BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Program Pendidikan AS Hornby (1986 ) yang dikutip oleh Arikunto & Abdul Jabar (2009: 1) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.
Suchman
(1961,
dalam Arikunto & Abdul Jabar (2009) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Menurut Raharjo, B (2003), evaluasi adalah sistem dan bagian integral dari pengelolaan pendidikan, karena dengan evaluasi kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan baik pada tingkat sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi maupun pusat. Dari ketiga pendapat tersebut menggambarkan bahwa evaluasi merupakan usaha yang berupa proses yang telah direncanakan untuk menentukan hasil yang berupa nilai atau jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian pendidikan dari tingkat
sekolah sampai pemerintah
pusat. Worthen dan Sanders (1973, dalam Anderson 1971) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang 1
bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu
program,
produksi, prosedur, serta alternatif yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Stufflebeam (1971 yang dikutip Arikunto, S & Abdul Jabar, C S 2009) mengatakan
bahwa
evaluasi
merupakan
proses
penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan
alternatif
keputusan.
Dari
beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah sistem kegiatan untuk mengumpulkan informasi secara integral tentang bekerjanya suatu program yang selanjutnya
informasi
tersebut
digunakan
untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Menurut Bloom et al. (1971 dalam Daryanto, 1997) menjelaskan
bahwa
dalam
konteks
pendidikan
mengartikan evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan
sejauhmana
tingkat
perubahan
dalam
pribadi siswa. Pernyataan ini menggambarkan bahwa proses pengumpulan data di lapangan untuk evaluasi suatu program memerlukan data yang sistematis. Setelah data
tersebut
gambaran
diperoleh
kesimpulan
akan
bagi
digunakan
pengambil
sebagai
kepentingan
tentang perubahan kondisi siswa, apakah ada perubahan membaik atau tidak, kemudian dilakukan pemantauan. Stufflebeam et al. (1971 yang dikutip Daryanto, 1997) “Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision 2
alternaties”. Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan data informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Gambaran pengertian tersebut bahwa perolehan gambaran
data
di
lapangan
sebagai
alat
untuk
memproses informasi akurat kemudian disajikan dalam forum
musyawarah
disimpulkan
pengambil
kepentingan
dan
untuk alternatif kebijakan yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah/Pimpinan agar tujuan program dapat tercapai. Menurut Stufflebeam dalam bukunya Educational Evaluation
and
Decision
Making
yang
dikutip
oleh
Daryanto (1997) mengatakan bahwa evaluasi dalam sistem pendidikan ada 4 dimensi yaitu context, input, process, dan product. Keempat dimensi tersebut perlu dievaluasi selama dan pada akhir sistem pendidikan. Penjelasan masing-masing dimensi sebagai berikut: a) Context: Situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan. Misalnya: masalah pendidikan yang dirasakan, pandangan hidup masyarakat, keadaan ekonomi negara dan seterusnya. b) Input: Sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. c) Process:Pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan. d) Product: Hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhirpengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan
3
Dalam
sistem
pendidikan
akan
terjadi
proses
pelaksanaan kegiatan yang saling terintegrasi antara unit yang satu dengan unit yang lain. Kegiatan unit yang satu dengan yang lain saling menutupi dan melengkapi. Masing-masing unit kerja dapat bekerja dengan baik dipengaruhi oleh sarana, bahan, modal, dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuannya. Dalam pelaksanaannya, di antara fasilitas akan terjadi kekurangan
yang
akan
menyebabkan
program
pendidikan tidak terlaksana atau kurang sempurna. Hal ini disebabkan tidak ada biaya untuk memenuhi sarana, sumber daya manusia tidak kompeten, kemudahan dalam penggunaan fasilitas dan inkonsisten dalam kinerja sekolah.
Pada
akhirnya
akan
mempengaruhi
mutu
lulusan di sekolah tersebut. Oleh sebab itu evaluasi sangat penting dalam sistem pendidikan guna mencapai perbaikan secara terus menerus agar dapat fokus pada kepuasan pelanggan. Menurut
Mehrens
&
Lehmann
(1978
dalam
Purwanto, 1990: 3) mengartikan evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi
yang
sangat
alternatif-alternatif
diperlukan
keputusan.
untuk
Jadi
setiap
membuat evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang sengaja direncanakan secara
sistematis
untuk
memperoleh
informasi/data
untuk membuat suatu keputusan yang datanya harus akurat sesuai kenyataan di lapangan
dan mendukung
tujuan evaluasi yang direncanakan. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas
komponen
program
dalam
mendukung 4
pencapaian tujuan program tersebut (Arikunto & Abdul Jabar, 2009).
Dengan demikian, jika diketahui bahwa
hasil evaluasi sebagai harapan suatu program tidak memuaskan, dapat dicari di mana letak kekurangannya atau komponen mana yang bekerja tidak sesuai standar. Kebijakan
yang
sudah
dikeluarkan
pengambil
keputusan dan dilaksanakan, belum tentu memperoleh hasil yang baik sesuai dengan jiwa kebijakan. Untuk mengetahui sejauh mana dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai dan bagian mana yang belum tercapai
serta
diadakan
mengetahui
evaluasi
keberhasilan
apa
program.
dan
kegagalan
penyebabnya,
Tanpa
ada
program
perlu
evaluasi,
tidak
dapat
diketahui. Sehingga evaluasi program artinya
upaya
untuk
suatu
mengetahui
kebijakan
secara
tingkat cermat
keterlaksanaan
dengan
cara
mengetahui
efektivitas masing-masing komponennya. Wrightstone et al. (1956 yang dikutip Purwanto, 1990) merumuskan evaluasi program pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil
puncaknya
proses
akan
pendidikan
mengevaluasi
di
sekolah
program
yang
pada telah
ditetapkan oleh pengambil kebijakan untuk mengetahui perkembangan siswanya, apakah mengarah penurunan atau
kemajuan
dalam
belajar
yang
dimiliki
siswa,
selanjutnya sekolah mengadakan instruspeksi diri untuk mencari alternatif pemecahannya agar tujuan pendidikan 5
pada siswa sesuai dengan nilai yang ditetapkan di dalam kurikulum.
B.
Model Evaluasi Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal
sebagai
penemu
Stufflebeam, Glaser.
model
Metfessel,
Kaufman
dan
evaluasi
program
Michael
Scriven,
Thomas
yang
seperti
Stake,
dikutip
dan
dalam
Arikunto dan Abdul Jabar (2009: 40) membedakan model evaluasi program menjadi delapan yaitu: 1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler 2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven 3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. 4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. 5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. 6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. 7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam. 8. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan evaluasi model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam, et al (1967, dalam Arikunto & Abdul Jabar, 2009) di Ohio State University. Model evaluasi CIPP singkatan dari Context – input – process – product. Model CIPP (1967) melihat kepada empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses dan dimensi Produk. Keempat kata yang
disebutkan
dalam
singkatan
CIPP
tersebut
merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program. 6
Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut :
Tipe Evaluasi Pembuat Keputusan
Konteks Obyektif
Input Solusi strategi desain prosedur
Proses Implement asi
Akuntabilitas
Rekaman Obyektif
Rekaman pilihan strategi desain dan desain
Rekaman Proses Aktual
Produk Dihentikan Dilanjutkan Dimodifikasi Program Ulang Rekaman pencapaian dan keputusan ulang
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan
dirumuskan
sebagai
kebutuhan. Suatu suatu
kesenjangan
(discrepancy view) kondisi nyata ( reality ) kondisi
yang
dengan
diharapkan ( ideality ). Dengan kata lain
evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan 7
atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan dilaksanakan. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program.
Analisis
ini
akan
membantu
dalam
merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumbersumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi anternatif
dan
strategi
menilai
program,
kapabilitas
desain
sistem,
prosedur
untuk
strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi
proses
merupakan
evaluasi
yang
dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan.
Termasuk
mengidentifikasi
permasalahan
prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian keputusan
penting
karena
untuk
berguna
menentukan
bagi
pengambil
tindak
lanjut
penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk
menentukan
program
ketika
kekuatan
dikaitkan
dan
dengan
kelemahan
atau
keluaran
yang
ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang 8
dikemukakan oleh Worthen and Sanders (1973, dalam Anderson 1975), yaitu : 1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan, 2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan, dan 3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai halhal penting saat implementasi dilaksanakan.
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “judgement outcomes” dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan harga
dan
jasa
yang
diberikan
(Stuflebeam
and
Shinkfield, 1986 dalam Arikunto & Abdul Jabar 2009)). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. pencapaian
hasil
Evaluasi ini merupakan catatan dan
keputusan-keputuasan
untuk
perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai.
Pengukuran
dikembangkan
dan
didokumentasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Evaluasi akan menghasilkan informasi yang dapat digunakan
untuk
pengambilan
keputusan.
Dengan
evaluasi dapat menilai apakah Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 benar-benar mampu menyelenggarakan sekolah dengan baik khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
9
C.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasioal
untuk
manajemen
mutu
kualitas.
ISO
9001:2008
menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu,
yang bertujuan untuk menjamin kepuasan
pelanggan
(IWA2,
2010).
Standar
internasional
ini
menetapkan persyaratan-persyaratan untuk suatu sistem manajemen mutu suatu organisasi pendidikan , yaitu: a. Organisasi harus menunjukkan kemampuannya untuk secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan perundangan yang berlaku. b. Organisasi harus mempunyai tujuan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistemnya secara efektif, termasuk proses perbaikan berkelanjutan dari sistemnya dan kepastian kesesuaiannya pada persyaratan pelanggan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa suatu sekolah yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
harus
menunjukkan
kemampuan
dalam
melaksanakan persyaratan dan konsistensinya dalam setiap melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan
yang
dilaksanakan
secara
konsisten
didokumentasikan dengan tertib, teratur dan aman serta tersimpan dengan rapi agar mempermudah pencarian setiap saat dibutuhkan. Selain itu untuk mendukung proses
perbaikan
terus
menerus
berkesinambungan
dalam rangka untuk mewujudkan kepuasan pelanggan
10
Persyaratan organisasi
Umum
ISO
pendidikan
mendokumentasikan,
9001:2008
harus
menerapkan
dalam
menetapkan, dan
memelihara
sistem manajemen mutu dan secara terus menerus memperbaiki
efektivitasnya
sesuai
persyaratan-
persyaratan ISO 9001:2008. Adapun persyaratan ISO 9001:2008 secara umum bahwa organisasi pendidikan harus menentukan prosesproses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan penerapannya, menentukan urutan-urutan dan interaksi proses-proses tersebut, menentukan kriteria dan metoda yang diperlukan untuk memastikan pengoperasian dan pengendalian proses secara efektif, menentukan ketersediaan sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mendukung pengoperasian dan pengendalian proses, memantau, mengukur dan menganalisa proses, menerapkan tindakan dan perbaikan berkesinambungan terhadap proses yang dijalankan (IWA2, 2010)
Sekolah yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008
Manajemen
harus
Mutu
menentukan
sebagai
pedoman
proses
Sistem
implementasi
program mutu di sekolah, masing-masing unit kerja terdapat instruksi kerja, terdapat sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengendalian proses, pantauan, mengukur dan menganalisis tindakan serta perbaikan berkesinambungan. Persyaratan Dokumentasi dalam IWA 2 (2010) dijelaskan bahwa dokumentasi sistem manajemen mutu pada ISO 9001:2008 harus mencakup: Pernyataan terdokumentasi dari kebijakan mutu dan sasaran mutu, pedoman mutu, prosedur terdokumetasi dan rekaman yang dipersyaratkan oleh standar internasional ini, dokumen termasuk rekaman
11
yang ditentukan oleh organisasi untuk memastikan keefektifan perencanaan, pengoperasian dan pengendalian proses.
Suatu
sekolah
yang
menerapkan
Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 harus memenuhi syarat dokumentasi yang meliputi dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, prosedur terdokumentasi dan rekaman yang pada akhirnya dipakai data untuk menentukan keefektifan
perencanaan,
pengoperasian
dan
pengendalian proses. Pedoman Mutu suatu organisasi pendidikan dapat mendokumentasikan dengan tertib, rapi, sesuai standar memerlukan pedoman mutu. Pedoman mutu dalam organisasi pendidikan harus menetapkan dan memelihara proses yang mencakup: a. Lingkup sistem manajemen mutu, termasuk rincian dan pertimbangan serta pengecualiannya. b. Prosedur
terdokumentasi
yang
ditetapkan
untuk
manajemen mutu atau acuanya. c. Uraian interaksi antara proses-proses dari sistem manajemen mutu. Dokumen yang dipersyaratkan oleh sistem manajemen mutu
harus
dikendalikan
dalam
bentuk
rekaman.
Rekaman adalah dokumen jenis khusus dan harus dikendalikan
menurut
persyaratan-persyaratan
yang
dipersyaratkan (IWA2, 2010). Rekaman yang ditetapkan untuk menyediakan bukti terhadap kesesuaian pada persyaratan-persyaratan dan keefektifan pengoperasian sistem manajemen mutu 12
harus
dikendalikan.
menetapkan
suatu
Organisasi prosedur
pendidikan
harus
terdokumentasi
untuk
menggambarkan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi,
penyimpanan,
perlindungan,
perolehan
kembali, masa simpan dan pemusnahan rekaman. 1. Tanggungjawab Manajemen a. Komitmen Manajemen Manajemen puncak harus mempunyai komitmen dan menyediakan bukti tentang kesanggupan untuk mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu
dan
secara
efektifitasnya organisasi
terus
dengan
tentang
cara:
menerus
memperbaiki
berkomunikasi
pentingnya
pertemuan
kepada dengan
pelanggan seperti undang-undang, peraturan-perauran lainnya, menetapkan kebijakan mutu, sasaran mutu ditetapkan,
memandu
kaji
ulang
manajemen,
dan
memastikan ketersediaan sumber daya (IWA 2, 2010) b. Fokus Pelanggan Manajemen Manajemen
puncak
puncak
persyaratan-persyaratan
berfokus harus
pada
pelanggan.
memastikan
pelanggan
ditetapkan
bahwa dan
dipenuhi dengan tujuan untuk perluasan kepuasan pelanggan. c. Kebijakan mutu Manajemen
puncak
harus
memastikan
bahwa
kebijakan mutu harus sesuai dengan tujuan organisasi, 13
mempunyai kesanggupan untuk memenuhi persyaratanpersyaratan dan secara terus menerus meningkatkan efektifitas sistem manajemen mutu, menyediakan suatu kerangka untuk menetapkan dan meninjau ulang sasaran mutu,
dikomunikasikan
dan
dipahami
di
dalam
organisasi dan ditinjau kesesuaiannya. d. Perencanaan Perencanaan
sistem
manajemen
puncak
perencanaan
sistem
manajemen
harus
mutu
memastikan
manajemen
mutu
oleh bahwa
dilaksanakan
untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dalam pasal 4.1, ada keterpaduan sistem manajemen mutu dipelihara bila terjadi perubahan pada sistem manajemen mutu yang direncanakan dan diterapkan. e. Tanggungjawab, wewenang dan komunikasi Tanggungjawab
manajemen
harus
memastikan
bahwa tanggungjawab dan wewenang ditetapkan dan dikomunikasikan
di
dalam
organisasi
pendidikan.
Manajemen puncak harus menugaskan seorang anggota manajemen yang diluar tanggungjawab yang dinamakan Wakil Manajemen Mutu (WMM). Tanggungjawab dan wewenang
WMM
adalah
diperlukan
untuk
ditetapkan,
diterapkan
memastikan
proses
yang
manajemen
mutu
telah
sistem dan
dipelihara,
melaporkan
kepada pucuk pimpinan kinerja sistem manajemen mutu dan
kebutuhan
apapun
untuk
perbaikan,
dan
memastikan sosialisasi kesadaran tentang persyaratan pelanggan di seluruh organisasi pendidikan. 14
Manajemen puncak harus mengadakan komunikasi internal dan harus memastikan bahwa proses komunikasi yang
sesuai
komunikasi
ditetapkan berlangsung
di
dalam
mengenai
organisasi efektifitas
dan
sistem
manajemen mutu. f. Tinjauan Manajemen Seorang kepala sekolah harus meninjau ulang sistem
manajemen
mutu
di
sekolahnya.
Menurut
persyaratan ISO 9001:2008 pada IWA2 dijelaskan bahwa masukan pada tinjauan manajemen harus mencakup informasi tentang: hasil audit, umpan balik pelanggan, kinerja proses dan kesesuaian produk, status tindakan pencegahan dan tindakan korektif, tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya, perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, saran dan rekomendasi untuk perbaikan.
2. Pengelolaan Sumber Daya a. Penyediaan sumber daya Organisasi menyediakan
pendidikan
sumber
daya
harus yang
menetapkan diperlukan
dan
untuk
menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan secara terus menerus memperbaiki efektifitasnya, untuk
meningkatkan
kepuasan
pelanggan
dengan
memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan. a. Sumber daya manusia Personil yang melaksanakan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesesuaian terhadap persyaratan produk
15
harus berkompeten atas dasar pendidikan yang sesuai, pelatihan, keterampilan-keterampilan dan pengalaman. Sesuai dengan buku persyaratan ISO 9001:2008 hal: 5 dijelaskan bahwa bidang kompetensi pelatihan dan kesadaran, orgnaisasi pendidikan harus: 1).
Menetapkan
kemampuan
yang
diperlukan
oleh
personil yang melaksanakan pekerjan dan sesuai dengan persyaratan produk 2)
Menyediakan
pelatihan,
mengambil
tindakan-
tindakan lain untuk mencapai kemampuan yang diperlukan. 3). 4).
Menilai efektifitas dari tindakan yang diambil. Memastikan
bahwa
personilnya
menyadari
keterkaitan dan pentingnya mereka dan bagaimana sumbangan mereka dalam perencanaan sasaran mutu. 5).
Memelihara rekaman yang sesuai dari pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman personil. Dalam
bidang
sarana
prasarana
organisasi
menetapkan, menyediakan dan memelihara infrastruktur yang
diperlukan
untuk
mencapai
kesesuaian
ke
persyaratan-persyaratan produk. Infrastruktur meliputi: bangunan,
ruang
kerja
dan
kelengkapan
terkait,
peralatan proses (perangkat keras dan lunak), jasa pendukung
seperti
pengangkutan,
komunikasi
atau
sistem informasi. Lingkungan kerja termasuk komponen yang sangat penting
dalam
proses
sistem
manajemen
mutu.
Organisasi pendidikan harus menetapkan dan mengelola lingkungan
kerja
yang
diperlukan
untuk
mencapai 16
kesesuaian
terhadap
persyaratan
ISO
9001:2008.
Lingkungan kerja ini berhubungan dengan faktor-faktor fisik, seperti suara gaduh, temperatur (panas/dingin), kelembaban, penerangan atau cuaca. 3. Realisasi Produk Komponen-komponen sistem
manajemen
realisasi
mutu
ISO
produk
9001:2008
dalam meliputi:
perencanaan realisasi produk, proses berkaitan dengan pelanggan,
desain
dan
pengembangan,
pembelian,
produksi dan penyediaan jasa, kepemilikan pelanggan, 3. Pengukuran, analisis dan perbaikan a. Kepuasan Pelanggan Salah
satu
pengukuran
kinerja
pada
system
manajemen mutu, organisasi harus memantau informasi yang
berkaitan
organisasi
dengan
pendidikan
persepsi telah
pelanggan
memenuhi
apakah
persyaratan
pelanggan. Metode untuk memperoleh dan memakai informasi ini harus ditetapkan. Kepuasan pelangan dapat diperoleh dari sumber: survai kepuasan pelanggan, data kualitas produk sampai di tangan pelanggan, survai pendapat pemakai, pujian-pujian, dan laporan dari kotak saran. b. Audit Internal Organisasi
pendidikan
harus
melakukan
audit
internal pada selang waktu terencana dengan tujuan untuk memenuhi pengaturan yang direncanakan pada 17
persyaratan
ISO
9001:2008,
menerapkan
dan
memelihara sistem manajemen mutu secara efektif. Prosedur
terdokumentasi
harus
ditetapkan
untuk
menggambarkan tanggungjawab dan persyaratan untuk perencanaan
serta
pelaksanaan
audit,
penetapan
rekaman dan hasil pelaporan. Rekaman dari audit dan hasilnya
harus
bertanggungjawab memastikan
dipelihara. atas
bahwa
Manajemen
bidang
tindakan
yang koreksi
yang
diaudit dan
harus
tindakan
korektif yang perlu diambil tanpa penundaan untuk menghilangkan ketidaksesuaian dan penyebabnya. b. Pengendalian Produk Tidak Sesuai Organisasi pendidikan harus memastikan bahwa produk
yang
diidentifikasi penggunaan Prosedur
tidak dan
atau
sesuai
persyaratan
dikendalikan
untuk
penyerahan
terdokumentasi
yang
harus
produk mencegah
tidak
sengaja.
ditetapkan
untuk
menggambarkan pengendalian dan tanggungjawab serta wewenang yang terkait dalam hubungannya dengan produk yang tidak sesuai. Hal ini juga dijelaskan pada IWA2
,
2010
menangani
bahwa
organisasi
produk
untuk
pendidikan
harus
menghilangkan
ketidaksesuaian dengan cara sebagai berikut: a. Melakukan tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang ditemukan. b. Membolehkan pemakaian, pelepasan, atau penerimaan melalui konsesi oleh orang yang relevan dan bila dapat oleh pelanggan. c. Melakukan tindakan mencegah pemakaian atau penerapan awal yang dimaksudkan. d. Melakukan tindakan yang sesuai dengan efek atau efek potensial.
18
c. Analisis Data Organisasi menghimpun
pendidikan
harus
menganalisis
memperagakan
kesesuaian
data dan
menetapkan, sesuai
untuk
keefektifan
sistem
manajemen mutu dan untuk menilai di mana perbaikan berlanjut dapat dilakukan. Ini harus mencakup data yang dihasilkan
dari
pemantauan
dan
pengukuran
serta
sumber-sumber lain. Analisis data harus memberikan informasi yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, kesesuaian dengan persyaratan produk, karakteristik dan kecenderungan proses serta produk, termasuk peluang untuk tindakan pencegahan dan suplier (IWA2, 2010). Organisasi
harus
terus
menerus
memperbaiki
keefektifan sistem manajemen mutu melalui pemakaian kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisa data, tindakan koreksi, pencegahan dan tinjauan manajemen. Tindakan
koreksi
dilakukan
penyebab ketidaksesuaian.
untuk
menghilangkan
Tindakan pencegahan harus
dilakukan oleh organisasi pendidikan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian potensial.
D. Manajemen Kesiswaan Manajemen
kesiswaan
merupakan
kegiatan
pencatatan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa tersebut keluar dari sekolah disebabkan telah tamat/lulus.
Dalam
pengelolaan
kesiswaan
terdapat
empat prinsip dasar yaitu:
19
(a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu perlu wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan oleh gurunya; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. (Sobri, dkk, 2009: 48).
Manajemen Peserta Didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik dari mulai masuk sampai dengan keluar/lulus sekolah, baik yang berkenaan langsung dengan peserta didik maupun tidak langsung (Prihatin, 2011: 13) Suatu sekolah yang bermutu akan memperhatikan kepentingan bakat dan minat siswa dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna mewujudkan kepuasan pelanggan/siswa dengan memperhatikan kondisi siswa yang beragam, namun menyenangkan sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengembangkan potensinya yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengelolaan kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan
tujuan
tersebut,
bidang
kesiswaan
sedikitnya memiliki empat tugas pencatatan murid dalam buku induk, kegiatan kemajuan belajar, bimbingan dan pembinaan displin. 20
1. Penerimaan Siswa Baru Dalam penerimaan siswa baru dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) membentuk panitia
penerimaan
persyaratan
siswa
pendaftaran,
baru, (c)
(b)
menentukan
menyediakan
formulir
pendaftaran, (d) pengumuman pendaftaran calon, (e) menyediakan buku pendaftaran, (f) waktu pendaftaran, dan (g) penentuan calon yang diterima. 2. Pencatatan siswa baru dalam buku induk Siswa yang sudah diterima perlu dicatat dalam buku induk berupa identitas siswa. Catatan dalam buku induk harus jelas dan harus detail. Catatan buku induk siswa harus tercantum nomor induk siswa, nama jelas siswa, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, status kewarganegaraan, agama, anak ke berapa?, alamat, asal sekolah, nama orang tua, dan data lain yang mendukung. Dalam pelaksanaan penerimaan siswa baru sekolah harus
melakukan
sebagai
berikut:
secara
obyektif
transparan dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah, tanpa diskriminasi atas dasar SARA, status sosial, ekonomi dan sebagainya, berdasarkan kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK,
sesuai dengan
daya tampung sekolah. Kegiatan lain yang bersifat layanan pada proses pembinaan kepada siswa di sekolah juga harus melakukan kegiatan: a) Memberikan layanan konseling kepada peserta didik; b) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler; c) Melakukan pembinaan prestasi unggulan;
21
d) Melakukan pelacakan terhadap alumni. (Sobri, dkk 2009: 144).
Pembinaan kesiswaan di sekolah menurut kutipan di atas dijelaskan tidak hanya kegiatan olahraga, seni dan
ketrampilan namun sekolah juga harus menyediakan layanan kepada siswa dalam hal bimbingan dan konseling dan
bimbingan karier sebagai bekal siswa menuju
keberhasilan siswa dalam mencari pekerjaan. 3. Kegiatan kemajuan belajar. Kegiatan kemajuan belajar dapat ditulis pada rapor. Di dalam rapor terdapat daftar kemajuan belajar siswa yang meliputi daftar nilai masing-masing mata pelajaran baik mata pelajaran normatif, adaftif maupun produktif. Daftar nilai menjadi tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Bagi guru sebagai bahan evaluasi sekaligus masukan selama proses belajar mengajar untuk pengajaran berikutnya. Bagi siswa sebagai alat ukur kemampuan
daya
serap
siswa
dalam
menangkap
pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil belajar siswa diwujudkan dengan prestasi yang berupa nilai pada rapor yang diberikan setiap ulangan tengah semester maupun satu semester sekali. Selain itu di dalam rapor juga tertulis informasi tentang hasil kegiatan-kegiatan siswa non akademik sebagai wahana untuk penyaluran bakat dan minat siswa seperti kegiatan pramuka, renang, bulu tangkis, basket, futsal bolavoli dan sebagainya. Biasanya hasil kegiatan pengembangan diri siswa penilaiannya dengan kriteria, amat baik, baik dan cukup. 22
Rapor juga memberikan informasi kepada orangtua atau
wali
siswa
tentang
aktifitas
kehadiran.
Bukti
kehadiran ini merupakan penilaian dari sekolah tentang gambaran sikap dan tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Bukti kehadiran siswa di rapor dinyatakan dengan kalimat sakit (S), ijin (I) dan alpa (A) tanpa keterangan. Kemudian pada akhir tahun pelajaran,
keberhasilan
siswa
dalam
proses
belajar
mengajar secara umum ada keputusan naik dan tidak naik. Bagi siswa yang diputuskan naik kelas, berarti siswa berubah tingkat dan siswa diputuskan tidak naik kelas berarti siswa tetap ditingkat sebelumnya. 4. Bimbingan dan pembinaan disiplin Bimbingan dan pembinaan disiplin siswa perlu diwujudkan
di
sekolah.
Kegiatan
bimbingan
dapat
dilakukan oleh guru kelas/mata pelajaran dan guru Bimbingan Konseling. Proses bimbingan bisa diarahkan kepada bimbingan belajar. Bimbingan belajar merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan di sekolah. Untuk pembinaan disiplin, perlu dibuat tata tertib sekolah
yaitu
ketentuan-ketentuan
yang
mengatur
kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. Aturan-aturan tersebut berupa aturan siswa terhadap guru, sikap siswa terhadap sesama siswa, sikap siswa terhadap sesama karyawan dan aturan-aturan lain yang bekaitan dengan kesiswaan Pada
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan Pasal 3, dijelaskan bahwa: 23
Pembinaan kesiswaan dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler; Materi pembinaan kesiswaan meliputi : Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, budi pekerti luhur atau akhlak mulia, kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara, prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat, demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural, kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan, kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, sastra dan budaya, teknologi informasi dan komunikasi, komunikasi dalam bahasa Inggris.
Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 Tanggal 22 Juli 2008 dijelaskan secara umum bahwa pokok-pokok materi Pembinaan Kesiswaan sebagai berikut: 1. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, antara lain. 2. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia, antara lain. 3. Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara. 4. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat, antar lain : 5. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural. 6. Pembinaan kreativitas, keterampilan dan kewirausahaan, antara lain Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi. 8. Pembinaan sastra dan budaya. 9. Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 10. Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris.
Materi pembinaan kesiswaan selengkapnya seperti pada lampiran 5.
24
5. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan Prihatin (2011) menjelaskan bahwa ruang lingkup manajemen kesiswaan meliputi: 1.
Perencanaan peserta didik yang terdiri dari sensus sekolah, penentuan jumlah peserta didik yang diterima. 2. Penerimaan peserta didik yang terdiri dari kebijakan dalam penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik baru, dan orientasi. 3. Pengelompokan peserta didik terdiri dari kelas, bidang studi, spesialisasi, sistem kredit, kemampuan dan minat. 4. Kehadiran peserta didik terdiri dari rekap kehadiran, faktor-faktor penyebab ketidakhadiran dan sumber-sumber penyebab ketidakhadiran. 5. Pembinaan disiplin peserta didik terdiri dari pengertian disiplin, beberapa konsepsi tentang disiplin kelas dan beberapa teknik pembinaan disiplin kelas. 6. Kenaikan kelas dan penjurusan terdiri dari pendataan nilai siswa lengkap dan obyektif, pendayagunaan fungsi dan peranan bimbingan dan penuluhan. 7. Perpindahan peserta didik terdiri dari perpindahan dari peserta didik dari suatu sekolah ke sekolah lain yang sejenis, perpindahan peserta didik dari suatu jenins program ke program. 8. Kelulusan dan alumni yang terdiri dari: kelulusan dan alumni 9. Kegiatan ekstra kelas terdiri dari: kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler 10. Tata laksana peserta didik 11. Peranan Kepala Sekolah 12. Mengatur layanan peserta didik terdiri dari layanan bimbingan akademik, bimbingan konseling, kesehatan, kafetaria, koperasi, perpustakaan, laboratorium, asrama dan transportasi
Selanjutnya Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2012) menyebutkan bahwa ruang lingkup manajemen peserta didik sebagai berikut: 25
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Analisis kebutuhan peserta didik Rekruitmen peserta didik Seleksi peserta didik Orientasi siswa Penempatan peserta didik (pembagian kelas) Pembinaan dan pengembangan peserta didik Pencatatan dan laporan Kelulusan dan alumni Layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik
Berdasarkan
kedua
pendapat
di
atas
jelaskan bahwa ruang lingkup kegiatan kesiswaan
mulai
dari
perencanaan
dapat
manajemen
peserta
didik,
penerimaan peserta didik, pengelompokan kelas/jurusan, orientasi siswa, pembinaan dan pengembangan peserta didik,
kehadiran
siswa,
pencatatan
dan
pelaporan,
kelulusan dan alumni serta layanan khusus yang mendukung manajemen peserta didik.
E. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Hernaini (2012) meneliti
dengan
tentang
sistem
tujuan
mengevaluasi
penjaminan
mutu
implementasi
melalui
Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada STBA Teknokrat Lampung menjelaskan
yang
dilakukan
bahwa
dengan
Universitas menggunakan
Lampung Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 akan meningkatkan prestasi dan berdampak pada pencitraan serta kinerja pada perguruan tinggi. Kajian dari Jamaludin (2009) tentang Development of MS ISO 9001: 2008 Management System for Automotive Excellence Center (AEC) at Universiti Malaysia Pahang menyimpulkan bahwa semua struktur kerja yang ada di 26
perguruan tinggi berdasarkan Sistem Manajemen Mutu ISO9001:2008 melalui penggunaan beberapa manual mutu, standar prosedur, instruksi dan dokumentasi kerja. Hasil penggunaan manual mutu dan standar prosedur menyebabkan efisiensi pekerjaan meningkat untuk mencapai misi sebagai universitas kelas dunia (world class university) dalam bidang research. Penelitian Hartoyo (2008) Penjaminan Mutu Lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY Melalui Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 bahwa
penerapan
ISO
9001
membantu
dalam
peningkatan nilai akreditasi dari BAN PT, khususnya pada mutu lulusan. Penelitian Sistem
Zubedi (2011)
Manajemen
9001:2008)
di
Mutu
SMK
Evaluasi
(ISO
Rintisan
Pelaksanaan
9001:2000
dan ISO
Sekolah
Berbasis
Internasional Kabupaten Temanggung (Studi Kasus Di SMK
Negeri
menunjukkan
1
Temaggung
bahwa
tingkat
Periode
2006-2010)
pemahaman
terhadap
klausul-klausul SMM ISO tinggi atau baik, walaupun masih
ada
beberapa
warga
sekolah
yang
tingkat
pemahamannya masih rendah. Penelitian Irnawati, dkk (2013) menemukan bahwa pelaksanaan sistem ISO 9001:2008 di SMK PGRI 1 Surakarta memberikan manfaat yang tinggi antara lain meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan serta meningkatkan kepuasan siswa.
27
F. Kerangka Pikir Evaluasi aspek konteks (context) untuk mengetahui konteks kebijakan mutu bidang kesiswaan yang meliputi: Pedoman Mutu (PM), Pedoman Operasional Standar (POS), Instruks Kerja (IK) dan Format-format pelaksanaan untuk manajemen
kesiswaan; pertimbangan mutu dari
kepala sekolah dan
yayasan; pertimbangan mutu dari
institusi pasangan (DU/DI); pemikiran mutu sekolah dari komite
sekolah;
dan
pemikiran
tentang
mutu
dari
orangtua siswa. Dalam aspek input skema penilaian ISO 9001:2008 lebih menekankan kesesuaian kebijakan yang ada di SMM ISO 9001:2008 dengan ketersediaan sumberdaya sekolah berupa sumber daya manusia (guru) dan sarana prasarana.
Pada
proses
penelitian,
peneliti
melihat
kesesuaian
kebijakan sumberdaya manusia (guru) dan
saranan prasarana sejauh mana kesesuaiannya dengan dokumen mutu yang tertuang dalam manual mutu, SOP dan instruksi kerja. Dalam aspek proses (process) menekankan ruang lingkup
pembinaan
kesiswaan
dalam
mewujudkan
standar mutu SMM ISO 9001:2008 yang ditetapkan oleh SMK
Saraswati
Salatiga.
Ruang
manajemen kesiswaan meliputi:
lingkup
proses
Perencanaan siswa,
penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kehadiran siswa, pembinaan disiplin siswa, kenaikan kelas & penjurusan, perpindahan siswa, kelulusan & alumni, kegiatan ekstrakurkuler, pengaturan layanan khusus. Aspek
produk
(product)
merupakan
hasil
dari
proses selama siswa belajar di SMK Saraswati Salatiga. 28
Evaluasi produk yang dilakukan lebih menekankan lulusan pada tahun pelajaran 2010-2011, 2011-2012, 2012-2013, dan prestasi-prestasi yang dimiliki siswa. Berdasarkan evaluasi konteks, input, proses dan produk
akan
pertimbangan keputusan
dijadikan Kepala
tentang
bahan
Sekolah
manajemen
masukan dalam
dan
pengambilan
kesiswaan
di
SMK
Saraswati Salatiga. Keputusan yang dilakukan dapat ditunda,
gagal,
ditindaklanjuti
atau
dimodifikasi.
Keputusan yang diambil masih membutuhkan komitmen untuk melakukan penyempurnaan terus menerus, sesuai dengan prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Untuk melihat lebih jelas kerangka berpikir dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.1. di bawah ini:
29
EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI SMK SARASWATI SALATIGA
Evaluasi Konteks
Kebijakan mutu bidang kesiswaan sesuai ISO 9001:2008, pertimbangan mutu dari kepala sekolah & yayasan, DU/DI, Tokoh masyarakat, komite sekolah, dan orangtua
Tunda
Evaluasi Input
Aspek input meliputi: - Guru - Sarana Prasarana
Gagal
Evaluasi Proses
- Perencanaan siswa - Penerrimaan siswa baru - Pengelopokan siswa - Kehadiran siswa - Pembinaan disiplin siswa - Kenaikan kelas & penjurusan - Perpindahan siswa - Kelulusan &alumni - Kegiatan Ekstrakurkuler - Pengaturan layanan khusus siswa
Tindak lanjut
Evaluasi Produk
- Lulusan siswa - Prestasiprestasi siswa: prestasi akademik dan non akademik
Pembuatan Keputusan
Modifikasi
PENYEMPURNAAN MUTU BERKESINAMBUNGAN
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Modifikasi Evaluasi CIPP
30