BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Corporate Social responsibility (CSR) Menurut David C. Korten,penulis buku When corporations Rule The World yang
diterjemahkan oleh Arfan Ikhsan dan Muhammad Ishak, melukiskan bahwa dunia bisnis setelah setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa di planet ini.” Instuti yang dominan, di masyarakat manapun, harus mengambil tanggungjawab untuk kepentingan bersama. Setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yng diambil, harus dilihat dalam kerangka tanggungjawab tersebut’. Apa yang dilukiskan korten, sebetulnya telah sejak lama menjadi kesadaran bersama di banyak Negara, tentang betapa potensialnya pengaruh sepak terjang bersama perusahaan atas masyarakat. Kekuasaan terpusat di tangan korporasi bisnis modern semakin memperlihatkan bahwa tindakan yang diambil korporasi membawa dampak yang nyata terhadap kehidupan manusia terhadap individu, masyarakat, dan seluruh kehidupan di bumi ini. Antara lain dari fenomena inilah , kemudian muncul wacana tanggung jawab corporate social responsibility (CSR) . Gagasan CSR menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi ( menciptakan profit demi kelangsungan usaha ), melainkan juga tanggung jawab social dan lingkungan .
2.1.1
Perjalanan Konsep Corporate Social responsibility (CSR) Pemikiran tentang korporasi yang lebih beradab , sebetulnya telah muncul sejak
lama . Tahun 1993, A Berle dan G Means , meluncurkan bukunya berjudul The Modern Corporation and private Property , yang mengemukakan bahwa korporasi modern seharusnya mentransformasi diri menjadi intitusi sosial , ketimbang institusi ekonomi yang semata memaksimalkan laba. Pemikiran ini pertajam oleh Peter F. Drucker pada 1946, lewat bukunya, The Concept of Corporation. Di sini, Drucker menegaskan tentang peran manajemen sebagai berikut : “Management has becomea major leadership group in industrial society and as such have great responsibilities to their own profession, to the enterprise and to the people they manage, and to their economy and society”. Hingga decade 1980-90 an, wacana CSR terus berkembang. Munculnya KTT bumi di Rio pada 1992
menegaskan konsep sustainability development (pembangunan
13
14 berkelanjutan) sebagai hal yang mesti diperhatikan, tak hanya oleh negara, tapi terlebih oleh kalangan korporasi yang kekuatan kapitalnya makin menggila. Tekanan TKK Rio, terasa bermakna sewaktu James Collins dan Jerry Porras meluncurkan Built To Last; Succesful Habits of Visionary Companies di tahun 1994. Lewat riset hidup bukanlah perusahaan yang hanya menetak uang semata. Terobosan besar dalam konteks CSR, dilakukan John Elkington pada 1997. dalam bukunya; Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness, Elkingto mngembangkan konsep Tripple Bottom Line dalam istilah Economic prosperity, enviormental quality, dan social justice. Lewat konsepnya ini, Elkinton, melukiskan bahwa perusahaan dan bahkan kapitalisme itu sendiri yang ingin berkelanjutkan, harus memperhatikan 3P. Bukan hanya mengejar profit, mereka juga harus terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Sejak cetusan Elkinton ini, bisa dikatakan CSR kian bergulir kencang, dan makin kencang setelah World Summit di Johanesburg pada tahun 2002, yang menekankan akan pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan.
2.1.2
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam perkembangannya, konsep CSR memang tak memiliki definisi tunggal. Ini
terkait implementasi dan penjabaran CSR yang dilakukan perusahaan yang juga berbedabeda. Namun, beberapa yang cukup berpengaruh diantaranya: Versi Bank Dunia : “ CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their respensatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that aare both good for business and good for development”. Versi Uni Eropa : “CSR is a concept whereby companies integrate social and enviorment concers in their business operations and in their intraction with their stakeholders on voluntary basis ”. Hal ini sejalan dengan pengertian tanggungjawab sosial perusahaan menurut Plunkett dan Arthur (1983 ; 174) yang dikutip oleh Purwati (2001), yaitu “ The moral and ethical content of managerial and corporate decision, that is the value used in business decision over and a bore the pragmatic imposed by legal principles and the market economic”.
15 Pada intinya tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) adalah kewajiban organisasi bisnis untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya, ada beberapa pandangan yang terus berkembang seiring dengan perkembangan tanggungjawab tanggungjawab sosial
itu sendiri. Chonko dan Hunt (dalam Sulistiyo, 2003)
mengklasifikasikan tanggungjawab sosial perusahaan menjadi tiga sudut pandang, yaitu : 1. The Classical View, menyatakan bahwa tanggungjawab utama perusahaan adalah kepada para pemegang saham atas return dari investasi mereka. 2. The Activist Constrainer View, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan tidak efektif lagi dikendalikan oleh kekuatan pasar, oleh karena itu harus diatur berbagai peraturan yang bertujuan menghindari kekuatan mereka yang sewenang-wenang. Dalam hal ini diperlukannya penerapan hokum terhadap perusahaan-perusahaan yang menyalahgunakan wewenangnya dalm masyarakat. 3. The Managerial View, menyatakan bahwa para eksekutif perusahaan-perusahaan besar harus tanggap kepada berbagai pihak yang berkepentingan agar kelangsungan hidup terjamin. Dengan mengacu kepada pandangan sosial ekonomi (Activist Constrainer View dan Managerial View) dapat disumpulkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan kepedulian perusahaan terhadap segala dampak perilaku atau aktivitas perusahaan terhadap masyarakat. Pandngan ini tentang CSR yang lebih komprehensif, dilontarkan oleh Price of Wales International Business Forum yang di Indonesia dipromosikan oleh Indonesia Business Links. CSR menyangkut lima pilar, yaitu sebagai berikut : 1. Building Human; menyangkut kemampuan perusahaan untuk memiliki dukungan sumber daya manusia yang andal (internal) dan eksternal (masyarakat). Perusahaan di tuntut melakukan pemberdayaan, biasanya melalui community development. 2. Strengthening Economies ; memberdayakan ekonomi komunitas. 3. Assessing Socila Cohesion ; maksudnya perusahaan menjaga keharmonisan dengan masyarkat sekitar agar tak menimbulkan konflik. 4. Encouraging Good Governance ; perusahaan dijalankan dalam tata kelola yang baik. 5. Protecting the Environment ; perusahaan harus menjaga kelestarian lingkungan.
16
2.1.3
Akuntansi Sosial Idealnya, perusahaan yang menggelar program-program CSR juga membuat
laporan sebagai fase akhir setelah serangkai proses panjang dilewati; sejak desain, implementasi program, monitoring, hingga evaluasi. Manfaatnya, selain bisa digunakan untuk beban evaluasi terpadu, juga bisa menjadi alat komunikasi dengan stakeholders, termasuk mitra bisnis dan kalngan investor. Pelaporan CSR ini, menjadi kajian dalm bidang ilmu akuntansi sosial. Arfan Ikhsan Muhammad Ishak, dalam bukunya “Akuntansi Keperilakiuan”, mendefinisikan Akuntansi sosial sebagai berikut. : “ Akuntansi sosial adalah penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan. Akuntansi sosial ini berguna
untuk
mengukur
dan
melaporkan
kontribusi
suatu
perusahaan
kepada
lingkungannya“. Menyangkut pelaporan (Reporting), di eropa sendiri telah cukup lama mengeluarkan praktik dan pelaporan CSR. Pada 1975, misalnya, The Accounting Standars Steering Committee of The Institute of Chartered Accounting di Inggris, mengeluarkan pedoman bagi perusahaan untuk pelaporan informasi tentang sosial dan lingkungan. Namun, aspek pelaporan sosial baru beergaung di tahun 1990-an setelah stakeholders kian menunutut agar perusahaan tak hanya membuat laporan keuangan menyangkut profit, tapi juga laporan yang transparan seputar hubungan perusahaan dengan aspek sosial dan lingkungan. Seperti halnya definisi CSR yang tak tunggal, dlam membuat laporan pun masing-masing perusahaan menempuh cara yang beragam. Tujunnya pun berbeda; ada yang untuk kepentingan internal, ada juga yang eksternal. Menimbang hal itu, maka berinisiatif sejumblah institusi guna menciptakan system pelaporan yang bisa berlaku universal untuk semua perusahaan. Salah satu yang terkenal adalah
Global Reporting Initiative (GRI)yang diluncurkan
tahun
1997.GRI
membuat sustainability reporting guideline yang memberi petunjuk pembuatan laporan dengan memperhatikan aspek ekonomi-sosial-lingkungan, atau yang dikenal dengan aspek triple bottom line.Hanya saja, GRI pun tak bisa mewajibkan
perusahaan membuat
laporan. Sebagai pelaporan yang paling banyak dijadikan vrujuan dalam CSR reporting saat ini, GRI memberi pilihan dan fleksibilitas bagi penggunaannya.
17
2.1.3.1 Pelaporan Kinerja Sosial Pengungkapan
kinerja
akutansi
sosial
perusahaan, baik
secara
internal
maupun eksternal, dapat ditempuh melalui beberapa pendekatan, yaitu: 1. Audit Sosial. Mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan dilingkungan dari dari progam-progam yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler. Mulanya,
manajer
perusahaan
diminta
membuat
daftar
aktivitas
dengan
konsekuensi sosial .Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial kemudian menilai dan mengukur dampak-dampak dari kegiatan sosial perusahaan. Audit sosial dilaksanakan secara rutin oleh kelompok konsultan internal maupun eksternal, sebagai manajer mengetahui konsekuensi sosial dari tindakan mereka. 2. Laporan-laporan Sosial. Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan komunitasnya, dikembangkan salah satunya oleh David Linowes. Ia membagi laporannya dalam tiga kategori : hubungan dengan manusia, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan produk. Pada setiap kategori, ia membuat daftar mengenai kontribusi sukarela perusahaan dan kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan itu. Linowes memoneterisasi segala sesuatunya dalam laporan tersebut, sampai pada saldo akhir, yang disebutnya sebagai tindakan sosio-ekonomi netto untuk tahun tersebut. Dalam laporan
Linowes, seluruh
konstribusi
dan
kerugian
harus
dihitung
secara
moneter. Selain Linowes Ralp Estes juga mengembangkan suatu model pelaporan mengenai manfaat dan biaya sosial. Ia menghitung manfaat sosial sebagai seluruh kontribusi kepada masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan (misalnya, lapangan kerja yang disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan lingkungan). Sedangkan biaya sosial, meliputi seluruh biaya operasi peusahaan (bahan baku yang dibeli, utang kerusakan lingkungan, luka-luka dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan). Manfaat sosial dikurangkan dengan biaya sosial untuk memperoleh manfaat atau biaya netto. 3. Pengungkapan dalam laporan tahunan. Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham disertai beberapa informasi sosial yang dilakukan. Namun, melalui informasi yang dicantumkan dalam laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai kinerja sosial
18 perusahaan secara komprehensif, karena kebanyakan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif. Dalam artian, bisa jadi perusahaan hanya menyoroti kontribusi positifnya dan mengabaikan dampak negative yang ditimbulkan dari aktivitas usahanya.
2.1.3.2
Masalah-Masalah Pelaporan Akutansi Sosial Dalam pelaporan akutansi sosial , diinformasikan seberapa besar manfaat sosial
netto yang diberikan perusahaan pada masyarakat . Manfaat sosial netto tersebut , diperoleh dari selisih antara kontribusi suatu perusahaan kepada masyarakat ( manfaat sosial) dengan kerugian yang ditimbulkan (biaya sosial ) . Namun dalam menentukan manfaat sosial netto tersebut tidaklah semudah menyajikan laporan keuangan biasa. Masalah yang muncul , terkait dengan hal sebagai berikut : 1. Bagaimana menentukan apa yang menjadi pos – pos biaya ataupun manfaat sosial perusahaan, 2. Bagaimana mengukur (nilai moneter) biaya dan manfaat sosial yang ditimbulkan perusahaan .
2.2
Sustainability Reporting
2.2.1
Pengertian Sustainability Reporting Sustainability Reporting merupakan paradigma baru dalam hal pelaporan
perusahaan kepada para stakeholder nya. Dalam Sustainability Reporting, perusahaan tidak hanya melaporkan aspek finansial nya saja , tetapi lebih daripada itu perusahaan harus juga melaporkan aspek sosial dan aspek lingkungan. Berikut ini pengertian Sustainability Reporting menurut beberapa ahli. Koesbandijah Abdoel Kadir (2007;2) mengemukakan pernyataan sebagai berikut . Sustainability Reporting adalah laporan yang memuat kinerja ekonomi,lingkungan, dan tanggung jawab sosial korporat. Laporan ini tidak hanya sekedar melaporkan bagaimana menjaga kelestarian lingkungan, pembuangan limbah, dampak sosial atas operasi perusahaan , namun mencakup pula bagaimana program dan kinerja perusahaan atas pengembangan masyarakat ( Community Development) terutama di daerah operasi perusahaan .
19 Ali Darwin (2007;9) mengemukakan pernyataan sebagai berikut “Sustainability Reporting is the reporting on economic , environmental ,and social policies, impacts and performance of an organization and is products in the context of sustainable development”.
2.2.2
Pedoman Penerapan Sustainability Reporting The Global Reporting Initiative ( GRI ) merupakan institusi yang mengatur
pedoman penerapan Sustainability Reporting . GRI didirikan pada tahun 1997, dimana misinya adalah sebagai lembaga yang merancang , mengembangkan , dan menyebarluaskan pedoman penerapan Sustainability Reporting . Pada tahun 2000 , GRI telah menerbitkan pedoman Sustainability Reporting . Selanjutnya, pedoman tersebut direvisi pada tahun 2002. Secara umum , pedoman GRI terdiri dari empat bagian . Bagian pertama adalah pengantar . Bagian kedua berisi tentang penjelasan mengenai penggunaan pedoman GRI. Bagian ketiga tentang prinsip – prinsip pelaporan . Dan bagian keempat menjelaskan isi dari pelaporan Sustainability Reporting .
2.2.3
Prinsip – Prinsip Pelaporan dalam Sustainability Reporting Berikut ini merupakan prinsip – prinsip pelaporan dalam Sustainability Reporting
menurut GRI. 1.
Kelompok pertama, adalah kelompok kerangka kerja laporan . Kelompok pertama
ini meliputi transparansi ,inklusif, dan dapat diaudit
(auditable) .Prinsip transparansi dan inklusif merupakan titik awal dalam proses pelaporan dan sebagai arah dari prinsip pelaporan lainnya. Berdasarkan prinsip transparansi , kredibilitas perusahaan ditentukan oleh keterbukaan informasi yang disampaikan dalam Sustainability Reporting (SR) meliputi proses , prosedur, dan asumsi yang digunakan perusahaan. Sebagai contoh , perusahaan harus mengungkapkan metode pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan audit internal , serta asumsi ilmiah yang menjadi dasar penyajian informasi.
20 Prinsip inklusif ini berarti bahwa pengorganisasian
pelaporan harus secara
sistematis melibatkan para stakeholders untuk membantu fokus perusahaan dan secara kontinyu meningkatkan kualitas laporan . Prinsip ini didasarkan pada premis bahwa pandangan stakeholders sangat berarti dalam pelaporan Sustainability Reporting (SR) dan harus diakomodasikan selama proses pembuatan laporan. Aspek – aspek pelaporan yang dapat dikonsultasikan dengan stakeholders antara lain pemilihan indikator ,format pelaporan ,dan pendekatan yang diambil untuk meningkatkan kredibilitas informasi pelaporan . 2.
Kelompok kedua, merupakan informasi apa yang akan dilaporkan . Kelempok ini meliputi kelengkapan informasi , relevansi informasi yang
disajikan, dan keterkaitannya dengan konteks sustainability. Laporan harus menyajikan kinerja organisasi yang meliputi tangtangan , risiko, dan peluang yang dihadapi perusahaan dalam konteks sustainability. Selain itu , informasi yang disajikan juga harus lengkap, mempunyai ruang lingkup, dan kerangka waktu yang jelas. 3.
Kelompok yang ketiga , berhubungan dengan kualitas dan keandalan informasi atau data. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah prinsip akurasi , netralitas, dan dapat
dibandingkan. Laporan yang disajikan cukup akurat dan dapat diandalkan sebagai bahan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya informasi yang disajikan juga tidak boleh biasa dan harus disajikan secara berimbang. Selain itu, suatu laporan juga harus dapat diperbandingkan dari waktu ke waktu dan antar perusahaan. 4.
Kelompok terakhir,adalah akses atas informasi yang dilaporkan. Prinsip – prinsip untuk kelompok ini adalah kejelasan dan tepat waktu. Prinsip ini memberikan arah akses dan ketersedian informasi. Secara sederhana, stakeholders bisa memperoleh informasi secara mudah dan informasi tersedia dalam kurun waktu yang diperlukan. Pada akhirnya , Prinsip dapat diaudit berkaitn dengan beberapa prinsip lainnya, seperti keakuratan , netralitas, kelengkapan dan dapat diperbandingkan . Secara khusus, Prinsip dapat diaudit juga menunjukan kemampuan perusahaan dalam menyiapkan laporan dan informasi yang dilaporkan memenuhi standar kualits, keandalan, dan ekspetasi lainnya.
21 Gambar 2.1 Prinsip – Prinsip Pelaporan dalam Sustainability Reporting Transparancy
Inclusiveness
INFORMS
INFORMS
INFORMS
Decisions about what information to report
Quality/Realibility of reported information
Accessibility of reported information (how, when)
Completeness
Accuracy
Clarity
Relevance
Neutrality
Sustainability Context
Comparability
Auditability
Timeliness
22 2.2.4
Isi Laporan dari Sustainability Reporting Pedoman GRI membahas isi Sustainability Reporting dalam suatu bagian
tersendiri. Bentuk dan Isi Sustainability Reporting, Garis besar Laporan Sustainability Reporting adalah sebagai berikut : 1. Visi dan Strategi 2. Profil a) Profil Organisasi. b) Lingkup Laporan Sustainability Reporting. c) Profil Laporan Sustainability Reporting. 3. Struktur Governance dan Sistem Manajemen a) Struktur dan Governance. b) Harapan Stakeholder. c) Kebijakan Manajemen dan Sistem Manajemen. 4. Laporan Kinerja Ekonomik, Lingkungan dan sosial a) Laporan Kinerja Ekonomik Berdasarkan Indikator Kinerja Ekonomik. b) Laporan Kinerja Lingkungan Berdasarkan Indikator Kinerja Lingkungan. c) Laporan Kinerja Sosial Berdasarkan Indikator Kinerja Sosial. Sub Judul atau Paragraf dalam Garis besar Sustainability Reporting adalah sebagai berikut : 1. Visi dan Strategi a) Pernyataan visi dan strategi tentang kontribusi entitas terhadap pembangunan. b) Pernyataan Presiden Direktur. 2. Profil a) Profil Organisasi 1) Nama Organisasi, alamat dan lain-lain. 2) Produk utama, jasa utama, merk dagang, franchise, dan lain-lain. 3) Struktur operasional, jumlah karyawan tetap, tidak tetap, karyawan, outsources.
23 4) Penjelasan divisi-divisi utama, perusahaan pengoperasi, perusahaan, induk perusahaan, afiliasi dan joint venture.
anak
5) Negara-negara lokasi, alamat dan wilayah operasi. 6) Kepemilikan legal, bentuk hokum entitas. 7) Karakteristik pasar yang dilayani, tingkat persaingan, posisi pelanggan utama. 8) Skala perusahaan : jumlah karyawan, kuantitas produksi dan penjualan, hutang dan modal sendiri, total assets, nilai tambah, pendapatan pernegara/wilayah, per jenis produk/jasa, perkaryawan, biaya satuan pernegara. 9) Daftar stakeholder, hubungan stakeholder dengan entitas. b) Lingkup Laporan Susainability Reporting 1) Penanggungjawab laporan Susainability Reporting, e-mail address dan lain-lain. 2) Tanggal 1 laporan Susainability Reporting, produk tertentu, divisi tertentu, JV. 3) Perubahan signifikan ukuran perusahaan, struktur, kepemilikan, produk/jasa di banding dengan Susainability Reporting yang lalu. 4) Basis pelaporan Susainability Reporting untuk Joint Venture, cabang fasilitas disewakan, operasi di Outsource. 5) Penjelasan saji-ulang laporan Susainability Reporting sekarang, alas an saji-ulang, misalnya akuisisi, merger, spin-off. c) Profil Laporan Susainability Reporting 1) Perkecualian, penjelasan penyimpangan dari prinsip-prinsip GRI. 2) Definisi dan criteria akuntansi untuk biaya-maslahat (atau dampak negatif-positif terhadap aspek) ekonomik, lingkungan dan sosial. 3) Perubahan signifikan metode pengukuran kinerja ekonomik, lingkungan dan sosial disbanding laporan Susainability Reporting tahun lalu. 4) Kebijakan internal dan praktik nyata untuk menjamin ketepatan, kelengkapan, tingkat handal laporan Susainability Reporting; termasuk sistem manajemen internal dan proses penyusunan Susainability Reporting, audit internal dan kebijakan pemastian-eksternal (externalassurance) terhadap Susainability Reporting.
24 5) Informasi lain yang dapat diperoleh stakeholder pembaca Susainability Reporting dan fasilitas informasi (situs Susainability Reporting dan lain-lain). 1. Struktur Governance dan Sistem Manajemen a) Struktur dan Governance 1) Struktur governance, komite-komite khusus Susainability Reporting yang mendukung Direksi. 2) Persentase Direktur independen, Direktur non-executive, Direktur non pemegang saham. 3) Proper dan fit criteria terkait pada aspek dampak lingkungan, ekonomik dan sosial bagi calon BOD/Dewan Komisaris. 4) Proses BOD/DK untuk supervise terhadap direksi dalam identifikasi peluang-ancaman lingkungan, ekonomik dan sosial. 5) Sistem imbalan berbasis kinerja bukan laba atau bukan keuangan. 6) Struktur organisasi perusahaan, terkait pada manajemen dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan, ekonomik dan sosial. 7) Misi dan penyata-nilai, kode etika dan perilaku professional, kebijakan penjagaan lingkungan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial serta implementasi kebijakan tersebut. 8) Mekanisme antara Direksi dengan BOD/DK terkait isu lingkungan, ekonomik dan sosial. b) Harapan Stakeholder 1) Identifikasi berbagai stakeholder utama. 2) Membangun ancangan konsultasi dengan stakeholder. 3) Jenis informasi yang dihasilkan oleh konsultasi dengan stakeholder. 4) Penggunaan manajemen.
informasi,
pembuatan
kebijakan
dan
keputusan
c) Kebijakan Manajemen dan Sistem Manajemen 1) Pengelompokan informasi relevan dengan kelompok masalah. 2) Tatacara pemilihan prinsip manajemen, tatacara pencegahan dan tatacara penanggulangan negative ekonomik, lingkungan dan sosial akibat operasi perusahaan. Mialnya, penggunaan ancangan risk
25 management, disaster recovery planning dan management, social marketing. 3) Desain suatu kesepakatan atau charter tentang penjagaan lingkungan, ekonomi dan sosial yang ditawarkan secara sukarela kepada mitra kerja regional, pelanggan utama, Outsourcer dan pihak lain luar perusahaan, diwajibkan untuk cabang atau anak perusahaan luar negeri. 4) Keanggotaan perusahaan pada asosiasi bisnis atau lembaga advokasi. 5) Kebijakan rantai-pasok keatas-kebawah (pemasok-penyalurpelanggan), dilengkapi sistem informasi – balik (feedback) tentang dsain produk/jasa yang lebih berterima sosial, lingkungan dan tatanan ekonomik. 6) Kebijakan manajemen untuk menanggulangi akses produk/jasa terhadap lingkungan, sosial dan ekonomik. 7) Keputusan stratejik terkait isu lingkungan, ekonomi dan sosial (LES) yang penting, selama tahun berjalan. 8) Program, agenda, action plan, budget dan prosedur terkait isu lingkungan, ekonomi dan sosial. Misalnya ; agenda berdasarkan prioritas dan target, program utama untuk peningkatan kinerja LES, komunikasi internal, komitmen dan pelatihan, pemantauan kinerja LES, internal audit terhadap prosedur LES dan jaminan mutu LES, telaah manajer senior terhadap LES. 9) Program sertifikasi terkait LES, misalnya ISO 14000. 2. Laporan Kinerja Ekonomik, lingkungan dan sosial a) Laporan Kinerja Ekonomik Berdasarkan Indikator Kinerja Ekonomik. 1) Dimensi ekonomik dari stakeholder tingkat local, nasional dan global. 2) Dampak ekonomik terdiri atas ; dampak langsung, dampak tak langsung. 3) Dampak dapat positif dan atau negatif. 4) Dampak ekonomik bukan sebatas dampak financial. 5) Dampak langsung ekonomik dirancang mengukur aliran moneter antar perusahaan dan stakeholder kunci, mengindikasikan bagaimana perusahaan mempengaruhi lingkungan stakeholder. Contoh : dampak langsung dengan pemasok; adalah indicator moneter terkait pada biaya
26 perolehan barang dan jasa yang dibeli, baik secara absolute maupun relatif. 6) Dampak tidak langsung adalah eksternalitas yang mencipta dampak (biaya dan maslahat) pada komunitas secara luas. Komunitas dapat di rumuskan secara unik, misalnya tetangga (limbah), Negara, komunitas tertentu terkena dampak secara ekonomik. b) Laporan Kinerja Lingkungan Berdasarkan Indikator Kinerja Lingkungan 1) Lingkungan alam hidup (flora, fauna dan manusia) dan tidak hidup (tanah, gunung, dan udara) termasuk ecosystem, dalam rangka absolute dan relatif. 2) Harus dalam konteks kesinambungan-kelestarian lingkungan. c) Laporan Kinerja Sosial Berdasarkan Indikator Kinerja Sosial Kelestarian sosial terkait pada dampak eksistensi/operasi organisasi tehadap sistem sosial, untuk stakeholder local, nasional, global. 2.2.5
Indikator Kinerja dalam Sustainability Reporting Sesuai dengan pengertian dasar dari Sustainability Reporting, maka terdapat
tiga indikator kinerja dalam Sustainability Reporting, yaitu Indikator ekonomi, Indaiktor lingkungan, Indakator Sosial. 1. Indikator Ekonomi Indikator ekonomi terdiri dari satu kategori yaitu dampak ekonomi secara langsung. Dampak ini meliputi beberapa aspek, antara lain: pelanggan, pemasok, karyawan, sector publik, dan penyedia dana atau investor. 2. Indikator Lingkungan Indikator lingkungan juga hanya terdiri dari satu kategori, yaitu lingkungan. Namun aspek-aspek yang dinilai lebih banyak. Aspek lingkungan yang dinilai antara lain:energi,emisi,dan limbah.Selain itu, juga aspek biodiversity, produk dan jasa, ketaatan terhadap peraturan, transportasi, dan keseluruhan lingkungan. 3. Indikator Sosial Indikator ini terdiri dari empat kategori. Kategori pertama, pekejaan dan tenaga kerja. Dalam kategori ini,, aspek yang dinilai antara lain : hubungan perusahaan dan tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan yang dilakukan perusahaan pada tenaga kerja, serta pembayaran dan kesempatan tenaga kerja.
27 Kategori kedua, hak asasi manusia. Dalam kategori ini, aspek yang dinilai antara lain antara lain : tidak adanya diskriminasi pada tenaga kerja, adanya kebebasan karyawaaan dalam membentuk serikat pekerja, tenaga kerja anak-anak, dan penegakan disiplin. Katgori ketiga, adalah masyarakat. Katgori ini meliputi pengembangan masyarakat sekitar perusahaan, perlakuan terhadap korupsi, kompetisi dan penentuan harga, serta pengaruh politik terhadap perusahaan. Kategori keempat, yaitu tanggungjawab terhadap produk. Indicator ini meliputi aspek keselamatan dan kesehatan konsumen, produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan, iklan yang ditawarkan, serta penghormatan terhadap privasi pelanggan.
28 Berdasarkan uraian di atas, indikator kerja tersebut dapat digambarkan pada table sebagai berikut : Tabel 2.1. Indikator Kinerja Economic
CATEGORY Direct Economic Impact
Environmental Environmental
Social
Labour Practices and Decent Work
ASPECT Customer Supplier Employees Provider of Capital Public Sector Material Energy Water Emissions, effluent, and Waste Supplier Products and Services Compliance Transport Overall Employment Labour/Management Relations Health and Education Diversity and Opportunity
Human Rigths
Society
Product Responsibility
Strategy and Management Non-Discrimination Freedom of Association and Collective Bargaining Child Labour Forced and Compulsory Labour Disciplinary Practices Indigenous Rights Community Bibery and Corruption Political Contributions Competition and Pricing Customer Health and Safety Products and Services Adversiting Respect for Privacy
Sumber : Sustainability Reporting Guidelines, GRI 2002, Hal. 36
29 2.2.6
Manfaat Sustainability Reporting Sustainability Reporting merupakan alat yang efektif untuk menjaga reputasi
perusahaan, membangun
kepercayaan
meningkatkan nilai perusahaan. Secara
stakeholders, menunjukan akuntatabilitas dan umum ada empat manfaat dari
pelaksanaan
Sustainability Reporting oleh perusahaan. 1. Meningkatkan Citra Perusahaan Citra perusahaan akan meningkat dikarenakan stakeholders memandang perusahaan telah menjalankan aktivitas perusahaan dengan sangat menjaga berbagai hal yang berada di dalam maupun d luar perusahaan. 2. Disukai Konsumen Konsumen akan semakin menyukai produk perusahaan, karena konsumen cenderung memilih untuk membeli produk yang dipersepsikan sedikit merusak lingkungan. 3. Diminati Investor Perusahaan akan semakin diminati investor karena para investorpun mengalami perubahaan pandangan investasi. Mereka tidak hanya mencari Retrun yang besar tetapi juga mencari perusahaan yang ramah lingkungan dan menjalankan tanggung jawab sosial. Konsep ini dikenal dengan socially responsible investment (SRI). 4. Dipahami oleh stakeholders Dalam pelaksanaan Sustainability Reporting, perusahaan harus memahami para stakeholders-nya.Perusahaan harus selalu membangun komunikasi dengan para stakeholders. Komunikasi yang timbul ini akan membantu perusahaan untuk mengantisipasi
berbagai
isu
yang
mungkin
terjadi, memenuhi
kebutuhan
stakeholders, dan membangun bisnis yang lebih baik.
2.2.7
Peran Akuntan dalam Sustainability Report Profesi akuntan secara tradisional dipahami hanya sebagai pencatat transaksi
keuangan perusahaan, pembuat laporan keuangan, dan melakukan audit atas laporan keuangan. Namun seiring perubahan peran, profesi akuntan pun terus mengalami perubahan peran. Profesi akuntan berkembang dengan melakukan diversifikasi dalam area non akuntasi dan jasa konsultasi. Peranan akuntan saat ini antara lain meliputi: penyusunan sistem informasi dan biaya, pencegahan fraud dan melakukan pengendalian internal, juga sebagai penilai bisnis dan asset.
30 Dalam Wacana sustainability ini, akuntan juga dapat memberikan peranannya. Peranan tersebut dapat diwujudkan dalam proses penyiapan SR, audit atas SR, dan mengembangkan SR serta melakukan berbagai penelitian mengenai SR. Gambar 2.2. Market – Based Approach To Sustainability
Corporate Policy
Supply Chain Presure
Stakeholder Engangement
Voluntary Codes
SUSTAINABILITY Enviromental Performance Social Performance Economic Perfrmance
Market Activity
Rating and Branchmarking
Taxes and Subsidies
Tradeable Premits
Requerements and Prohibilitions
SUPPORTING ACTIVITIES Assurance Processes Information Reporting Sumber : Media Akuntansi, Edisi 47/Tahun XII/Juli 2005 2.2.7.2
Proses Penyiapan Sustainability Reporting Proses penyajian SR dilakukan dengan beberapa mekanisme sebagai sebagai
berikut : 1. Penyusunan kebijakan perusahan Dalam hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang berkaitan dengan sustainability development, kemudian dampaknya.
mempublikasikan
kebijakan
tersebut
beserta
dampak-
31 2. Tekanan pada rantai pemasok Harapan masyarakat terhadap perusahaan untuk memberikan produk dan jasa yang ramah lingkungan juga dapat memberikan tekanan pada perusahaan untuk menetapkan standar kinerja dari pelaporan sustainability kepada para pemasok dan mata rantainya. 3.
Keterlibatan stakeholders
4.
Voluntary codes Dalam mekanisme ini, masyarakat meminta perusahaan untuk mengembangkan aspek
kinerja
sustainability. Apabila
perusahaan
belum melaksanakan
maka
perusahaan harus memberikan penjelasan. Selain
mekanisme
di
atas, mekanisme
yang
lain
adalah
rating
dan
benchmarking, pajak dan subsidi, ijin-ijin yang dapat diperdagangkan, serta kewajiban dan larangan. Dalam proses penyajian SR, peran akuntan manajemen sangat besar. Akuntan yang menjadi top manajemen dapat membuat kebijakan yang mendorong SR. Selain itu, akuntan yang menjadi manajer level menengah dapat berperan dalam penilaian dan pengukuran sustainability yang dilakukan perusahaan dampak-dampaknya.
2.2.7.2
Audit atas Sustainability Reporting Seperti pada gambar 2.2, Sustainability Reporting dapat didukung oleh proses
assurance dalam hal ini adalah audit atas Sustainability Reporting
.Selain itu ,dalam
pedoman GRI juga dinyatakan bahwa salah satu prinsip pelaporan adalah dapat diaudit. Audit ini diperlukan karena stakeholders perlu keyakinan bahwa informasi yang disajikan dalam Sustainability Reporting dapat diandalkan, netral dan tepat waktu. Peran sebagai auditor atas Sustainability Reporting ini dapat dilakukan oleh akuntan publik. Hal ini didasarkan fakta bahwa akuntan publik sudah berpengalaman dalam melakukan audit untuk
Sustainability Reporting. Selanjutnya peran pengembangan
Sustainability Reporting juga melibatkan akuntan, terutama akuntan pendidik.
2.2.7.3
Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) Untuk menumbuhkan kesadaran perusahaan akan pentingnya pelaksanaan
Sustainability reporting, maka ikatan Akutan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM)
menyelenggarakan
Indonesia Sustainability reporting Award
(ISRA).
32 Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA) merupakan sebuah award yang ditujukan untuk korporat yang menerapkan Sustainability reporting (SR) secara baik. Indonesia Sustability reporting Award (ISRA) pertama kali diselenggarakan pada tahun 2005, tepatnya pada tanggal 23 juni 2005 di Gedung Bidakara Jakarta. Hadirnya.
Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA) tentunya dapat
dijadikan tolak ukur sejauh mana perusahaan-perusahaan di Indonesia telah melaksanakan Sustability reporting.Selain itu tentu saja para stakeholder perusahaan dapat semakin yakin atas pelaksanaan Sustability reporting di perusahaan tersebut, karena bagaimanapu para juri Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA) merupakan pihak yang independen dan terpisah dari perusahaan sehingga penilaian dan pelaksanaan Sustainability reporting di perusahaan dilakukan srcara objektif. Indikator penilaian dalam
Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA)
meliputi kelengkapan (40%), kredibilitas (35%), dan komuikasi (25%).Dewan juri dalam Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA) beranggotakan dari perwakilan AI, Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Kementrian Negara BUMN, Bapepam, BEJ, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Forum For Corporate Govenance in Indonesian (FGCI), Indonesian Center for Sustainable Development, dan yayasan pembangunan berkelanjutan. Berkaitan yang digunakan oleh Dewan Juri banyak mengacu pada criteria yang digunakan oleh Association of Chartered Accountant (ACCA) yang sudah disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Adapun manfaat dari diadakannya Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA) ini, menurut Antonius Alijoyo (Ketua Dewan Juri ISRA) akan meningkatkan reputasi dari perusahaan dan mereka bisa mengkomunikasikan apa saja yang sudah dan mereka lakukan untuk memberi nilai tambah untuk sosial da lingkungannya. Dan dengan Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA) ini, akan memudahkan investor untuk mengambil keputusan karena dapat melihat long term plan dari perusahaan.
2.3
Saham Saham merupakan salah satu instrument dalam pasar modal yang paling umum
diperjualbelikan. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.
33 2.3.1
Pengertian Saham Saham menurut Kusnadi, dkk (2002;92) adalah sebagai berikut : “ Saham merupakan satu sertifikat atau tanda otentik yang mempunyai kekuatan hokum bagi pemegangnya sebagai keikutsertaan di dalam perusahaan serta mempunyai nilai nominal (mata uang) serta dapat diperjualbelikan”. Sedangkan menurut Dyah Ratih Sulisyastuti (2002;1) adalah : “ Saham biasa (common stock) atau sering disebut saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Saham sebagai sekuritas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi : bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan”. Dari pengertian di atas bahwa kepemilikan saham merupakan kepemilikan atas
suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan hukum serta dapat diperjualbelikan. Jumlah saham yang dimiliki seorang investor menentukan wewenang untuk mengelola dan mengendalikan perusahaan tersebut. Semakin besar kepemilikan saham, berarti semakin besar wewenang untuk mengendalikan perusahan tersebut.
2.3.2
Jenis-jenis Saham Dalam dunia keuangan dikenal bebrapa jenis saham yang beredar dan
diperdagangkan. Saham banyak sekali macamnya dan setiap macam mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lain. Menurut Martono dan Agus Harjito (2002; 367-368) saham dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Jenis saham menurut cara pengalihannya Ditinjau menurut cara pengalihannya, saham dibedakan menjadi : 1) Saham atas unjuk (brearer stock) Di atas setifikat ini tidak ditulis nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk harus berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena kalau saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya.
34 2) Saham atas nama Di atas sertifikat saham ditulis nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Kalau sertifikat ini hilang, pemilik dapat meminta gani. 2. Jenis saham menurut manfaatnya Di tinjau menurut manfaatnya, saham dapat dibagi mejadi: 1) Saham biasa Saham biasa (common stock atau common share) biasanya selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa antara lain : a. Saham Unggulan (blue chip) Kemampuan jumlah saham yang diterbitkan besar yang telah memperlihatkan kemampuan dalam memperoleh keuntungan dan pembayaran diveden. b. Growth Stocks Yaitu saham yang dikeluarkan oelh perusahaan yang laba dan pangsa pasarnya mengalami perkembangan. c. Emerging Growth Stocks Yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relative lebih kecil tetapi mempunyai daya tahan yang kuat dalam kondisi ekonomi yang kurang baik. d. Income Stocks Yaitu saham yang membayar deviden melebihi jumlah rata-rata pendapatan. e. Cyclical Stocks Yaitu saham perusahaan yang mempunyai keuntungan berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh siklus usaha. f. Defensive Stocks Yaitu saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap stabil dari periode atau kondisi yang tidak menentu.
35 g. Speculative Stocks Pada prinsipnya semua saham yang diperdagangkan adalah saham spekulatif, karena pada waktu membeli tidak ada kepastian keuntungan yang akan kita dapat. 2) Saham Preferen Saham preferen (preferred stocks) dalam praktik terdapat beberapa jenis, yaitu: a. Cumulative Preferred Stocks Saham preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Sehingga jika pada tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya. b. Non Cumulative preferred Stocks Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak kumulaif. c. Participating Preferred Stocks pemilik saham ini selain memperoleh dividen tetapi juga memperoleh dividen tambahan (extra dividend). Sedangkan menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2002;6-8) untuk membantu investor memilih saham sesuai dengan potensi keuntungan dan risikonya, saham biasa (common stocks) diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan nilai kapitalisasi Ada tiga kelompok saham berdasarkan nilai kapitalisasi yang beredar di bursa efek Jakarta : 1) Big – Cap Yaitu kelompok sham yang kapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi di atas Rp. 1 trilyun. Saham-saham yang termasuk bg-cap disebut juga saham blue-chip atau saham papan atas atau lapis pertama. Saham-saham yang berkapitalisasi bear memberikan kontribusi 75-80% dari seluruh kapitalisasi pasar di BEJ yang terdiri dari di bawah 40 saham.
36 2) Mid – Cap Yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi Rp. 100 milyar – 1 trilyun. Saham yang termasuk mid-cap disebut juga saham baby blue chip atau saham lapis kedua. Saham-saham yang berkapitalisasi pasar menengah memberikan kontribusi 15-17% dari seluruh kapitalisasi pasar di BEJ yang terdiri dari 145 saham. 3) Small – Cap Yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi di bawah Rp. 100 milyar. Biasaya sahamsaham yang termasuk small-cap atau lapis ketiga, sebagian besar terdiri dari saham “ tidur “ yang bersifat labil. Saham-saham yang berkapitalisasi pasar kecil memberikan kontribusi sekitar 3% dari seluruh kapitalisasi pasar di BEJ yang terdiri dari 150 saham. 2. Berdasarkan fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian Klasifikasi saham biasa (common stock) berasarkan fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian makro adalah : 1) Income Stocks Merupakan saham yang mampu memberikan dividen semakin besar dari rata-rata dividen yang dibayarkan tahun sebelumnya. Emiten incoe stocks adalah perusahaanperusahaan yang telah mencapai tahapan mapan (mature) dan memilki pangsa paar yang tinggi serta stabil. 2) Growth Stocks Merupakan saham yang emitennya sebagai perusahaan pemimpin dalam industrinya dan cukup prospektif. Sehingga dividen tersebut mampu memberikan dividen relative tigi. Contohnya perusahaan farmasi seperti indofarma dan kimia farma. 3) Speculative Stocks Merupakan saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang pendapatannya belum pasti, seperti perusahaan yang sedang memulai operasi atau perusahaan yang sedang melakukan restrukturisasi modalnya sehingga emitennya tidak konsisten dalam memberikan dividen. Contohnya perusahaan eksplorasi minyak.
37 4) Cyclical Socks Merupakan kelompok saham yang pergerakannya searah dengan perekonomin makro. Emitennya adalah perusahaan property, otomotif, industri dasar. Sebaiknya investor membeli sat resesi dan menjualnya saat booming. 5) Defensive Stocks Merupakan saham yang tidak terpengaruh perekonomian makro maupun turbulensi sosial-politik. Emitennya adalah perusahaan yang memproduksi consumer goods (Unilever, Tancho, Indofood), supermarket (Matahari, Alfa, Jogya) dan public utilities (Telkom, Indosat, CMPN).
2.3.3
Karakteristik Saham Biasa Setiap surat berharga yang diperjualbelikan memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2003; 3) karakteristik/sifat yang melekat pada saham biasa adalah : 1. Berhak atas pendapatan perusahaan berupa dividen Dividen adalah bagian laba bersih setelah bunga dan pajak yang diberikan kepada pemegang saham. Dividen dapat brbentuk tunai (cash dividend) dan saham (stock dividend). Pembayaran dividen biasaya setiap tahun, tetapi ada perusahaan yang membagi dividen setiap kuartal atau semester. 2. Berhak atas harta perusahaan ketika peusahaan penerbitnya dillikuidasi Dengan urutan sebagai berikut : pinjaman kepada supplier (account payable), gaji karyawan, utang bank, obligasi, utang pajak, saham biasa. Besarnya nilai buku perlembar saham dapat menunjukkan berapa bagian yang akan diterima oleh investor saat emiten dilikuidasi. 3. Berhak mengeluarkan suara Hak pemegang saham mengeluakan suara dalam RUPS diatur UUPT No. 1/1995 pasal 45 dan 46. Penjelasan pasal 46 ayat 3 UUPT No. 1/1995 menyebutkan bahwa ang dimaksud saham biasa adalah saham yang memberikan hak suara untuk mengambil keputuan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan perseroan, hak menerima pembagian dividend an sisa kekayaan dalam proses likuidasi.
38 4. Tanggungjawab terbatas Maksudnya tanggungjawab pemegang saham atas perusahaan hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak memiliki tanggungjawab ecara pribadi yang menjadikan harta pribadi menjadi jaminan. 5. Hak memesan efek telebih dahulu Hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) berkaitan dengan pengeluaran saham baru dalam rangka penambahan dana. Pengeluaran saham baru yang di maksud adalah untuk penambahan dana yang berkaitan dengan right issue, bukan IPO.
2.4
Harga saham Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham. Perubahan harga
saham menjadi perhatian penting bagi investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal adalah harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Jadi harga saham yang digunakan bukanlah harga dari saham tersebut.
2.4.1
Pengertian Harga Saham Menurut Agus Sartono (2001;41) harga saham adalah sebagai brikut : “ Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan yang akan diterima”. Sedangkan menurut Ridwan S. Sundjaja (2003;349) adalah : “ Harga saham adalah saham yang nilai per lembarnuya telah tercantum dalam akta pendirian perusahaan “. Nilai suatu saham dapat dipandang dalam dampak empat konsep yang
memberikan makna berbeda, menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2002;349) yaitu : 1) Nlai nominal Yaitu nilai per lembar saham yang berkaitan dengan kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nomnal digunakan untuk menentukan besarnya modal disektor penuh pada neraca. Modal disetor penuh adalah nilai nmnal saham dikalikan jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan. Nilai nominal suatu saham disebut juga stated value, face value, nilai pari, par value.
39 2) Nilai buku per lembar saham (book value per share) Yaitu total ekuitas dibagi jumlah yang beredar. Nila ini menunjukan nilai aktiva bersih per lembar yang dimiliki pemegangnya. Nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi. 3) Nilai Pasar Adalah nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham. Harga per saham inilah yang menentukan indeks harga sahamgabungan (IHSG). Fluktuasi harga saham di busa yang menentukan risiko sistematis suatu saham. 4) Nilai fundamental atau sering disebut nilai instrinsik saham Adalah menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersbut mencerminkan nilai yang sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal (overprie).
2.4.2
Pengertian Perubahan Harga Saham Perubahan harga saham di bursa ditentukan oleh pasar yang tergantung oleh
kekuatan permintaan dan penawaran. Saham yang dimiliki leh suatu perusahaan yang kinerjanya baik akan sangat diminati oleh para investor. Makin banyak investor yang ingin membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya makin sedikit orang yang ingin membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cederung turun. Dalam jangka waktu panjang, kinerja perusahaan emiten dan pergerakan harga saham umumnya akan bergerak searah. Pengertian perubahan harga saham menurut Jogiyanto (2003;283) adalah sebagai berikut : “ perubahan harga saham merupakan kenaikan penurunan dari harga saham sebagai akibat dari adanya informasi baru yang mempengaruhi harga saham kemudian dibandingkan denga harga saham tahun sebelumnya”. Harga dari surat berharga mencerminkan penilaian investor terhadap proyek laba perusahaan di masa mendatang, termasuk di dalamnya penilaian terhadap kualitas manajemen.
40 Perubahan Harga Saham = Harga saham ke n – Harga saham ke (n-1) X 100% Harga saham ke (n-1) Para investor yang membeli saham ingin memperoleh dividen dan capital gain akan mencari perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik. Menurut Ridwan S. Sundjaja (2003;437) dividend an capital gain adalah sebagai berikut : 1) Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihaslkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam (RUPS). 2) Capital ga merupakan selisih lebih dari harga beli dan harga jual. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapakan return atau keuhtungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namu, seiring dengan berluktuasi harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat.
2.4.5
Penilaian Harga Saham Ada dua pendekatan analisis yang seiring digunakan dalam penilaian harga
saham, pendekatan analisis teknikal. 1) Analisis Fundamental Pengertian analisis fundamental menurut Suad Husnan (2001;315) adalah sebagai berikut : “ Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) megestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham “. Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor. Apakah sehat atau tidak, apakah cukup menguntungkan atau tidak. Nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perushaan yang bersangkutan, karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang kan diperoleh dari investasi dan juga risiko yang harus ditanggung (Pandji Anoraga dan Piji Pikarti, 2001; 108).
41 Analisis fundamental bertolak dari anggaran dasar setiap investor adalah makhluk yang rasional. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional didahului oleh analisis terhadap variabel yang secara fundamental diperkirakan akan menghubungkan harga suatu saham. Argumentasi pada dasarnya bahwa nilai mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari 2) Analisis Teknikal Pengertian analisis teknikal menurut Suad Husnan (2001;367) adalah sebagai berikut : “ Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (1) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, (2) bahwa informasi tersebut ditujukkan oleh perubahan haarga saham di waktu yang lalu, dan (3) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang”. Analisis teknikal ini cukup sering dpakai oleh calon investor, dan biasanya data yang digunakan daam analisis berupa grafik atau program komputer. Dri grafik atau program komputer dapat dietahui bagaimana kecenderungan pasar ekuitas atau future commodities yang akan dipilih dalam berinvestasi (pandji Anoraga dan Piji Pikarti, 2001; 109). Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis.
2.4.6
Faktor-fakor yang Mempengruhi Harga Saham harga saham Harga saham di bursa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu :
1. Permintaan dan Penawara Harga pasar saham akan terbentuk mlalui jumlah permintaan dan penawaran terhadap suatu efek. Jumlah permintaan dan penawaran mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran, pada umumnya harga cenderung akan naik. Sebaliknya jika penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, harga cenderung akan turun.
42 2. Tingkat efisiensi pasar modal Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas suatu pasar modal. Semakin tinggi derajat efisiennya, maka kualitas pasar modal tersebut akan semakin baik. Beberapa kondisi yang harus dipenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien, yaitu: a) Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit. Investorinvestor tersebut secara aktif berpartisipasi di pasar dengan meanalisis, menilai, dan melakukan perdagangan saham. Di samping itu, meeka juga merpakan price taker sehingga tindakan dari satu investor saja tidak akan mampu mempengaruhi harga sekuritas. b) Semua pelaku pasar dapat memperolehinformasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah. c) Informasi beeaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnay akibat informasi tersebut. 3. Tingkat risiko Risiko dari suatu investasi langsung berkaitan dengan hasil yang diharapkan. Pada hakekatnya, investor akan berusaha meminimalkan risiko untuk mendapatkan hasil tertentu. Risiko investasi di pasar modal pada prinsipnya berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Menurut Martono dan D. gus Harjito (2002;37) riiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh investor antara lain : 1) Risiko daya beli (purchasing power risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil. 2) Risiko bisni (business risk), merupakan risiko menurutnya kemampuan perusahaan memperoleh laba, sehingga pada gilirannya mengurangi pula kemampuan perusahaan mebayar bunga dan divide. 3) Risiko tingkat bunga, naiknya tingkat bunga biasanya akan menekan harga suratsiurat berharga, sehingga biasanya harga surat berharga akan turun.
43 4) Risiko pasar (market risk), apabila pasar bergairah pada umumnya harga saham akan mengalami kenaikan, tetapi bila pasar lesu maka harga saham cenderung turun. 5) Risiko likuiditas (liquidity risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. 4. Perilaku Investor Para investor yang masuk ke pasar modal berasal dai berbgai macam kalngan masyarakat damn memiliki masud yang berbeda-beda. Apabila ditinjau dari segi tujuannya, investor dapat dikelompokkan ke empat kelompok, yaitu : 1) Kelompok investor yang bertujuan memperoleh dividen Kelompok ini mengincar perusahaan yang sudah sangat stabil. Keadaan perusahaan yang demikian menjamin kepastian adanya keuntungan yang relative stabil. Harapan utama dari kelompok ini adalah untuk memperoleh dividen yang cukup dan terjamin setiap tahun. Pembagian dividen lebih pentingdaripada keinginan untuk memperoleh capital gain. 2) Kelompok investor yang bertujuan berdagang Harga saham di bursa tidak tetap, bergerak naik atau turun tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Perubahan harga itu menarik bagi investor yang tujuannay berdagang. Kelompok ini membeli saham terutama bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli. 3) Kelompok investor yang berkepentingan dalam kepemilikan perusahaan Bagi kelompok ini penting adalah ikut sertanya mereka sebagai pemilik perusahaan. Kelompok ini cenderung memilih saham perusahaan yang sudah mempunyai nama baik. Perubahan-perubahn harga saham yang kurang berarti tidak membuat mereka gelisah untuk menjualnya. Investor ini tidak aktif dalam perdagangan di bursa. 4) Kelompok investor yang bertujuan spekulasi Kelompok ini lebih menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang tetapi diyakini akan berkembang dengan baik. Pada umumnya setiap kegiatan pasar modal, spekulator mempunyai peranan untuk meningkatkan aktivitas pasar-pasar sekaligus
meningkatkan
likuiditas
saham.