BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Bank Umum Konvensional
2.1.1.1 Pengertian Bank Umum Konvensional Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan dalam menyimpan dana-dananya dan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang disediakan. Bank memberikan kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua faktor perekonomian. Berikut adalah penjelasan mengenai pengertian Bank: Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (pasal 1 ayat2) menyatakan: “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan: “Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Berdasarkan beberapa definisi bank yang lainnya dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang dikemukakan oleh para ahli:
19
Menurut Kasmir (2003:11) menyatakan: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Menurut Hasibuan (2002:2) menyatakan: “Bank adalah perantara keuangan masyarakat yaitu perantara dari mereka yang kelebihan uang dengan yang kekurangan uang”. Dari pengertian diatas dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan atau badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan yang memiliki 3 (tiga) kegiatan utama yaitu: menghimpu dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa kepada bank lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam membangun ekonomi. Bank bukan hanya sebagai lembaga menghimpun dana, menyediakan dana dalam masyarakat, akan tetapi bank juga merupakan suatu lembaga yang memberikan motivasi dan mendorong terciptanya berbagai kegiatan ekonomi.
2.1.1.2 Jenis Bank Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”(2003;20) perbedaan sejenis perbankan ini dapat dilihat dari
20
segi fungsinya, kepemilikan, status, dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya.Sedangkan dari segi kepemilikan perusahaan dapat dilihat dari pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya.Dari segi status dilihat dari pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara Bank Konvensional berdasarkan bunga dan Bank Syariah berdasarkan bagi hasil. Menurut (Kasmir, 2008:34) adapun jenis perbankan ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi fungsinya. 1) Bank Umum Bank
umum
menurut
Peraturan
Bank
Indonesia
No.
9/7/PBI/2007 adalahbank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2) Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. 3) Bank Sentral Fungsi bank sentral di Indonesia di pegang oleh Bank Indonesia(BI), Bank Sentral tidak termasuk kedalam undang-undang Republik
21
Indonesia No.10 tahun 1998 tentang perbankan hal ini dikarenakan pada prinsipnya Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang turut berfungsi mengawasi pelaksanaan Undang-Undang tersebut, yaitu dalam kapasitasnya selaku pembinaan dan pengawas bank. Bank Sentral bersifat tidak komersial seperti halnya Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 2. Dilihat dari Segi Kepemilikan. 1) Bank Milik pemerintah Akte maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah, antara lain :Bank Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara(BTN). 2) Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank swasta nasional antara lain:Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Duta. 3) Bank milik Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.Jelas kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh Bank Asing antara lain:Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, Hongkong Bank.
22
4) Bank Milik Campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:Bank Sakura Swadarma Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Interpacific Bank. 5) Bank Milik Koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum Koperasi Indonesia. 3. Dilihat dari Segi Status 1) Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang behubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. 2) Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya Bank Devisa. Jadi Bank Non Devisa merupakan kebalikan daripada Bank Devisa, transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara.
23
4. Dilihat dari segi menentukan harga 1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu: a. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula dengan harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah based. b. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:
24
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (misyarakah). 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.1.1.3 Kegiatan Operasional Bank Konvensional Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank tidak akan lepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan secara sederhana adalah sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya, hal ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank, yaitu menghimpun dana melalui simpanan dan kemudian menyalurkan dana kepada masyarakat umum melalui kredit atau pinjaman. Menurut Kasmir (2003:30) kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut: 1.
Menghimpun dana (funding). Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan yaitu simpanan giro, tabungan, dan simpanan deposito.
25
2.
Menyalurkan dana (lending). Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank 25melalui pemberi pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit.
3.
Memberikan jasa-jasa Bank lainnya (service). Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi kiriman uang, kliring, inkaso, kartu kredit, dan jasa-jasa lainnya. Secara singkat kegiatan bank sebagai lembaga keuangan melalui gambar 2
berikut ini.
Bank
Menghimpun dana
Menyalurkan dana Gambar 2.1 Kegiatan Bank
26
Jasa-jasa lainnya
2.1.1.4 Fungsi dan Peranan Bank Fungsi dan peranan bank menurut Kasmir dalam “Perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana”. Secara lebih rinci dapat dikatakan bahwa fungsi-fungsi dan peranan bank adalah : 1. Nasabah (Masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uang di bank, dalam hal ini nasabah sebagai penyimpan dan bank yang menerima titipan simpanan sebagai pembeli dana. Nasabah dapat memilih simpanan dananya dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. 2. Nasabah akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga dari bank konvensional atau bagi hasil dari bank yang berdasarkan prinsip syariah. 3.
Oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah yang bersangkutan akan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman atau kredit.
4. Masyarkat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank akan mengembalikan pinjaman tersebut disertai dengan bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus untuk bank yang berprinsip syariah, pengembalian pinjaman disertai dengan sisitem bagi hasil sesuai hukum islam. Secara singkat fungsi bank sebagai perantara keuangan dapat dilihat pada gambar berikut ini :
27
FUNGSI BANK
Masyarakat 27 yang kelebihan dana
Beli
Masyarakat yang kekurangan
Jual Dana
Dana Giro
Pinjaman(Kredit
Tabungan Deposito
Gambar 2.2 Fungsi Bank Sebagai Perantara Keuangan Sumber: Kasmir”Dasar-Dasar Perbankan”(2006:5)
2.1.2
Bank Umum Syariah
2.1.2.1 Pengerian Bank Syariah Bank syariah dikenal juga dengan nama bank islam dalam berbagai media massa, buku, maupun publikasi umum. Hal ini dikarenakan bank syariah mengacu pada ajaran islam. Menurut
Perwataatmadja
dan
Syafi’I
Antonio
(1999:1-2)
mengemukakan bahwa: “Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam yang tata cara operasinya mengacu kepada ketentuanketentuan Al-Quran dan Hadist. Bank yang beroperasi sesuai prinsipprinsip syariah Islam adalah bank dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam khususnya menyangkut tata-cara bermuamalat secara islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Dalam tata cara beroperasinya mengikuti suruhan dan larangan itu, maka yang dijauhi adalah praktek-praktek yang mengandung unsur riba sedang yang diikuti adalah praktek-praktek usahayang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Beliau.”
28
Dalam Undang-Undang No.21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Pasal 1 Poin & dinyatakan Bank Syariah adalah : “Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah” Dalam Undang-Undang no 10 tahun 1998 pasal 1 poin 13 dinyatakan Prinsip Syariah adalah : “Prinsip Syariah adalah sistem perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau kegiatan pembiayaan usaha, kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabakah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).” Jadi dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam.
2.1.2.2 Karakteistik Perbankan Syariah Menurut Undang-Undang no 10 tahun 1998 tentang perubahan UndangUndang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut
29
Muhammad (2005:78) dalam menjalankan aktivitasnya Bank Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Prinsip keadilan Dengan sistem operasional berdasarkan ‘profit and loss sharing system’, Bank
Syariah
memiliki
kekuatan
tersendiri
yang
berbeda
dari
konvensional.Perbedaan ini nampak jelas bahwa dalam sistem bagi hasil terkandung dimensi keadilan dan pemerataan.Apabila merujuk pada strategi keunggulan bersaing (competitive advantage strategy) Michael Porter, maka sistem bagi hasil (profit and loss sharing) merupakan strategi diferensiasi yang menjadi kekuatan tersendiri bagi lembaga yang berangkutan untuk memenangkan persaingan yang kompetitif. 2. Prinsip Kesederajatan Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupuun bank. Dengan sistem bagi hasil yang diterapkannya, Bank Syariah mensyaratkan adanya kemitraan nasabah harus sharing the profit and the risk secara bersama-sama. 3. Prinsip ketentraman Sebagai lembaga ekonomi, tujuan pendirian bank syariah adalah menciptakan keseimbangan social ekonomi masyarakat agar mencapai ketentraman.
Karena
itu,
produk-produk
30
Bank
Syariah
harus
mencerminkan world view Islam atau sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah islam.
2.1.2.3 Produk bank Syariah Dalam rangka melayani masyarakat, terutama masyarakat muslim, bank syariah menyediakan berbagai macam produk perbankan. Produk-produk yang ditawarkan sudah tetu islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Menurut Kasmir (2008:189), berikut ini jenis-jenis produk bank syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut: 1. Al-wadiah (simpanan) Al-wadiah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan. Prinsip Alwadiah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perseorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip mengehendaki. 2. Pembiayaan dengan bagi hasil Penyaluran dana dalam bank konvensional, kita kenal dengan istilah kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah dalam penyaluran dana yang kita kenal adalah pembiayaan. Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam bank syariah tidak ada istilah bunga, tetapi yang diterapkan adalah bagi hasil yang diterapkan dalam 4 pembiayaan yaitu : 1) Al Musyarakah Al Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan
31
dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko di tanggung bersama sesuai kesepakatan. 2) Al Mudharabah Al Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Mudharabah Mutlaqah: Dimana shahibul maal memberikan keleluasaan
penuh
kepada
pengelola
(mudharib)
untuk
mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf). b. Mudharabah Muqayyadah: Dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. 3) Al-Muza’arah Al-Muza’arah merupakan kerja sama pengelolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang platation atas dasar bagi hasil
32
panen.Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk.Sedangkan penggarap menyedakan keahlian, tenaga, dan waktu.Keuntungan diperoleh dari hasil panen dengan imbalan yang telah disepakati. 4) Al-Musaqah Al-Musaqah merupakan bagian dari Al-Muza’arah, yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari presentase hasil pertanian. 3. Bai’al Murabahah Bai’al Murabahah adalahjual beli barang pda harga asal dengan tambahan keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari’ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan. 4. Bai’as-Salam Bai’as Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran dilakukan di muka dengan ketentuan si pembeli membayar saat ini untuk barang yang akan diterimanya di masa mendatang.
33
5. Bai’Al Istihna Bai’Al Istihna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah di sepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atsa harga serta sistem pembayaran di lakukan di muka, melalui cicilan atau di tangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang. 6. Al-Ijarah (Leasing) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. 7. Al Wakalah (Amanat) Al wakalah adalah penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandate dari satu pihak ke pihak lain. 8. Al-Kafalah (Garansi) Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
34
9. Al-Hawalah Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. 10. Ar-Rahn Ar-Rahn merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan.Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.
2.1.2.4 Fungsi Bank Syariah Bank syariah memiliki beberapa fungsi yang berbeda dengan bank konvensional, fungsi bank syariah juga merupakan karakteristik Bank Syariah. Dengan diketahui fungsi Bank Syariah yang jelas akan membawa dampak dalam pelaksanaan kegiatan usaha Bank Syariah. Banyak para pengelola Bank Syariah yang tidak memahami dan menyadari fungsi Bank Syariah ini yang menyamakan dengan fungsi dengan fungsi Bank Konvensional sehingga membawa dampak dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Syariah yang bersangkutan. Menurut Wiroso (2005:4) terdapat empat fungsi Bank Syariah, dari empat fungsi Bank Syariah berikut akan dibahas dua, yaitu: 1. Manajer Investasi Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehatihatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Bank syariah bisa
35
melakukan fungsi ini berdasarkan kontrak Mudharabah. Bank (di dalam kapasitasnya sebagai seorang Mudharib yaitu seseorang yang melakukan investasi dana-dana pihak lain). 2.
Investor Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan Syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah tersebut meliputi akad Murabahah, sewa-menyewa, musyarakah, akad Mudharabah, akad Salam atau Istisna, pembentukan perusahaan, dll. Disamping
dua
fungsi
lainnya,
yaitu
fungsi
sosial
dan
jasa
keuangan(perbankan).
2.2
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Menurut Muhammad (2005), paling tidak ada tiga prinsip dalam
operasional bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional, terutama dalam pelayanan terhadap nasabah, yang harus dijaga oleh bankir, yaitu: 1. Prinsip keadilan, yakni imbalan atas dasar bagi hasil dan margin keuntungan ditetapkan atas kesepakatan bersama antara bank dan nasabah,. 2. Prinsip kesederajatan, yakni nasabah penyimpan dana dan bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap resiko dan keuntungan yang berimbang. 3. Prinsip ketentraman, bahwa produk bank syariah mengikuti prinsip dan kaidah muamalah islam (bebas riba dan menetapkan zakat harta).
36
Syafi’I Antonio (2001:34) menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, yaitu : Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional No 1 2
Bank Syariah
Bank Konvesional
Melakukan investasi-investasi
Investasi yang dilakukan berdasarkan
berdasarkan prinsip syariah.
sistem bunga.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual Memakai bunga. beli, sewa.
3
Profit oriented dan falah (falah
Profit oriented.
berarti mencari kemakmuran didunia dan di akhirat). 4
Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan hubungan kemitraan.
5
dengan
nasabah
dalam
bentuk hubungan debitur dan kreditur.
Penghimpun dana dan penyaluran Tidak terdapat dewan sejenis. dana harus seusai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
2.3
Laporan Keuangan Bank
2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan Bank Menurut Harahap (2002:7) mengemukakan bahwa: “Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.” Dalam laporaan keuangan yang termuat informasi mengenai jumlah
kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (disisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca.
37
Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasilhasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.
2.3.2
Tujuan Laporan Keuangan Bank Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan bank menurut Kasmir
(2003:240) adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenisjenis kewajiban baik jangka pendek(lancer) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.
38
7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan. Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan perusahaan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan tergantung dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen.
2.3.3
Pihak-pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan Bank Dalam praktiknya pembuatan laporan keuangan ditunjukan untuk
memenuhi kepentingan berbagai pihak, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank akan memberikan manfaat ke berbagai pihak. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh bank. Menurut Kasmir (2006:241) pihak-pihak yang memiliki kepentingan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Pemegang saham Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk memenuhi kemajuan yang dipimpin dalam suatu periode. 2. Pemerintah Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan yang bersangkutan.Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap
39
kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang ditetapkan. 3. Manajemen Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan.Kemudian juga untuk menilai kerja manajemen dalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya. 4. Karyawan Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peingkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya. 5. Masyarakat luas Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank.Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan.
2.3.4
Jenis-Jenis Laporan Keungan Bank Sama seperti lembaga keuangan lainnya, bank juga memiliki beberapa
jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PSAK.Artinya laporan keuangan ini dibuat sesuai dengan standar yang ditentukan. Dimana menurut Kasmir (2004:242) jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud sebagai berikut : 1. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan pada bank pada tanggal tertentu.Posisi keuangan ini dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. 2. Laporan Komitmen dan Kontijensi
40
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitme kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repurchase Agreement (Repo), sedangkan laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergatung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa mendatang. 3. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. 4. Laporan Arus kas Laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan. 5. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan salah satu unsur laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas (LAK) dalam rangka pengungkapan yang memadai.
41
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.Laporan
Keuangan
Konsolidasi
adalah
Laporan
yang
menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan)
seakan-akan
entitas-entitas
individual
tersebut
merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan.
2.4
Kinerja Keuangan Bank
2.4.1
Pengertian Kinerja Keuangan Bank Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, Kinerja merupakan suatu kondisi
yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari kebijakan operasional. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.Selain itu, tujuan pokok organisasi dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan.Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
42
Menurut Sucipto (2003) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya. Dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, terdapat berbagai metode dan cara yang dapat dipilih dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan tersebut. Dalam dunia perbankan, pengukuran tingkat kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Seperti yang telah disebutkan diatas, kinerja perusahaan (dalam hal ini bank) dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan, salah satunyadengan menggunakan analisis CAMELS.
2.4.2
Analisis CAMELS Metode CAMELS merupakan salah satu cara untuk mengukur kesehatan
bank yang digunakan oleh Bank Indonesia. Metode ini digunakan oleh Bank Indonesia untuk menilai beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi kinerja suatu bank. 1.
Capital (Permodalan) Capital adalah kriteria kecukupan permodalan. Digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan Bank Umum dalam mendukung kegiatannya secara efisien.Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber
43
dari dua hal, yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua karena kualitasnya yang cukup buruk. Menurut Martono (2002:88) pada aspek penilaian ini yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank.Penilaian tersebut didasarkan pada Capital Adequency Ratio (CAR) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Permodalan yang cukup adalah berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup resiko yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam akktiva-aktiva produktif yang mengandung risiko serta membiayai penanaman dalam benda tetap inventaris. Menurut Hasibuan (2005:58) menjelaskan bahwa CAR yang didasarkan pada standar BIS (Bank for International Sattlements) adalah 8%. Hal ini merupakan salah satucara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai apa belum. Jika modal rata-rata suatu bank yang lebih dari bank lainnya maka bank tersebut akan lebih solvabilitasnya. Ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk (Hasibuan,2002:88) : 1) Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan. 2) Melindungi dana pihak ketiga pada bank yang bersangkutan. 3) Untuk memenuhi standar BIS perbankan International dengan formula sebagai berikut : a.
4% modal ini terdiri dari Shareholder Equity, PreferedStock, dan Freereservers.
b.
4% modal sekunder yang terdiri dari Subordinate debt, Loan Loss Provission, Hybird Securities dan Revolution Reserves.
44
Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi CAR sebesar 8% disamping diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank, juga dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank. Dalam menilai aspek permodalan Bank Indonesia menggunakan rumus sebagai berikut : x 100%
CAR = Keterangan :
Modal adalah harga yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.
ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) adalah aktiva yang tercantum dalam neraca tercermin dalam kewajiban yang bersifat kesinambungan dan atau komitmen yang disediakan bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada golongan nasabah penjamin serta bersifat agunan. Dalam menambahkan bahwa untuk kredit-kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, bobot resiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan.
2.
Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif) Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality) yaitu tolok ukur untuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif (pokok termasuk bunga) berdasarkan kriteria tertentu; di Indonesia,
kualitas
aktiva
produktif
dinilai
berdasarkan
tingkat
keter(tagihan)nya, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, atau kredit macet. Pembedaan tingkat kolektibilkitas
45
tersebut
diperlukanuntuk
mengetahui
besarnya
cadangan
minimum
penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang terjadi. Berdasarkan pakfeb 1991, bank wajib membentuk cadangan tersebut sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif ditambah dengan : a.
3% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancer.
b.
50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan.
c.
100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet.
Menurut Kasmir (2008:51), Penilaian tingkat kesehatan aktiva produktif suatu bank didasarkan pada penilaian terhadap kualitas aktiva produktif terhadap aktiva yang di kuantitaskan dan didasarkan pada dua rasio sebagai berikut: 1. Perbandingan aktiva produktiv yang diklasifikasikan terhadap jumlah seluruh aktiva produktif. 2. Perbandingan cadangan penghapusan aktifa produktif terhdapa aktiva yang diklasifikasikan. 3.
Management (Manajemen) Penilaian factor manajemen merupakan penilaian yang bersifat .Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dapat dilihat dari pendidikan serta pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Unsur-unsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva , manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum yang didasarkan atas jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan Martono (2002:89).
46
4. .Earning Ability (Rentabilitas) Menurut Bank Indonesia yang ditetapkan SK Direksi BI No 39/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 rentabilitas diartikan sebagai berikut : “Rentabilitas adalah pengukuran tingkat efisiensi kegiatan bank dalam memperoleh laba. Rentabilitas merupakan kemampuan yang penting bagi perusahaan karena tidak hanya sebagai salah satu indikator kesehatan aspek keuangan, rentabilitas juga berguna dalam penentuan return yang cukup sehingga dapat menjaga arus sumber modal yang baik.” Sedangkan menurut Martono(2002:91) pada aspek rentabilitas yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang ingin dicapai. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Menurut Martono (2002:91) metode penelitiannya dapat diukur melalui. a. Rasio laba terhadap total assets yang bisa disebut dengan Return On Assets(ROA), yang dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : €
ROA =
•‚ƒ „
ƒ
x100 %
b. Rasio laba terhadap equity capital atau Return On Equity (ROE), yang dapat diukur menurut rumus berikut ini : ROE =
†‡„•ˆ ‰‚Š
x100 %
c. Rasio beban Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: BOPO =•
‹ ŒŠ
Υ
Ž
ƒ Œ•
•‚Œ Ž
•‚Œ
x100 %
47
5.
Likuiditas (Liquidity) Loan to Deposit Ratio adalah perbandingan antara kredit yang diberikan
dengan dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya). Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut : LDR =
•‚ƒ ‘Ž Š•ƒ
x100 %
LDR memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. LDR ini menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank yang berjangka waktu agak panjang. Dimana menurut Kasmir (2008:51) Suatu bank dapat dikatakan likuid, apakah bank yang bersangkutan dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan,giro dan deposito pada saat ditagihh dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank umumuntuk memberikan kredit. Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. b. Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to
48
deposit ratio suatu bank adalah sekitar 80%.Namun batas toleransi berkisar antara 85% sampai 100%. 6.
Sensitivity of Market Risk (Sensitivitas Terhadap Risiko) Penilaian terhadap faktor sensitivity of market risk adalah kemampuan modal bank dalam menutupi potensi kerugian akibat terjadinya fluktuasi atau adverse movement pada tingkat suku bunga dan nilai kurs serta nilai tukar.Penilaian terhadap faktor ini tidak terpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank, tetapi berpengaruh terhadap kelima faktor kesehatan bank lainnya yang dikenal dengan CAMELS.
49