4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Piperaceae dan Rubiaceae Piperaceae kebanyakan berupa terna, hanya kadang-kadang berupa tumbuhan berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar-akar pelekat. Daun duduknya berbeda, tunggal, tepi rata, bertulang daun menyirip atau menjari, kerap kali berbau aromatis atau rasa pedas. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut bunga lada (amentum), masing-masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal atau banci dengan 1-10 benang sari; putik terdiri dari 1-6 dan buah (kebanyakan 3) kepala putik beruang 1 dengan 1 bakal biji yang tegak pada dasarnya. Buahnya buah buni berbiji satu, dengan endosperm dan perisperm. Dalam biji terdapat sel-sel minyak atsiri (Steenis, 2005). Morfologi Piperaceae dapat dilihat pada Gambar 2.1.1 berikut ini :
a b c
e d Gambar 2.1.1.Morfologi Piperaceae: a.diagram bunga, b. daun, c. bunga, d. Biji, e. Buah.(Koehler,1887).
Universitas Sumatera Utara
5
Rubiaceae umumnya berupa tumbuhan berkayu dapat berupa semak, perdu, atau pohon-pohon jarang berupa herba dengan daun tunggal atau majemuk yang duduk berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Daun penumpu terletak antara tangkai daun, berlekatan berpasangan, kadang-kadang terbagi dalam tajuk. Bunga di ketiak atau terminal, kadang-kadang tunggal, kebanyakan dalam berbagai bentuk karangan bunga beraturan, kebanyakan berkelamin 2, kelopak dan mahkota berdaun lekat. Bunga banci aktinomorf atau zygomorf biasanya berbilangan 4-5, kadangkadang lebih, biasanya membentuk bunga majemuk. Daun mahkota berlekatan, pada bunga yang aktinomorf benang sari sama banyaknya dengan daun mahkota, pada bunga yang zygomorf jumlah benang sari lebih sedikit, duduk berseling dengan daundaun mahkota. Dalam bunga biasanya terdapat cakram. Benang sari sama banyak dengan tajuk mahkota dan berseling dengannya, tertancap pada tabung atau leher mahkota. Kepala sari beruang. Bakal buah seluruhnya atau sebagian besar tenggelam, beruang sampai banyak. Tangkai putik satu. Buah sangat bermacammacam: buah buni, buah batu atau pecah dalam kendaga, biji kebanyakan mempunyai lembaga lurus atau bengkok (Tjitrosoepomo, 2004). Pada
umumnya
Rubiaceae
memiliki
tipe
daun
penumpu
(stipula)
interpetiolaris atau intrapetiolaris. Stipula sederhana, terkadang lebih besar dari daun misalnya pada Gallium (Pandey,2003). Bunga majemuk, berkumpul membentuk satu unit, misalnya pada Sacropcephalus, dan Morinda. Pada Gardenia dan Randia juga beberapa jenis yang lain perbungaannya disusun oleh bunga yang kecil yang terletak diantara terminal. Pada Coffea arabica bunganya terletak di ketiak daun, dengan bunga hermaprodit tipe aktinomorf, dan terdiri atas empat atau lima kelopak. Bunga lengkap dengan bakal buah yang epigin. Misalnya pada Coprosoma. Corolla terdiri dari lima atau empat petal yang saling berlekatan, dengan bentuk seperti corong.
Universitas Sumatera Utara
6
Morfologi Rubiaceae dapat dilihat pada Gambar 2.1.2 berikut ini :
a b c
d
e
f
g
Gambar 2.1.2.Morfologi Rubiaceae : a. Pertulangan daun, b.Perbungaan, c.Androcium dan Gynocium, d. Stipula. e.Bakal buah, f.Mahkota, g. Kelopak. (Robbrecht,1997)
Pada jenis Henriquezia, corolla zygomorf dan memiliki bibir. Androcium terdiri atas lima atau empat stamen yang terletak di dalam atau di dekat rongga pada tabung dan saling berlekatan dengan corolla. Secara umum bakal buahnya tenggelam, namun pada genus Synaptanta yang terdapat di Australia bakal buahnya setengah tenggelam. Pada Gaertnera dan Pogamea, memiliki bakal buah yang menumpang. Tipe buah pada famili Rubiaceae adalah buah drupa, kapsul atau berry. Buah-buah tersebut kering atau berdaging. Contoh jenis yang memiliki buah berdaging adalah Randia, dan Mussaenda. Buah drupa contohnya adalah Coffea, sedangkan buah kapsul contohnya adalah Gallium. Terdiri atas lima atau empat sepal yang berlekatan, misalnya pada Mussaenda, dan Worscewiezia (Pandey,2003). Ordo ini meliputi lima famili, yaitu: Rubiaceae, Adoxaceae, Dipsacaceae, Caprifoliaceae dan Valerianaceae (Lawrence, 1995).
Universitas Sumatera Utara
7
2.2. Distribusi Piperaceae dan Rubiaceae Famili Piperaceae tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Terutama di Amerika Utara dan Selatan dan agak sedikit di Asia dan beberapa di Afrika (Yongqian et al.,1999). Lada (Piper nigrum) berasal dari India. Tumbuh liar di pegunungan Assam dan Burma Utara. Dari tempat asalnya kemudian menyebar ke tempat - tempat lain. Pada abad ke-16 telah diketahui menyebar ke Thailand, Malaya dan Jawa. Tumbuh baik di tanah yang mengandung humus dengan drainase yang baik dan curah hujan yang cukup, pada ketinggian mulai dari 500 m dpl (Lembaga Biologi Nasional – LIPI, 1980). Famili Rubiaceae tersebar luas di seluruh dunia, dapat ditemukan di kawasan tropis dan subtropis. Ditemukan melimpah di Amerika Utara dan Asia selatan. Kawasan Asia terdiri dari 135 genus yang mewakili seluruh vegetasi maupun tumbuhan bawah dari dataran rendah dan hutan hujan. Jenis ini juga tumbuh liar di pematang sawah, tebing-tebing sungai, pinggir jalan, kebun atau di padang rumput. Tumbuh dari dataran rendah sampai menengah dari ketinggian 10 sampai 600 meter dari permukaan laut misalnya Hedyotis diffusa (Balgooy, 1998). Balgooy (1998) mengemukakan bahwa, di daerah paleotropik terdapat genus Gardenia yang tersebar di hutan hujan dataran rendah. Hedyotis tumbuh di dataran rendah dan hutan pegunungan, Ixora tumbuh di hutan hujan dataran rendah, Mussaenda tumbuh di hutan pegunungan dan dataran rendah, Nauclea tumbuh di hutan hujan dataran rendah, Urophyllum tumbuh di hutan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Di daerah pantropikal terdapat genus Psychotria tumbuh di dataran rendah dan hutan hujan dataran rendah dan Uncaria tumbuh di hutan primer dataran rendah, dan hutan hujan sekunder, Cinchona legeriana, Cinchona succirubra, Cinchona officinalis tersebar di daerah India Selatan. Lubis (2008)menyatakan di Taman Wisata Alam Deleng Lancuk Kabupaten Karo Sumatera Utara diperoleh 32 jenis yang terdiri dari 10 jenis Piperaceae dan 22 jenis Rubiaceae. Genus yang paling banyak ditemukan pada kawasan tersebut untuk famili Piperaceae adalah genusPiper dan famili Rubiaceae adalah genus Hedyotis.
Universitas Sumatera Utara
8
Mulati (2004) menyatakan Uncaria gambir, dan Uncaria sclerophylla ditemukan di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser, tumbuhan
tersebutmerupakan
tumbuhan
memanjat.
Wahyuni
(2004)
juga
menemukan beberapa jenis dari famili Rubiaceae dikawasan tersebut antara lain Chasalia chartaceae, Coffea malayana, Hedyotis philippinensis, Ixora javanica, Lasianthus stipularus, Lasianthus tomentosus, Pogostemon cablin, Peristomeris malayana, Randia spinosa, jenis-jenis tersebut adalah tumbuhan semak. Mumpuni (2004) menyatakan bahwa Argostemma involucrum., Argostemma subcrassum. Nauclea mangayi, Psychotria stipulaceae, Opphiorhiza communis
dan Randia
longiflora dapat ditemukan dikawasan tersebut. Handayani (2004) juga mengemukakan bahwa jenis-jenis Rubiaceae yang habitatnya berupa herba dapat ditemukan di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser, beberapa diantaranya adalah Argostemma involutrata dan Ophiorrhiza discolor. Ginting(2006) menambahkan genus yang paling banyak ditemukan di Hutan Gunung Sinabung adalah genus Randiadiperoleh sebanyak 4 jenis.
2.3. Jenis-jenis Piperaceae dan Rubiaceae Beberapa jenis Piperaceaedapat dilihat pada Gambar 2.3.1 dan 2.3.2. berikut:
Universitas Sumatera Utara
9
2.3.1 Piper nigrum
a b
c
Gambar 2.3.1 . Piper nigrum, a. Buah ,b. Daun, c.Batang. (Garmer, 2007)
Piper nigrum atau lada adalah jenis Piperaceae yang sangat dikenal. Tumbuhan yang merambat. Batang berbuku-buku dan mempunyai akar pelekat berwarna hijau kotor. Daunnya berbentuk bulat telur, tunggal, bertangkai dan pangkal bentuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm bertangkai duduk berseling atau tersebar dengan tulang daun menyirip. Bunga majemuk bentuk bulir, menggantung, panjang bulir 3,5 – 22 cm. Kepala putik 2-5 dan tangkai sari 0,5 –
1 mm, putih, hijau. Buah buni bulat, putih kehitaman. Akar
tunggang putih kotor. Terdapat dua jenis lada yang dikenal sebagai rempah-rempah yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam adalah buah lada yang dipetik sebelum masak kemudian dikeringkan sampai kulitnya menjadi hitam, sedangkan lada putih adalah buah lada yang matang, direndam lalu dikupas dengan cara menggosoknya dan dijemur hingga benar-benar kering ( Norhadijah,2009).
Universitas Sumatera Utara
10
2.3.2 Peperomia pellucida
a
b
c
Gambar 2.3.2Peperomia pellucida; a. bunga, b. daun, c. batang (Garmer,2007) Peperomia pellucida jenis Piperaceae yang berhabitus herba, tinggi 20-40 cm, Batang tegak atau membubung, bercabang. Petiole 1-2 cm; Daun bulat telur meruncing atau bulat telur segitiga panjang lebih kurang sama dengan lebar 1-3,5 cm dengan dasar berbentuk jantung (Yongqian et al., 1999). Beberapa jenis Rubiaceae dapat dilihat pada Gambar 2.3.3, 2.3.4, 2.3.5, dan 2.3.6berikut:
Universitas Sumatera Utara
11
2.3.3 Cinchona sp.
a
b
c
Gambar 2.3.3 Cinchona sp. a. Batang, b. Bunga, c.Daun. (Garmer,2007)
Genus ini terdiri dari sekitar 25 spesies, berupa semak atau pohon kecil 5-15 m. Daun oppsite atau lanset dengan panjang 10-40 cm. Bunga putih, pink atau merah dan terletak di terminal dan buah kecil berbentuk kapsul. Beberapa diantaranya adalah Cinchona calisaya, Cinchona ledgeriana, Cinchona succirubra, Cinchona officinalis dan Cinchona pubescens (Taylor, 1995).
Universitas Sumatera Utara
12
2.3.4 Ixora coccinea
a b
c
Gambar 2.3.4 Ixora coccinea, a. Daun, b.Bunga, c. Batang. (Garmer, 2007 )
Ixora adalah salah satu jenis Rubiaceae yang sangat dikenal. Berupa perdu yang tegak, tingginya 2-4 m. Daun penumpu bulat telur segitiga, meruncing bentuk paku. Daun berhadapan, bertangkai pendek, bentuk memanjang bulat telur terbalik, dengan pangkal dan ujung tumpul, tepi rata sedikit beringgit. Bunga harum, tersusun dalam malai rata yang bertangkai, duduk atau bertangkai pendek, pada ujung tangkai dengan 2 anak daun pelindung kecil. Beberapa diantaranya adalah Ixora grandiflora, I. Stricta dan I. Coccinea (Steenis,2005).
2.3.5 Galium sp.
a b c
d e
Gambar 2.3.5. Galium sp. a.Bunga, b. Internodus, c.Daun, d. Nodus, e. Batang. (Garmer,2007).
Universitas Sumatera Utara
13
Genus Galium berupa annual parennial herbaceus. Ada sekitar 400 jenis dari genus ini, dan tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Beberapa jenis jenis dari genus ini antara lain adalah Galium aparne, G. Tricornutum, G. Aparine dan G. Odoratum (Taylor,1995).
2.3.6 Rubia cardifolia a
b c d
Gambar 2.3.6Rubia cordifolia, a. Bunga, b. Buah, c.Batang, d. Daun. (Garmer,2007) Genus ini ada sekitar 60 jenis, parenial merambat atau herba memanjat dan juga berupa semak kecil. Tingginya ± 1,5 m, daun selalu hijau dengan panjang 5 – 10cm. Bunga kecil dengan panjang 3 – 5 mm, dengan lima petal berwarna kuning dan buah berwarna merah sampai ke hitam. Beberapa jenis dari genus ini adalah, Rubia cordifolia, R. khasiana, R. sikkimensis dan R. tincrotum (Taylor, 1995). Suku Piperacea mempunyai 3 anak suku (sub famili) Piper, Peperomia dan Heckeria, sedangkan suku Rubiaceae terdiri dari 10 anak suku (sub famili) yaitu Rubia, Cinchona, Coffea, Morinda, Ixora, Mussaenda, Gardenia, Uncaria, Urogaga dan Pausingstalia.
Universitas Sumatera Utara
14
2.4. Manfaat Piperaceae dan Rubiaceae Piperaceae dan Rubiaceae sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Beberapa contoh jenis-jenis dari suku Piperaceae dan Rubiaceae dan pemanfaatannya sebagai berikut (Steenis, 2005): a. Piper nigrum : lada (Indonesia), buah untuk bumbu masak, butir-butir ditumbuk atau tidak, berguna untuk bumbu masak. Dari perlakuan terhadap buah tergantung apakah nanti diperoleh lada putih atau lada hitam. Selain itu bangsa Portugis dan Belanda datang menjajah bangsa-bangsa di Asia termasuk Indonesia antara lain disebabkan oleh komoditi rempah dan obat termasuk lada. b. Piper betle : sirih (Indonesia), sebagai bahan antiseptik atau sebagai obat, dapat menyembuhkan penyakit mata, eksim, bau mulut, kulit gatal, menghilangkan jerawat, pendarahan gusi, mimisan, bronkhitis, batuk, sariawan, luka, keputihan, sakit jantung, sifilis, alergi/biduran, diare, sakit gigi. Sirih juga dapat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan oleh Bakteri dan jamur. Menyembuhkan luka pada kulit. Heyne (1987), menambahkan bahwa cairan daun sirih dapat diisap untuk pengobatan pendarahan hidung (noesbloeding). c. Piper cubeba: Kemukus (Indonesia), kemukus ini terutama dipelihara sebagai tanaman yang menghasilkan obat-obatan. d. Piper retrofractum: Cabe Jawa (Indonesia), dapat digunakan sebagai tanaman obat. Dapat menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: kejang perut, muntah, perut kembung, mulas, disentri, diare, sukar buang air besar, sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam, hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan, neurastinia, tekanan darah rendah, pencernaan terganggu, rematik, tidak hamil, rahim dingin, badan lemah, stroke dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
15
e. Piper sarmentosum: Cabe Jawa (Indonesia), akar tumbuhan ini berkhasiat untuk peluruh air seni, dan batu empedu. f. Rubia tinctorum: Jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai penghasil zat warna, terutama pada pabrik atau industri. g. Cinchona ledgerina: Kina (Indonesia), kulit batang tumbuhan ini sangat bermanfaat karena menghasilkan berbagai alkaloid seperti kinin, dapat diolah menjadi obat untuk menyembuhkan penyakit Malaria dan gatal pada kulit. h. Coffea arabica,Coffea robusta: Kopi (Indonesia), buah kopi dapat dimanfaatkan untuk minuman yang memiliki kenikmatan yang spesial terutama pada orang yang candu terhadap kopi, dan dapat juga dipakai untuk menghilangkan rasa bau, sedangkan benalu yang hidup pada tumbuhan kopi dapat dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. i. Morinda citrifolia: Mengkudu (Indonesia), sering disebut dengan buah Pace. Dapat digunakan sebagai penghasil zat warna dapat dimakan sebagai sayur, cairan buah Pace ini dapat dimanfaatkan sebagai obat tekanan darah tinggi, dan berbagai jenis penyakit lainnya. j. Musaenda frondosa: Bunga Nusa Indah (Indonesia), dimanfaatkan sebagai tanaman hias di halaman rumah. k. Gardenia augusta: Bunga Kaca Piring (Indonesia), dimanfaatkan sebagai tanaman hias di halaman rumah atau perkarangan. l. Uncaria gambir: Gambir (Indonesia), dimanfaatkan sebagai penghasil zat samak terutama untuk industri kulit. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai tambahan untuk makan sirih terutama pada acara adat istiadat.
Universitas Sumatera Utara
16
2.5. Deskripsi Area 2.5.1. Letak dan Luas Area Secara administratif kawasan Hutan Aek Nauli terletak di lima kecamatan, yaitu Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hutaran dan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Terletak pada 02o40’00” – 02o50’00’’ LU dan 98o50’00’’ – 99o10’00’’BT. Dengan luas areal ± 1900 ha dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum melalui kota Pematang Siantar selama ± 1 jam 30 menit. Peta daerah pada Lampiran L-1. Batas Hutan Aek Nauli adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
:
Danau Toba
Sebelah Selatan
:
Kecamatan Lumban Julu
Sebelah Barat
:
Danau Toba Parapat
Sebelah timur
: Kecamatan Dolok Parmonangan
(BKSDA 1
SUMUT, 2003) Menurut historisnya, Hutan Aek Nauli pada awalnya adalah hutan primer, karena musim kemarau sebahagian areal hutan terbakar. Areal Hutan Aek Nauli yang terbakar dilakukan penanaman kembali sehingga saat ini Areal Hutan Aek Nauli dibagi menjadi hutan primer, hutan sekunder dan hutan pinus. Hutan sekunder juga dimanfaatkan untuk areal perkemahan, studi dan wisata panorama.
2.5.2. Topografi Berdasarkan pengamatan dilapangan, pada umumnya Kawasan Hutan Aek Nauli memiliki topografi yang relatif bergelombang sampai dengan curam dengan ketinggian antara 1200 sampai 1700 m dpl. Kawasan Hutan Aek Nauli termasuk hutan pegunungan. Menurut Steenis (2006), terdapat 3 subzona hutan pegunungan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
17
1. Sub Montana (sub pegunungan atau disebut juga hutan pegunungan bawah) antara ketinggian 1000 – 1500 m dpl. 2. Montana (hutan pegunungan atas) antara 1500 – 2400 m dpl. 3. Sub alpin lebih dari 2400 m dpl. Jenis tanah di daerah penelitian adalah berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat dan lempung halus. Jenis batuan Tapanuli, Peusangan, Sihapas, Vulkan Tersier dan Toba.
2.5.3. Tipe Iklim Kawasan Hutan Aek Nauli berdasarkan Schmidt-Ferguson;1951 mempunyai tipe iklim A (sangat basah). Berdasarkan informasi BKSDA 1 SUMUT (2003), diperoleh data curah hujan di Kawasan Hutan Aek Nauli rata-rata ±7200 mm/bulan selama sembilan bulan berturut-turut, kisaran suhu 150C-230C dan kelembaban ±95%. Sungai atau anak sungai yang terdapat di areal kerja adalah Bah Parlianan, Bah Mabar, Bah Boluk, Bah Haposuk.
2.5.4. Vegetasi Berdasarkan pengamatan di lapangan tipe vegetasi merupakan vegetasi dataran tinggi, ditandai dengan pohon-pohon besar yang banyak ditumbuhi lumut. Tumbuhan yang terdapat di Hutan Aek Nauli ini didominansi oleh jenis Pinus, Calamus, Tumbuhan Paku dan Lumut. Banyak juga dijumpai berbagai jenis anggrek pohon dan terrestrial, Zingiberaceae, Myrtaceae, Arecaceae dan Annonaceae.
Universitas Sumatera Utara