BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Penelitian Terdahulu Dewi, dkk (2009), dalam penelitiannya, dengan judul “Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Kelompok Tani Dalam Memenuhi Kebutuhan Usahatani Padi ( Kasus petani padi sawah di Kecamatan Aluh-aluh, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan). Dengan hasil penelitian hampir setiap program pembangunan masyarakat desa dalam implementasinya banyak menggunakan pendekatan kelompok, demikian juga program pembangunan dibidang pertanian hampir semuanya dilaksanakan melalui pendekatan kelompok, yang lebih dikenal dengan kelompok tani. Peranan dan fungsi kelompok tani adalah : (1) Sebagai kelas belajar, (2) Unit produksi usahatani, dan (3) Wahana kerjasama antar anggota kelompok ataupun antar kelompok dengan pihak lain. (Kasus Petani Padi Sawah di Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan) Desi, (2006), dengan penelitiannya, dengan judul “ Peranan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Luhak nan duo, Kabupaten Pasaman Barat” dengan hasil penelitian menunjukan peranan kelompok tani dalam meningkatakan pendapatan adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran kelompok, dan pemasaran. Kondisi penerapan usaha yang dilakukan Kelompok Tani Sido Makmur sudah tergolong baik yaitu sebesar 69,76 %, dapat dilihat dati penguasaan dalam penerapan aspek produksi yaitu : Bibit atau reproduksi, tatalaksana pemeliharaan. Pendapatan usahatani padi sawah 1 tahun terakhir adalah 181.291.954,00 atau rata – rata sebesar Rp 5.665.373,56/0,96 ha, pada luas lahan 30,75 ha, dengan produksi rata – rata 3,13 ton/0,96 ha. Jika usahatani bisa dilakukan dengan lebih efisien, maka produksi akan tinggi sehingga kontribusi yang diberikan akan sangat besar untuk pendapatan petani maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Rakhmi, (2008), dalam penelitiannya, dengan judul Analisis Usahatani Padi Sawah Sri (Sistem off rice intensification) Pada Kelompok Secara Swadaya.
Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tani Binuang Saiyo telah melaksanakan usahatani sistim SRI (Sistem off Rice Intensification ) secara swadaya. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan usahatani telah sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Padang. Kelompok tani memperoleh keuntungan musim tanam Februari-Mei 2007 sebesar Rp 9.253.501,62 Dilihat dari analisis kelayakan yaitu 1,77 (>1), artinya usahatani beruntung dan layak dilaksanakan. Masalah kelompok yaitu masalah permodalan (kelompok belum memiliki alat-alat pertanian) dan masalah budidaya usahatani sistim SRI (banyaknya gulma dengan sistim konvensional). Untuk persoalan permodalan yang dihadapi kelompok disarankan kelompok untuk mengajukan permohonan untuk memperoleh bantuan alat-alat pertanian ke pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Padang. Sihombing, (2009), dalam penelitiannya, dengan judul “ Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah” (Studi Kasus Desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang) dengan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: Kelompok tani yang diteliti adalah
kelompok tani Rumah Pilpil 1. Kelompok tani memiliki tiga peranan yaitu kelas belajar,wahana kerjasama dan meningkatkan status sosial ekonomi petani padi sawah. Banyak kegiatan yang telah dilakukan kelompok tani Rumah Pilpil 1 misalnya diskusi kelompok, penggunaan mesin perontok gabah, penggunaan benih unggul, pembagian pupuk bersubsidi, pengolahan lahan yang baik, mengikuti ceramah untuk pembinaan kelompok tani, pengajuan proposal untuk menerima PUAP, tingkat kosmopolitan dan adopsi teknologi petani sesudah menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi sebelum menjadi anggota kelompok tani, produktifitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah, ada perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani, kendala – kendala yang dihadapi kelompok tani dalam kegiatan usaha taninya adalah petani tidak memiliki cukup modal, saluran irigasi yang kurang baik, transportasi yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut seperti petani mendapatkan pinjaman modal dari
petani yang memiliki modal yang lebih besar, petani bersama-sama gotong royong memperbaiki saluran. Febriyeni, (2009), dalam penelitiannya, dengan judul Peranan Kelompok Tani Dalam Program Perluasan Lahan Sawah Di Kenagairan Tapakis Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman). Dengan hasil penelitian mendeskripsikan Peranan Kelompok Tani Dalam Pelaksanaan Program Perluasan Lahan Sawah tahun anggaran 2009 di Kenagarian Tapakis Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Menunjukan bahwa kelompok tani berperan dalam pelaksanaan program perluasan lahan sawah. Peranan kelompok tani dalam identifikasi calon lokasi dan calon peserta program berupa menentukan lahan yang akan dijadikan sebagai lokasi program dengan pengajukan proposal bantuan dana serta mencari pemilik lahan untuk memperoleh izin dalam pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan survei dan investigasi kelompok tani bekerjasama dengan konsultan perencanaan dalam menentukan layak atau tidaknya lahan tersebut. Kelompok tani berperan dalam desain lokasi program perluasan lahan sawah, penetapan lokasi dan pelaksanaan kontruksi perluasan lahan sawah serta pemanfaatan lahan sawah.
1.2 Definisi Peranan Peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa, baik itu segala sesuatu yang sifatnya positif maupun negatif. Peranan dapat diartikan mengatur perilaku seseorang dan juga peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu, dapat meramalkan perbuatan individu lain sehingga yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang-orang dalam kelompoknya. Peranan merupakan ekspektasi seseorang terhadap orang lain akan sifat – sifat pekerjaan yang dilakukannya, jadi ekspektasi merupakan suatu perwujudan tanggungjawab terhadap suatu peran atau pekerjaan, dalam hal ini peranan yang ditekankan adalah tanggung jawab semua pihak yang terkait di dalam sektor pertanian, karena pertanian sebagai leading sector merupakan tulang punggung pembangunan Indonesia. (Anonim, 2003)
Mardikanto (1993), peranan kelompok tani adalah kinerja yang dilakukan dalam bentuk kelompok yang beranggotakan para petani yang ada di setiap desa, yang mengikuti kegiatan penanaman bersama antar kelompok akan tetapi tidak semua anggota kelompok tani mengikuti kegiatan tersebut. Seperti melakukan penanaman bersama antar kelompok, pembersihan irigasi, serta pemberantasan hama dan lain sebagainya. Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Ketua kelompok tani dipilih dari salah seorang petani yang dianggap memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Kelompok tani dapat menjalankan tugas dan kewajibannya antara lain mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong untuk pengolahan lahan anggota kelompok tani secara bergantian, mengkoordinasikan penjualan hasil produksi, dan melakukan hubungan dengan pihak penyuluh maupun dinas pertanian Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama - sama memecahkan permasalahan antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal. Sudaryanto (2002), pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani merupakan salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani adalah berarti membangun keinginan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani antara lain: Semakin
eratnya
interaksi
dalam
kelompok
dan
semakin
terbinanya
kepemimpinan kelompok, terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani, semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru, meningkatnya orientasi pasar baik yang berkaitan dengan
masukan (input) atau produk yang dihasilkannya dan dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani itu sendiri.
2.3 Kelompok Tani Kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria atau wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Soekamto (1990) mengatakan bahwa kelompok terbentuk karena adanya pertemuan yang berlangsung secara berulangkali yang didasari oleh adanya kepentingan dan pengalaman yang sama. Lebih lanjut Kartasaepotra (1994) mengemukakan bahwa kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara paksa. Kelompok ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal, dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya. Para anggotanya terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama, berkegiatan atas dasar kekeluargaan, karena itu koperasi selalu memandang kelompok ini sebagai cikal bakal terbentuknya KUD yang tangguh. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan, kondisi lingkungan, sosial, ekonomi, sumberdaya, keakraban, dan keserasian, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media penyuluhan. Kelompok tani sebagai media penyuluhan bertujuan untuk mencapai petani tangguh yang memiliki keterampilan dalam menerapkan inovasi, mampu memperoleh tingkat pendapatan guna meningkatkan kualitas hidup sejajar dengan profesi yang lain, mampu menghadapi resiko usaha, mampu memanfaatkan asas skala usaha ekonomi, memiliki kekuatan mandiri dalam menghadapi pihak-pihak lain dalam dunia usaha sebagai salah satu komponen untuk membangun pertanian maju, efisien dan tangguh sebagaimana dimaksud dalam GBHN Tahun 1993. (Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango, 2009) Ada banyak kegiatan yang dapat digunakan dalam rangka menumbuhkan
dan memperkuat kelompok tani dan ada banyak topik materi pelatihan yang sesuai untuk pelatihan organisasi petani. Seperti dikemukakan oleh Daniaty (2003), bahwa kelompok yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan ataupun interaksi baik di dalam maupun dengan pihak luar kelompok secara efektif dan efisiensi mencapai tujuan-tujuannya. Selanjutnya bahwa kelompok sosial seperti kelompok tani bukan merupakan kelompok yang statis, karena pasti mengalami perkembangan serta perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut dan pengaruh dari luar. Selain itu, keadaan yang tidak stabil tersebut juga dapat terjadi karena adanya konflik antar individu dalam kelompok atau karena adanya konflik antar bagian kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara kekuatan – kekuatan didalam kelompok itu sendiri. Sebagai tantangan, petani dituntut kemauan dan kemampuannya dalam menghadapi era globalisasi ini dapat meraih peluang dan keuntungan pada posisi tersebut. Buhaerah (2008), menerangkan bahwa petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian memerlukan : (1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, (2) Pemberian nasehat teknis dan informasi, (3) Peningkatan mutu organisasi dan kepemimpinannya, dan (4) Penanaman motivasi dan percaya diri dalam menangani usahataninya. Peranan kelompok tani dapat dimainkan setiap waktu oleh pemimpin kelompok maupun oleh anggota lainnya. Pemimpin kelompok tani dengan kata lain pengurus dalam kelompok memiliki peran sebagai koordinator dimana mereka yang menjelaskan atau menunjukan hubungan antara berbagai pendapat dan saran, yang mencoba mempersatukan pendapat dan saran-saran atau mencoba mengkoordinir kegiatan anggota atau sub kelompok. (1) Lembaga swadaya masyarakat LSM, (2) Kelompok wanita tani, (3) Gabungan kelompok tani, (4) Koperasi unit desa KUD, (5) Penyuluh pertanian lapangan PPL, (Badan Pendidikan Latihan Penyuluh Pertanian, 2005).
2.4 Fungsi Kelompok Tani Menurut Soedijanto (1996), agar kelompok tani dapat berkembang secara dinamis, maka harus dikembangkan jenis-jenis fungsi kelompok tani yang juga merupakan fungsi dari kelompok tani, yang terdiri dari (1) fungsi kelompok dalam mencari dan menyebarluaskan informasi kepada anggota, (2) fungsi kelompok dalam pengadaan fasilitas dan sarana produksi, (3) fungsi kelompok tani dalam merencanakan kegiatan kelompok, (4) fungsi kelompok dalam mengarahkan anggota melaksanakan dan menaati perjanjian, dan (5) fungsi kelompok dalam penerapan teknologi panca usaha kepada para anggota. Dalam melaksanakan fungsi kelompok tani tersebut tidak terlepas dari peranan anggota kelompok yang berada dalam wadah kelompok tersebut. Dengan kata lain bahwa berhasil tidaknya fungsi yang diemban kelompok sangat tergantung pada keikutsertaan para petani dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut. Herman, (1998), Tergabungnya petani dalam wadah kelompok tani adalah merupakan langkah awal untuk meningkatkan produksi usahataninya karena petani dalam menghadapi kendala atau masalah yang selama ini sulit diatasi secara perorangan dapat diatasi melalui kelompok tani. Hal ini dimungkinkan karena interaksi antara anggota yang lebih sering dalam berusahatani dapat meningkatkan proses difusi teknologi baru sehingga pengetahuan kemampuan dan kemauan petani lebih meningkat pula. Pembinaan kelompok tani diarahkan untuk memberdayakan para anggotanya agar memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi, mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu menghadapi resiko usaha, sehingga mampu memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak. Untuk itu, para petani perlu untuk berkelompok karena dengan berkelompok proses pembinaan lebih mudah, informasi mudah diperoleh. Karena kelompok tani berfungsi sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi dan wahana kerjasama.
2.5 Kemampuan Kelompok Tani Menurut Wahyuni (2003) bahwa kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan SK Mentan No.41/Kpts/OT/210/1992 dan dimaksudkan sebagai
wadah komunikasi antar petani, serta antara petani dengan kelembagaan terkait dalam proses alih teknologi. Kinerja tersebut akan menentukan tingkat kemampuan kelompok tapi usia kelompok tidak menjamin kinerja kelompok tani. Kelompok yang sudah mencapai tingkat madya dan berusia tua sudah tidak dinamis lagi malahan mengarah ke kelompok yang tidak efektif. Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani, dikenal lima indikator kemampuan kelompok tani dengan ciri-ciri sebagai berikut: (a) Mencari dan menyebarluaskan informasi (b) merencanakan kegiatan kelompok tani (c) melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah (d) penerapan teknologi panca usahatani (e) penyediaan fasilitas dan sarana produksi. (Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango, 2009) 2.6 Kosmopolitan Pambudi, (2001) Kosmopolitan adalah tingkat kemampuan seseorang dalam mencari informasi pengetahuan berupa pengalaman melihat, mendengar, membaca (media massa, cetak maupun elektronik) “bergaul” maupun bepergian ke suatu tempat sehingga dapat menambah pengalaman dalam memecahkan masalah dan perubahan perilaku pribadinya. Perilaku individu untuk melakukan aktivitas komunikasi timbul berdasarkan dorongan yang ada dalam diri individu tersebut untuk melakukan sesuatu gerakan atau tindakan yang sesuai dengan keinginannya. Prinsip dasar individu adalah (1) individu memiliki perbedaan perilaku, artinya berbeda pendapat dalam mengambil keptusan (2) individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, seperti melakukan apa yang kita inginkan kedepan demi mencapai hasil usahatani lebih baik (3) individu berfikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak, artinya berani mengambil resiko dalam pengambilan keputusan (4) individu memahami lingkungannya, artinya pemahaman untuk bertindak disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada (5) individu memahami reaksi terhadap aksi yang mempengaruhi sikap dan perilaku, artinya pengetahuan dari petani timbul berdasarkan dari pengalaman dan kemampuan, sehingga mempengaruhi tingkat usahataninya menjadi lebih baik.
Sembiring, (2009) ada tiga peubah yang dapat digunakan untuk mengetahui perilaku komunikasi, yaitu pencarian informasi, kontak dengan penyuluh dan ketersediaan pada media massa. Kosmopolitan petani pada penelitian ini merupakan tingkat hubungan petani dengan dunia luar di luar sistem sosialnya sendiri ditandai dengan aktivitas mencari informasi yang berhubungan dengan usahataninya melalui: (1) kontak dengan petani di daerah lain yang memiliki pandangan luas tentang usahatani yang sama,
(2) kontak dengan
penyuluh, (3) frekuensi membaca surat kabar, (4) frekuensi membaca majalah pertanian, (5) frekuensi mendengar siaran radio tentang pertanian dan (6) frekuensi menonton siaran televisi terutama siaran pertanian. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dinamis dan aktif berpartisipasi di dalam membangun diri mereka. Tidak menggantungkan hidupnya kepada belas kasihan orang lain. Mereka mampu berkompetisi dalam kontek kerjasama dengan pihak lain. Mereka memiliki pola pikir kosmopolitan, memiliki wawasan berfikir yang luas, cepat mengadopsi inovasi, toleransi tinggi, dan menghindari konflik sosial. Hal ini dapat terwujud berkat aktualisasi pendidikan yang telah membekali mereka dengan perilaku yang baik dan handal pengetahuan, sikap dan keterampilan. (Tampubolon, 2002) Kosmopolitan petani juga dipengaruhi oleh frekuensi petani tersebut mengikuti penyuluhan pertanian. Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengubah sikap petani menjadi maju dan mampu menerapkan inovasi baru. (Machmur, 2001).
2.7 Usahatani Padi Menurut Rahim et al, (2007), usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor – faktor produksi tanah (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan Continue untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan
usahataninya meningkat. Adapun pengertian uasahatani lainnya dapat dilihat dari masing – masing pendapat sebagai berikut. Kadarsan, (1993) memberikan pengertian usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur – unsur prodiksi seperti alam, tenaga kerja, modal keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Lebih lanjut Prasetya, (1996) dalam bukunya farm planning and management, usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara – cara petani untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor – faktor produksi (tanah, tenaga, kerja modal, dan manajement) serta bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak yang dapat memberikan pendapatan yang sebesar – besarnya dan secara (continue). Hadisaputro, (1997) memberikan pengertian tentang ilmu usahatani yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor – faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan keluarga petani yang lebih besar. Soekartawi, (2002) ilmu usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik – baiknya, dan dikatakan efisien bila pemnfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).
2.8 Kerangka Pikir Peran kelompok tani tidak lain adalah untuk meningkatkan produksi tanaman padi baik secara kuantitatif maupun kualitatif sebagai upaya mencapai swasembada beras. Selain itu diharapkan dengan peningkatan produksi dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi petani dan perluasan kesempatan kerja sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemampuan dalam mensejahterakan keluarganya. Dibentuknya kelompok tani yaitu untuk lebih meningkatkan dan
mengembangkan
kemampuan
petani
dan
keluarganya
sebagai
subjek
pembangunan pertanian melalui pendekatan kelompok agar lebih berperan dalam pembangunan. Peran kelompok tani dapat dimainkan setiap waktu oleh pemimpin kelompok. Untuk kegiatan kelompok tani yaitu meliputi penyebaran informasi, pengadaan fasilitas dan sarana produksi, kerjasama dalam melaksanakan rencana kegiatan kelompok, penerapan teknologi, panca usaha dalam berusahatani, dan melakukan koordinasi. Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pengukuran peran kelompok tani pada usahatani padi menggunakan 5 indikator, yaitu: Mencari dan menyebarluaskan informasi, merencanakan kegiatan kelompok tani, melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah, penerapan teknologi panca usahatani, penyediaan fasilitas dan sarana produksi. Skema kerangka pemikiran Peran Kelompok Tani Pada Usahatani Padi di Desa Oluhuta Utara, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada Gambar 1
Kerangka Pemikiran Kelompok Tani
Kemampuan
Tingkat Kosmopolitan
Petani
Petani
Analisis Data Metode Skoring Lima indikator 1. Mencari dan menyebarluaskan informasi 2. Kerjasama dalam melaksanakan rencana kegiatan kelompok 3. Melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah 4. Penerapan teknologi panca usahatani 5. Pengadaan fasilitas dan sarana produksi
Peran kelompok tani dalam penyebaran informasi 25.89% Peran dalam perencanaan kegiatan kelompok 18.04% Peran melakukan koordinasi dengan pemerintah 13.07% Peran dalam penerapan teknologi panca usahatani 19.41% Peran pengadaan fasilitas dan sarana produksi 23.57%% Keterangan : : Input : Proses : Output/Hasil
2.9 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : 1. Peran kelompok tani pada usahatani padi di Desa Oluhuta Utara, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango meningkat 2. Terdapat kendala yang dihadapi oleh kelompok tani pada usahatani padi di Desa Oluhuta Utara, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango