Perumusan Nilai Z-Score
Prediksi Tingkat Kebangkrutan
Equity
TA DATA ICMD
TL Sales Growth
CR
Pengaruh Variabel X
Proses Statistik
ROI X
Leverage
TATO
Sumber : Data Olahan Penulis
Langkah pertama yang penulis lakukan yaitu mencari data perusahaanperusahaan yang terdaftar di JII pada periode 2005 sampai 2009, agar memudahkan penelitian ini, penulis menggunakan ICMD (Indonesian Capital Market Directory)
35
sebagai media dalam pencarian data, setelah itu, penulis memilah variabel-variabel baik yang diperlukan untuk variabel Y ataupun X. Untuk memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di JII
periode tahun 2005 sampai dengan 2009, penulis menggunakan Z-Score sebagai indikator perhitungan analisis kebangkrutan, penulis menganalisis 30 perusahaan setiap tahunya. Adapun tujuan berikutnya dari penelitian ini yaitu mengetahui variabel-
variabel keuangan apa saja yang berpengaruh terhadap kebangkrutan perusahaan.
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, penulis melakukan analisis regresi linier berganda melalui perangkat SPSS 16.0, untuk mendapatkan hasilnya, penulis menggunakan Z-Score sebagai variabel Y dan penulis memilih 5 variabel keuangan sebagai variabel X, penjelasan pada setiap variabel akan penulis jelaskan pada kedua poin dibawah ini:
Pada variabel Y, penulis menggunakan Z-Score sebagai indikator perhitungan prediksi kebangkrutan perusahaan, maka dari itu untuk mencari isi dari model yang telah dirumuskan oleh Altman, maka penulis membutuhkan beberapa variabel yaitu Working Capital (WC), Retained Earnings (RE), Earnings Before Tax (EBIT), Sales, Equity, Total Assets (TA) dan Total Liabilities (TL).
Pada variabel X, penulis menganalisis 5 variabel keuangan yaitu variabel Sales Growth, Current Ratio (CR), Return of Investment (ROI), Leverage dan Total Asset Turnover (TATO) sebagai variabel yang ingin penulis ketahui tingkat signifikansianya guna kebutuhan perusahaan, investor/kreditur dan peneliti selanjutnya.
36
2.6 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2010:84), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun hipotesis yang penulis ajukan berdasarkan
pengertian hipotesis penelitian tersebut dalam penelitian ini adalah: a. Tingkat pertumbuhan penjualan (X1) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ancaman kebangkrutan di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada periode yang penulis teliti yaitu periode tahun 2005 sampai 2009.
b. Tingkat variabel X2 yaitu Current Ratio (CR) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ancaman kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada periode yang penulis teliti yaitu periode tahun 2005 sampai 2009. c. Tingkat variabel X3 yaitu Return of Investment (ROI) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ancaman kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada periode yang penulis teliti yaitu periode tahun 2005 sampai 2009 d. Tingkat variabel X4 yaitu Leverage berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ancaman kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada periode yang penulis teliti yaitu periode tahun 2005 sampai 2009. e. Tingkat variabel X5 yaitu Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ancaman kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada periode yang penulis teliti yaitu periode tahun 2005 sampai 2009. f. Semua variabel berpengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap ancaman kebangkrutan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada periode tahun yang penulis teliti yaitu 2005 sampai 2009.
37