BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin yaitu communis
yang berarti “sama”, communico,
communication atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.2 Everet M Rogers3 seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud utuk mengubah tingkah laku mereka. Kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D.Lawrence Kincaid sehingga melahirkan definisi komunikasi adalah suatu proses diaman dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
2
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. 2010 hal 46
3
Hafied Cangnara. Penghantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2006 Hal 19
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian pengertian antar
individu. Komunikasi PR merupakan suatu proses yang mencakup
suatu pertukaran fakta, pandangan, dan gagasan diantara suatu bisnis atau organisasi tanpa laba dengan publik-publiknya untuk mencapai saling pengertian.4 Dilihat dari dua pengertian komunikasi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi itu merupakan proses penyampaian pengertian untuk pertukaran informasi dapat melalui berbagai macam cara seperti kata-kata, gambar figure, grafik, dan sebagainya yang dianggap sebagai rangsangan dan diharapkan adanya pendapat dan tingkah laku yang sama terhadap maksud dari pesan atau informasi yang disampaikan. Dengan bahasa yang lebih sederhana, proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Hal yang teramat penting bagi seorang Public Relations Officer adalah harus mahir dalam berkomunikasi agar tujuan bisa dicapai secara efisien dan efektif komunikasinya dengan sasaran khalayak dapat menjamin opini publik 4
Moore Frazier. Membangun Citra dengan Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2005 hal 86
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
dengan baik. “Apapun bentuk pesan yang akan disampaikannya, yang terpenting dia harus tahu apa dan mengapa dari kata-kata serta kalimat yang akan diucapkannya,”Ujar Newton N. Siegried, 1981.5 Divhumas Polri pun sebagai Public Relations Officer menggunakan komunikasi sebagai senjata utamanya untuk menggiring opini publik kearah yang mereka miliki. Pesan yang di sampaikan Divhumas Polri menggunakan media yaitu jejaring sosial samata untuk mendapatkan feedback yang akan menunjang tujuan akhir dari sebuah organisasi. Organisasi ini pun sudah merancang pola komunikasi apa yang akan di sampaikan kepada masyarakat dan mengetahui mengapa mereka harus mengkomunikasikannya. Hal ini untuk membantu organisasi mengenai seberapa efektifkah pesan yang di sampaiakan oleh organisasi dengan bentuk komunikasi yang mereka sampaikan. Sehingga tidak ada senjata ampuh manapun atau semahal apapun selain komunikasi untuk menjangkau publik secara langsung dan cepat karena dari komunikasilah organisasi bisa bertahan dan meraih serta mendapatkan tujuan organisasi.
5
Ibid hal 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.1.1. Unsur-unsur Komunikasi Shannon dan Weaver6 menyatakan bahwa “terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, tujuan”, berdasarkan lima unsur yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver, dapat diketahui dengan jelas mengenai bagian-bagian penting yang membentuk proses komunikasi. Selanjutnya Lasswell memaparkan unsur-unsur komunikasi yang terdapat di dalam proses komunikasi sebagai berikut:7 1.
Sumber (Source, Sender, Communicator) Disebut juga komunikator yang menjadi pencetus terjadinya komunikasi. Dalam realita, kamunikator bisa berupa penemu, pemimpin, bahkan di era komunikasi horizontal ini komunikator bisa jadi orang-orang awam yang menyebarkan berita melalui internet.
2.
Penyandian (Encoding)
6
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesai. 2004 hal 15
7
Onong Uchajana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003 hal 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Penyandian adalah proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang atau symbol tertentu. 3.
Pesan (Message) Pesan adalah gagasan, informasi, ide yang hendak disampaikan oleh komunikator. Isinya berupa ilmu, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda, bersifat informative, persuasive, dan koersif.
4.
Media (Channel) Media adalah saluran komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi. Jenis media yang dipakai sangat penting demi menjangkau target audiens yang ingin dicapai. Untuk itu, kegiatan segmentasi audiens dan media sangat penting.
5.
Pengawasandian (Decoding) Pengawasandia adalah proses dimana komunikan mengartikan atau memberi makna pada setiap simbol yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6.
Komunikan (Audience, Receiver)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Penerima disebut juga komunikan yang menjadi sasaran dan hendak diubah pola pikir, perilaku, ataupun persepsinya. Komunikan hadir sebagai unsur komunikasi yang memiliki latar belakang, karakter, dan kebutuhan tertentu. 7.
Respon (Response) Efek adalah seperangkat reaksi pada komunikan sebagai akibat dari proses komunikasi. Efek ini mencakup kognitif, afektif, dan perilaku komunikan.
8.
Umpan balik (Feed Back) Umpan balik adalah respon komunikan terhadap pesan yang diterima. Umpan balik ini bisa bersifat positif (menyetujui pesan yang dikirimkan) atau negatif (menolak pesan yang dikirmkan). Umpan balik ini bisa berwujud verbal maupun nonverbal. Karena pada dasarnya umpan balik ini adalah informasi maka umpan balik ini dapat memicu kembali terjadinya proses komunikasi.
9.
Gangguan (Noise) Gangguan yang tidak terencana dapat terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
komunikan yang berada maknanya seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. 2.1.2
Fungsi Komunikasi Kita melakukan komunikasi untuk mengungkapakan identitas diri dan membangun hubungan sosial, serta berusaha menyamakan persepsi dengan orang lain supaya berfikir dan berperilaku sama dengan yang kita inginkan. “Tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita”.8 George
Herbert
Mead9
mengatakan
setiap
manusia
mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. Sehingga setiap manusia bisa mengenal dirinya sendiri melalui orang lain yang menjadi cermin untuk memantulkan bayangan dirinya sendiri. Mengingat demikian besarnya peran komunikasi dalam kehidupan manusia baik itu untuk meningkatkan kualitas pribadi manusia
hingga
mengendalikan
lingkungan,
pada
akhirnya
komunikasi dipelajari dalam setiap aspek kehidupan manusia seperti politik, psikologi, ataupun ekonomi dalam hal pemasaran. 8
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2000 hal 8
9
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. 2010 hal 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Fungsi komunikasi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dana lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi dana dan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup10 Fungsi komunikasi tersebut adalah : a.
Mempengaruhi (Persuasi) Komunikasi yang dilakukan setiap orang, dapat memberikan suatu bujukan atau pengaruh terhadap orang lain. Divhumas Polri menggunakan media komunikasi offline merupakan implementasi dari fungsi komunikasi pada poin ini, dimana fungsi ini digunakan untuk mengajak publik dengan menggunakan sebuah informasi yang di dalamnya sudah terdapat unsur-unsur yang akan mempengaruhi kognitif mereka secara tidak langsung.
b.
Menyampaikan informasi (Informatif) Dengan
adanya
komunikasi,
seseorang
mengetahui apa yang dia ketahui kepada orang lain.
10
Hafid Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo. 2004 hal 55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat
22
Komunikasi juga di gunakan Divhumas Polri untuk menyampaikan informasi yang di butuhkan oleh khalayak. Penyampaian informasi menjadi unsur yang penting karena dengan ini khalayak dapat mengetahui apa saja yang di kerjakan oleh abdi Negara ini. Fungsi ini seakan sudah menjadi kebutuhan publik terhadap organisasi yang hidup di tengah-tengah mereka. Karena mereka akan menuntut dengan cara yang tidak bisa di prediksi untuk menuntut sebuah organisasi jika sebuah organisasi tidak menerapkan open system. Sehingga organisasi yang ingin berlangsung dengan umur yang lama wajib untuk bertransparansi informasi kepada publiknya baik informasi tersebut positif ataupun negatif. Namun setiap informasi yang di keluarkan juga harus memiliki batasan atau sesuai dengan kebutuhan publik. c.
Mendidik (edukatif) Komunikasi
dapat
menambah
wawasan
serta
pengetahuan kita dalam segala hal. Selain
untuk
mempersuasi
dan
menyampaikan
informasi kepada piblik. Divhumas Polri juga menggunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
komunikasi untuk mendidik atau mengedukasi khalayaknya di dunia maya. Divhumas Polri menyaring setiap informasi yang akan di publikasikan dan yang terpenting adalah setiap infromasi yang keluar merupakan untuk menambah pengetahuan publik mengenai aktivitas kepolisian dan informasi ini, sudah di sah kan untuk di konsusmsi oleh publik. Jadi pada intinya dengan seluruh fungsi komunikasi diatas, terlihat bahwa komunikasi memang memiliki banyak kegunaan atau peranan yang cukup penting mulai dari kehidupan manusia hingga kehidupan organisasi untuk melakukan interaksi atau hubungan dengan sesama. Dengan melaksanakan fungsi komunikasi diatas, maka kita saling membutuhkan satu sama lain tidak bisa berkerja sendiri 2.1.3. Bentuk Komunikasi Berdasarkan konteks atau tingkatan analisisnya, komunikasi secara umum dibagai dalam lima konteks atau tingkatan, sebagai berikut:11
11
S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. Univ Terbuka. 2012 hal 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
1.
Komunikasi
intra-pribadi
(Intrapersonal
communication)
adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. 2.
Komunikasi
antarpribadi
(Interpersonal
communication)
komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. 3.
Komunikasi kelompok (Group communication) interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
4.
Komunikasi
organisasi
(Organizational
communication)
menunjuk ada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan oraganisasi. 5.
Komunikasi massa (Mass communication) adalah komunikasi melalui media massa yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2.2.
Komunikasi Kelompok Di dalam organisasi sering ditemui adanya komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil, seperti dalam rapat-rapat, konferensi dan komunikasi dalam kelompok kerja. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa kebanyakan organisasi menggunakan kelompok-kelompok dalam pekerjaannya sehari-hari. Divhumas Polri pun menemui adanya kelompok-kelompok kecil pada publiknya di jejaring sosial yang memiliki ketertarikan yang sama mengenai sebuah hal. Kelompok-kelompok ini rasanya perlu di ketahui keberadaannya. Karena tanpa di sadari kelompok ini dapat di jadikan sebagai kepanjangan tangan bagi Divhumas Polri. Pada program yang dimiliki oleh Divhumas Polri yaitu Kopi Darat, dimana banyak kelompok, komunitas, hingga masyarakat dari berbagai kalangan yang menghadiri acara ini untuk bertemu langsung dengan petugas Polri yang berada di balik jejaring sosial Divhumas Polri. Program tersebut dimanfaatkan oleh Divhumas Polri untuk mengenali kelompok-kelompok yang memiliki tingkat ketertarikannya terhadap polri tinggi. Sehingga Divhumas Polri pun bisa memperkirakan informasi apa yang akan di publikasikan dan dapat di sesuaikan tingkat pemahaman kelompokkelompok kecilnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Menurut Shaw (1976)12 ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatkan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan indidvidu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok adalalah salah satu dari sejumlah kecil disiplin ilmu yang mempunyai penerapan dan kritik sebelum mempunyai suatu lingkup yang jelas, teori atau metodologi riset.13 Kuliah-kuliah tentang diskusi sudah sejak empat pulu tahun yang lalu dikembangkan dan diajarkan di berbagai perguruan tinggi. Salah satu alasannya adalah karena para individu dan kelompok ketika telah merasakan adanya kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi kelompok yakni keahlian berfikir reflektif (reflective thinking) mendengar, berbicara, memainkan peran, analisis kasus, menciptakan suasana, kepemimpinan dan sebagainya. Penerapan komunikasi kelompok tidak lagi terbatas pada ruang-ruang kuliah tetapi telah meluas ke dalam konferensi-konferensi dan lokakarya dari 12
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2011 hal 182
13
Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson. Komunikasi Kelompok: Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 2011 hal 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
organisasi-organisasi industri, kelompok-kelompok profesi dan masyarakat. Lokakarya-lokakarya
dan
konferensi-konferensi
ini
membahas
kepemimpinan, penyelesaian konflik, motivasi, hubungan antar pribadi, konsep diri, mawas diri dan berbagai hal lain yang berkaitan denan perkembangan pribadi dan pengembangan kelompok. 2.3.
Hubungan Masyarakat (Humas) Pada dasarnya, humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap oraganisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang besifat nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren dan usaha bersama seperti Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA) pun memerlukan humas. Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif. Arti penting humas sebagai sumber informasi terpercaya kian terasa pada era globalisasi dan “banjir informasi” seperti saat ini. Sama seperti yang di alami oleh Divhumas Polri pada saat zaman dimana organisasi ini menamai divisinya sebagai Divisi Penerangan Umum. Divisi ini dianggap hanya menjadi pemberi informasi tanpa memikirkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
apakah informasi yang diberikan dilihat terlebih dahulu dari segi psikologi komunikasinya atau apakah informasi yang beredar akan menyinggung kelompok yang bersangkutan. Setelah di rasa bahwa hubungan adalah segalanya untuk menunjang keberlangsungan organisasi maka berubahlah menjadi Divisi Humas Polri atau Divhumas Polri. Divisi ini kini menjadi salah satu divisi yang diperhitungkan oleh Polri, karena divisi ini lah yang menjadi jembatan antara Polri dengan masyarakat, sehingga bagaimana pun Divhumas Polri harus menjadi titik yang netral untuk bisa menjembatani maksud dari organisasi dan masyarakat. Humas, yang merupakan terjemahan bebas dari istilah public relations atau PR, kedua istilah ini akan dipakai secara bergantian, itu terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya. Setiap orang pada dasarnya juga selalu mengalami humas, kecuali jika ia adalah sejenis tarzan yang tidak pernah bertemu atau menjalin kontak dengan manusia lainnya. Istilah dasar ini acap kali kabur dan tidak semua orang memahaminya. Demi menghindari salah pengertian, kita bisa melihat makna baku atau definisi dari istilah humas tersebut langsung dari kamus induk yang paling sering dijadikan acuan bagi kalangan praktisi humas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Menurut definisi kamus terbitan Intitute of Public Relations (IPRA). Yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 198714, “humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”. Definisi lain yang diberikan oleh seorang pakar PR dari Inggris, Frank Jefkins15 menyatakan PR terdiri dari semua bentuk komunikasi berencana, baik ke dalam maupun ke luar, anatara sebuah organisasi dengan publiknya dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan khusus mengenai pengertian bersama. Jadi humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Kegiatan humas sama sekali tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau dadakan, melainkan harus diatur hingga menjadi sesuatu yang terencana. Tujuan humas itu sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang
14
M. Linggar Anggoro. Teori & Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara. 2002 hal 2
15
Mahiddin Mahmud. Hubungan Masyarakat. Jakarta: Universitas Terbuka. 2004 hal 1.10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
berkepentingan seperti khalayak atau publiknya untuk mencapai pengertian bersama. 2.3.1
Tujuan Humas Humas pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan humas dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dan perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya. Bila kita bawa ke dalam tujuan humas, maka tujuannya adalah terjaga dan terbentuknya kognisi, afeksi dan perilaku positif public terhadap organisasi atau lembaga.16 Namun, karena kata “hubungan” menunjukan kata kerja aktif, maka harus dilihat tujuan ini berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (organisasi dan publik). Artinya, meskipun humas pada dasarnya “milik” organisasi atau lembaga yang membayarnya, namun tujuan humas hendaknya dipandang sebagai tujuan yang netral atau bersifat katalisator antara tujuan organisasi atau lembaga dengan tujuan publik. Adapun tujuan utama adanya divisi humas pada tubuh Polri yaitu untuk menjadi pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolri. Divhumas Polri memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki oleh divisi lain, karena Divhumas Polri memiliki hak untuk
16
Frida Kusumastuti. Dasar-Dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia. 2004 hal 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
mengkoreksi pimpinan yang bertindak tidak sesuai dengan visi misi Polri. Namun hal tersebut tidak serta merta menjadikan Divhumas Polri bertindak sesuka hati tetapi justru ini menjadi beban tersendiri. Karena jika pimpinan melakukan kesalahan maka yang akan terkena imbasnya bukan hanya pelaku namun Divhumas Polri juga ikut merasakan. Karena mereka yang harusnya menjadi penangkal terlebih dahulu sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Selain menjadi pengawas pimpinan, Divhumas Polri pun menjadi penyedia informasi yang dapat di akses oleh masyarakat dengan batasan-batasan yang di telah di pertimbangkan terlebih dahulu sebelum di konsumsi oleh publik. Penyedia informasi ini menjadi salah satu strategi Polri untuk menjadikan mereka sebagai pusat berita yang menyangkut Polri dan tidak menjadikan media sebagi sumber utama. Karena menurut Divhumas Polri kini media sudah pada tahapan profit oriented sehingga Divhumas Polri perlu bersaing dalam memberikan informasi dengan media-media yang ada dalam pemberitaan yang menyangkut kepolisian. Pada akhirnya tujuan humas yang tertera pada literatur-literatur yang ada adalah membuat publik dan organisasi atau lembaga saling
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
mengenal. Baik mengenal kebutuhan, kepentingan, harapan, maupun budaya masing-masing. Dengan demikian, aktivitas kehumasan haruslah menunjukan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan mengerti tersebut. 2.3.2 Fungsi Humas Mengenai konsep fungsional humas, Scott M. Cutlip dan Allen Center dalam bukunya, Effective Public Relations, memberikan penjelasan sebagai berikut:17 a. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari publik-publik suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan beserta operasionalisasi organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik tersebut. b. Menasihati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh publik. c. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan
penafsiran
yang
menyenangkan
terhadap
kebijaksanaan dan operasinalisasi organisasi. Dari fungsionalisasi Center diatas, tampak bahwa kedua pengarang tersebut menitikberatkan pada penciptaan dampak yang 17
Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006 hal 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
menyenangkan pada pihak public terhadap kebijaksanaan dan operasinalisasinya oleh pimpinan organisasi. Menurut Edward L. Bernays dalam bukunya “Public Relations”, terdapat tiga fungsi utama humas, yaitu:18 1.
Memberikan penerangan kepada masyarakat
2.
Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
3.
Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.19 Jika menurut Divhumas Polri fungsi adanya humas adalah
untuk melayani pimpinan dan kesatuan Polri, serta publik dalam mewujudkan sajian informasi yang berkualitas, transparan, akuntabel, berbasis informasi dan teknologi komunikasi yang tertera dan terintergrasi dalam sistem informasi serta terjalin dalam hubungan kemitraan (partnership) yang setara dalam rangka pencitraan Polri.
18
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Perasada. 2006 hal 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Untuk menghindari dampak negativ atau timbulnya opini negatif dari pemberitaan perlu rasanya Divhumas Polri melakukan penertiban, pengawasan, dan pengendalian dalam melakukan tindakan kepolisian di lapangan serta dalam pelayanan dan pemberian informasi publik kepada masyarakat. Hal tersebut menjadi implementasi dari fungsi kehumasan pada Divhumas Polri. Dimana divisi ini memiliki kewajiban untuk memonitor arus informasi yang masuk dan keluar. Tujuann adanya monitoring adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak di duga dan tidak diinginkan. 2.3.3 Peranan Humas Dalam makalah I Gusti Ngurah Rai Putra disampaikan bahwa konsep peranan petugas humas dikembangkan oleh Broom dan kemudian oleh Broom and Smith (Dozier, 1992). Menurut Dozier (1992)20 peranan praktisi humas merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi humas dan komunikasi organisasi. Menurut International Association of Business Communicators (1993) praktik public relations adalah seni dan ilmu sosial yang menganalisis
20
tren,
memprediksi
akibat,
menasihati
Frida Kusumastuti. Dasar-Dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia. 2004 hal 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pemimpin
35
organisasi, dan melaksanakan program yang direncanakan dari tindakan yang melayani kepentingan umum kedua organisasi dan minat publik. “Public
relations practice is the art and social science of analyzing trends, predicting their consequences, counseling organization leaders, and implementing planned programs of action which serve both the organization's and the public's interest”.21 Peranan petugas humas dapat dibedakan menjadi dua, yakni peranan managerial (communication manager role) dan peranan teknis (communication technician role). Peranan penting humas dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) golongan yaitu:22 1.
Expert Prescriber Communications Public Relations dianggap sebagai orang yang ahli, dimana sebagai praktisi ahli dipandang oleh pihak lain sebagai yang berwenang atas masalah, memiliki pengalaman dan kemampuan yang tinggi sehingga dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah antara perusahaan dengan
publiknya(Public
Relationship)
sehingga
pihak
manajemen bertindak pasif untuk menerima atau memercayai 21
The statement of Mexico - A worldwide definition of public relations. International Association of Business Communicators, vol. 6 no 1, Jun. 1993: 39
22
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT. Rajawali Pers Persada. 1998 hal 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
apa yang telah disarankan atau usulan dari praktisi Public Relations yang memeiliki pengalaman dan keterampilan tinggi. 2.
Problem Solving Process Facilitator Dalam peranannya sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah, Public Relations melibatkan diri atau dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dimana Public Relations tersebut merupakan bagian dari tim manajemen untuk membantu pinjaman organisasi baik sebagai penasehat (adviser) hingga pengambilan tindakan eksekusi terhadap keputusan yang diambilmoleh perusahaan terhadap persoalan yang tengah dihadapi. Praktisi yang mengambil peran sebagai fasilitator pemecahan masalah bekerjasama dengan manajer lainnya dalam mendefinisi dan menyelesaikan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kerjasama dan konsultasi diawali dengan pernyataan pertama berlanjut hingga ke jenjang evaluasi program akhir. Praktisi yang bertindak sebagai fasilitator pemecahan masalah membantu manajer lainnya, serta perusahaan, menerapkan penggunaan proses manajemen, selangkah demi selangkah,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
yang
sama
terhadap
hubungan
masyarakat
dalam
menyelesaikan maslaah perusahaan lainnya. Fasilitator pemecahan masalah dilibatkan dalam tim manajemen karena telah mendemonstrasikan keterampilan dan nilai dalam membantu manajemen lain menghindari dan mengatasi masalah. Dengan demikian pemikiran tentang hubungan masalah terfaktor dalam pengambilan keputusan manajemen. 3.
Communication Fasilitator Peran fasilitator komunikasi
menjadikan praktisi
sebagai pendengar yang sensitif dan pialang informasi. Fasilitator
komunikasi
berfungsi
sebagai
penghubung,
penerjemah, dan mediator antara perusahaan dan publik mereka dalam pengelolaan komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan membuat saluran komunikasi tetap terbuka, tujuannya adalah menyediakan informasi yang diperlukan manajemen suatu perusahaan maupun publiknya, sehingga mereka dapat embuat keputusan yang sangat menguntungkan kedua pihak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
4.
Communication Technician Public Relations sebagai pelaksana teknis komunikasi yang menyediakan layanan di bidang teknis, sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan merupakan keputusan Public Relations namun kepurusan manajemen. Public Relations hanya sebagai pelaksana saja.
2.3.4
Tugas Humas Ada tiga tugas humas dalam organisasi atau lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai berikut:23 1.
Menginterpretasikan,
menganalisis,
dan
mengevaluasi
kecendrungan perilaku publik. Kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi atau lembaga. Kecendrungan perilaku publik diklasifikasikan dengan baik oleh Frank Jeffkins menjadi empat situasi kecendrungan publik yang dihadapi oleh humas, yakni tidak tahu, apatis, prasangka dan memusuhi. Mengacu pada klasifikasi publik menurut Jefkins tersebut, maka tugas humas adalah merubah publik yang tidak tahu menjadi 23
Opcit hal 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
tahu, yang apatis menjadi peduli, yang berprasangka menjadi menerima dan yang memusuhi menjadi simpati. Tugas ini melekat dengan kemampuan praktisi humas mengamati dan meneliti perilaku berdasarkan kajian ilmu-ilmu sosial. Divisi Humas yang berada di tubuh Mabes Polri pun juga melaksanakan tugas-tugas di atas melalui informasi-informasi yang di sebar luaskan. Dimana hal ini bertujuan untuk mengubah sisi psikologi publik mulai dari yang paling utama yaitu sisi kognitifnya. Sisi ini yang menjadi ujung tombak apakah publik menerima atau tidak dengan yang organisasi publikasikan. Kemudian Divhumas Polri juga tidak hanya bertugas untuk men-deliver pesan saja tetapi mereka juga perlu mengetahui bagaimana reaksi publik setelah mendapat informasi dari organisasi. Karena untuk mengetahui hal tersebut perlu adanya kemamapuan untuk menilai perilaku publik terkait pesan-pesan yang mereka konsumsi. 2.
Mempertemukan kepentingan organisasi atau lembaga dengan kepentingan publik. Kepentingan organisasi atau lembaga dapat jadi jauh berbeda dengan kepentingan publik dan sebaliknya, namun dapat juga kepentingan ini sedikit berbeda bahkan dapat juga kepentingannya sama. Dalam kondisi yang manapun, tugas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
humas adalah mempertemukan kepentingan ini menjadi saling dimengerti,
dipahami,
dihormati,
dan
dilaksanakan.
Bila
kepentingannya berbeda, maka humas dapat bertugas untuk menghubungkannya. Divhumas Polri menjadi sebuah lini yang dijadikan sebagai fasilitator antara organisasi dengan masyarakat. Dengan adanya Bagian Pelayanan Informasi dan Dokumentasi, masyarakat bisa berinteraksi secara langsung untuk menanyakan kejelasan dari pembahasan yang mereka tanyakan. Dan melalui bagian tersebut pula lah organisasi yaitu Divhumas
Polri
memberikan
kepercayaan
untuk
bisa
mempertemukan persamaan persepsi antara organisasi dengan khalayak. Karena Bagyaninfodok lah yang mengetahui apa yang ada di kepala khalayak dan mereka pula yang bisa menyatukan keinginan organisasi dan keinginan khalayak kepada Polri. 3.
Mengevaluasi
program-program
organisasi
atau lembaga,
khususnya yang berkaitan dengan publik. Tugas mengevaluasi program manajemen ini mensyaratkan kedudukan dan wewenang humas yang tinggi dan luas. Karena tugas ini dapat berarti humas memiliki wewenang untuk memberi nasihat apakah suatu program
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
sebaiknya diteruskan ataukah ditunda atauakan dihentikan. Disini humas bertugas untuk senantiasa memonitor semua program. Evaluasi yang di lakukan oleh Divhumas Polri memang tidak secara keseluruhan membahas mengenai program-program yang ada melainkan pembahasan yang di dominasi dengan kejadiankejadian yang terjadi di Negara ini dan kejadian yang bersangkutan dengan Polri. Aktivitas ini di lakukan setiap hari pada apel di pagi hari. Memang biasanya evaluasi di lakukan secara berkala dengan rentan waktu yang cukup lama, tetapi Divhumas Polri berbeda. Mereka beranggapan bahwa mereka perlu berbenah diri setiap hari untuk menjadi lebih baik dan membawa citra Polri kea rah yang lebih positif. 2.4.
PR 2.0 PR 2.0 merupakan aktivitas kehumasan yang menitik beratkan internet sebagai unsur utamanya. Aktivitas ini kini menjadi tren tersendiri di kalangan PR Officer, karena kefektifannya dan kefisienannya yang menjadi daya tarik tersendiri di dalam PR 2.0. Para PR Officer sangat terbantu untuk melakukan kewajibannya dengan adanya internet, yang sangat terasa dari cikal bakal perkembangan teknologi ini adalah dimana PR tidak perlu mengeluarkan cost yang besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
untuk menyebar luaskan surat-surat bahkan hingga press release. Dengan adanya internet sangat membantu PR dari segi waktu dan finansial, dimana perlu waktu yang lama dalam sebuah percetakan baik itu surat maupun press release dan disertai cost yang sedikit menghabiskan anggaran PR. Adanya internet baik hal waktu dan anggaran jelas tidak merugikan PR, karena dengan sekali klik pesan yang akan di sampaikan dapat di terima oleh komunikator dengan waktu yang serentak. PR kini telah di manjakan dengan kecepatan dan pengehematan anggaran untuk melakukan semua aktivitasnya. Dalam websitenya, Deirdre Breakenridge mendefinisikan: PR 2.0 menggunakan kombinasi dari alat media sosial yang tersedia sebagai komunikasi yang profesional untuk mencapai dan berkomunikasi lebih baik dengan influencer (pengaruh) dan khalayak konsumen secara Media sosial adalah
langsung.
pendekatan langsung kepada konsumen yang
memungkinkan audiens untuk mendorong proses komunikasi di dalam komunitas mereka. PR profesional mulai memasukkan PR 2,0 ke dalam strategi dan perencanaan sebagai cara yang efektif untuk berkomunikasi langsung ke pengguna Web 2.0, untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan keseluruhan eksposur merek. “PR 2.0 uses a combination of social media tools that are available to communications professionals to reach and better communicate with influencers and consumer audiences directly. Social media is a directto-consumer approach that allows audiences to drive the
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
communication in their communities. PR professionals are beginning to incorporate PR 2.0 into their strategy and planning as an effective way to communicate directly to Web 2.0 audiences, to raise awareness and increase overall brand exposure”.24 Kombinasi yang di sebutkan oleh Deirdre Breakenridge di atas juga di lakukan oleh Divhumas Polri, dimana mereka kini sudah melek akan media yang berkembang pesat sehingga perlu di imbangi agar bisa mengikuti arus yang ada di tengah-tengah masyarakat. Hal ini bertujuan untuk organisasi tetap di lirik oleh publiknya, sehingga adanya sinkronisasi dari segi pemahan antar organisasi dengan publiknya. Divhumas Polri kini sudah melebarkan sayapnya di ranah internet. Hal ini menjadikan tugas Divhumas Polri sangat terbantu dari segi efetivitas dan efisiensi. Divhumas Polri tidak perlu membuang waktu terlalu banyak hanya untuk melakukan aktivitasnya, hanya dengan menggunakan internet hampir sebagian tugas dapat terselesaikan. 2.5.
Media Sosial Satu fenomena yang sampai saat ini masih di gandrungi oleh warga dunia, dimana dengan fenomena ini warga dunia bisa menjalin komunikasi melalui lintas daerah hingga lintas negara. Fenomena tersebut adalah media
24
Deirdre Breakenridge (2007). PR 2.0 Defined. PR Expended [online]. Dikases pada tanggal 21 Desember 2015 dari http://www.deirdrebreakenridge.com/pr-20-defined/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
sosial, yang mana media ini seakan menjadi realisasi dari ramalan seorang ilmuan komunikasi dan kritikus yaitu Marshall McLuhan. Media sosial bukan lagi menjadi hal yang asing bagi masyarakat, karena maraknya smartphone berharga miring menjadikan masyarakat sangat familiar dengan media satu ini. Salah satu hasil yang dilahirkan oleh media sosial adalah Facebook. Facebook bukan lagi dijadikan sebagai media untuk berkomunikasi dengan kerabat atau sesama user, melainkan kini sudah menjadi alat yang bersifat multi fungsi. Dimana kini Facebook bisa di jadikan sebagai alat promosi hingga menjadi wadah untuk menyebarkan informasi layaknya jurnalis yang menuangkan bahan beritanya di koran atau di portal berita. Divhumas Polri menjadi salah satu organisasi yang kini juga turut meramaikan dunia maya dengan menggunakan hasil buah tangan dari Mark Zuckerberg ini. Facebook di gunakan untuk di jadikan sebuah wadah mempersuasi, mengedukasi dan memberikan informasi terkait dengan kepolisian. Secara definitif Wikipedia menjelaskan bahwa media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dapat dengan mudah berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti seseorang akan dengan mudah berbagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
informasi, menciptakan content atau isi yang ingin disampaikan kepada orang lain, memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya. Semuanya dilakukan dalamwaktu yang cepat dan tak terbatas.25 Media Sosial
adalah
komunitas online
yang memungkinkan
anggotanya berpartisipasi, berdialog dan terus mengalir. Setiap anggota komunitas juga dapat membuat, mempublikasikan, mengontrol, mengkritik, memeringkat, dan berinteraksi dengan semua ide atau pikiran yang muncul dalam komunitas tersebut. Disini orang ingin berhubungan. Orang ingin berbicara. Orang ingin berbagi. 26 Popularitas media jejaring sosial seperti MySpace, Facebook, Friendster, Twiter, Path, dan Instagram sangatlah fenomenal. Media sosial itu memudahkan orang untuk membuat profil diri mereka dan menjadikannya untuk membentuk jaringan maya yang terdiri dari teman-teman offline mereka serta mencari teman online baru atau menemukan teman lama yang terlupakan. Kompas di awal tahun 2011 menuliskan secara bombastis bahwa setiap satu dari selusin orang di muka planet bumi memiliki aku Facabook. 25
Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM). Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Mata Padi Pressindo. 2011 hal 51
26
Edhy Aruma (2014, 26 Desember). Media Sosial. Mix Marcomm [online]. Diakses pada tanggal 13 Desember 2015 dari http://mix.co.id/brand-communication/community/media-sosial-adalah-komunitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Jejaring sosial ini berhasil menghubungkan lebih dari setengah milyar orang di dunia dan memetakan hubungan sosial diantara mereka. Ini berarti Facebook merupakan media yang mampu menciptakan sistem baru dalam pertukaran informasi. Konsekuen yang tak terelakan adalah ini mengubah cara hidup banyak orang.27 Sebagai salah satu bentuk media sosial, Facebook telah menciptakan banyak kemungkinan-kemungkinan baru yang kadang menurut orang awam sebelumnya sulit atau bahkan tidak pernah terbayangkan dapat dilakukan. Situs jejaring sosial ini memungkinkan para penggunanya berinteraksi tanpa batasan jarak, tempat dan waktu. Mengingatkan seperti ramalan Marshall McLuhan ditahun 1950-an bahwa dengan perkembangan teknologi yang dikatakannya sebagai atau Electronic Revolution suatu saat kita akan menjadi „Global Village’. Apa yang diramalkan oleh McLuhan itu sudah merupakan kenyataan saat ini. Peran teknologi terutama internet menjadi kata kunci dalam perubahan-perubahan yang terjadi melalui media sosial. Teknologi internet menjadi faktor yang memungkinkan. Sebagai media online, dari segi kenyamanan teknologi ini dapat dengan mudah diakses kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Dia memiliki konektivitas dan jangkauan secara global. 27
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Efisien dalam penggunaannya, melibatkan interaktifitas, fleksibel dan yang paling penting adalah bersifat pribadi. Fenomena media sosial yang mewabah diseluruh dunia ini memiliki konsekuensi pada perkembangan madia arus utama (mainstreaming). Perbedaan kharakteristik, khalayak dan faktor-faktor pembentuk antara media sosial dan media mainstreaming mau tidak mau membawa perubahan signifikan dalam kajian-kajian terkait bidang komunikasi.
2.6.
Buzzer Seperti halnya tren di dunia mode yang sering berulang, dan suka kembali pada mode-mode masa lalu, saat in dalam industry PR juga tengah berkembang kebutuhan tren yang sama, di mana model komunikasi yang digunakan kembali menggunakan cara lama, bahkan tradisional, yaitu obrolan dari mulut ke mulut. Kita sering menyebutnya dengan Word of Mouth (WoM). Sekarang tren itu berkembang dengan sebutan buzzword, atau katakata yang mirip dengan dengungan suara lebah. Sekalipun tampaknya seperti dengungan tidak beraturan, sekarang PR memperlihatkan bahwa dengungan tersebut beraturan dan memiliki pola yang bisa dikembangkangkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Buzzer merupakan suatu istilah untuk menyebut suatu influencer di ranah digital. Maka buzzer adalah orang yang mampu mempengaruhi pengikutnya ( pembaca blog-nya, teman facebook-nya, pengikut twitter-nya), sehingga
memberikan
efek buzz di
media sosial
(jejaring sosial).
Mempengaruhi dalam aspek informasi, trend dll sehingga di ikuti oleh yang lainnya. Menurut Jeff Staple28, dari Staple Design, New York, Amerika Serikat mengatakan, Buzzer atau Influencer adalah “seseorang yang didengarkan opininya, dipercayai, dan membuat orang lain
bereaksi
setelahnya”. Buzzer kini menjadi sosok yang didengarkan dengungannnya jauh lebih di dengarkan oleh komunitas itu sendiri, dibandingkan dengan iklan segencar apa pun, semahal apa pun, dan sekolosal apa pun. Sekalipun kecil dan tidak beraturan, dengungan para buzzer memiliki makna yang semakin dalam bagi komunitasnya itu sendiri. Pada realitanya buzzer menjadi sosok yang di perhitungkan. Dimana adanya hashtag #SavePointG yang membanjiri akun Facebook Divhumas Polri berawal dari keintensifan para buzzer yang menunjukan rasa ketidak setujuannya dengan Polri yang mengawal konvoi moge HDCI di Yogya.
28
Okky Erransyah (2015). Skripsi Okky. Academia [online]. Diakses pada tanggal 13 Desember 2015 dari https://independent.academia.edu/OkkyErryansyah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Hashtag tersebut menimbulkan komentar yang masuk hingga angka 60.000 dan membuat dampak negatif bagi Polri. Komentar yang masuk dapat di katakan adalah komentar yang bersifat negatif, karena maksud dari buzzer adalah agar pihak Divhumas Polri memberikan penjelasan yang jelas dan tidak setengah-setengah sehingga meningkatkan emosi masyarakat dunia maya. Dari hal tersebut jelas bahwa kehadiran buzzer dapat mengahasilkan sesuatu yang positif hingga negatif. Itu semua pun bergantung dengan organisasi yang bersangkutan apakah mereka bisa meredamkan amarah khalayaknya dengan jurus jitu yang mereka miliki atau justru ikut dengan arus yang tengah menegang di kalangan masyarakat. 2.7.
Citra (Image) Pada sebuah organisasi baik profit maupun non profit menjadikan citra sebagai pelabuhan terakhirnya. Dimana organisasi di bangun semata untuk membuat kesan psikologis yang baik dari publik kepada organisasi. Citra ini akan dijadikan investasi jangka panjang yang akan di gunakan jika sewaktuwaktu organisasi mendapat krisis. Krisis yang datang secara tiba-tiba dan tidak terduga menjadikan setiap organisasi perlu untuk membuat ke kuatan pada tubuhnya yang menjadikan cerminan di mata masyarakat. Dimana organisasi perlu adanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
penanaman tingkat kepercayaan yang tinggi pada setiap karyawannya karena telah menjadi bagian dari tempat mereka mengabdikan diri dan organisasi perlu mengedukasi mereka untuk siap menjadi PR informal kala berada di tengah-tengah masyarakat. Itu menjadi pertolongan pertama jika sewaktu-waktu perusahaan bertemu dengan turning point atau titik baliknya. Dimana titik balik tersebut dapat menuju ke arah yang baik bahkan tidak sedikit menuju ke arah yang buruk. Karena itu citra perusahaan perlu di pupuk sedini mungkin untuk menjadikan akarnya kuat sehingga sekalipun badai datang menghampiri maka tidak akan goyah sedikitpun pohon berbentuk citra tersebut. Pada sisi harfiahnya citra erat kaitannya dengan suatu penelitian, tanggapan, opini, kepercayaan publik, asosiasi atau simbol-simbol tertentu terhadap bentuk pelayanan, nama perusahaan, dan merk suatu produk barang atau jasa dari pihak publik sebagai khalayak sasarannya. Citra tersebut dapat bersifat positif atau negatif.29 Secara garis besar bahwa citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan terhadap suatu objek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap
29
Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2006 hal 101
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
suatu objek akan ditentukan oleh citra objek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya.30 Citra menjadi sasaran faktor-faktor yang sama sekali di luar kontrol manusia. Mengenai faktor-faktor yang dapat dipengaruhi dan yang mempengaruhi citra perusahaan dan individu, jelas bahwa kegiatan pengkomunikasian informasi yaitu cara menyalurkan penampilan individu atau perusahaan sangatlah penting karena merupakan kebijakan informasi. Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada obyek dari adanya penerimaan informasi setiap waktu. Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari perusahaan secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara tidak langsung. Di era ini menjadikan setiap organisasi tidak terkecuali Divhumas Polri perlu menambahkan sedikit energi untuk selalu memantau citra perusahaan baik di dunia offline maupun online. PR kini tidak bisa hanya memiliki kemampuan untuk me-manage publiknya secara langsung namun juga perlu me-manage secara tidak langsung atau menggunakan sebuah wadah seperti media sosial. 30
Ibid hal 80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Banyak citra perusahaan-perusahaan besar yang terkena imbasnya karena adanya teknologi super cepat ini. Divhumas Polri pun pernah merasakannya, dimana citranya menjadi negatif dalam kurun waktu beberapa jam karena kesalahan pada petugas kepolisian yang berada di balik media sosial mereka di kasus konvoi moge HDCI di Yogya. Citra Porli seketika menjadi menurun dikarenakan tidak adanya kesepakatan antara petugas yang memegang media sosial Divhumas Polri dengan petinggi untuk menyelesaikan problem yang terjadi di Facebook Divhumas Polri. Namun hal tersebut akhir dapat di selesaikan dengan adanya pihak-pihak
eksternal
yang
dapat
mempengaruhi
masyarakat
menuangkan pendapatnya mengenai permasalahan yang terjadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk