BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Perawat 1. Pengertian Peran Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang besifat stabil (Kozier dan Barbara, 1995). Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005). Menurut (Lokakarya Nasional,1996) Peran perawat adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan,sebagai pendidik dalam keperawatan, peneliti dan pengembangan keperawatan. atau peran perawat adalah cara untuk menyatakan
aktivitas
perawat
dalam
praktek,dimana
telah
menyelesaikan pendidikan formalnya diakui. Setiap peran memiliki 3 elemen, yaitu (Blais, 2006) : a. Peran ideal Peran ideal mengacu pada hak dan tanggung jawab terkait peran yang secara sosial dianjurkan atau disepakati. b. Peran yang dipersepsikan Peran yang mengacu pada bagaimana penerimaan peran (orang yang menerima peran) percaya dirinya harus berperilaku dalam peran tersebut. c. Peran yang ditampilkan Peran yang mengacu pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh penerima peran.
7
8
2. Pengertian perawat Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai pendidikan dalam sistem pelayanan kesehatan. Kedudukannya dalam sistem ini adalah anggota
tim
kesehatan
yang
mempunyai
wewenang
dalam
penyelenggaraan pelayanan keperawatan (Kozier, Barbara 1995).
3. Peran Perawat di Rumah sakit Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008)terdiri dari : a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan. b. Peran sebagai advokat pasien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi. c. Peran edukator Peran
ini
dilakukan
dengan
membantu
pasien
dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
9
d. Peran koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien. e. Peran kolaborator Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lainlain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. f. Peran konsultan Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. g. Peran pembaharu Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Peran adalah sebagian dari perilaku, menurut Green Lawrence (1990) dalam (Notoatmojo, 2003) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: a. Predisposing factors Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
10
sebagainya, faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku maka sering disebut faktor pemudah. b. Enabling factors Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, bagi masyarakat misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja. Ketersedian makanan yang bergizi dan sebagainya. Temasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan, praktek swasta dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pen-dukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terjadinya perilaku kesehatan maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. c. Reinforcing factors Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitaf saja melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.
B. Personal Hygiene Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003)
11
C. Perineal Hygiene 1. Pengertian Perineal Hygiene Perineal hygiene merupakan salah satu bagian dari perawatan diri selain mencuci tangan, mandi secara teratur, menyikat gigi secara teratur, membersihkan hidung dan perawatan kuku. Tujuan perineal hygiene adalah untuk mencegah terjadinya infeksi dan meningkatkan kenyamanan (Kozier et, al, 2004) ( Price and Wilson, 1995) menjelaskan individu dengan perineal hygiene yang baik diharapkan tidak akan mengalami gejala-gejala infeksi organ reproduksi yang meliputi : keluar cairan yang banyak, bau, dan bernanah dari vagina; kemerahan dan gatal; dan rasa tidak nyaman pada daerah kemaluan; masalah-masalah pada saat buang air kecil; terjadi perdarahan diantara dua waktu menstruasi; nyeri perut bagian bawah yang parah dan terus-menerus; nyeri ringan dan singkat.
2. Perineal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaanya Menurut
(Alimul, 2006) personal hygiene berdasarkan waktu
pelaksanaannya dibagi menjadi empat yaitu: Perawatan dini hari merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak mampu ambulasi. Perawatan pagi hari merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK). Perawatan siang hari merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang dimana pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali menjalani banyak tes diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari.
12
Perawatan menjelang tidur merupakan personal hygiene yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK).
D. Kateter 1. Pengertian Kateter adalah sebuah alat berbentuk pipa yang dimasukkan ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk mengeluarkan urine yang terdapat di dalamnya. Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine (Perry & Potter, 2000). 2. Indikasi dan Kontra Indikasi Kateterisasi dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan jiwa, khususnya bila saluran kemih tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi karena adanya gangguan pada otot sfingter (Brunner & Suddarth, 2000). Kateterisasi juga dapat digunakan dengan indikasi lain yaitu: penderita kehilangan kesadaran; persiapan operasi atau pasca operasi besar; pada kondisi terjadinya retensi atau inkontinensia urine; penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih; atau jika dilakukan pencucian kandung kemih (Stevens, 1999). Kateterisasi kandung kemih khususnya kateterisasi uretra tidak boleh dilakukan pada penderita yang mengalami cedera uretra dan/atau pasien yang mampu untuk berkemih spontan (Brunner & Suddarth, 2000)
13
3. Tujuan Katerisasi Perkemihan Kateter urine bertujuan untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih; mendapatkan urine steril untuk pemeriksaan,
pengkajian
residu
urine;
menghasilkan
drainase
pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat; mengatasi obstruksi aliran urine; mengatasi retensi atau inkontinensia urine; atau menyediakan cara-cara untuk memantau pengeluaran urine setiap jam pada pasien yang sakit berat (Brunner & Suddarth, 2000)
4. Komplikasi a. Gerakan kateter mendalam dan keluar dari uretra menyebabkan friksi, iritasi, dan trauma jaringan pada orifisium meatus (dari bakteria pada permukaan eksterior kateter yang mendapat akses kedalam kandung kemih atau dari sekresi yang telah mengalami kolonisasi pada tempat tersebut). b. Kontaminasiport drainase kantung dan tangan, urinometer, atau wadah pengukuran urine. c. Jika kateter diplester pada laki-laki terjadi fistula pada jaringan penosakral. d. Aliran balik urine yang terkontaminasi dari kantung drainase jika kantung. e. Selang yang tertekuk atau tersumbat mempengaruhi aliran urine dan menyebabkan statis. f. Akumulasi eksudat, faeses, atau enkrustasi disekitar kateter menetap menyebabkan iritasi atau mempertinggi pertumbuhan bakteri (Djoyosugito, 2001)
14
E. Kerangka Teori
Peran perawat dalam pelaksanaan perineal hygiene : -
Faktor Predisposisi : - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Keyakinan - Nilai-nilai - Umur - Pendidikan - Lama Kerja
Peran pemberi asuhan keperawatan Peran Edukator Peran Advokat Peran Kolaborator Peran Koordinator Peran Konsultan Peran Pembaharu
Faktor Pendorong : Faktor Pendukung : - Fasilitas - Protap
-
Predisposing factors Enabling factors Reinforcing factors
Modifikasi : Green (1990) dalam Notoatmojo(2005) & Hidayat (2007)