BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Akuntansi
merupakan
suatu
sistem
informasi
yang memberikan
keterangan mengenai data ekonomi untuk pengambilan keputusan bagi siapa saja yang membutuhkannya. Dalam akuntansi, informasi yang dimaksudkan itu disusun dalam ikhtisar laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007 : 1.2) menyatakan “ Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari lima, yakni: Laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemilik, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan”. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi uang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi – transaksi dan peristiwa yang bersifat financial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara yang tepat dalam satuan uang dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lain merupakan seni pencatatan, penggolongan, peringkasan transaksi dan peristiwa yang bersifat financial dalam cara yang tepat dan dalam bentuk rupiah, dan penafsiran akan hasilnya. Menurut Harahap (2007:105), laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. Menurut Tunggal (2000:79), laporan keuangan adalah pertanggungjawaban pimpinan suatu perusahaan kepada pemegang saham atau kepada masyarakat umum tentang pengelolaan yang dilaksanakan olehnya dalam suatu masa tertentu, biasanya satu tahun. Menurut Sundjaja (2002:68), “laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas 7
8
tersebut”. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan perbuatan ringkasan data perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan
manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Ada beberapa pengertian laporan menurut pendapat para ahli ekonomi
yang dapat penulis gunakan sebagai bahan pertimbangan.
“Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat memberikan informasi tentang suatu keadaan perusahaan sekaligus merupakan alat komunikasi antara data keuangan dengan pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan tersebut” (Munawir S,2002:2). Berdasarkan definisi ini, laporan keuangan sebagai hasil proses dari
akuntansi merupakan penghubung antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan yaitu dengan memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak tersebut untuk mengetahui keadaan dan perkembangan perusahaan bersangkutan. Sedangkan menurut Djarwanto(2001:5) dalam buku Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa, “Laporan keuangan merupakan hasil tindakan perbuatan ringkasan data keuangan perusahaan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan modal sendiri dan laporan sumber penggunaan dana”. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2002:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Dapat diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Disamping itu, tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhada perusahaan.
9
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.
Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu
memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan juga dapat dijadikan dsebagai alat pertanggungjawaban oleh pihak yang bersangkutan.
Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan
: yaitu
a. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat ini, b. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini, c. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu, d. memberikan informasi tentang jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu, e. memberikan informasi tentang perubahaan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan, f. memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam satu periode, g. memberikan informasi tentang catatan – catatan atas laporan keuangan. 2.1.3
Pihak Yang Memerlukan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun berdasarkan berbagai tujuan. Tujuan utamanya
adalah untuk kepentingan pemilik dan manajemen perusahaan dan memberikan informasi kepada berbagai pihak yang sangat berkepentingan terhadap perusahaan. Hal ini berarti pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan.
10
Berikut ini penjelasan masing – masing pihak yang bekepentingan terhadap laporan keuangan.
a. Pemilik perusahaan
sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan
seorang manajer biasanya diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan.
Dengan menggunakan laporan keuangan, pemilik perusahan dapat menilai
Dengan kata lain, laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan
untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai dan menilai kemungkinan
hasil-hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimilikinya.
b. Manager atau pimpinan perusahaan Laporan
keuangan
digunakan
sebagai
alat
untuk
mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan oleh pemilik perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga digunakan oleh manajemen untuk : 1) mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan, 2) mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses, atau produksi, 3) mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab, 4) menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. c. Investor Laporan keuangan digunakan oleh para investor untuk mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja / kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Selain itu, investor juga menggunakan laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya. d. Kreditur / banker Kreditur jangka panjang ini menggunakan laporan keuangan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang dan beban-
11
beban bunganya dan untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan
itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan.
e. Pemerintah
pajak yang harus ditanggung oleh perusahan serta digunakan sebagai dasar
Laporan keuangan digunakan oleh pemerintah untuk menentukan besarnya perencanaan pemerintah.
f. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai hal.
Perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan pada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2 Analisis Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah berapa jumlah harta, kewajiban, serta modal dalam neraca yang dimilki. Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dengan demikian, dapat bagaimana hasil usaha yang diperoleh selama periode tertentu dari laporan laba rugi yang disajikan. Laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.
12
“ Financial statement analysis is the judgemental process that aim to evaluate the current and past financial position and result of operation of enterprise, with primary objective of determining the best posible estimate and predictions about future conditions and performance.” (Bernstein, 2001)
Dari pengertian menurut Leopold dapat diartikan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan proses penilaian yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja posisi keuangan baik masa lalu ataupun periode berjalan dari perusahaan. Tujuan utama dari analisis laporan keuangan menurut Leopold adalah estimasi dan
prediksi terbaik yang paling memungkinkan tentang kondisi dan kinerja di masa
yang akan datang. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimilki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini. Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar – benar tepat. Kesalahan dalam angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian, hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya. Kesemuanya ini harus dilakukan secara teliti, mendalam, dan jujur. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos – pos yang ada dalam satu laporan keuangan. Kemudian, analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Disamping itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (misalnya tiga tahun).
13
Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis antara pos – pos yang ada dalam satu laporan. Dapat pula dilakukan
antara satu laporan dengan laporan lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat dalam menilai kemajuan dan kinerja manajemen dari periode ke periode
selanjutnya. Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat
analisis laporan keuangan adalah :
a. untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode tertentu, b. untuk mengetahui kelemahan – kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan, c.
untuk mengetahui kekuatan – kekuatan yang dimiliki,
d. untuk mengetahui langkah – langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini, e. untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal, f. dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
2.3
Analisis Rasio Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Syahyunan (2004:81) menyatakan bahwa “Analisis Rasio Keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk mengidentifikasian kondisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan”. Rasio keuangan merupakan suatu cara membuat perbandingan data keuangan perusahaan, sehingga menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting keadaan keuangan suatu perusahaan. Mempelajari hubungan antara berbagai pos – pos laporan keuangan itu. Hubungan antara pos yang satu dengan yang lain dinyatakan dengan angka yang dinamakan rasio.
14
“Analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur – unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana” (Djarwanto 2001:123).
Bambang (2001:253) menyatakan bahwa, “Rasio hanyalah alat yang
dinyatakan dalam arithmetical term yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubunngan antara dua macam data financial”.
Analisis ini merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal dan juga
dalam mengelola perusahaan semaksimal mungkin. Hasil analisis nantinya akan
diketahui tingkat kemampuan perusahaan yang ditujukan dalam bentuk angka atau persentase. Berdasarkan pengertian analisis rasio diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan mengadakan analisis rasio terhadap laporan keuangan dalam suatu perusahaan adalah sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan walaupun kepentingan mereka masing – masing berbeda. Menurut Syahyunan ( 2004:82) untuk mengidentifikasikan kondisi keuangan dapat dibandingkan dengan dua cara yaitu perbandingan antar waktu dan perbandingan antar perusahaan. a. Perbandingan Antar Waktu (Trend Analysis) Perbandingan antar waktu adalah rasio keuangan yang sekarang dibandingkan dengan perkiraan rasio keuangan tahun yang akan datang dalam perusahaan yang sama suatu perusahaan. Perbandingan itu dapat dilihat arah perubahan apakah naik atau sebaliknya turun. b. Perbandingan Antar Perusahaan Perbandingan antara perusahaan ini dapat dilihat apakah rasio keuangan perusahaan relative sama atau berbeda dengan perusahaan lainnya atau rata – rata industri. 2.3.2 Jenis – Jenis Analisis Rasio Keuangan Ada beberapa analisis rasio keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan sehubungan dengan usaha untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam suatu perekonomian. Bambang (2001:245)
15
menggolongkan rasio tersebut terdiri dari Rasio neraca, Rasio laporan laba rugi, dan Rasio antar laporan.
Menurut Sumber datanya Van Horne ( 2005 : 234) : Angka rasio dapat
dibedakan atas :
a. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratio) Rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca
misalnya: rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal
sendiri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka
panjang dan sebagainya.
b. Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statment Ratio) Rasio laporan laba rugi yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan netto, rasio laba usaha dengan penjualan laba netto, operating ratio, dan lain sebagainya. c. Rasio Antar Laporan (Inter Statment Ratio) Rasio antar laporan yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya: rasio penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata – rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata – rata dan sebagainya. Adapun penjabaran dari rasio – rasio keuangan (financial) yang utama dalam laporan keuangan. 1). Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio ini digunakan pada posisi jangka pendek yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan menyediakan alat – alat yang paling likuid guna menjamin pengembalian hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan mengetahui angka perbandingan dari rasio ini, maka akan diketahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Berikut ini adalah yang termasuk kedalam rasio likuiditas. a). Current Ratio
16
Current Ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancar yang tersedia. Current Ratio biasa disebut dengan modal kerja (Working Capital Ratio). Rasio ini mencoba memperlihatkan kemampuan klaim
pemberi hutang jika ada kegagalan. Rumus: Current Ratio =
Contoh :
Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan current ratio sebesar 65% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan mampu dijamin oleh 65 rupiah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. b). Quick Ratio Quick Ratio merupakan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid. Rasio ini adalah ukuran kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
dengan
tidak
memperhitungkan persediaan, Karena persediaan memerlukan waktu yang relatif untuk direalisasikan menjadi uang kas. Rumus: Quick Ratio = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Quick Ratio sebesar 70% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan mampu dijamin oleh 65 rupiah aktiva lancar diluar persediaan yang dimiliki oleh perusahaan c). Cash Ratio Cash Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akan segera atau
17
harus dilunasi dengan uang kas yang tersedia dengan uang kas yang tersedia dalam perusahaan.
Rumus: Cash Ratio =
Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Cash Ratio sebesar
50% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah hutang lancar yang dimiliki oleh
perusahaan mampu dijamin oleh 50 rupiah kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan.
d). Cash Turn Over Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya – biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus: Cash turn over = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Cash Turn Over sebesar 70% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah modal kerja bersih atau ketersediaan kas yang dimiliki oleh perusahaan mampu membayar 50 rupiah tagihan ataupun biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan dari perusahaan. e). Inventory to Net Working Capital Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Rumus: Inventory to Net Working Capital = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Inventory to Net Working Capital sebesar 70% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan sama dengan 70 rupiah persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
18
2). Rasio Solvabilitas Harahap (2006:303) menyatakan bahwa “Rasio solvabilitas adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang – hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya jika perusahaan tersebut dilikuidasi”.
Rasio ini mengukur perbandingan dan yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini
juga menunjukkan indikasi keamanan dari pemberi pinjaman atau bank.
Adapun rasio yang tergabung dalam rasio solvabilitas di bawah ini sebagai
berikut: a). Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh hutang. Rasio ini juga dibaca sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik perusahaan yang dimasukkan ke perusahaan. Rumus: Debt to Equity Ratio = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio sebesar 85% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan mampu menjamin 85 rupiah hutang yang dimiliki oleh perusahaan. b). Debt to Asset Ratio Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva, dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Rumus: Debt to Asset Ratio =
19
Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan current ratio sebesar
70% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan 70 rupiah dibiayai oleh hutang perusahaan.
c). Long Term Debt to Equity Ratio ( LTDtER) LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri
yang
dijadikan
jaminan
utang
jangka
panjang
dengan
cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang
disediakan oleh perusahaan. Rumus: LTDtER = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan LTDtER sebesar 70% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 rupiah hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan 70 rupiah dijamin oleh modal sendiri dari perusahaan. d). Times Interest Earned Merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga, artinya sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga. Rumus: Times Interest Earned = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Time Interest Earned sebesar 20 hal ini berarti bahwa perusahaan mampu membayarkan biaya bunganya melalui laba yang didapatkan oleh perusahaan selama 20 kali. 3). Rasio Aktivitas Rasio aktivitas disebut juga dengan rasio efektivitas yang memperlihatkan pemakaian dana perusahaan. Rasio ini berkaitan dengan kegiatan perusahaan yang di ukur dengan kegiatan penjualan dan pendapatan perusahaan dalam operasinya. Rasio aktivitas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar keefektifan perusahaan dalam menggunakan sumber – sumber dananya.
20
a) Total Assets Turn Over Total Assets Turn Over digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan dari modal yang diinvestasikan utuk menghasilkan penjualan.
Rumus:
Total Assets Turn Over = Contoh :
Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan TATO sebesar 70%
hal ini berarti bahwa dana yang tertanam dari keseluruhan aktiva mampu
menghasilkan 70 rupiah penjualan dari 100 rupiah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. b). Receivable Turn Over Receivable Turn Over digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam berputar dalam satu periode tertentu. Rumus: Receivable Turn Over = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Receivable Turn Over 10 kali hal ini berarti bahwa selama 1 periode dana piutang dapat berputar sebanyak 10 kali. c). Working Capital Turn Over Working Capital Turn over merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap – tiap modal kerja. Rumus: Working Capital Turn Over = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Working Capital Turn Over sebanyak 20 kali hal ini berarti bahwa selama satu periode perusahaan mampu memutar aktiva lancarnya menjadi penjualan bersih sebanyak 20 kali.
21
d). Average Collection Period Average Collection Period yaitu rasio yang digunakan untuk menghitung
periode rata – rata yang diperlukan untuk mengumpul piutang. Rumus:
Average Collection Period =
Contoh :
Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Collection Period
selama 25 hari hal ini berarti bahwa rata-rata piutang perusahaan dapat terkumpul selama 25 hari dalam periode tersebut.
e). Inventory Turn Over Inventory Turn Over digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam satu periode tertentu atau mengukur likuiditas dari inventori dan tendensi untuk adanya overstock. Rumus: Inventory Turn Over = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Inventory Turn Over sebesar 35 kali hal ini berarti bahwa perusahaan dapat memutar persediaan yang dimilikinya selama 35 kali dalam satu periode tertentu. f). Average Days Inventory Average days Inventory digunakan untuk menghitung periode menahan persediaan rata – rata persediaan barang berada didalam gudang. Rumus: Average Days Inventory = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan average Days Inventory selama 30 hari hal ini berarti rata-rata persediaan didalam gudang selama 30 hari dalam satu periode tersebut. 4). Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti
22
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas sangat penting untuk menguatkan kondisi perusahaan.
a). Net Profit Margin Net Profit Margin merupakan perbandingan antara keuntungan sesudah pajak (EAT) dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan hasil penjualan setiap
rupiah yang tertinggal pada perusahaan setelah dikeluarkan semua biaya dan pajak pendapatan.
Rumus: Net Profit Margin = Contoh : Sebuah perusahaan mendapatkan hasil perhitungan Net Profit Margin sebesar 70% hal ini berarti bahwa dari setiap 100 penjualan bersih perusahaan akan mendapatkan 70 rupiah keuntungan bersih setelah pajak dan bunga. b). Return on Invesment (ROI) ROI digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rumus: ROI = Contoh : Sebuah perusahaan memiliki persentase ROI sebesar 34,66%. Hal ini berarti kemampuan total aktiva perusahaan dalam menghasilkan imbalan dari investasi sebesar 34,66% atau dari setiap 100 rupiah aktiva dapat memberikan imbalan investasi sebesar 34,66 rupiah. c). Return on Equity (ROE) ROE digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Rasio ini adalah perbandingan keuntungan bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan. Rumus:
23
ROE = Contoh :
Sebuah perusaahaan memiliki persentase ratio ROE sebesar 300,33% ini
apabila diasumsikan setiap Rp 100 modal yang dimiliki dan dipergunakan berarti
perusahaan dapat menghasilkan laba yang akan diberikan kepada pemegang saham sebesar Rp 300,33 2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Kasmhir (2009:117) menyebut kelemahan rasio keuangan adalah
sebagai berikut :
a. kesulitan dalam memilih analisis rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya, b. prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda pula (dapat naik atau turun) tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut, c. adanya manipulasi data, hal ini berarti dalam menyusun data, pihak penyusun tidak jujur dalam memasukkan angka – angka ke laporan keuangan yang mereka buat, d. perlakuan pengeluaran untuk biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, e. penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan.
2.4 Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan,
karena
pengukuran
tersebut
dapat
mempengaruhi
perilaku
pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan perlu menyesuaikan kondisi perusahaan dengan alat ukur penilaian kinerja serta tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Menurut Munawir (2004, h31) tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
24
a. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat
ditagih.
b. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi
kewajiban
keuangannya
apabila
perusahaan
tersebut
dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. c. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan
menggunakan aktiva atau modal secara produktif.
d. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, hal tersebut diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya. Salah satu tujuan terpenting dalan pengukuran kinerja selain yang disebutkan di atas adalah untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan perusahaan telah tercapai, sehingga kepentingan investor, kreditor dan pemegang saham dapat terpenuhi. Untuk itu, analisis laporan keuangan umumnya dilakukan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan SK Mentri BUMN tingkat kesehatan sebuah perusahaan dibagi menjadi tiga kelas yaitu : a. SEHAT, yang terdiri dari : AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95 AA apabila 80
25
Penilaian tingkat kesehatan dalam aspek keuangan berdasarkan SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002 dapat dihitung dari delapan rasio yang dianggap
mewakili rasio yang lainnya. Rasio tersebut adalah : 1. ROI
2. ROE 3. Current Ratio 4. Cash Ratio
5. Collection Period
6. Perputaran Persediaan
7. Total Modal Sendiri terhadap Total Aset 8. Total Assets Turn Over Dalam penentuan tingkat kesehatannya dari kedelapan rasio tersebut memiliki bobot tersendiri dan juga jarak rentang yang akan menentukan skor dari tiap-tiap rasio tersebut. 1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE)
20
2. Imbalan Investasi (ROI)
15
3. Rasio Kas
5
4. Rasio Lancar
5
5. Colection Periods
5
6. Perputaran persediaan
5
7. Perputaran total asset
5
8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva
10
Total Bobot
70
26
(Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
1. ROE
15 < ROE
20
13 < ROE<= 15
18
ROE <= 13 11<
16
9 < ROE <= 11
14
7,9
12
6,6
10
5,3
8,5
4
7
2,5
5,5
1
4
0
2
ROE < 0
0 (Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
2. ROI 18 < ROI
15
15 < ROI < = 18
13,5
13 < ROI < = 15
12
12 < ROI < = 13
10,5
10,5 < ROI < = 12
9
9 < ROI < = 10,5
7,5
7 < ROI < = 9
6
5 < ROI < = 7
5
3 < ROI < = 5
4
1 < ROI < = 3
3
27
0 < ROI < = 1
2
ROI < 0
1
(Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
3. Cash Ratio x > = 35
5
25 < = x < 35
4
15 < = x < 25
3
10 < = x < 15
2
5 < = x < 10
1
0<=x<5
0 (Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
4. Current Ratio 125 <= x
5
110 < = x < 125
4
100 <= x < 110
3
95 <= x < 100
2
90 < = x < 95
1
x < 90
0 (Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
5. Collection Period x <= 60
x > 35
5
60 < x <= 90
30 < x <=35
4,5
90 < x <= 120
25 < x <=30
4
120 < x <= 150
20 < x <=25
3,5
150 < x <= 180
15 < x <=20
3
28
180 < x <= 210
10 < x <=15
2,4
210 < x <= 240
6 < x <=10
1,8
240 < x <= 270
3 < x <= 6
1,2
< x <= 300 270
1 < x <= 3
0,6
300< x
0 < x <=1
0
(Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
6. Perputaran Persediaan
x <= 60
35 < x
5
60 < x <= 90
30 < x <=35
4,5
90 < x <= 120
25 < x <=30
4
120 < x <= 150
20 < x <=25
3,5
150 < x <= 180
15 < x <=20
3
180 < x <= 210
10 < x <=15
2,4
210 < x <= 240
6 < x <=10
1,8
240 < x <= 270
3 < x <= 6
1,2
270 < x <= 300
1 < x <= 3
0,6
300 < x
0 < x <=1
0
(Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
7. Total Assets Turn Over
120< x
20 < x
5
105< x <= 120
15 < x <=20
4,5
90 < x <= 105
10 < x <=15
4
75 < x <= 90
5 < x <=10
3,5
60 < x <= 75
0 < x <= 5
3
40 < x <= 60
x <=0
2,5
20 < x <= 40
x<0
2
x <= 20
x<0
1,5
29
(Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)
8. Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset
x<0
0
0 < = x < 10
4
10 < = x < 20
6
20 < = x < 30
7,25
30 < = x < 40
10
40 < = x < 50
9
50 < = x < 60
8,5
60 < = x < 70
8
70 < = x < 80
7,5
80 < = x < 90
7
90 < = x < 100
6,5 (Sumber : SK Mentri BUMN No. 100/MBU/2002)