BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Secara bahasa, kata supervisi berasal dari kata bahasa Inggris supervision yang berarti pengawasan (Tim, 2001a: 84). Kata ini berasal dari dua kata super dan vision yang berarti melihat, mengontrol, dengan teliti pekerjaan secara keseluruhan (Thaib, 2005: 2). Sedang menurut istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai suatu
pekerjaan
menginspeksi,
memeriksa,
dan
mengawasi dengan mencari-cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman supervisi yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sahertian, 2000: 16-17): a. Sistematis, artinya supervisi dilaksanakan secara terencana, teratur, dan terus-menerus (kontinyu). b. Obyektif, artinya supervisi dilaksanakan dari data hasil observasi yang dilaksanakan sebelumnya. c. Menggunakan informasi
alat
sebagai
yang umpan
dapat balik
memberikan untuk
dapat
melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di masa yang akan datang. Secara gaya bahasa (etimologi) kata supervisi berasal dari kata super yang artinya mempunyai kelebihan tertentu diatas rata-rata seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat, jabatan dan kualias, 7
keahlian sedang visi artinya memandang, melihat, memantau atau mengawasi. Menurut adalah
Burhanudin dan
mengawasi,
Mulyasa supervisi
memandang,
memantau
dan
menilai yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahannya. 2.1.1 Supervisi Akademik Supervisi akademik menurut Mulyasa segala usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam memimpin guru dan karyawan untuk memperbaiki proses belajar mengajar,
mentimulasi,
perkembangan
bahan
menyeleksi, ajar,
metode,
dan
merevisi
dan
evaluasi
pembelajaran. Jadi supervisi akademik kepala sekolah melalui pendampingan adalah usaha kepala sekolah untuk mendampingi guru, dan karyawan sebagai mitra kerja sehari-hari dalam meningkatkan atau memperbaiki kompetensi
menyusun
Pembelajaran
(RPP)
Rencana
Kurikulum
Pelaksanaan
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP) guru sesuai dengan pedoman yang berlaku, termasuk juga di SD Negeri Purworejo 3 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. 2.1.2 Model Supervisi Akademik Menurut Sahertian (2008), model supervisi terdiri dari: 1. Model supervisi konvensional Model
supervisi
konvensional
adalah
model
supervisi yang menganut paham bahwa supervisor sebagai
seseorang
yang 8
memiliki
power
untuk menentukan nasib kepala sekolah dan guru. Dalam
kegiatan
bergaya
supervisinya
konvensional
akan
supervisor melihat
yang
kesalahan
kepala sekolah, guru, dan karyawan bahkan selalu mengawasi kepala sekolah, guru, dan karyawan. Model supervisi ini adalah supervisor selalu mencari kesalahan orang yang disupervisi, sehingga dalam menjalankan tugasnya sewenang-wenang tidak mau menerima masukan dari orang yang disupervisi meskipun usulan yang dikemukakan itu baik. 2. Model supervisi artistik Model
supervisi
artistik
menuntut
seorang
supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus berpengetahuan,
berketerampilan,
dan
memiliki
sikap arif. Menurut
Sergiovanni
model
supervisi
artistik
memiliki beberapa ciri khas, antara lain: a. Memerlukan
perhatian
agar
lebih
banyak
mendengarkan dari pada berbicara. b. Memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup. c. Mengutamakan guru-guru
sumbangan
dalam
yang
rangka
unik
dari
mengembangkan
pendidikan bagi generasi muda. d. Menuntut
untuk
memberi
perhatian
lebih
banyak terhadap proses kehidupan kelas. e. Memerlukan
suatu
kemampuan
berkomuni
kasi yang baik dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu. 9
f.
Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan.
Jadi
supervisi
artistik
adalah
supervisi
yang
menuntut seorang supervisor dalam menjalankan tugasnya harus lebih berpengetahuan, menpunyai keterampilan bijaksana,
lebih,
banyak
dan
memiliki
mendengarkan,
sikap
arif
mempunyai
pengetahuan yang cukup, sumbangan yang lebih baik, memberi perhatian lebih terhadap proses belajar mengajar, berkomunikasi yang baik dalam menjalankan
tugasnya
dari
pada
orang
yang
disupervisi, sehingga terjadi suasana kekeluargaan dan tugas supervinya juga berhasil dengan baik. 3. Model supervisi ilmiah Model
supervisi
ilmiah
adalah
sebuah
model
supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket. Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciriciri sebagai berikut: a. Supervisi dilaksanakan secara berencana dan berkesinambungan atau berkelanjutan. b. Supervisi dilaksanakan dengan sistematis
dan
menggunakan prosedur serta teknik tertentu. c. Supervisi dilaksnakan dengan menggunakan alat atau instrumen pengumpulan data. d. Supervisi dilaksanakan dapat menjaring data yang apa adanya (obyektif). Jadi
supervisi
ilmiah
adalah
supervisi
yang
dilaksanakan pengawas atau kepala sekolah untuk 10
menilai kinerja kepala sekolah atau guru dengan cara memberikan angket untuk diisi oleh kepala sekolah atau guru, kemudian dicari pemecahannya dilakukan
dengan
terencana,
kesinambungan,
sistematis, menggunakan alat atau instrumen yang dibutuhkan
untuk
memperoleh
data
yang
diperlukan secara baik dan apa adanya (obyektif). 4. Model supervisi klinis Supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan berdasarkan
adanya
keluhan
dari
guru
yang
disampaikan kepada supervisor. Supervisi klinis ini berbentuk
supervisi
yang
difokuskan
pada
peningkatan pembelajaran dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Jadi
supervisi
klinis
adalah
supervisi
yang
dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor berdasarkan dari laporan keluhan yang dihadapi guru untuk mencari pemecahan keluhan tersebut, agar
dalam
menjalankan
tugas
proses
belajar
mengajar sesuai dengan harapan yang dikehendaki. Kesimpulan dari keempat supervisi di atas yang paling cocok dan sering diterapkan di sekolah khususnya di sekolah dasar adalah supervisi klinis. Supervisi
klinis
memecahkan
dapat
membantu
permasalahan
guru
pembelajaran
dalam yang
dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar setiap hari. 11
Model supervisi yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah model supervisi klinis yaitu untuk membantu keluhan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP dalam proses belajar mengajar, agar guru mampu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
baik
pemerintah, masyarakat.
sesuai sekolah
yang yang
Sehingga
diharapkan
oleh
bersangkutan,
dalam
proses
dan
belajar
mengajar setiap hari guru melaksanakan tugasnya dengan mantap dan percaya diri, dapat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan baik dan benar.
2.2 Pendampingan 2.2.1 Pengertian Pendampingan Pendampingan adalah suatu
aktivitas atau
kegiatan untuk mengetahui, mendengar dan membantu guru dalam mengatasi permasalahan yang dijumpai dalam upaya untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Elvi Maliani, 2014: 36). Pengertian lain dari pendampingan adalah pantauan sejauh pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana dan program yang telah ditetapkan (Kemendikbud, 2012: 6). Hal ini sesuai dengan pengertian bahwa pendampingan adalah proses pembimbingan yang dilakukan oleh pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru inti yang telah mengikuti diklat
melalui
kegiatan
pemantauan, 12
konsultasi,
penyampaikan
informasi,
modeling,
mentoring,
dan
coaching (Kemendikbud, 2013: 5). Sedangkan Timothy Gallwey berpendapat bahwa pendampingan
merupakan
suatu
upaya
untuk
membuka jalan seseorang dalam belajar sehingga potensinya dapat berkembang maksimal lewat proses belajar, Parsloe
bukan dalam
mengguruinya. (Modul
Usaid
Sebagaimana Prioritas,
Eric
2013:
41)
mendefinisikan bahwa pendampingan dimaksudkan untuk
mendukung
dan
mendorong
seseorang
mengelola belajarnya agar ia dapat mengembangkan potensinya
secara
keterampilan,
maksimal,
mengembangkan
meningkatkan kualitas kinerja,
dan
menjadi orang seperti yang ia inginkan. Dengan
demikian
pendampingan
dapat
disimpulkan
bahwa
berarti bantuan dari kepala sekolah
atau supervisor yang sukarela mendampingi seseorang atau
pun
dalam
kelompok
untuk
memenuhi
kebutuhan dan pemecahan masalah dari masingmasing individu maupun kelompok. Pendampingan yang dimaksud di penelitian ini adalah pendampingan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan kompetensi
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) KTSP tahun 2006. Oleh
karena
itu
pendampingan
harus
menumbuhkan keberanian pada guru untuk mencoba hal-hal baru tanpa rasa takut salah, takut gagal. Pendampingan harus menumbuhkan rasa percaya diri guru, refleksi diri, kesadaran bahwa “Saya mampu dan mau”, melakukan perbaikan terus menerus walaupun 13
tanpa pengawasan dari pengawas sekolah, kepala sekolah, maupun dari teman sejawat. 2.2.2 Pendamping di Sekolah Ada berperan
sejumlah dalam
orang
yang
melakukan
mungkin
dapat
pengawasan
dan
pendampingan di sekolah. Beberapa di antara mereka mungkin memiliki lebih dari satu peran yaitu: a. Pengawas sekolah b. Kepala Sekolah c. Fasilitator d. Guru senior Bagi
kepala
sekolah
sangatlah
memahami proses pendampingan.
penting
Kepala sekolah
memiliki peran administratif dan kekuasaan di sekolah. Mereka seyogyanya mendukung proses pendampingan dan memahami strategi dan bantuan apa yang dapat menolong guru berkembang secara profesional. (Modul USAID Prioritas, 2013: 43) 2.2.3 Ciri-ciri Pendamping yang Baik Menurut Timothy Gallwey dalam (Modul USAID Prioritas, 2013: 43) dalam apa yang dilaksanakan pendamping yang baik yaitu sebagai berikut: a. Memiliki komitmen yang tinggi Mereka menyadari bahwa untuk mengembangkan hubungan dan perubahan membutuhkan waktu yang panjang. Pendamping yang baik menentukan secara jelas dan rinci peran dan tanggung jawab mereka. Mereka mengunjungi terdamping secara teratur dan membuat catatan pertemuan. Catatan tersebut bukan untuk disampaikan kepada pengawas, tetapi untuk
14
melihat perkembangan dan keberhasilan. b. Memiliki sikap gender sensitive dan inklusif serta menerima guru yang didampingi. Seorang pendamping yang baik memiliki sikap gender sensitive dan inklusif serta menerima guru yang didampingi tanpa membuat penilaian dan menerima terdamping sebagai profesional yang sedang berkembang. c. Terlatih dalam memberikan bantuan Pendamping yang baik membimbing terdamping sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Mereka menggunakan berbagai pendekatan termasuk kesempatan mengamati orang lain. Mereka mengembangkan kemampuannya dalam memberikan umpan balik dan refleksi yang efektif. d. Sebagai model pembelajar Pendamping yang baik memperlihatkan keterbukaan mereka untuk belajar dari rekan dan mengakui bahwa mereka sedang belajar juga. Mereka bukan ahli dalam segala hal. Mereka memodelkan perilaku yang reflektif dan cara bagaimana memperoleh serta mengembangkan pengetahuan atau pemahaman mereka. e. Selalu memberikan harapan dan optimisme. Pendamping yang baik membuat si terdamping yakin bahwa pencapaian hasil yang baik sangatlah mungkin. Mereka mencari tandatanda perkembangan atau perbaikan dan merayakannya. Pendamping yang baik memahami kekecewaan dan kesulitan yang dihadapi terdamping serta menjelaskan bagaimana mengatasinya.
2.2.4 Langkah-langkah Pendampingan Menurut Timothy Gallwey dalam (Modul USAID Prioritas, 2013: 40) dalam fasilitas dan pendampingan ada lima langkah yang baik yaitu sebagai berikut: a. Pendamping memberikan penghargaan Pada
tahap
ini
kepala
sekolah
memberikan
penghargaan kepada guru yang menyusun Rencana 15
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP sudah baik. Penghargaan tidak berupa uang atau matari tapi dapat berupa ucapan terima kasih, sanjungan, dan ungkapan rasa suka dari kepala sekolah atau atasan. Penghargaan yang diberikan tentu saja tidak berlebihan cukup ucapan bagus atau terima kasih sehingga merasa dihargai hasil karyanya. b. Terdamping melakukan sendiri refleksi kritis Terdamping
setelah
Pelaksanaan
menyusun
Pembelajaran
(RPP)
Rencana
KTSP
diminta
pendamping mengungkapkan sendiri kelemahan atau
kekurangan
Pembelajaran
Rencana
(KTSP)
yang
Pelaksanaan
dibuatnya
berdasarkan
pengetahuannya.
pendamping
mengiventarisir
Pada semua
sendiri
tahap
ini
kelemahan
terdamping tetap dalam suasana yang harmonis dan
manusiawi
sehingga
terjalin
suasana
kekeluargaan. c. Terdamping
merencanakan
sendiri
perbaikan-
perbaikan Pada tahap ini pendamping menanyakan bagaimana bila terdamping menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP (KTSP) lagi apa yang perlu diperbaiki
dan
dilakukan.
Pendamping
bisa
memberikan tambahan solusi berdasarkan kaidah penyusunan RPP (KTSP) yang benar secara teori. Terdamping diberikan kesempatan menyelesaikan RPPnya tanpa mengganggu kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah.
16
d. Pendamping
memberikan
usul,
saran
atau
mendiskusikan hal-hal yang dapat meningkatkan kemampuan
guru
dalam
menyusunrencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP. Pada tahap ini pendamping memberikan saran atau usulan
yang
baik
kemampuannya.
untuk
Pedamping
meningkatkan
harus
mempunyai
dasar teori atau sumber yang terpercaya. Usulan pendamping didiskisukan bersama secara akrab kekeluargaan.
Setelah
terdamping
mantap
dan
yakin bisa melakukan maka dengan sendirinya akan melakukan secara ikhlas tanpa merasa ada paksaan dari kepala sekolah atau atasannya. e. Mengembangkan rencana tindak lanjut Rencana tindak lanjut merupakan tahap terakhir dari
kegiatan
pendamping
pendampingan. mengamati
Pada
produk
tahap
ini
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP yang dibuat terdamping.
Pendamping
memberikan
komentar
terhadap RPP yang dibuat terdamping. Komentar mengarah
pada
kekurangan,
perbaikan
peningkatan
bila
produk
masih
bila
sudah
baik.
Terdamping kemudian merencanakan tindak lanjut untuk perbaikan produk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusunnya secara suka rela. 2.2.5 Manfaat Pendampingan Pendampingan di sekolah sangat tepat dilakukan oleh kepala sekolah dan banyak memberikan manfaat 17
bagi guru. Adapun beberapa manfaat pendampingan bagi guru sebagai berikut: a. Meningkatkan kinerja guru dengan semangat saling belajar, tukar pendapat dan pengalaman antara pendamping dan yang didampingi; b. Meningkatkan kinerja guru dua kali lebih cepat dibandingkan dengan hanya memberi pelatihan tanpa pendampingan; c. Memberi jalan keluar atau solusi dengan lebih fokus terhadap keterbatasan yang dimiliki; d. Membentuk
pribadi
yang
reflektif
dapat
menganalisa kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu agar pendampingan berhasil dengan baik seorang pendamping harus membantu terdamping
dalam
mengembangkan
keterampilan
profesional dalam suasana yang mendukung dan tidak menegangkan.
Pendamping
bisa
berperan
sebagai
pencari solusi, bukan bagian dari masalah, pemberi umpan baik, dan memberikan pengarahan. Pendamping yang baik juga bisa menjadi model atau
tauladan
dalam
kecakapan interpersonal
pekerjaannya, yang tinggi,
memiliki
keterampilan
berkomunikasi yang efektif dan keterampilan untuk mempengaruhi orang lain.
2.3 Pengertian Kompetensi Kompetensi dari kata bahasa Inggris “Competent” yang
berarti
kemampuan,
kompetensi
adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dengan baik. 18
Mulyasa (2013: 25) mengungkapkan kompetensi dari
kata
yang
“Competent”
berarti
kemampuan,
kompetensi merupakan kemampuan individual dan mampu
menguasai
atau
melaksanakan
suatu
pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau peraturan-peraturan
kerja,
kompetensi
dapat
memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap
kapasitas
melaksanakan
kecakapan
pekerjaan
yang
(ability)
dalam
bervariasi
dengan
keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja. 2.3.1 Kompetensi guru Kompetensi
guru
adalah
seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai dalam
melaksanakan
oleh
tugas
seorang
guru
keprofesionalannya
(Saragih, 2006: 29). Gordon
dalam
Mulyasa
(2007:
38-39)
menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: a. Pengetahuan (knowledge): yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. b. Pemahaman (understanding): yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melakukan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
19
c. Kemampuan (skill): adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang diberikan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan dalam belajar para peserta didik. d. Nilai (value) adalah suatu standar yang telah diyakini dan secara spikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan demokratis, dan lain-lainnya). e. Sikap (attitude): yaitu (senang, tidak senang) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah atau gaji, dan sebagainya.
Dari beberapa kompetensi guru di atas, dapat disimpulkan bahwa guru harus mempunyai kompetensi berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat untuk mendidik peserta didik dengan sebaik-baiknya,
hal
ini
agar
peserta
didik
dapat
menyerap ilmu atau informasi dengan baik. Wina Sanjaya (2006: 18) mengategorikan ke dalam tiga kompetensi yaitu: kompetensi pribadi, kompetensi
profesional,
kemasyarakatan.
dan
Kompetensi
komptensi
sosial
pribadi
adalah
kemampuan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalan standar nasional pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampun sebagai bagian dari masyarakat 20
untuk berkomunikasi dan begaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan msyarakat sekitar. Jadi
kompetensi
guru,
dapat
diartikan
kemampuan yang dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability),
nilai
melaksanakan
(value)
dan
pekerjaan
sikap yang
(attitude)
bervariasi
dalam dengan
keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Seorang guru harus mempunyai kompetensi yang tersebut di atas agar dalam berhubungan dengan peserta didik, tenaga kependidikan, dan masysrakat tidak canggung dan penuh keyakinan yang mantap. Sehingga bekerja dengan penuh keyakinan dan tidak ragu lagi dalam menjalankan tugasnya. 2.3.2 Indikator-Indikator Kompetensi Guru Indikator-indikator
kompetensi
guru
dalam
proses belajar mengajar, menurut pendapat Nana Sudjana (2002: 18) adalah: menguasai bahan pelajaran, kemampuan
mendiaknosa
tingkah
laku
siswa,
kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan mengukur hasil belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2004) dalam Pupuh Fathurohman dan Sobry Sutikno (2007: 45-46) ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimilliki guru
21
dalam
upaya
peningkatan
keberhasilan
belajar
mengajar yaitu: a. Menguasai bahan b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola Kelas d. Menggunakan media atau sumber belajar e. Menguasai landasan-landasan kependidikan f.
Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk pendidik dan pengajar. h. Menganal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyeluhan. i.
Mengenal
dan
menyelenggrakan
administrasi
sekolah. j.
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasilhasil pendidikan guru keperluan pengajaran.
2.4 RPP Kurikulum 2006 (KTSP) 2.4.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2006 (KTSP) Perencanaan Program
proses
Tahunan
(PROMES),
silabus
pembelajaran
(PROTA), dan
Program
Rencana
meliputi Semester
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Hal penting yang berhubungan dengan pembelajaran adalah penjabaran tujuan yang disusun sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Menurut
Kurniawati
menyatakan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan suatu rencana jangka pendek untuk menetapkan komponenkomponen
pembelajaran
secara
sistematis.
Untuk
mencapai proses belajar mengajar yang akan dicapai 22
sesuai dengan tujuan pendidikan yang lebih efektif dan efisien yang disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kepala sekolah bersama guru, dan komite sekolah
menyusun
pembelajaran Program
yang
meliputi:
Semester,
Pembelajaran
kurikulum,
silabus,
(RPP)
untuk
perencanaan
Program Rencana
Tahunan,
Pelaksanaan
mengarahkan
kegiatan
belajar peserta didik agar kompetensi dasar yang diharapkan.
RPP
sebagai
acuan
guru
dalam
berinteraksi dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar harus memuat kompetensi dasar yang akan dicapai. Oleh sebab itu, didalam RPP harus memuat hal-hal yang berkaitan langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar yang sudah ditentukan. 2.4.2 Komponen RPP (KTSP) Tahun 2006 Penyusunan RPP KTSP harus dilaksanakan sesuai langkah-langkah: identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, materi prasyarat,
alokasi
waktu,
metode
pembelajaran,
merumuskan kegiatan pembelajaran (Supinah, tahun 2008: 27-32). Komponen RPP (KTSP) Langkah-langkah menyusun RPP (KTSP) 1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran 23
Identitas
mata
pelajaran,
meliputi:
satuan
pendidikan, kelas, semester, program atau program keahlian,
mata pelajaran
atau
tema
pelajaran,
jumlah pertemuan, waktu pertemuan. 2. Menuliskan Standar Kompetensi Standar
kompetensi
kompetensi
merupakan
minimal
peserta
kualifikasi didik
yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 3. Menuliskan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kompetensi pokok atau utama yang harus dikuasai peserta didik
dalam
mata
pelajaran
tertentu
sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian
pencapaian
mata
kompetensi
pelajaran. dirumuskan
Indikator dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. 5. Menuliskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar peserta didik yang diharapkan dicapai
24
sesuai
dengan
kompetensi
dasar
yang
telah
ditentukan. 6. Materi Ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Menuliskan Materi Prasyarat Materi
prasyarat
kompetensi
yang
ini
merupakan
harus
sudah
materi
atau
dimiliki
atau
dikuasai oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi
atau
kompetensi
yang
akan
dipelajari.
Misalnya dalam pembelajaran matematika, materi prasyarat
ini
pembelajaran
sangat
perlu,
matematika
karena
antara
materi
dalam satu
dengan yang lain saling berkaitan satu sama lain. Pada proses pembelajaran, kompetensi ini dapat diukur melalui kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. 8. Alokasi Waktu Alokasi waktu adalah waktu yang ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian Kompetensi Dasar dan beban belajar dalam proses belajar mengajar. 9. Menentukan Metode Pembelajaran Metode
pembelajaran
adalah
metode
yang
digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana proses
belajar
mencapai
mengajar
kompetensi
supaya
dasar
atau
peserta
didik
seperangkat
indikator yang telah ditetapkan guru sebelumnya. 25
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan semua metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan kepada peserta didik yang akan digunakan selama proses belajar mengajar sedang berlangsung. 10. Merumuskan Kegiatan Pembelajaran a. Pendahuluan Pendahuluan adalah merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif
dalam
proses
belajar
mengajar. Pada pendahuluan ini secara garis besar dapat memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Deskripsi singkat Deskripsi singkat adalah penjelasan singkat tentang isi pelajaran yang berhubungan dengan kompetensi yang diharapkan dalam proses
belajar
mengajar.
Hal
ini
dimaksudkan agar pada permulaan kegiatan proses belajar mengajar di dalam pikiran peserta
didik
mendapat
jawaban
secara
ringkas tentang isi pelajaran yang akan dipelajari. 2) Relevansi Relevansi adalah keterkaitan isi pelajaran yang sedang dipelajari dengan pengetahuan 26
yang telah dimiliki peserta didik atau dengan pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini dapat juga dengan mengingatkan kembali materi prasyarat dengan cara memberi pertanyaanpertanyaan
pada
awal
proses
belajar
mengajar (apersepsi). 3) Tujuan Tujuan adalah kemampuan atau kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik pada akhir proses belajar mengajar yang telah dilakukan. 4) Penjelasan Penjelasan adalah keterangan atau uraian yang
memperkuat
tentang
hasil
belajar
peserta didik dalam proses belajar mengajar baik belajar dalam kelompok maupun belajar peserta didik secara mandiri. b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai
Kompetensi
Dasar
peserta
didik. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara aktif,
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan
inti
27
ini
dilakukan
secara
sistematis
dan
sistemik
melalui
proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan inti ini peserta didik mendapat fasilitas atau bantuan untuk mengembangkan potensinya secara penuh atau optimal. Pada kegiatan inti secara garis besar berlangsung halhal berikut. 1) Memulai proses belajar mengajar dengan mengajukan masalah (soal) yang nyata (riil) bagi
peserta
didik
sesuai
dengan
pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga peserta didik segera terlibat dalam proses belajar mengajar secara bermakna; 2) Permasalahan yang diberikan kepasa peserta didik tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar; 3) Peserta didik mengembangkan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan dalam proses belajar mengajar; 4) Pembelajaran
berlangsung
secara
aktif,
interaktif, dimana peserta didik menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang
diberikannya,
memahami
jawaban
temannya (peserta didik lain), menyatakan setuju
atau
tidak
setuju,
alternatif jawaban yang lain.
28
dan
mencari
c. Penutup Penutup
adalah
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan untuk mengakhiri aktivitas proses belajar mengajar yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut, yaitu seperti berikut. 1) Penarikan kesimpulan dari apa-apa yang telah
dipelajari
dalam
proses
belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai; 2) Melakukan tinjauan ulang (refleksi) terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil proses belajar mengajar yang telah dilakukan; 3) Pemberian
tugas
atau
latihan,
setelah
dilakukan kesimpulan dan tinjauan ulang tentang proses belajar mengajar yang telah dilakukan, peserta didik diberi tugas atau latihan
untuk mengetahuai
materi yang
telah diajarkan sudah dikuasai peserta didik tau belum. d. Penilaian Hasil Belajar Setelah tugas dan latihan diberikan kepada peserta didik, prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian yang telah ada, sehingga hasilnya diharapkan dapat nlebih baik.
29
e. Menentukan Media, Alat, Bahan, dan Sumber Belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan proses belajar mengajar, dan indikator pencapaian kompetensi. Pada bagian ini dituliskan semua media, alat, bahan, dan sumber belajar yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung. Tabel: 2.1 Contoh Format RPP Mengacu pada Standar Proses
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Jumlah Pertemuan
: : : :
A. B. C. D. E. F. G. H. I.
Standar Kompetensi Kompetensi dasar Indikator Tujuan Pembelajaran Materi Ajar Materi Prasyarat Metode Pembelajaran Alokasi Waktu Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan 2. Inti 3. Penutup J. Penilaian Hasil Belajar K. Media, Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
30
: : : : : : : : : : : : :
2.5 Penelitian Tindakan Sekolah 2.5.1 Pengertian Penelitian Tindakan Sekolah Penelitian tindakan sekolah menurut Nana Sujana (2009: 8) Penelitian Tindakan Sekolah (school action research) disingkat PTS. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh pengawas atau kepala sekolah pada saat melaksanakan tugasnya. Diwaktu tugas pengawasan, penelitian untuk pengawas
dalam
difokuskan pada dengan
mengembangkan
profesinya,
masalah-masalah yang berkaitan
keilmuan
dan
praktik
yang
merupakan
tanggung jawab kepengawasan sekolah sebagai tugas profesionalnya. Penelitian tindakan sekolah adalah suatu proses pelaksanaan penelitian yang diperankan oleh pelaksana kegiatan
(guru,
pengawas),
mereka
kepala meneliti
sekolah, tindakannya
atau sendiri
dengan sistematis dan menggunakan teknik penelitian secara berhati-hati. Penelitian tindakan merupakan teknik untuk melibatkan orang-orang bekerja untuk meningkatkan keterampilan, teknik, dan strategi dalam melaksanakan pekerjaan. Penelitian tindakan adalah studi
tentang
bagaimana
kita
dapat
melakukan
perubahan (Eileen Ferrance: 2000. P 6). Penelitian tindakan sekolah (PTS) merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan, dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Dengan bersandar pada pendapat Stringer (1996: 9) yang mengartikan penelitian tindakan sebagai “diciplined inquiry (research) 31
which seeks focused efforts to improve the quality of people’s organizational, community and family lives” Penelitian
Tindakan
Sekolah
(PTS)
adalah
penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti di sekolah untuk
lebih
profesional
terhadap
pekerjaannya,
memperbaiki kerja dan melakukan inovasi sekolah serta
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
terapan
(professional knowledge). Berdasarkan uraian di atas tersebut, ciri utama Penilaian Tindakan Sekolah (PTS) adalah melakukan tindakan nyata untuk melakukan inovasi sekolah dalam
rangka
meningkatkan
mutu
pendidikan,
diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, pintar menyelesaikan masalah, dan mempunyai naluri kewirausahaan. Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK atau PTS disebut juga Classroom Action Research (CAR). Saat ini Penilaian Tindakan Sekolah (PTS) sedang berkembang dengan pesatnya di negera-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia dan Canada. Beberapa peneliti pendidikan terakhir
ini menaruh perhatian yang
sangat besar terhadap Penilaian Tindakan Sekolah (PTS). Apabila mengemuka
dicermati, karena
kecenderungan
jenis
penelitian
baru ini
ini
mampu
menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai 32
indikator
keberhasilan proses dan hasil pembela
jaran yang terjadi pada peserta didik atau keberhasilan proses
dan
hasil
implementasi
berbagai
program
sekolah.
2.6 Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya tentu ada yang relevan dengan
penelitian
yang
peneliti
tulis,
penelitian
tersebut bisa digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini. Ada 5 penelitian yang mempunyai kesamaan dengan penelitian yang peneliti kaji antara lain: 1. Peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan silabus dan RPP melalui pendampingan profesional dengan pendekatan kooperatif di SD daerah binaan V Cabang Dinas P dan K Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes pada semester I tahun pelajaran 2008/2009 oleh Salimudin terjadi peningkatan 13,44% dari siklus 1. Penelitian ini mempunyai kesamaan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam
menyusun
Perbedaannya digunakan
perancanaan
terletak yaitu
pada
pembelajaran. tindakan
menggunakan
yang
kegiatan
pendampingan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah bersama guru. 2. Upaya
peningkatan
menyusun (RPP)
Rencana
melalui
minat
dan
kemampuan
Pelaksanaan
Pembelajaran
supervisi
akademik
bagi
guru
SDNegeri Kauman 02 semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 oleh Nur Sa’adah, S.E Dinas Pendidikan 33
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Batang dari nilai rata-rata 57,8 pada kondisi awal, menjadi 59,6 pada siklus 1 dan 63,3 pada siklus 2. 3. Peningkatan
Kemampuan
Pelaksanaan Akademik
Rencana
Melalui
Supervisi
Pembelajaran
Bagi
Kecamatan
Menyusun
Guru
Sayung
SD
Negeri
Kabupaten
Tambakroto
Demak
Tahun
Pelajaran 2015/2016 oleh Sugeng Harnanto, S.Pd UPTD
Dikpora
Kecamatan
Sayung
Kabupaten
Demak dari kondisi awal nilai rata-rata 57,9 siklus 1 menjadi 68,7 dan 71,8 pada siklus 2. 4. Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP Kurikulum 2013 Bimbingan Berkelanjutan di SDN
163085
Tebing
Tinggi
tahun
pelajaran
2013/2014 oleh T. Sitorus terjadi peningkatan 14% dari siklus 1”. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013. Perbedaan terletak pada kegiatan tindakan yang dilakukan kalau
penelitian
sebelumnya
menggunakan
bimbingan berkelanjutan yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah sendiri dan memerlukan waktu yang cukup
lama.
Sedangkan
penelitian
ini
mendatangkan narasumber yang berkompeten dan waktu yang diperlukan relatif singkat atau sehari saja. 5. “Training Teachers to Design Interaktive Home Works oleh Battle-Bailey tahun 2013”. Strategi pelatihan guru di sekolah dapat membantu guru dalam menyusun
rancangan 34
pembelajaran.
Rencana
pembelajaran berhasil untuk membantu peserta didik dan orang tua mengembangkan disposisi positif untuk kegiatan belajar di rumah. Kesamaan dengan penelitian ini menggunakan tindakan yang sama dalam meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana pembelajaran. “Instructional design using an in-house built teaching assistant robot to enhance elementary school Englishas-a-foreign-language learning oleh Wen Chi Vivian tahun 2013”. Makalah pada jurnal internasional ini menyajikan kegiatan
pelatihan
untuk
rencana
pelaksanaan
pembelajaran dalam program bahasa Inggris mutakhir di sekolah dasar. Peserta didik SD Senang dengan Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Taiwan dan terjadi interaksi komunikatif dengan guru. Secara umum penelitian sebelumnya mempunyai kesamaan
dalam
meningkatkan
kompetensi
guru
dalam menyusun RPP. Penelitian ini dengan keadaan yang berbeda menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lokasi
penelitian. Penelitian ini
lebih fokus pada
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP (KTSP)
tahun
2006,
sedangkan
tindakan
yang
dilakukan “Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Melalui Pendampingan Untuk Meningkatkan Kompetensi
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran Guru di SD Negeri Purworejo 3 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak”. Karena sebagian besar guru di sekolah tempat penelitian mempunyai bekal
35
kompetensi pedagogik dalam menyusun RPP yang cukup baik.
2.7 Kerangka Berpikir Kondisi
nyata
di
SD
Negeri
Purworejo
3
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, sebagian besar guru belum memenuhi tuntutan kompetensi guru secara penuh. Misalnya menyusun RPP, penggunaan RPP dalam proses belajar mengajar, penggunaan alat peraga
atau
evaluasi
sarana
pembelajaran
prasarana, belum
dan
pelaksanaan
terlaksana
secara
maksimal. Melihat kenyataan yang ada tersebut, masih kurang dari harapan yang diinginkan sekolah, sehingga kepala sekolah bersama guru mengupayakan kondisi pembelajaran di kelas secara baik dan maksimal. Dengan
mengadakan
supervisi
akademik
melalui
pendampingan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh guru
untuk
mengadakan
peningkatan
kinerja
diharapkan akan tercipta kinerja guru yang lebih baik, aktif,
dan
kreatif.
Langkah
yang
kepala
sekolah
lakukan untuk mencapai harapan tersebut dengan melakukan supervisi akademik melalui pendampingan untuk meningkatkan kinerja guru dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
KTSP,
mengelola pembelajaran, serta membangun komitmen guru untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya. Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut:
36
Gambar: 2.1 Kerangka berpikir
TAHAP PERTEMUAN AWAL 1. Menganalisis rencana supervisi 2. Menetapkan bersama aspek yang akan disupervisi
TAHAP OBSERVASI SUPERVISI 1. Mencatat peristiwa selama observasi supervisi 2. Catatan obyektif dan selektif
TAHAP TEMUAN BALIKAN 1. Mencatat hasil supervisi bersama guru 2. Menganalisis perilaku guru 3. Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu keterampilan menyusun RPP selanjutnya
Sumber: (Makawimbang, 2013: 39
2.8 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas maka peneliti mengambil kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut: “Supervisi akademik kepala 37
sekolah melalui pendampingan dapat meningkatkan kompetensi
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran bagi guru di SD Negeri Purworejo 3 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak semester 2 tahun pelajaran 2015/2016”.
38