BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENGARANG 2.1.1 Pengertian Untuk dapat menulis mengarang, pembelajaran menulis di sekolah harus dimulai dari tahap yang paling sederhana, dari hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Semi (1990: 34) menjelaskan, “Mengarang adalah cerita yang menyuguhkan kebenaran yang diciptakan, dipadatkan, digayakan, dan diperkokoh oleh kemampuan imajinasi mengarang. Mengarang adalah sebuah cara untuk menampilkan cerita yang pekat dan mirip kepada kebenaran individualitas pengarangnya, dan juga memiliki identitas sendiri.” Pranoto (2007:14) mengemukakan beberapa hal yang dianggap ideal sebagai ciri – ciri sebuah karangan: 1. Ditulis terdiri atas 3000 atau 4000 kata 2. Bahasa dan isinya mudah dipahami. Dengan demikian,cerpen tersebut dapat dibaca kurang dari satu jam dan isinya tidak terlupakan oleh pembacanya sepanjang waktu. Berikut ini adalah pengertian pembelajaran Bahasa Indonesia yang dipelajari di sekolah – sekolah SMP di Indonesia khususnya dalam hal mengarang.
7
Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Dalam Mengarang kelas VII kurikulum 2013 menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan:
KELAS: VII KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,membaca,dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
1.1 Menangkap makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan 1.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan 1.3 Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan 1.4 Meringkas teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan
Semi (1990:35) menerangkan, ada dua sudut tinjauan dalam mempelajari dan meneliti sebuah hasil mengarang cerita pendek yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Pertama dari segi intrinsik ialah segi yang membangun karya sastra itu dari dalam, misalnya yang berhubungan dengan struktur, seperti alur, plot, penokohan, latar belakang. Termasuk didalamnya hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Kedua dari segi ekstrinsik ialah segi yang mempengaruhi karya sastra itu dari luar atau latar belakang, misalnya factor politik, ekonomi, budaya. Unsur interinsik adalah unsur yang berasal dari dalam. Unsur interinsik terdiri atas :
1. Unsur tema Tema adalah dasar dari sebuah cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema yang baik, yaitu tema yang 1) jujur sesuai dengan hati penulis, 2) segar dan bernuansa baru, 3) jelas atau tersusun secara cermat, variatif, dan memenuhi kaidah baku, 4) padu atau keseluruhan tidak terpecah pecah, 5) asli timbul dari diri sendiri, 6) terdapat judul yang baik atau terbuka (dapat dicermati lagi setelah karangan digarap). 2. Unsur Alur/plot Alur adalah jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun dengan memperhatikan sebab akibat sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat. Alur atau plot adalah jalinan peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian. Inti dari alur/plot adalah konflik, tetapi suatu konflik dalam cerita tidak bisa tiba-tiba dipaparkan begitu saja, harus ada dasarnya dalam setiap tahap-tahap peristiwa dalam cerita. Dalam cerpen, tahap-tahap peristiwa tersebut bisa meliputi: a) Pengenalan b) Timbul konflik c) Konflik d) Komplikasi e) Klimaks
f) Peleraian dan penyesalan 3. Unsur Tokoh Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu yaitu diantaranya: a) Tipe bunder, yaitu tokoh yang memiliki beragam watak seperti teguh, pekerja keras, berwawasan luas, suka berbuat kebajikan, murah hati, tapi juga mempunyai kekurangan, misalnya suka bicara kasar, iri, dan cemburuan. b) Tipe datar yaitu tokoh yang wataknya monoton, statis, dan tidak punya daya tarik. c) Tipe rollcoaster, yaitu tokoh yang wataknya dalam arti sulit diatur, jahat, tidak karuan dan sangat menyebalkan. d) Tipe roda yang dinamis yaitu tokoh yang wataknya mengalami perubahan, misalnya menjadi buruk atau sebaliknya menjadi baik. 4. Unsur Latar/Setting Latar adalah peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Latar mempunyai tugas utama yaitu memberikan suasana kepada peristiwaperistiwa dan tokoh yang terdapat dalam cerita. Dengan adanya ruang, waktu dan suasana peristiwa dan manusia menjadi konkret dan tidak dirasakan berlaku dalam wujud yang seolah-olah dia mati.
Dalam cerita, latar dianggap oleh para penulisnya menjadi unsur cerita yang penting, membagi latar menjadi tiga golongan yaitu 1) latar tempat, termasuk di dalamnya penyebutan dan sifat jenis umum tempattempat tertentu, misalnya desa, sungai, jalan, hutan dan kota. 2) latar waktu, dapat dikaitkan dengan peristiwa – peristiwa sejarah “kapan”. Latar waktu memegang peranan sentral dalam pembentukan karakter, ideology, dan tingkah laku tokoh-tokohnya. 3) latar sosial, perilaku kehidupan sosial masyarakat, kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, dan cara berfikir. 5. Unsur Amanat Amanat adalah gagasan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan maksud yang ingin disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. 6. Unsur Pusat Pengisahan Pusat pengisahan atau yang lebih kita kenal dengan sudut pandang adalah cara pandang seorang penulis dalam cerita tersebut sebagai orang pertama (pelaku), orang kedua, atau orang ketiga (pengamat cerita). Pusat pengisahan atau sudut pandang berarti pertalian relasi antara penulis dengan ceritanya, dimana penulis berdiri sendiri. Jenis pusat pengisahan, yaitu: 1) Pengarang sebagai tokoh utama : aku
2) Pengarang sebagai tokoh samping : kamu,kita 3) Pengarang sebagai orang ketiga : mereka, kalian. 2.2
KREATIVITAS
2.2.1 Pengertian Pada hakikatnya perkataan kreatif adalah penemuan sesuatu yang baru, dan bukan akumulasi dari keterampilan atau pengetahuan yang diperoleh dari buku pelajaran. Kreatif diartikan juga sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencerminkan hasil-hasil ilmiah, penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik. Menurut Hurlock (2002),” kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan perangkuman. mungkin mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangcokkan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru, harus mempunyai maksud atau tujuan, bukan fantasi semata walaupun merupakan hasil yang sempurna lengkap mungkin dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, bisa juga bersifat prosedural atau metodologis.” 2.2.2 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Menurut Guilford (dalam Santrock 2010) orang kreatif kemampuan berpikir divergen merupakan hal yang menonjol. Berpikir divergen adalah bentuk pemikiran terbuka, yang menjajaki bermacam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan atau masalah. Secara universal, produk divergen yang dikaitkan dengan kemampuan spesifik dari yang melibatkan lima proses kreatif berikut:
a) Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan.
Kelancaran
menjawab
berhubungan
dengan
kemampuan
menghasilkan banyak gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat. Unsur ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga kesesuaian jawaban dengan masalahnya. Test kreativitas berpikir mendorong peserta tes menyebutkan sebanyak mungkin jawaban dalam waktu tertentu dan skor diberikan dengan menghitung jumlah semua respons yang sesuai dengan masalahnya. b) Keluwesan (fleksibility) adalah kemampuan untuk mengajukan bermacammacam pendekatan dan atau jalan pemecahan terhadap suatu masalah serta yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru. c) Keaslian (originalitas) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasangagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus. Dengan kata lain, keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang jarang diberikan oleh peserta tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian mengukur kemampuan peserta tes dalam membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau 10 dari 100 peserta
pengambil tes. Ada pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik. Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5 % dari kelompok bersifat tidak biasa, dan respons yang hanya diberikan oleh 1 % dari kelompok bersifat unik d) Penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci dan memperkaya suatu gagasan. Untuk memperoleh skor elaborasi kita melihat jumlah gagasan atau detail yang nampak pada setiap obyek dan respon, disamping gagasan pokok. e) Perumusan kembali (redefinisi) adalah kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim. Orang kreatif juga memerlukan kemampuan berpikir konvergen, yaitu kemampuan berpikir yang berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah. Hal ini diperlukan untuk memilih aspek masalah yang relevan dan membuang yang tidak relevan (selective encoding), mengkreasikan sistem koheren dari informasi yang berbeda serta mengintegrasikan informasi baru dengan yang telah diketahui sebelumnya. Melalui cara berpikir yang lancar dan fleksibel, orang kreatif mampu mengadaptasi hampir semua situasi agar tujuannya tercapai. 2.3 Remaja 2.3.1 Pengertian Menurut Rumini (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,
yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. 2.3.2 Karakteristik Psikologi Kognitif Remaja Menurut Jean Piaget dalam Woolfolk, A. (2009) merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi.) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi
dengan
orang-orang
di
sekitar
dan
belajar
darinya.
Tahap operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa) adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami halhal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial.
Beberapa
orang
tidak
sepenuhnya
mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. 2.4
Kerangka Berfikir Dari uraian sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud
kreativitas adalah suatu ekspresi tertinggi dari bakat yang ditunjukkan melalui aspek kognitif dengan tindakan dan berpikir divergen maupun konvergen serta aspek afektif mengenai fungsi perasaan/internalisasi nilai. Dalam memecahkan masalah, siswa yang kreativitasnya tinggi akan cenderung menggunakan aspek berpikir divergen maupun konvergen ketika mencari soluasi baru apabila akan mempersempit pilihan ketika mencari jawaban. Sementara itu, aspek afektif ditunjukkan melalui sifat imajinatif, rasa ingin tahu, independen, percaya diri, toleran terhadap perbedaan situasi (mampu beradaptasi), senang pada kompleksitas (antusias), konsisten dari satu situasi ke situasi lain, intuitif, dan mampu menunda keputusan bila terjadi hambatan. Mengarang adalah mengekspresikan pikiran perasaan meliputi maksud, keinginan, informasi dalam bahasa tulisan yang tingkatannya paling tinggi. Arah kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII tahun ajaran 2013 terhadap aspek menulis menggariskan bahwa dengan mempelajari cara-cara menulis yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, diharapkan siswa-siswi memiliki
kompetensi
melakukan
berbagai
jenis
kegiatan
menulis
untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk cerita pendek. Diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulis.
Kerangka Penelitian
Faktor Intern Murid
Faktor Psikologis
Faktor Fisiologis
Kognitif
Remaja Kreativitas Divergen Konvergen
*Kelancaran memproduksi gagasan *Keluwesan memecahkan masalah *Keaslian gagasan *Mampu mengurai gagasan
Mengarang
*Tema
*Alur/plot Eksterinsik Intristik
*Tokoh *Latar/Setting *Amanat *Pusat Pengisahan
Hasil
Proses
Siswa belajar
Sekolah Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Kelas
Faktor Ekstern
Guru