BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan segala aktivitas yang terkait dengan
pengelolaan keuangan pada suatu perusahaan. Aktivitas manajemen keuangan pada umumnya dimulai dari perencanaan dana, usaha mencari sumber dana, serta pengalokasian dan penggunaan dana yang diperoleh untuk aktivitas perusahaan. Kasmir (2010 : 6) menjelaskan bahwa definisi manajemen keuangan adalah sebagai berikut: “Manajemen keuangan adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana untuk membiayai usahanya, mengelola dana tersebut sehingga tujuan perusahaan tercapai, dan pengelolaan asset yang dimiliki secara efektif dan efisien.” Pengertian manajemen keuangan menurut Horne & Wachowicz (2012:2) yang disandur oleh Quratul’ain Mubarakah, sebagai berikut : “Manajemen Keuangan berkaitan dengan perolehan asset, pendanaan, dan manajemen asset dengan didasari beberapa tujuan umum.” Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan biaya atau dana yang digunakan untuk membiayai keuangan perusahaan serta aktivitas pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan kondisi keuangan sehingga tujuan perusahaan tercapai maksimal.
2.1.2
Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham
atau pemilik perusahaan.Tingginya harga saham merupakan cerminan dari keputusankeputusan investasi, pendanaan dan kebijakan deviden.Semakin tingginya harga saham merupakan perwujudan dari kemakmuran para pemegang saham. Menurut Martono dan Harjito (2010) tujuan perusahaan ada tiga macam, yaitu : 1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan. 2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan. 3. Mencapai
kesejahteraan
masyarakat
sebagai
tanggung
jawab
social
perusahaan. 2.1.3
Fungsi- fungsi Manajeman Keuangan Dalam kegiatan manajemen keuangan, banyak keputusan yang harus diambil
oleh seorang manajer keuangan mengenai berbagai kegiatan yang harus dijalankan.Keputusan yang diambil oleh seorang manajer haruslah berhubungan dengan fungsi manajemen keuangan itu sendiri.Menurut Horne & Wachowicz (2012:2) yang disadur oleh Quratul’ain Mubarakah, fungsi keputusan dalam manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga utama, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan manajemen asset. 1. Keputusan Investasi Keputusan Investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan diatas ketika peruhsahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai dengan penetapan jumlah total asset yang perlu dimiliki perusahaan. Manajer keuangan perlu menetapkan nilai uang pada asset perusahaan
sebagai ukuran perusahaan dan perlu menetapkan jumlah uang yang menjadi komposisi asset perusahaan tersebut. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan penting kedua adalah keputusan yang berkaitan dengan keputusan pendanaan.Dalam keputusan pendanaan, manajer keuangan berhubungan dengan komposisi modal perusahaan. Manajer keuangan perlu merencankan dan menetapkan komposisi pendanaan untuk modal perusahaan, apakah dengan cara menerbitkan saham, melakukan pinjaman kepada kreditur, atau dengan menahan laba perusahaan pada periode tertentu untuk dijadikan modal perusahaan. 3. Keputusan Manajemen Aset Keputusan penting ketiga bagi perusahaan adalah keputusan manajemen asset. Ketika asset telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, asset ini perlu dikelola secara efisien 2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sebuah pernyataan tertulis mengenai informasi
kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang banyak digunakan sebagai acuan dasar untuk mengambil keputusan ekonomi bagi para penggunanya. Kasmir (2010:66) menjelaskan pengertian dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : “Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Sedangkan menurut Fahmi (2012:2) menjelaskan definisi laporan keuanga sebagai berikut :
“Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.” Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan laporan tertulis berisi informasi yang dapat menggambarkan kinerja keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
2.2.2
Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan pada umumnya terdiri atas Neraca (Statement
of Financial Position), Laporan Laba Rugi (Statement of Earnning), Laporan Perubahan Modal (Statement of Changes in Owner’s Equity), Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow), dan Catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement) yang menyatakan kegiatan dan kondisi dari suatu perusahaan. Masingmasing laporan tersebut memiliki komponen keuangan tersendiri dan tujuan serta maksud tersendiri pula.Kasmir (2010:67) menjelaskan jenis-jenis laporan dalam laporan keuangan sebagai berikut : a. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (hutang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar berapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan. Pembuatan neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan).Akan tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan
untuk mengetahui secara persis, berapa harta, hutang, dan modal yang dimilikinya saat tertentu. Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang disajikan dalam neraca meliputi :
Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki
Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
Jenis-jenis kewajiban atau hutang (liability)
Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau hutang
Jenis-jenis modal (equity)
Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal
b. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Seperti halnya neraca, laporan laba rugi juga memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi :
Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode
Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
Jumlah keseluruhan pendapatan
Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi
c. Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan dalam laporan perubahan modal meliputi :
Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini
Jumlah rupiah tiap jenis modal
Jumlah rupiah modal yang berubah
Sebab-sebab berubahnya modal
Jumlah rupiah sesudah perubahan
d. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan infromasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas akan data yang disajikan.
e. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-
biaya yang telah dikeluarkan perusahaan.Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
2.2.3
Tujuan Laporan Keuangan Secara umum laporan keuangan mempunyai untuk memberikan informasi
mengenai aspek keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk menggunakan laporan keuangan tesebut.Selain itu juga laporan keuangan juga bertujuan agar bisa menjadi acuan untuk melakukan keputusan manajemen maupun keputusan investasi. Menurut Kasmir (2010:87) tujuan dari pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki pada saat ini. 2. Memberikan infromasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam periode tertentu. 5. Memberikan infomasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7. Memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya.
2.3
Kinerja Keuangan
2.3.1
Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan
untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu.Adapun beberapa pengertian menurut beberapa ahli. Menurut Fahmi (2012:239) kinerja keuangan adalah : “Suatu analisis yang dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan aktivitas dengan menggunakan aturanaturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.” Sedangkan menurut Habib (2008:91) mengatakan bahwa kinerja keuangan adalah: “Suatu hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam menggunakan sumber keuangan yang tersedia dan dapat dilihat dari laporan keuangan dan analisis rasio keuangan.” Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas usahanya sesuai dengan aturan keuangan, dimana perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan.
2.3.2
Manfaat Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam proses
perencanaan dan pengendalian. Melalui pengukuran kinerja, perusahaan dapat
melakukan perencanaan serta memilih strategi yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan. 2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan seperti promosi dan pemberhentian 3. Mengindentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasan menilai kinerja mereka 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan
2.4
Financial Value Added (FVA)
2.4.1
Pengertian Financial Value Added (FVA) Financial Value Added (FVA) merupakan salah satu pengukuran kinerja
perusahaan berdasarkan nilai tambah (value added). FVA merupakan metode pengukuran kinerja dan nilai tambah suatu perusahaan. Dalam metode FVA kontribusi fixed asset dalam menghasilkan keuntungan bersih lebih dipertimbangkan (Poerwati & Zuliyati, 2008). Jika keuntungan bersih perusahaan dapat mengcover equivalent depreciation (ED) atau dengan kata lain (NOPAT + D) lebih besar dari ED, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan memiliki nilai tambah financial. Menurut Poerwati &Zuliyati (2008) pengukuran FVA dinyatakan sebagai berikut : FVA = NOPAT – (ED - D)
Dimana : FVA = Financial Value Added NOPAT = Laba bersih setelah pajak ED = Equivalent Deprection D = Depresiasi Interpretasi dari hasil pengukuran FVA dapat dijelaskan sebagai berikut: (Felisia, 2011) -
FVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan.
-
FVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas.
-
FVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan.
2.4.2
Metode Perhitungan FVA
a) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) NOPAT atau laba operasi bersih setelah pajak adalah laba yang didapatkan dari operasi-operasi perusahaan setelah dikurangi pajak tetapi belum membiayai biaya-biaya keuangan. Sedangkan menurut Gitman (2012:121) NOPAT adalah : “NOPAT is a firm’s before interest and after taxes”. Berdasarkan kutipan diatas dapat diartikan bahwa NOPAT merupakan pendapatan perusahaan sebelum bunga dan setelah pajak.
Menurut Gitman (2012:121), cara perhitungan nopat adalah sebagai berikut : NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak)
b) Equivalent Depreciation Menurut Gitman (2012:115) depresiasi adalah : “a portion of the costs of fixed assets charged against annual revenues over time” Adalah bagian dari biaya aktiva tetap terhadap pendapatan dari waktu ke waktu. Adapun beberapa faktor
yang menyebabkan penyusutan bisa
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor-faktor fisik dan faktor-faktor fungsional. Faktor-faktor fisik yang dapat mengurangi fungsi aktiva tetap diantaranya adalah karena pemakaian, karena umur, dan karena kerusakankerusakan. Sedangkan faktor-faktor fungsional yang dapat membatasi umur aktiva tetap antara lain adalah ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti, karena adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai. Equivalent depreciation adalah jumlah biaya-biaya yang sederajat dengan beban penyusutan yang ditanggung perusahaan berdasarkan penerimaan output untuk investasi asset. Formula untuk menghitungan equivalent depreciation adalah sebagai berikut: (Rodriguez,2002) ED = (Q-VC)(1-T) – FC (1 – T) + (t x D) Keterangan : ED
= Equivalent Deprection
2.4.2
Q
= Penjualan
VC
= Biaya Variabel
t
= Tarif Pajak
FC
= Biaya Tetap
D
= Depresiasi
Kelebihan dan Kekuarangan FVA Menurut Iramani (2005) kelebihan FVA sebagai pengukuran kinerja
keuangan perusahaan adalah : a. FVA melalui definisi Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi asset bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity cost bagi pembayaran perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi b. FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep value growth duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambahan nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai equivalent deprecation akibat bertambah panjang umur asset dimana asset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. c. FVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan Accumulated Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. FVA mampu mengharmonisasikan hasilnya dengan konsep NPV tahun per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai. d. FVA memberi solusi terhadap mekanisme control dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV.
Selain berbagai keunggulan, FVA juga memiliki kelemahan yaitu FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitungkan. (Poerwati, 2008) 2.4.3
Manfaat Financial Value Added (FVA) Model pengukuran FVA sangatlah membantu perusahaan dalam pengambilan
keputusan-keputusan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Terdapat tiga keputusan dalam manajemen keuangan yang akan menjadi value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Ketiga keputusan tersebut adalah :(Iramani & Febrian, 2005) 1. Operating decision adalah suatu keputusan yang harus diambil perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola biaya-biaya yang timbul baik variable cost maupun fixed cost sedemikian rupa sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan. Pertumbuhan volume penjualan (sales growth) merupakan indicator dari pertumbuhan perusahaan yang merupakan value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Dengan sales growth yang tinggi dan income tax rate tertentu akan meningkatkan operating profit margin yang pada akhirnya Financial Value Added juga diharapkan meningkat. 2. Financing decision adalah keputusan pembiayaan perusahaan dimana perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling efisien, yang di refleksikan oleh cost of capital yang dibayarkan selama periode-n Cost of Capital ini kemudian menjadi factor pembagi terhadap nilai income yang diterima. Semakin kecil cost of capital, semakin besar income yang diterima sehingga semakin besar nilai FVA. 3. Investment decision adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-pilihan investasi yang secara normatif harus mampu memaksimalkan nilai
perusahaan. Proses pemilihan alternative investasi harus mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan yang terlibat, karena akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini secara intuitif juga mempengaruhi komposisi working capital dan fixed capital yang merupakan komponen pengubah nilai dalam
konteks
pengukuran
FVA
di
atas.
Manajemen
harus
bisa
mengoptimalkan pengelolaan working capital dan fixed capital-nya agar tidak terciptanya ide capital atau capital yang kurang efektif dalam proses peningkatan nilai perusahaan.
2.5
Refined Economic Value Added (REVA)
2.5.1
Pengertian Refined Economic Value Added (REVA) Menurut Bacidore (1997) dikutip dari Abu Bakar (2010) menjelaskan
pengertian Refined Economic Value Added (REVA) adalah sebagai berikut : “REVA is a more appropriate performance measure than EVA when considering the shareholders view of the firm”. Artinya REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja dibandingkan EVA dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham terhadap perusahaan.Konsep REVA dalam perhitungannya memakai komponen seperti dalam perhitungan EVA, namun dibedakan dalam memperlakukan modal.Dimana EVA menggunakan nilai buku ekonomis (economic book value) sedangkan REVA menggunakan nilai pasar badan usaha (market value of the firm), karena dianggap lebih mencerminkan kekayaanpemegang saham. Adapun cara menghitung REVA dapat dirumuskan sebagai berikut : REVAt = NOPATt – ( MVt-1 x Kw)
Dimana : REVAt
= Refined Economic Value Added pada periode –t
NOPATt
= Net Operating Profit After Tax pada periode – t
MVt -1 = Nilai Pasar dari badan usaha periode t-1 (Market value of Equity ditambah book value of total debt Kw
= Biaya capital adalah biaya bunga pinjaman dan biaya ekuitas dan dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Costs of Capital, WACC)
Interpretasi dari hasil pengukuran dengan menggunakan REVA adalah sebagai berikut (Abu Bakar : 2010) : a. Jika REVA > 0, hal ini menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah financial bagi perusahaan atau ada nilai ekonomis lebih setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban kepada para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham b. Jika REVA = 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah maupun pengurangan ekonomis karena laba telah habis digunakan untuk membayar kewajiban pada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham c. Jika REVA < 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi perusahaan atau perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham 2.5.1
Metode Perhitungan REVA
a. NOPAT NOPAT atau laba operasi bersih setelah pajak adalah laba yang didapatkan dari operasi-operasi perusahaan setelah dikurangi pajak tetapi
belum membiayai biaya-biaya keuangan. Sedangkan menurut Gitman (2012:121) NOPAT adalah : “NOPAT is a firm’s before interest and after taxes”. Berdasarkan kutipan diatas dapat diartikan bahwa NOPAT merupakan pendapatan perusahaan sebelum bunga dan setelah pajak.
Menurut Gitman (2012:121), cara perhitungan nopat adalah sebagai berikut :
NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak)
b. Market Value of The Firm’s Market Value of The Firm’s merupakan penjumlahan dari nilai pasar ekuitas (market value of equity) pada periode t-1 dengan nilai buku utang (book value of debt) pada periode t. Menurut Brigham dan Houston (2011:111) Nilai pasar ekuitas dihitung dengan mengalihkan harga saham dengan jumlah saham yang beredar, dinyatakan sebagai berikut : Market value of equity = Closing price year end x Outstanding stock Book Sedangkan nilai buku utang merupakan penjumlahan dari utang jangka pendek dengan utang jangka panjang. Dinyatakan sebagai berikut : Book Value of Debt = Short term debt + Long term debt
c. Weighted Average Cost of Capital (WACC) Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal (hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham) yang ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. (Ahmad & Oetomo, 2007). Adapun nilai WACC dapat diperoleh sebagai berikut : (Febriani,2015) WACC = (Wd x Kd) + (We x Ke) Dimana
:
WACC = Weighted average cost of capital Wd = Bobot hutang dalam struktur modal Kd = Biaya hutang setalah pajak [Kd = Kb (1-t)] (Kaunang, 2013) Kb =
We = Bobot ekuitas dalam struktur modal Ke = cost of equity / biaya modal sendiri
x 100%
2.6
Kerangka Pemikiran Pertumbuhan pada industri pertambangan khususnya batubara mengaharuskan
perusahaan mampu bertahan dan terus berkembang. Untuk itu perusahaan harus mampu memperbaiki kinerja perusahannya. Kondisi suatu perusahaan dapat dikatakan baik dapat tergambar dari kondisi keuangan perusahaan. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Dalam pengukuran kinerja keuangan terdapat beberapa alat analisis keuangan yang dapat digunakan diantaranya rasio finansial dan metode nilai tambah (value added). Namun menurut beberapaa ahli analisis keuangan menggunakan rasio keuangan mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisis rasio keuangan antara lain mengabaikan adanya biaya modal, kontribusi fixed asset, dan nilai kapitalisasi pasar atas saham yang diterbitkan sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai tambah atau tidak (Abu Bakar : 2010). Selain itu menurut (Sugiono, 2009) rasio keuangan hanya mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Mengingat adanya kelemahan dari rasio finansial, maka diusulkanlah analisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode nilai tambah (value added) . Dengan metode nilai tambah (value added) diharapkan akan memberikan hasil pengukuran kinerja perusahaan yang realistis dan lebih mendukung penyajian laporan keuangan. Adapun beberapa konsep perhitungan nilai tambah (value added) diantaranya adalah Economic Value Added (EVA), Financial Value added (FVA), Refined Economic Value Added (REVA), dan Market Value Added (MVA). Dari keempat konsep value added yang ada, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan dua metode yaitu metode Financial Value Added (FVA) dan metode Refined Economic Value Added (REVA). Metode Financial Value Added dipilih untuk digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan karena FVA merupakan metode yang lebih mempertimbangan kontribusi fixed asset dalam menghasilkan keuntungan bersih. (Poerwati & Zuliyati, 2008). Sedangkan,
pemilihan metode Refined Economic Value Added (REVA) digunakan dalam penelitian ini karena, menurut Bacidore (1997) yang dikutip dari Abu Bakar (2010) REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja keuangan dibandingkan EVA dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham terhadap perusahaan. Dari kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini, penulis berharap akan mendapatkan hasil yang realistis dan lebih mendukung penyajian laporan keuangan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Financial Value Added (FVA) dan metode Refined Economic Value Added (REVA) yang digunakan untuk pengukuran kinerja keuangan dua perusahaan batubara yaitu PT. Adaro Energy Tbk dan PT. Harum Energy Tbk yang kemudian akan dilakukan perbandingan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara kedua perusahaan tersebut. 2.6.1
Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap kajian pengukuran kinerja keuangan dengan metode nilai tambah (value added) pada sektor yang beragam. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang mengkasi tentang metode nilai tambah (value added).
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
1
Nama Peneliti
Abu Bakar
Tahun Terbit
2010
Judul Penelitian
Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi
Periode Pengamatan
2006 - 2009
Hasil Penelitian
Keempat metode pengukuran kinerja keuangan tidak memberikan jawaban yang
dengan Menggunakan Metode EVA, REVA, FVA, dan MVA
sama atas peringkat kinerja kelima perusahaan telekomunikasi yang konsiten
Financial Value Added : Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja Dan Nilai Tambah Perusahaan
Kinerja FVA lebih baik disbanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan NPV.
2
Rr. Iramani
2005
3
Alfonso Rodriquez Sandias
2002
Finance Value Added
4
Hajiabbasi, Moreteza, et.all.
2012
Comparison of Information Contect Value Creation Measures (EVA, REVA, MVA, SVA, CSV and CVA) and Accounting Measures (ROA, ROE, EPS, CFO) In Predicting The Shareholder Return (SR)
Variabel Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi asset pada kinerja perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penciptaan nilai EVA, REVA, MVA, SVA, CSV dan CVA dengan langkah – langkah akutansi ROA
Evidence from Iran Stocl Exchange. Journal of Sience and Technology
5
6
Fatemeh Rexanezhad, Rahmatolla Azad and Milad Emamgholipur
Hilda Putri Damayanti
2013
2015
The Relationship between Economic Value 2005 – 2009 Added and Refined Economic Value Added with Stock Return in the Companies Listen in Tehran Stock Exchange (to the Breakdownof Industries
Hasil dari penelitian ini menyatakan hampir di semua industri hubungan Economic Value Added (EVA) dengan return saham lebih baik dibandingkan Refined Economic Value Added (REVA) dengan return saham.
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Astra Internasional Tbk. dan PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA), Financial Value Added (FVA)
Dengan menggunakan ketiga metode value added tersebut, PT. Astra Internasional dinilai memiliki kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik dibandingkan PT. Indomobil Sukses Internasional. Kesimpulan tersebut di ambil berdasarkan
Periode 2009 -2013
dan Shareholder Value Added (SVA) Periode 2009-2013
7
Amanda Ayu Oktavia
2015
Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Refined Economic Value Added (REVA) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20092013
perolehan EVA, FVA, dan SVA yang selalu bernilai positif dibandingan PT. Indomobil Sukses Internasional yang memperoleh nilai EVA yang negatif. Periode 2009-2013
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EVA, REVA dan MVA memiliki pengaruh terhadap return saham secara simultan. Serta secara parsial hanya variabel REVA yang berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian, maka peneliti bermaksud menggambarkannya dalam suatu kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peneliti, kerangka pemikiran akan disajikan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan
Rasio
Nilai Tambah (Value Added)
EVA
FVA
REVA
FVA
REVA
-NOPAT
-NOPATt
-Equivalent Depreciation
-MVt-1
-Depreciation
MVA
-Kw (WACC)
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Berbasis Nilai (Value Added)
PT. Adaro Energy Tbk
Perbandingan
Keterangan : Tidak dilakukan perhitungan Dilakukan Perhitungan
PT. Harum Energy Tbk
2.7
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :
H1
: Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara PT. Adaro Energy Tbk dengan PT. Harum Energy Tbk yang signifikan dengan menggunakan metode FVA
H2
: Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara PT. Adaro Energy Tbk dengan PT. Harum Energy Tbk yang signifikan dengan menggunakan metode REVA