BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Akuarium Biota Laut II.1.1 Pengertian Akuarium Biota Laut Kata aquarium berasal dari bahasa Latin, yakni aqua yang berarti air, dan rium yang artinya tempat. Jadi definisi akuarium adalah “ tempat ikan, tanaman dan organisme air untuk dilihat “. Bangsa Mesir kuno di percaya sebagai bangsa yang pertama kali memelihara ikan dalam wadah khusus sejak ribuan tahun yang lalu. Ikan – ikan yang semula di pelihara di dalam wadah sebelum dikonsumsi, ternyata menarik banyak perhatian orang. (Taufik Widjaja, 2013) Akuarium adalah sebuah bak kaca (biasanya diberi tanaman air, dsb) digunakan untuk tempat memelihara ikan. (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia). Akuarium juga berarti wadah yang biasanya ditempatkan di sebuah tempat dengan sisi yang transparan (dari gelas atau plastik berkekuatan tinggi), di dalamnya satwa dan tumbuhan air (biasanya ikan, namun dapat juga ditemukan invertebrata, amfibi, mamalia laut dan reptil) ditampung, dan digunakan untuk display publik, akuarium juga dapat merujuk tempat di mana apa yang telah dijelaskan di atas dibangun (museum ikan). (Sumber : Aquascape.com) Akuarium adalah sebuah vivarium biasanya ditempatkan di sebuah tempat dengan sisi yang transparan (dari gelas atau plastikberkekuatan tinggi), di dalamnya satwa dan tumbuhan air (biasanya ikan, namun dapat juga ditemukan invertebrata, amfibi, mamalia laut, dan reptil) ditampung, dan digunakan untuk display publik. Akuarium berasal dari bahasa latin aqua yang berarti "air", dan sufiks -arium yang berarti "tempat yang terkait dengan. (Sumber : Definition of Aquarium, Merriam Online Dictionary) Ada pula pengertian lain dari akuarium adalah sebuah wadah yang mengandung air, memiliki setidaknya salah satu dindingnya terbuat dari bahan transparan, biasanya kaca atau akrilik. Selain itu, disediakan dengan komponen mekanis sehingga memungkinkan untuk menciptakan lingkungan bawah air, yaitu air tawar, laut atau air payau dan pemeliharaan bentuk kehidupan yang sesuai dengan lingkungan ini, seperti ikan dan invertebrata, tumbuhan, dll. II - 1
Biota laut adalah keseluruhan flora dan fauna yang terdapat di dalam laut. (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia). Biota laut juga berarti semua makhluk hidup yang ada di laut baik hewan, tumbuhan, maupun karang. Secara umum biota laut dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu plankton, nekton, dan bentos. Pembagian ini tidak ada kaitannya dengan klasifikasi ilmiah, ukuran hewan atau tumbuhan, tapi berdasarkan kebiasaan hidup secara umum seperti gerak berjalan, pola hidup, dan sebaran menurut ekologi. Ada pula yang menyebutkan bahwa biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan biota laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik, kedua adalah konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organik dari luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah redusen merupakan biota laut yang tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran, tidak mampu berfotosintesis namun mampu memecal molekul oraganik menjadi lebih sederhana.
Gambar II.1Biota Laut Sumber : Karimunjawa.com Akuarium biota laut merupakan suatu wadah untuk mendisplay atau memamerkan segala ragam makhluk hidup yang ada di laut dengan pengolahan sedemikian rupa. Sebagaimana fungsinya sebagai wadah pamer, akuarium juga dapat difungsikan sebagai wadah pelestarian dan penangkaran. Dalam fungsi sebagai pelestarian atau penangkaran, suatu tangki akuarium harus memiliki perawatan khusus. Dengan demikian adanya akuarium yang berfungsi sebagai kolam penangkaran maupun pelestarian akan dapat mengurangi jumlah degradasi biota laut. Sedangkan dalam segi arsitektur, akuarium biota laut dapat menjadi suatu wadah kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat rekreatif, menikmati II - 2
keindahan biota laut yang disuguhkan memlalui ruang pamer sehingga penikmatnya tidak perlu terjun langsung ke bawah laut. Pengolahan landscape bawah laut dengan beraneka ragam biota laut yang ditata di ruang pamer (akuarium) secara dinamis dan bervariasi membuat pengunjung terpesona dan tidak merasa bosan ketika sedang melihatnya. Biota laut yang dipamerkan dalam tangki (akuarium) berasal dari habitat asli. Agar biota laut tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru maka harus diadakan karantina terlebih dahulu. Dengan adanya tangki (akuarium) kelestarian biota laut yang dipamerkan dapat terjaga. II.1.2 Sejarah Akuarium Biota Laut Pada zaman Romawi Kuno, ikan pertama yang dipelihara ke dalam ruangan adalah ikan dari genus Barbus yang diletakkan di kolam kecil di bawah kamar tidur tamu. Dengan berkembangnya teknologi kaca, salah satu dinding dari kolam ini diganti dengan kaca untuk meningkatkan cara pandang ke kolam ikan tersebut. Pada tahun 1369, Kaisar China Hongwu mendirikan perusahaan produsenporselen untuk
membuat
tabung
porselen
sebagai
tempat
pemeliharaan ikan mas hias. Bentuk tabung lalu berkembang menjadi mangkuk bola. (sumber : The Ocean at Home, Bernd Brunner) Pada tahun 1836 setelah penemuan kotak Wardian, Dr. Nathaniel Bagshaw Ward mengusulkan untuk menggunakan kotak buatannya sebagai tempat untuk membawa hewan tropis. Pada tahun 1841 ia berusaha menerapkannya namun hanya membawa tumbuhan air dan ikan mainan. Pada tahun 1838, Felix Dujardin tercatat
memiliki akuarium
air
asin.
Pada
tahun
1846, Anne
Thynne mampu mempertahankan koral Scleractinia dan rumput laut selama hampir tiga tahun, dan dituliskan sebagai penemu pertama akuarium air laut yang seimbang secara ekosistem di London. Pada tahun yang sama, Robert Warington bereksperimen dengan kontainer berukuran 13 galon yang diisi ikan mas, siput, dan tumbuhan Vallisneria untuk membuat akuarium yang stabil secara ekosistem. (sumber : The Ocean at Home, Bernd Brunner) Philip Henry Gosse adalah yang pertama menggunakan istilah aquarium di bukunya The Aquarium: An Unveiling of the Wonders of the Deep Sea. Dalam bukunya tersebut, Gossee banyak membahas tentang akuarium air asin. Edward Edwards mematenkan pada tahun 1858 sebuah sistem sirkulasi untuk akuarium. II - 3
Pada tahun 1862 William Alford Lloyd bekerja di Jerman dan mengawasi pembangunan tangki dan sistem sirkulasi untuk akuarium di Tierpark Hagenbeck. Pada Era Victoria, desain akuarium yang umum adalah satu sisi kaca dan sisi lainnya terbuat dari kayu dan dibuat kedap air denganresin. Bagian dasarnya terbuat dari batu dan dihangatkan dari bawah. Desain lainnya lalu diperkenalkan dengan seluruh sisi tangki terbuat dari kaca dengan rangka dari logam. Selama paruh kedua abad ke-19, berbagai desain akuarium. dieksplorasi, seperti menggantung akuarium di dinding, pemasangan itu sebagai bagian dari jendela, atau bahkan menggabungkan dengan kandang burung. (sumber : Aquarium owner’s Guide, Ginna Sanford) II.1.3 Teknik Perawatan Khusus Akuarium Biota Laut Dalam membentuk suatu ekosistem pada akuarium ada beberapa elemen yang harus sangat diperhatikan pengadaan maupun perawatannya agar ekosistem dapat terbentuk dan tidak nantinya ekosistem tersebut dapat berlangsung. Berikut ini beberapa elemen yang diperlukan dalam perawatan khusus akuarium biota laut : 1. Kondisi Air Laut Kualitas air laut menjadi parameter penentu kehidupan objek yang akan dipamerkan.Kualitas air mengacu pada kandungan polutan atau cemaran yang terkandung dalam air. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya syarat air berkualitas bagi ikan atau biota laut yang ada dalam aquarium. Adapun persyaratan kualitas air bagi ikan adalah : rendah kadar ammonia dan nitrit, bersih secara kimiawi, memiliki pH kesadahan dan temperature yang sesuai, rendah kadar cemaran organik, dan stabil. Jadi, air laut yang digunakan haruslah melalui tahap pemprosesan/filtrasi dengan karbon dan proses pembersihan dengan chlorine untuk menghindarkan air dari racun penyakit. Dalam system aquarium, ikan hidup dalam kotorannya sendiri, oleh karena itu filter menjadi wajib agar ikan yang hidup dipelihara dapat hidup dengan sehat. Selain itu, kondisi air dalam tangki/aquarium harus disesuaikan dengan lingkungan aslinya yang meliputi :
II - 4
a. Salinitas Salinitas merupakan pengukuran langsung pada kuantitas garam terlarut dalam air. Rata-rata salinitas air laut adalah 35 per mill atau 35 bagian garam dari 1.000 bagian air laut. Sementara, gravitasi khusus berkisar antara 10.240 pada suhu 24°C. Bila setelah diukur di aquarium dan salinitas air laut tinggi, maka dapat ditambahkan air tawar hingga dapat dicapai salinitas 35 per mill. Adapun kisaran yang baik antara 30-35 per mill. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah salinometer. b. Temperatur Secara umum temperatur diukur dalam derajat Fahrenheit (F) dan Celcius (C). Temperatur disini berarti panas relatif air aquarium. Di Indonesia, yang sering terjadi adalah kenaikan suhu pada air laut. Pada aquarium dengan penyinaran yang tinggi bisa mencapai suhu diatas 30°C. Cara penanganan terjadinya kenaikan suhu adalah dengan pemakaian chiller atau pendingin yang dipasang bersama termostat, sehingga pada suhu tertentu chiller akan bekerja dengan sendirinya. Chiller digunakan dalam penanganan kenaikan suhu secara permanen. c. Cahaya Cahaya diperlukan untuk dua hal dalam suatu akuarium, yaitu; untuk penerangan agar ikan dan panorama akuarium dapat dilihat dengan jelas, dan sebagai sumber energi bagi penghuni akuarium terutama tanaman air untuk berlangsungnya poses fotosintesis alga baik mikro baupun makroalga. Keadaan di alam atau lingkungan laut, secara gradasi sinar berkurang dengan semakin dalam massa air. Hal inilah yang akan ditransfer ke dalam aquarium air laut. Pada daerah tropis, sinar mempunyai intensitas 5.500 Kelvin, dan ini biasanya diwakili oleh sinar putih. Derajat Kalvin yang rendah diwakili oleh sinar merah, sedangkan sinar biru mempunyai derajat Kalvin yang tinggi. Pada dasarnya sebuah akuarium memerlukan lampu day light,yaitu jenis lampu yang dibuat untuk meniru sinar matahari pada tengah hari. Jenis lampu demikian akan mampu memantulkan warna asli sebuat benda II - 5
seperti apabila mereka dilihat langsung dibawah sinar matahari pada tengah hari. Kebutuhan cahaya untuk sebuah akuarium ikan saja dan sebuah akuarium tanaman akan berbeda. Sebagai contoh akuarium ikan saja dapat diberi sinar selama 8 – 10 jam, sedangkan sebuah akuarium tanaman perlu disinari 12 – 14 jam. Lama penyinaran yang lebih panjang secara umum tidak akan membahayakan ikan, tapi lama penyinaran yang lebih pendek akan dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Pemilihan lampu dengan intensitas lebih tinggi, tapi dinyalakan dengan waktu lebih pendek, tidak akan lebih baik dibandingkandengan lampu dengan jumlah cahaya yang tepat yang dinyalakan dengan waktu yang sesuai. Pemberian cahaya dengan waktu lebih panjang atau dengan menggunakan lampu berintensitas tinggi cenderung akan memicu pertumbuhan alga dalam sebuah akuarium. Oleh karena itu, sering sekali, masalah alga dalam sebuah akuarium, apabila disebabkan kerena waktu pencahyaan lebih lama, dapat di atasi dengan memperpendek pencahayaan pada selang waktu tertentu. .Lama penyinaran sendiri dapat diatur dengan menggunanakan pengatur waktu (timer) elektronik. d. Kandungan oksigen O2 diambil oleh air laut aquarium melalui permukaan air. Beberapa oksigen masuk melalui gerakan air atau arus air yang kuat. Masuknya oksigen kedalam air tergantung pada tekanan udara, suhu, dan salinitas. Penempatan arus pada permukaan air akan memudahkan O2 masuk, disamping dapat dilakukan pula penambahan udara dengan menggunakan aerator. Pertukaran O2 di protein skimmer sudah baik dan sangat efektif. O2 dalam jumlah yang berlebihan, berpengaruh pada pertumbuhan alga. e. Kandungan unsur kimia Hasil reduksi kimia dari air laut seperti misalnya Nitrat dan Phospat, secara ekstrim juga berpengaruh terhadap komunitas aquarium. Nitrat dan Phospat yang terkandung dalam air bisa diakibatkan dan air tawar yang digunakan pada saat penambahan ataupun penggantian air yang menguap. f. Arus Arus juga berpengaruh terhadap komunitas biota dalam akuarium air laut. Untuk biota yang biasa hidup pada arus yang kuat, maka dalam II - 6
perencanaan akuariumnya dibuatkan arus buatan yang memenuhi kehidupan biota tersebut. g. Benda buangan Air untuk keperluan Seaworld ini harus diambil dari laut, untuk menghindari air dari keracunan dan penyakit maka perlu dilakukan pemprosesan yaitu dengan Penyaringan dengan Carbon dan Pembersihan dengan Chlorin. 2. Sisterm pengolahan dan pengadaan air laut a. Metode Umum/Standar Pada sistem pengolahan air pada aquarium yang menggunakan metode
standar,
air
dimasukkan
kedalam
tangki
dengan
cara
melewatkannya pada suatu lapisan penyaring yang akan menangkap partikel yang besar, lalu melalui suatu pipa, air diteruskan pada Filter Wet-Dry. Secara standar, Filter Wet-Dry memanfaatkan bio-media dalam penyaringan. Kemudian pada bagian bawah tangki, terdapat lapisan pasir atau kerikil yang kira-kira sedalam 1 inchi yang menggambarkan dasar lautan. Diatas pasir atau kerikil tersebut, ditempatkan bebatuan yang akan menjadi dasar bagi kehidupan karang yang akan ditempati dalam tangki. b. Metode Khusus Dalam metode khusus pengolahan air laut terdapat beberapa sistem diantaranya : Sistem terbuka (open system) Prinsip sistem ini yaitu pakai dan buang. Sistem ini merupakan sistem yang sederhana dan tidak memberikan banyak masalah tetapi membutuhkan biaya yang sangat mahal. Yang harus diperhatikan adalah tidak boleh adanya kontak dengan pipa-pipa berbahan logam. Saluran air rata-rata yang harus diganti kira-kira 1 lb atau 1 pon (3,2 gram) ikan per 100 galon dari 1 volume tiap ikan per dua jam sekali. Jadi tiap jam untuk aquarium kapasitas 100.000 galon air harus bersirkulasi antara 50.000 hingga 100.000 galon. Dan 1,2 sampai 2,4 milyar gallon air yang dibutuhkan selama 24 jam.
II - 7
Sistem tertutup (close system) Prinsip dari sistem ini pakai dan daur ulang. Pada sistem ini, air langsung masuk ke dalam display aquarium selanjutnya masuk ke dalam tangki reservoir setelah melalui beberapa filtrasi. Jadi pergantian air yang dibutuhkan hanya untuk menggantikan air yang hilang akibat evaporasi dan akibat pembersihan tangki atau saluran filter. Walaupun begitu tetap harus ada pergantian dengan air yang baru dengan perbandingan 1:3 dari total volume setiap dua minggu sekali. Sistem ini biasa digunakan apabila kondisi air laut yang ada relatif kurang memenuhi syarat. Pada sistem ini, air yang tidak dipakai diproses lagi, dan setiap dua minggu 10 – 20% air tersebut diganti. Selama ini dapat dilakukan secara lokal maupun opular dengan adanya kemajuan teknologi, penggunaan air tidak terbatas pada air laut. Sistem semi tertutup Masing-masing display aquarium memiliki sistem resirkulasi air sendiri. Tambahan sumber air untuk pengurangan air yang terjadi akibat penguapan berasal dari pipa tangki utama yang kemudian didistribusikan kemasing-masing bagian sistem air tiap aquarium. Dalam proses sirkulasi, air melalui penyaringan biologi (biological filtering). Penyesuaian terhadap temperatur yang diinginkan dapat disesuaikan dengan bantuan alat pemanas atau pendingin yang berada dalam pipa penyaringan. Dalam sistem sirkulasi ini disarankan untuk mengganti minimal 10% air, untuk aquarium air tawar dan 40% air, untuk aquarium laut setiap satu bulan sekali untuk menghindarkan partikel-partikel yang dapat membahayakan biota air. Pada bangunan yang menjadi pembanding di Seaworld Indonesia, air yang ada dimasing-masing aquarium tidak setiap hari diganti. Aquarium di Seaworld Indonesia menggunakan sistem resirkulasi terus menerus selama 24 jam. Bila dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa kualitas airnya sudah tidak bagus, maka akan diganti. Sistem sirkulasi dan pengadaan air Air dari laut akan dihisap dan kemudian akan ditampung dalam tangki penampungan (storage tank), setelah melalui proses pressurized sand II - 8
filtration, air dialirkan ke tangki display. Secara garis besar, proses pengadaan air pada tangki display adalah : -
Air dipompa dari laut dan melalui ozonator, kuman dimatikan
- Air tersebut dialirkan ke dalam bak filtrasi - Kemudian dialirkan lagi ke dalam bak penampungan (storage tank). - Air yang telah diproses siap dimasukkan ke dalam bak filtrasi untuk diproses ulang. (sumber : Jurnal akuarium laut Andritriplea) II.1.4 Akuarium Biota Laut sebagai Sarana Penelitian dan Pelestarian Akuarium biota laut yang berfungsi sebagai sarana penelitian dan pelestarian merupakan wadah dimana biota laut ditangkarkan, dan diamati perkembangan dan pertumbuhannya dari hari ke hari. Selain itu juga sebagai wadah rehabilitasi biota laut yang mengalami degradasi perkembangan atau wadah karantina biota laut untuk nantinya dapat dilepas kembali ke laut dan memperkecil angka degradasi. Pengadaan akuarium biota laut sebagai sarana penelitian memiliki beberapa kriteria/persyaratan khusus yaitu : 1. Area operasi/bekerja terletak di belakang akuarium dan tidak terlihat oleh pengunjung. 2. Akuarium yang berukuran kecil dan berukuran besar harus dipisahkan. 3. Letak akuarium harus mudah dijangkau oleh pekerja, hal ini dimaksudkan agar akuarium mudah dibersihkan. 4. Akuarium untuk menerima ikan yang beru datang dan akuarium untuk merawat ikan yang sakiit (karantina) harus diletakkan di belakang area bekerja. 5. Setiap akuarium memiliki sistem sirkulasi sendiri. 6. Semua akuarium karantina harus memiliki katup pembuangan/drainase untuk membuang air setelah digunakan untuk perawatan ikan. 7. Pipa untuk mensuplai air harus dipasang disekeliling akuarium. Letak pipa minimal 2,2m di atas lantai area bekerja dan harus mempunyai katup pengontrol untuk fleksibilitas selang yang berfungsi mengalirkan air, mengganti air dan memasukkan nutrisi-nutrisi yang penting bagi ikan
II - 9
8. Semua pemipaan untuk mekanikal dan elktrikal harus diletakkan di dalam tanah dan saklar/stop kontaknya tidak boleh di dekat lantai. Elektrikan yang berada di atas akuarium harus dilindungi untuk mencegah kerusakan dan kemungkinan membahayakan bagi para pekerja yang bekerja di dalam air. 9. Material water resistance harus digunakan disemua tempat yang berhubungan dengan akuarium. II.1.5 Akuarium Biota Laut sebagai Sarana Pariwisata Akuarium biota laut yang berfungsi sebagai sarana penelitian dan pelestarian merupakan wadah dimana biota laut ditangkarkan, dan diamati perkembangan dan pertumbuhannya dari hari ke hari. Selain itu juga sebagai wadah rehabilitasi biota laut yang mengalami degradasi perkembangan atau wadah karantina biota laut untuk nantinya dapat dilepas kembali ke laut dan memperkecil angka degradasi. Pengadaan akuarium biota laut sebagai sarana penelitian memiliki beberapa kriteria/persyaratan khusus yaitu : 1. Akuarium harus diletakkan pada tempat yang mudah pencapaiannya, baik oleh kendaraan umum maupun pribadi. 2. Faktor yang paling penting adalah penyediaan air bagi ikan yang ada dalam akuarium (kualitas, kemudahan mendapatkan, volume yang dibutuhkan untuk setiap akuarium, dll) 3. Desain pada site dan ukuran site harus memungkinkan pengembangan pada suatu saat. 4. Desain pada interiornya dpt menyerupai pola yang mengalir sehingga menuntun pengunjung untuk melihat akuarium satu per satu, tidak terhambat/ terpusat di suatu tempat. 5. Tidak dianjurkan menggunakan pola-pola monoton (seperti garis lurus dan sudut) pada akuarium karena akan bersifat memaksa, sehingga bertentangan dengan fungsi akuarium sebagai tempat rekreasi. 6. Handrail (pegangan tangan) diperlukan untuk memberi jarat antara pengunjung dengan kaca akuarium , berjarak ±30cm dari kaca akuarium dengan tinggi ±1m dari lantai. Handrail ini akan sangat berfungsi pada saat pengunjung banyak. Handrail ini akan tetap menjaga pengunjung untuk tidak
II - 10
terlalu dekat dengan akuarium sehingga pengunjung lain dapat leluasa memandang ke akuarium tanpa terhalang. II.1.6 Pelaku dan Kegiatan di Akuarium Biota Laut Pelaku kegiatan di akuarium biota laut yang terkait sebagai sarana penelitian biota laut, pelestarian biota laut, dan rekreasi secara umum diantaranya : 1. Peneliti Peneliti merupakan sekelompok orang yang melakukan kegiatan penelitian di laboratorium dengan fasilitas yang telah disediakan. Seorang peneliti bisa merupakan seorang ilmuwan, maupun seorang pelajar di bidang biologi yang berhubungan dengan kehidupan bawah laut. 2. Pengelola dan staff ahli Pengelola merupakan sekelompok orang yang mengelola,
melakukan
kegiatan pemeliharaan bagi mereka yang ahli pada bidang tersebut, dan menyediakan fasilitas di akuarium biota laut. 3. Pengunjung (wisatawan) Pengunjung merupakan sekelompok orang yang datang ke akuarium biota laut untuk menikmati fasilitas yang ada yang lebih condong kearah berwisata, yaitu untuk melihat kehidupan bawah laut dari akuarium pamer yang telah disediakan oleh akuarium biota laut. Adapun wisatawan berasal dari dalam negeri atau wisatawan domestik dan wisatawan yang berasal dari luar negeri atau wisatawan mancanegara. Wisatawan domestik : Wisatawan dalam negeri atau wisatawan domestik merupakan wisatawan yang paling banyak mengunjungi tempat wisata ydi dalam negeri dan biasanya menjadi sasaran utama dari objek wisata yang ada. Karena dengan mengunjungi tempat wisata di dalam negara dimana ia tinggal akan dapat muncul keinginan untuk melestarikan berbagai kekayaan alam yang dimiliki Indonesia salah satunya keanekaragaman biota laut yang ada. Dengan adanya taman akuarium laut ini diharapkan mampu membangkitkan kesadaran dan minat mesyarakat akan menjaga dan melestarikan biota laut yang ada di Indonesia
II - 11
Wisatawan mancanegara : Wisatawan luar negeri atau wisatawan mancanegara biasanya datang atau singgah untuk berwisata, menikmati suguhan yang ada baik visualisasi alam maupun fasilitas yang tersedia. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh pelaku di akuarium biota laut antara lain : 1. Peneliti Mencari biota laut yang akan diteliti Mempelajari dan meneliti biota laut Mempelajari bagaimana mengembangkan spesies spesies tertentu yang mulai punah Menyilangkan antar spesies sehingga menjadi spesies biota baru , dll. 2. Pengelola dan staff ahli Memelihara dan merawat biota laut yang ada Mengkarantina biota laut yang sakit Menangkarkan biota laut yang mengalami degradasi 3. Pengunjung (wisatawan) Menikmati, mengamati biota laut yang ada di akuarium pamer Menikmati fasilitas wisata maupun penunjang yang telah disediakan II.1.7 Preseden Akuarium Biota Laut 1. Sea World Indonesia Seaworld Indonesia adalah sebuah miniatur pesona laut yang terdapat dalam kompleks wisata pertama di Telaga Golf dan kedua terpadu Ancol Jakarta Baycity. Area Seaworld seluas 3 hektar dengan luas bangunan utama 4.500m² berisi berbagai macam ruang akuarium, lorong antasena (lorong bawah air), perpustakaan, museum, terapi ikan dokter, glow theatre, komputer edukatif layar sentuh berisi informasi berbagai spesies di Seaworld dan berbagai macam fasilitas pelengkap untuk pengunjung, seperti tempat makan, toko souvenir, dan ruang serbaguna. (Sumber : Ancol.com)
II - 12
Gambar II.2 Seaworld Indonesia Sumber : Ancol.com Dalam usaha memperkenalan biota yan hidup di alam, maka Seaworld Indonesia memiliki berbagai koleksi mulai dari biota perairan tawar yang terdiri dari 22.000 ekor ikan (126 jenis), 28 reptil (5 jenis), sampai biota perairan laut yang terdiri dari 5180 ekor ikan (26 jenis), 79 avertebrata (13 jenis), 30 reptil (5 jenis), dan 1 mamalia. (Sumber : Ancol.com) Fasilitas-fasilitas utama di Seaworld antara lain :
Akuarium utama Berisi ribuan satwa laut di Indonesia, sebanya 35.500 ekor ikan laut Indonesia dari 35 spesies yang berbeda. Ukuran akuarium ini mancapai 38 x 24 m dengan kedalamn yang bervariasi dari 4,5m hingga 6m dan menyimpan 5juta liter air laut. Karena besarnya akuarium utama ini tercatat sebagai akuarium air laut terbesar kedua di Asia Tenggara.
Area air tawar Berisi satwa-satwa air tawar dari berbagai negara, termasuk diantaranya piranha dan Arapaima gigas dari sungai Amazon. Akuarium ait tawar yang ditampilkan memiliki beberapa tema antara lain, Aquarest (aquarium rain forest), Aquarapaima, Aquacar, Ex-Quarium, dan Aquarium piranha.
Lorong Antasena Merupakan lorong bawah air sepanjang 80 m yang dioperasikan dengan pijakan
berjalan
otomatis
dengan
kubah
tembus
pandang. II - 13
Memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan bawah laut tanpa harus khawatir tersandung saat menengadah ke atas untuk melihat ikan.
Akuarium dugong Merupakan tempat tinggal untuk mamalia laut yang langka yaitu Duyung (Dugong dugon) dan Otter’s track menjadi rumah untuk mamalia semi akuatik Aonyx cinerea. Pesona kehidupan laut ditambahkan dengan adanya Akuarium ekosistem
terumbu karang yang berisi koral, sponge, dan berbagai biota penghuni terumbu karang yang indah, serta berbagai akuarium yang berisi berbagai hewan laut unik lainnya seperti Gurita Pasifik raksasa, kepiting laba-laba, ikan nanas, dan nautilus yang hidup di suhu sangat dingin. (Sumber : Wikipedia.org) Fasilitas-fasilitas penunjang yang disediakan di Seaworld antara lain :
Tiketing/informasi
Lobby
Tater terbuka
Teater microworld
Ruang pamer
Perpustakaan
Kolam sentuh
Foodcourt
Cinderamata
Anjungan
Tangki filterasi
Administrasi
Laboratorium
Ruang karantina
Ruang ME
(Sumber : Ancol.com)
II - 14
Gambar II.3 Interior Seaworld Sumber : Ancol.com 2. Akuarium Batumi Georgia Akuarium Batumi merupakan desain dari seorang arsitek bernama Henning Larsen, yang memiliki luas 2.000m². Akuarium Batumi ini mulai dibangun tahun 2010 dan selesai dibangun tahun 2013. Bangunan akuarium batumi ini terinspirasi oleh karakteristik dari batuan/kerikil yang dibentuk oleh sapuan ombak di pantai batumi. Bangunan terbentuk dari formasi batuan yang disusun sedemikian rupa sehingga terlihat menarik baik itu dari darat maupun dari laut. Susunan batu ini membagi empat area pameran dimana masing masing batu mengandung suasana biotipe laut yang unik.
Gambar II.4
Denah dan sketsa ide Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com
II - 15
Gambar II.5 Ekterior Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com
Gambar II.6
Potongan 3. Interior Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com
Bangunan seluas 2000m² ini mengandung unsur modern, dan juga budaya akuarium yang menawarkan pengunjung fasilitas pendidikan, hiburan dan secara visual mengajak pengunjung untuk merasakan perjalanan laut dengan cara yang berbeda. Terdapat 4 area pameran berupa akuarium yang berbentuk
bangunan
batu
dimana
masing-masing
dari
keempatnya
merupakan biotipe laut yang unik yaitu Laut Mediterania, Laut Hitam/Merah, Laut Aegea, dan Samudra Hindia. Keempat area pameran tersebut dihubungkan dengan suatu area pusat yang merupakan sebuah ruang serba guna, kafe dan juga retail. Letaknya yang fleksibel membuatnya cocok untuk presentasi dan loakkarya. Disekitar akuarium, landscape dari pemandangan laut yang berbeda memberikan kesempatan yang menarik untuk penelitian yang inovatif dan II - 16
pertemuan informal terbuka dan belajar di sepanjang pantai. Ekspresi signifikan yang terinspirasi oleh alam ini tidak hanya membuat akuarium spektakuler di pantai batumi georgia, tetapi juga kontribusi negara kelautan untuk lebih mengeksplorasi kehidupan di bawah laut. (Sumber : Archdaily.com)
Gambar II.7 4. Interior Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com
Gambar II.8 5. Interior Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com 6. Akuarium Churaumi Okinawa Akuarium Churaumi terletak di Motobu, Okinawa, Jepang. Tepatnya terletak pada Taman Ocean Expo, barat laut Okinawa, Jepang. Akuarium Churaumi adalah akuarium terbesar nomor dua setelah akuarium Georgia di Atlanta. Akuarium Churaumi ini memamerkan kehidupan biologi laut di terumbu karang, laut dalam, dan arus Kuroshio yang mengalir melintasi Kepulauan Jepang. Dari keseluruhan 77 tangki akuarium, tangki terbesar disebut Akuarium Laut Kuroshio yang dapat menampung 7.500m³ air (panjang 10 m, II - 17
lebar 35 m, kedalaman 27 m) atau setara kapasitas tiga kolam renang ukuran olimpiade. Dari balik kaca akrilik, dinding akuarium berukuran tinggi 8,2 m, lebar 22,5 m, tebal 60 cm, dan berat135 ton, pengunjung dapat menyaksikan sejumlah 70 spesies ikan, diantaranya ikan hiu paus, hiu, dan ikan pari manta sebagai atraksi utama. Akuarium lainnya di laboratorium hiu berisi hiu banteng dan hiu harimau. (Sumber : Oki-churaumi.jp)
Gambar II.9 Potongan Akuarium Churaumi Sumber : oki-churaumi.jp
Gambar II.10 Interior Akuarium Churaumi Sumber : oki-churaumi.jp Fasilitas-fasilitas utama yang ada pada Akuarium Churaumi antara lain: Akuarium laut terumbu karang Akuarium laut terumbu karang memamerkan 800 koloni terumbu karang dari 70 spesies di dalam akuarium(tangki) berkapasitas 300m³. Akuarium ini terbuka dibagian atas agar sinar matahari yang II - 18
dibutuhkan terumbu karang dapat masuk. Sebagian besar terumbu karang yang ada telah dibudidayakan selama kurang lebih 8 tahun. Ikan-ikan kecil yang berenang dan berhabitat pada terumbu karang berperan penting dalam mengendalikan rumput laut maupun plankton yang menghambat pertumbuhan karang. (Sumber : oki-churaumi.jp)
Gambar II.11 Akuarium terumbu karang Churaumi Sumber : oki-churaumi.jp Akuarium laut Kuroshio Kaca akrilik pada akuarium laut Kuroshio ini pernah tercatat di Guiness World Reccord sebagai panel akrilik terbesar di dunia hingga dikalahkan oleh panel akrilik milik Akuarium Dubai yang lebarnya 32,88 m, tingga 8,3 m, lebar 750mm, dan beratnya 245,614 kg. Di dalam akuarium laut Kuroshio dipelihara tiga ekor hiu paus. (Sumber : Wikipedia.org)
Gambar II.12 Panel akrilik terbesar di akuarium laut Kuroshio Sumber : oki-churaumi.jp
II - 19
Gambar II.13 Akuarium laut Kuroshio Sumber : oki-churaumi.jp Akuarium laut dalam Akuarium laut dalam memamerkan kehidupan laut dalam yang penuh misteri. Dalam akuarium ini memperkenalkan kehidupan laut yang menghuni laut dalam 100-700 meter di bawah permukaan laut. Biota yang menghuni laut dalam diantaranya pesies ikan laut dalam, termasuk diantaranya Etelis carbunculus, Thyrsitoides marleyi dan spesies yang sulit dipelihara di akuarium. Koleksi akuarium laut dalam terdiri dari 70 spesies yang sebagian besar berasal dari kedalaman laut 200 m dilepas pantai Okinawa. (Sumber : oki-churaumi.jp)
Gambar II.14 Akuarium laut dalam Sumber : oki-churaumi.jp 7. uShaka Marine World, Afrika Selatan uShaka Marine World terletak di Durban, Kwazulu-Natal, Afrika Selatan. uShaka Marine World meripakan suatu komplek/kawasan wisata yang berisi mengenai kelautan. Dalam kawasan ini terdapat 4 bagian,
II - 20
diantaranya uShaka Sea World, uShaka Wet’n’Wild, uShaka Beach, dan uShaka Village Walk. a.
uShaka Sea World uShaka Sea World merupakan akuarium terbesar ke-5 di dunia dengan jumlah 32 tank berisi 17.500 m³ air. Akuarium bawah tanah dirancangn menyerupai bangkai kapal yang telah karam, dengan pintu masuk melalui atas tanah yang disebut phantom ship. Dari dalam dinding kaca akuarium yang berbentuk bangkai kapal dapat dilihat pemandangan laut lepas disekitarnya. Di uShaka Sea World terdapat akuarium hiu, lumbalumba, manta terbesar, dan piranha, dan pinguin. Terdapat pula ruang pameran yang memamerkan biota darat yaitu reptil diantaranya ular phiton Burma, buaya sungai Nil, ular mamba hitam, kalajegking, dll.
Gambar II.15 Interior uShaka Sea World Sumber : bp.blogspot.com Selain bisa menikmati pemandangan yang disuguhkan pada akuarium, di uShaka Sea World ini pengunjung juga dapat melakukan kegiatan snorkeling dan diving. Kegiatan snorkeling dapat dilakukan di laguna aquarium dengan berenang bersama 1.500 lebih ikan. Sedangkan untuk kegiatan diving hanya disediakan untuk penyelam yang sudah bersertifikat, namun di uShaka Sea World juga membuka kursus untuk diving dari amatir hingga memiliki sertifikat.
II - 21
Gambar II.16 diving di uShaka Sea World Sumber : faktaunik.net b.
uShaka Wet’nWild uShaka Wet’n’Wild merupakan kawasan taman air yang mengangkat kehidupan sungai yang ada di Afrika. Taman air ini berada disekitar uShaka Sea World. Fasilitas yang ada diantaranya padang rumput untuk bersantai dan restoran.
c.
uShaka Beach uShaka Beach adalah sebuah pantai yang memiliki akses langsung dari taman hiburan. Pantai ini juga memiliki dermaga besar yang mengarah keluar lautan.
d.
uShaka Village Walk uShaka Village Walk merupakan desa buatan yang dirancang menyerupai sebuah desa di Afrika. Di desa ini terdapat fasilitas penunjang berupa penginapan, toko souvenir, dan restoran. (sumber : ushakamarineworld.co.za)
II.2 Penelitian dan Pelestarian Biota Laut II.2.1 Penelitian Kelautan Penelitian kelautan merupakan kegiatan meneliti dan mengamati suatu hal yang berhubungan dengan kelautan guna untuk mendapatkan suatu hasil yang dapat dijadikan suatu temuan baru dalam bidang ilmu tertentu. Dalam segi arsitektur yang merupakan wadah dari suatu kegiatan, maka pusat penelitian kelautan adalah wadah untuk berlangsungnya rangkaian kegiatan penelitian (pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data serta informasi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif) dibidang kelautan menjadi satu dengan suatu fasilitas lengkap dan terpadu yang menunjang proses penelitian. II - 22
Penelitian biota laut tergolong penelitian tentang kelautan dimana penelitian kelautan melupakan kegiatan meneliti, mengamati segala hal yang berkaitan dengan kelautan dalam segala bidang ilmu. Adapun cabang ilmu pengetahuan yang terkait dengan penelitian tentang kelautan diantaranya : 1. Ilmu biologi laut Ilmu biologi laut terdiri atas 2 cabang ilmu, yaitu : Ilmu botani laut, merupakan ilmu yang meneliti/mempelajari tumbuhtumbuhan laut. Ilmu zoology laut, merupakan ilmu yang meneliti/mempelajari hewanhewan laut. 2. Ilmu fisiologi laut Ilmu yang memperlajari sedimentasi laut dan vulkanologi laut. 3. Ilmu kimiawi laut Ilmu yang memperlajari sifat-sifat fisika dan kimia dari mineral laut. 4. Ilmu taksonomi laut Ilmu yang mempelajari struktur dasar laut dan palaentologi (fosil-fosil biota laut) 5. Ilmu hidroseanografi Ilmu memperlajari cuaca yang sangat penting bagi navigasi . disamping sifat angin, keadaan hujan, korelasi perubahan cuaca dengan arusnya. 6. Ilmu ekologi laut Ilmu ekologi laut mempelajari tentang : Studi Lingkungan tentang pelestarian dari biota laut Marikutur, ilmu yang mempelajari tata cara penangkapan biota laut, pertanian laut, dan lain-lain. 7. Ilmu sosiologi laut Ilmu yang mempelajari sosiologi dari nelayan dan ilmu kemasyarakatan yang meliputi : Pemerataan hasil laut Bimbingan penyuluhan dan koordinasi pada medornisasi peralatan
II - 23
Faktor-faktor penghambat maupun pendukung yang mempengaruhi biota laut, misalnya hutan bakau yag banyak berpengaruh pada pembiakan ikan. II.2.2 Hasil dalam Bidang Penelitian Kelautan Kegiatan penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna mendapatkan hasil. Dalam bidang kelautan, penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan beberapa jenis data , misal diantaranya : 1. Peta kedalaman laut 2. Peta salinitas 3. Peta sedimentasi 4. Data pembudidayaan pembudidayaan maupun pemberantasan hewanhewan atau tumbuhan-tunbuhan tertentu 5. Peta habitat jenis hewan atau tumbuhan tertentu, biasanya berkaitan untuk pembudidayaan 6. Data pasang surut, gelombang maupun suhu air laut, biasanya terkait dengan pengembangan energi listrik. 7. Data tentang pencemaran yang menyebabkan degradasi biota laut, dll. II.2.3 Subyek dan Obyek Penelitian Subjek penelitian di pusat penelitian kelautan adalah peneliti baik di darat dan di laut yang memiliki dasar pengetahuan dibigang kelautan, baik pendidikan formal maupun non formal (berupa pelatihan). Keahlian peneliti juga menjadi tuntutan bagi sebuah lembaga penelitian, seperti pusat penelitian kelautan. Semakin luas cakupan penelitian yang dilakukan semakin banyak tuntutan keahlian yang diperlukan. Objek penelitian pada pusat penelitian kelautan tergantung pada cakupan penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kelautan tersebut. Bidang kelautan dan semua aspek yang ada di dalamnya sangat banyak dan beragam. Dua kelompok besar kategori penelitian bisa dipakai dalam membagi penelitian di bidang kelautan, yaitu : 1. Penelitian biotik Merupakan penelitian yang meneliti kehidupan di laut, baik flora maupun faunanya. Penelitian ini berkembang sesuai penerapannya dalam kehidupan II - 24
sehari-hari seperti perikanan laut, budidaya tanaman maupun hewan laut, dll. 2.
Penelitian abiotik Merupakan penelitian mengenai segala aspek laut yang tidak hidup, baik dari segi fisik, kimia, teknik.
II.2.4 Tipe Pusat Penelitian Pembagian tipe pusat penelitian kelautan berdasarkan program kegiatannya adalah : 1. Disiplin dan jenis ilmu yang diteliti, ilmu dasar kelautandan ilmu terapan kelautan. 2. Tujuan dan fungsi kegiatan penelitian kelautan itu dilakukan melalui penelitian murni, pendidikan, pertahanan keamanan, dan kegiatan rutin. 3. Latar belakang yang dilakukan, merupakan pengembangan ilmu dari bidang kelautan yang menjabarkan faksa maupun isu yang ada. 4. Metode dan proses kerja yang diterapkan, terpadu berada dalam satu tempat atau terpadu dengan tempat-tempat bantu. Dari pembagian tipe pusat penelitian kelautan berdasarkan tipologi diatas dapat dijabarkan program bangunan yang harus dipenuhi yaitu : 1. Bangunan kelompok fungsi penelitian kelautan yang merupakan kegiatan utama dari seluruh kegiatan yang diakomodasi dalam sebuah pusat penelitian kelautan baik yang ada di darat maupun yang ada di laut. 2. Bangunan kelompok fungsi penunjang kegiatan penelitian seperti dermaga, workshop, bengkel, hunian peneliti, dll. 3. Bangunan kelompok fungsi penunjang lain meliputi ruang pertemuan, perpustakaan, tempat peragaan, dll. 4. Bangunan kelompok fungsi servis seperti sentra bahan bakar, bak air besih, ruang genset, ruang ME, dll. 5. Bangunan kelompok fungsi tambahan yang berfungsi mendukung keberadaan pusat penelitian kelautan seperti ruang pamer, musium laut, wisata bahari, dll. II.2.5 Laboratorium Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat II - 25
untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007). Sementara menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain. Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. 1. Penggolongan Laboratorium Laboratorium dibedakan menurut penggunaan dan spesialisasinya, berikut penjelasannya : a. Menurut penggunaan Laboratorium untuk praktikum kuliah yang tertutup digabung dengan tempat kerja laboratorium (lab) yang banyak dan biasanya dengan barangbarang keperluan yang sederhana. Laboratorium (lab) untuk penelitian yang tertutup biasanya dalam ruang yang tertutup dengan perlengkapan yang khusus dan ruang tambahan seperti ruang pemisah cairan, ruang pameran, ruang tangki cetakan, dapur kecil, ruang pengatur suhu dan pendingin dengan suhu yang konstan, ruang foto dan ruang gelap, dll. b. Menurut spesialisasi Laboratorium (lab) kimia dan biologi dengan meja-meja lab yang kokoh dan permanen. Ruangan memiliki ventilasi udara yang tinggi, seringkali sebagai tambahan mempunyai kotak-kotak pergantian udara yang lembab/pengap (digestorasi) untuk pekerjaan yang menghasilkan asap dan gas yang banyak. Digestorasi tidak jarang pada ruang khusus (ruang yang berbau). Laboratorium (lab) fisika dengan meja yang sebagian besar dapat digerakkan, instalasi listrik yang satu sama lain berbeda dalam sumber II - 26
energi (saluran kabel). Pada bidang dinding atau tergantung pada langitlangit dengan sedikit pergantian udara. Laboratorium (lab) khusus untuk tujuan khusus, misalnya lab isotop untuk pekerjaan yang menghasilkan sinar dalam tingkat kemauan yang berbeda. Laboratorium (lab) ruang steril untuk pekerjaan dengan tuntutan pada udara khusus tersaring yang bebas debu, misalnya dalam bidang elektronika atau untuk zat-zat khusus yang berbahaya, yang pergantiannya dalam sekitar ruangan melalui pergantuian udara secara khusus dan penyinaran sebisanya dihindari (mikrobiologi, gen teknik, tingkat kelamaan L1-L4). Laboratorium yang dingin untuk pekerjkaan dibawah temperatur yang berlebihan. Leboratorium foto dan kamar gelap. Untuk bidang laboratorium yang sempit, ruang bekerja tanpa instalasi-instalasi. S1-sel dan ruang tunggu untuk laboratorium pribadi, untuk itu ruang utama seperti pada umumnya. Gudang penyimpanan bahan kimia dan percobaan-percobaan dengan perlengkapan perlindungan yang khusus, tempat penyimpanan isotop dengan wadah yang kuat, dll. Laboratorium binatang dengan tempat pemeliharaannya mengambil tempat khusus. Pada percobaan binatang untuk setiap jenis binatang mempunyai peralatan dan tuntutan khusus dalam hal pergantian udara. 2. Kriteria Laboratorium Penelitian a. Furniture Laboratorium Meja laboratorium untuk tempat bekerja sangat menentukan, dibuat permanen atau yang dapat bergerak, pengukurannya termasuk dalam bidang untuk bekerja dan bidang jalan dalam gang. Bahan konstruksi yang baik untuk meja laboratorium dari pipa baja, alasnya terdiri dari lempengan batu tanpa sambungan, dari porselen yang langka, bahan lempengan tahan terhadap bahan-bahan kimia. Lemari-lemari dari kayu ataupun serbuk kayu, lapisan sintesis. Penyediaan instalasi listrik dari ruang kosong dilangit-langit atau dari bawah melalui konstruksi dibalik langit-langit.
II - 27
b. Ventilasi udara Instalasi udara bertekanan rendah dan kuat, yang terakhir dianjurkan untuk bangunan institut yang berlantai banyak dengan kebutuhan yang banyak. Kebutuhan untuk pendingin dan pelembaban instalasi ventilasi udara adalah kebutuhan yang mutlak pada semua laboratorium, terutama jika dalam laboratorium tersebut digunakan zat-zat kimia, harus ada udara keluar dan masuk. Pergantian udara setiap jam : laboratorium kimia 8 kali, laboratorium biologi 4 kali, laboratorium fisika 3-4 kali. c. Instalasi listrik Gedung-gedung yang memiliki stasiun trafo sendiri penting dalam faktor-faktor sambungan yang besar dan arus yang khusus. Pusat listrik harus dilindungi (tahan terhadap api) dan tidak dapat dilintasi oleh saluran lain. Susunan dan pipa instalasi, tiang-tiang penyokong dan bagian-bagian jaringan utama yang vertikal. Kumpulan pipa pada bagian depan gedung. Jaringan utama di dalam. Kumpulan pipa di luar, jaringan utama di luar. Kumpulan pipa di tengah, jaringan utama sebagai bagian depan. Jaringan utama sebagai bagian depan. Instalasi pipa tersendiri dengan jaringan utama di dalam. Bentuk silang pipa-pipa di luar, jaringan utama di tengah. Instalasi dan jaringan terletak di dalam. d. Sistem pengaturan vertikal Banyak jalur-jalur pengaturan yang vertikal di dalam atau dibagian depan sebuah gedung, dalam pipa yang tersendiri menghantarkan mediamedia langsung ke dalam laboratorium. Pusat-pusat pengembalian udara masuk atau keluar untuk digestorasi, ventilasi yang tersendiri pada langit-langit. Manfaatnya dapat mencapai maksimum pada pengaturan yang tersendiri. Hubungan-hubungan pendek yang horizontal pada meja laboratorium. Sedangkan kerugiannya, variabelitas rancangan terbatas, kebutuhan tempat yang besar, dalam penggunaan dan teknik lantai. e. Sistem pengaturan horizontal Saluran-saluran (horizontal) yang utama untuk semua media dalam kumpulan pipa-pipa dan dari sana secara horizontal dalam penggunaan ruang dibagi dengan pengisian dari atau bawah menuju meja II - 28
laboratorium. Manfaatnya, kebutuhan pipa-pipa dan tempat yang sedikit untuk pipa-pipa instalasi, variabelitas rancangan banyak, peralatan yang mudah, gabungan ventilasi secara bersamaan, instalasi yang lebih baik. Kerapatan instalasi yang tinggi mengharuskan kebutuhan tempat yang besar. Kumpulan pipa-pipa secara vertikal lebih jelas dan teratur, dapat dicapai dan diperbaiki dengan mudah. Pipa-pipa diamankan terhadap air kondensasi, panas, dingin, dan bunyi. Kegunaan ruangan untuk acara dan tuntutan pada sumbu ruangan, apakah sistem penerangan ruang dan pertukaran udara ruang dipasang tinggi atau rendah, alamiah atau buatan, harus diberikan bagian-bagian yang manfaat atau mutu teknisnya berbeda. Maka sering kali dalam bangunan laboratorium, ada bagian dalam yang luas (kesatuan tempat). Panjang bangunan dipengaruhi oleh tinggi tiang secara horizontal yang dianggap paling penting. Instalasi gedung lantai untuk pusat teknis di bawah atau di atas langit-langit. f. Jaringan konstruksi dan perluasannya Diutamakan variabelitas rancangan kerangka bangunan adalah beton bertulang baja, beton yang sudah jadi di pabrik (tinggal memasang) atau beton yang langsung dibuat dan sudah terpasang ditempat. Konstruksi jaringan adalah kelipatan perluasan jaringan yang biayanya dari 120 x 120cm (sistem desimeter). Besar jaringan konstruktif berguna untuk mencapai ruang-ruang berikutnya yang bebas menopang 7.20 x 7.20m, 7.20 x 8.40m, 8.40 x 8.40m. Tinggi ruang normal 4m sistem penerangan ruang >= 3m. Tiang-tiang yang berada di jaringan (kaca) tidak berada dalam jaringan perluasan untuk ketinggian variabilitas pemasangan. Pemisahan sistem ruang yang tertutup dari dinding pemisah dan langit-langit yang tergantung. Dinding pemisah yang dapat dipindahkan harus dapat segera terpasang dan permukaanya tahan terhadap bahan kimia. Langitlangitnya dapat dibongkar dan dibuat kedap suara. Permukaan lantai sedikit menggunana bahan-bahan penghantar listrik, biasanya jalur-jalur dari bahan sintetis atau lempengan bahan sintesis. Celah-celahnya
II - 29
disambung (dilas). Jendela untuk memndang kedalam ruangan laboratorium dari lorong lantai, pada pintu atau disambung lorong. Laboratorium isotop harus mempunyai atap, tidak berpori-pori dan begitu juga bidang atas dinding. Sudut-sudut yang bulat, btru-batu (serta timah) beton yang dilapisi kedap air disekililingnya, pengontrol air limbah, sel-sel tempat air dus antaran lab dan jalan keluar. Kotak-kotak penyimpanan beton untuk penampungan sisa-sisa sampah atau kelebihan sampah, lemari dari beton dengan pintu- pintu dari timah, dll. Meja-meja yang bergerak adalah persediann yang harus ada pada setiap laboratorium. Dalam ruangan khusus untuk menyimpan barangbarang yang dapat digerakan. Meja-meja terletak dibagian dinding yang tahan guncangan. II.2.6 Pelestarian Biota Laut 1. Definisi Pelestarian Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam penggunaan bahasa Indonesia, penggunaan awalan pe- dan akhiran –an artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja). (Endarmoko, 2006) Pelestarian adalah sebuah upaya yang berdasar dan dasar ini disebut juga faktor-faktor yang mendukung, baik dari dalam maupun dari luar hal yang dilestarikan. Oleh karena itu, sebuah proses atau tindakan pelestarian mengenal strategi maupun teknik yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisinya masing-masing. (Alwasilah, 2006) Lebih rinci A.W. Widjaja (1986) mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif. Pelestarian khususnya bagi lingkungan hidup terbagi atas beberapa jenis, diantaranya : a. Pelestarian tanah Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap II - 30
tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan. b. Pelestarian udara Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain: Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita. Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran. Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. c. Pelestarian hutan Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan: Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon. Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan. d. Pelestarian laut dan pantai Upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara: Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut. II - 31
Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan. e. Pelestarian flora dan fauna Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah: Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa. Melarang kegiatan perburuan liar. Menggalakkan kegiatan penghijauan. 2.
Pelestarian Biota Laut Pelestarian biota laut merupakan upaya perlindungan biota laut dari kemusnahan maupun kerusakan. Dalam bidang ilmu tertentu pelestarian juga di sebut upaya konservasi. Pelestarian biota laut juga dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman biota laut. Pelestarian biota laut tergolong dalan pelestarian laut dan pantai, dimana upaya yang dapat dilakukan antara lain : a. Melarang pengambilan karang hidup yang ada di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut. b. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan. c. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan. d. Membuat tempat rehabilitasi dan penangkaran bagi biota yang mulai mengalami degradasi.
II.3 Arsitektur Metafora II.3.1 Pengertian Arsitektur Metafora Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Metafora berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang terdiri atas 2 buah kata yaitu: - “metha” yang berarti : setelah, melewati - “pherein” yang berarti : membawa II - 32
Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata, bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa. (Sumber : Wikipedia.org) Arsitektur metafora merupakan sebuah cara yang digunakan oleh arsitek untuk menterjemahkan makna atau substansi yang terdapat pada objek rancang. Beberapa Arsitek dunia mengartikan arsitektur metafora sebagai berikut : Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”, mengemukakan arsitektur metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan. Menurut Jenks, awalnya seni bangunan mengalami suatu penganalogian bentuk, berkembang karena kejenuhan terhadap arsitektur modern. Analogi metafora berkembang bersamaan munculnya arsitektur post modern yang bercirikan bentuk bangunan dengan prinsip skalatis, serba terukur sesuai kebutuhan manusia, dan kurang beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Jenks juga menerangkan bahwa arsitektur sebagai komunikasi adalah bahasa non-verbal dimana bangunan mewakili salah satu bentuk komunikasi dan
seperti
bahasa
juga
menggunakan
kosakata
dan
sintaksis
atau
penggabungan kosa kata. Dengan pemahaman bahwa arsitektur sering sekali dipahami sebagai suatu sistem bahasa yang menyampaikan makna tertentu, maka metafora juga menjadi suatu hal yang sering dipakai sebagai pendekatan mendesain arsitektur, terutama dalam proses menemukan bentuk gometrinya. Dalam sebuah buku Architecture as Metaphor, dijelaskan bahwa “Architecture, in other words, is a form of communication, and this communication is conditioned to take place without common rules because it takes place with the other.” yang berarti bahwa arsitektur dapat dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait dengan hal-hal lain di luar dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi, arsitektur sering dikaitkan dengan suatu sistem bahasa. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”, arsitektur metafora mengidentifikasikan pola-pola yang
II - 33
mungkin
terjadi
dari
hubungan-hubungan
paralel
dengan
melihat
keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal. Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture”, metafora adalah suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain. Pengertian metafora dalam arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, yang di wujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya. Pendekatan metafora dalam mendesain biasanya dilakukan dengan cara penganalogian. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang arsitek menggunakan bentuk analogi dari sebuah benda untuk diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk arsitektural. Metode ini dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan ‘dibawa’ oleh suatu bentuk arsitektur. Seringkali kemudian, bentuk arsitektural yang muncul melambangkan makna yang dikenakan padanya tersebut. Dengan melalui proses ini, metafora seolah memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam produk arsitektural, sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. II.3.2 Latar Belakang Arsitektur Metafora Arsitektur sebagai instrumen komunikasi harus dapat menyampaikan makna yang terkandung di dalam sebuah bangunan. Arsitektur bukan hanya sekedar bangunan mati yang tidak memiliki jiwa, namun arsitektur merupakan sebuah bentuk bahasa, sehingga arsitektur merupakan bagian dari komunikasi. Makna primer dalam arsitektur adalah bangunan sebagai wujud fungsi dan struktur fisik, makna sekunder akan mewakili dan menekankan pada bagian – bagian yang berkaitan dengan pengirim, penerima dan kode yang merupakan suatu sistem sehingga sebuah pesan dapat dimengerti. Metafora arsitektural berkenaan dengan wujud bentuk arsitektur yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara kiasan tertentu dari arsitek ke dalam bentuk ruang bangunan rancangannya sebagai makna kedua di samping pemenuhan II - 34
fungsi bangunannya. Metafora dalam arsitektur bagaikan kiasan berbahasa, memilii kesamaan – kesamaan dan bersifat logis. Charles Jenks dan Michael Graves melihat bahwa orang dengan latar belakang berbeda akan membaca ekspresi metaforik dalam suatu bangunan secara berlainan. Metafora berkaitan dengan pemahaman manusia, dengan pengalaman yang melatar belakangi pemikiran manusia. Pengalaman dan pemahaman manusia terhadap suatu konsep akan terpatri dalam ingatannya, bentuk yang terlihat, permukaan yang kasar, cahaya yang terang, sampai wangi bunga, dan lain sebagainya. Karakteristik ruang, kode visual maupun ekspresi tarikan garis adalah upaya untuk merangsang pemahaman manusia kepada konsep yang ingin ditampilkan. Metafora sebagai salah satu metode desain memungkinkan menampilan kode visual yang terkandung dalam fungsi bangunan yang diwadahi. Yang menjadi latar belakang pemilihan Arsitektur Metafora sebagai metode desain Pusat Desain Grafis adalah desain grafis yang identik dengan seni, permainan bidang dan garis serta sesuatu yang tidak pasif dan sebagainya, menuntut suatu bentuk desain arsitektural yang dapat ditawarkan sebagai wujud dari karakter desain Grafis ini sendiri. Pemilihan desain melalui metode Arsitektur Metafora sebagai pendekatan perancangan bangunan Pusat Desain Grafis, didasarkan pada kebutuhan kode visual yang harus di tampilkan pada bangunan Pusat Desain Grafis yang mencerminkan karakter dari desain grafis itu sendiri. Karakter desain grafis yang erat hubungannya terhadap elemen garis dan bidang diharapkan dapat ditampilkan dengan pendekatan metode desain arsitektur metafora dimana kiasan karakter desain grafis dapat diwujudkan dalam bentuk kode visual pada bangunan sehingga dapat ditangkap oleh masyarakat. Desain grafis sebagai sebuah produk seni dan pengetahuan mempunyai makna tersendiri dalam karakter dan unsur pembentuknya. Makna dari karakteristik desain
grafis akan
relatif mudah tersampaikan, dengan
menggunakan pendekatan metafora dalam pembentukan kode visual bangunan. Dengan cara tersebut, fungsi bangunan akan tetap dapat di inteprestasikan oleh pengamat melalui tampilan fisik bangunan meskipun setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kode visual yang ditampilkan.
II - 35
II.3.3 Karakteristik Arsitektur Metafora 1. Jenis Arsitektur Metafora Dari definisi metafora menurut Anthony C. Antoniades yang telah disampaikan di atas, terdapat tiga kategori dari metafora, yakni sebagai berikut a. Intangible Metaphors (metafora yang tidak diraba) Merupakan metafora abstak, yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat dirasakan. Yang termasuk dalam metafora abstrak misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus, seperti
individual,
naturalistis,
komunitas,
tradisi
dan
budaya.
Pemberangkatan ide metaforik berasal dari konsep yang abstrak, sebuah ide, sifat atau kualitas objek. Beberapa arsitek jepang seperti Arata Isozaki, Kazugiro Ishi dan lainnya juga menggunakan metode metafora intangible tersebut dalam pemunculan inspirasinya. Kazuo Shinohara merupakan salah satu arsitek Jepang yang dianggapberhasil mengangkat sifat “keheningan” Jepang ke dalam ruang tiga dimensi. b. Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba) Merupakan metafora yang nyata dan dapat dilihat sekaligus dirasakan dari suatu karakter visual atau material. Ide pemberangkatan metaforik berasal dari karakter material atau visual objek yang konkrit.
Gambar II.17 Sydney Opera House Sumber : arch-daily.com
II - 36
Gambar II.18 Interior Sydney Opera House Sumber : arch-daily.com Salah satu contohnya dalah bangunan Sydney Opera House yang berada di pelabuhan kota Sydney, Australia karya John Utzon. Utzon ingin menunjukkan cangkang sebagai sebuah bangunan dalam hubungannya dengan suatu permukaan bola dan sayap burung yang sedang terbang. Kalangan jurnalis Australia menganggapnya sebagai cangkang kerang laut yang berwarna putih dengan kombinasi layar kapal yang meramaikan pelabuhan Sydney. Kritikus arsitektur menganggapnya sebagai cangkang bertumpuk dari perkembangan kucnup bunga yang akan mekar. Seangkan mahasiswa arsitektur di Australia berpendapat bahwa Sydney Opera House sebagai kiasan kura – kura yang sedang bercinta. c. Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya) Merupakan metafora dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi, serta menjadi pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar karakter visualnya dapat menjadi alasan untuk menilai sifat – sifat, kualitas, dan karakter wadah visualnya. Sebagai contohnya : Bangunan Alburqueque Blood Bank
II - 37
Gambar II.19 Alburqueque Sumber : arch-daily.com Bangunan ini berwarna merah darah karya Antonie Predock. Karya arsitektural ini disebut sebagai penerapan metafora berlapis. Melihat ide awalnya sebagai bank darah, maka diambil ide darah tersebut sebagai langkah awal strategi pendekatan metafora. Dengan settingan lokasi di lembah Rio Grande dimana ketika matahari terbenam langitnya akan memerah darah, maka ide memetaforakan darah tersebut dianggap cocok dengan kondisi yang ada di lokasi. Filosofi yang ada pada bangunan ini adalah sebagai kiasan seseorang yang kehilangan darah, kehilangan hidup (bangunan merah yang berada di atas merah /matahari terbenam), kemudian terbit lagi matahiri sebagai metafora dari siklus hidup manusia.
II - 38
Nagakin Capsule Building
Gambar II.20 Nakagin capsule Sumber : arch-daily.com Bangunan ini dirancang oleh arsitek Jepang yang bernama Kisho Kurokawa. Bangunan ini terdiri dari 140 kotak yang disusun pada dua buah core. Bangunan ini juga mendapatkan tanggapan dari masyarakat yang mengamati antara lain di interpretasikan seperti tumpukan sugar cupe, tumpukan mesin cuci dan lain sebagainya. Namun sang arsitek sendiri mengatakan bahwa bentuk ini merupakan metafora dari tempat tinggal burung yang di ibaratkan sebagai tempat tinggal para bisnismen yang sibuk “terbang” dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
TWA Building
Gambar II.21 TWA building Sumber : designbuild-network.com Merupakan bangunan yang berfungsi sebagai bandara dimana oleh sang arsitek dimetaforakan dalam bentuk burung yang siap terbang. II - 39
Konsep ini muncul dari konsep bandara yang merupakan tempat mendarat pesawat terbang. Sehingga ide bentuk massa bangunan penunjang pada bandara tersebut mengambil konsep yang identik atau menjiwai bandara sebagai terminal pesawat terbang, yakni dengan memetaforakan bentuk burung dengan sayap yang membentang. Metafora sebagai suatu metode desain berguna sebagai stimulan kreativitas
arsitektural.
Maksudnya
adalah
arsitektur
metafora
memungkinkan seseorang untuk melihat suatu karya arsitektur dari sudut pandang lain, mempengaruhi untuk timbulnya berbagai intrepetasi pengamat, mempengaruhi pengertian yang sebelumnya dianggap belum dimengerti atau belum ada pengertiannya, dan dapat menghasilkan arsitektural yang lebih ekspresif. 2. Analogi Bentuk pada Arsitektur Metafora Meski banyak definisi tentang metafora, umumnya metafora dapat didekatkan dengan pengertian berikut. Pertama, metafora ialah teknik untuk mentransfer subjek atau deskripsi sesuatu menjadi sesuatu yang lain, bisa keseluruhan atau sebagian saja dari unsur-unsurnya. Dalam hal ini metafora berupaya untuk menemukan unsur-unsur dari suatu subjek, kemudian ditransfer ke
unsur-unsur subjek yang lain. Kedua, metafora berupaya
untuk melihat subjek sebagai atau menjadi suatu subjek yang lain. Pendek kata, metafora berarti suatu analogi. Ketiga, metafora juga merupakan usaha untuk mempertukarkan fokus tertentu pada suatu subjek kepada subjek yang lain, berdasarkan suatu hasil penelitian atau penemuan tertentu. Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa analogi dalam metafora
digunakan
untuk
dimetaforakan/dibandingkan.
mengkomunikasikan
Menurut
Goffrey
bentuk
Broadbent,
yang bentuk
penganalogian metafora dalam arsitektur terbagi menjadi 4 macam, yakni sebagai berikut. a.
Analogi romantik Ciri pokoknya bersifat mengembang serta dapat mendatangkan tanggapan emosional dalam diri pengamat. Analogi romantik dilakukan melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan dan melakukan asosiasi
II - 40
rujukan pada alam, melalui bentuk rona, proses alami, tempat eksotis, dan bentuk-bentuk primitif lainnya. b.
Analogi lingustik Menyampaikan informasi pandangan suatu bangunan dengan salah satu cara berikut, melalui metode tata bahasa, ekspresionis, dan semiotik. Melalui metode tata bahasa, arsitektur dianggap terdiri dari unsur kata yang ditata menurut aturan tata bahasa dan sinteksis, memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan menaksir apa yang disampaikan bangunan. Dengan metode ekspresionis, bangunan dianggap sebagai wahana arsitek mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan. Sedangkan metode semiotik merupakan bentuk penafsiran yang menggunakan tanda-tanda pada sebuah karya arsitektur, yang merupakan tanda penyampaian informasi mengenai bangunan sebenarnya, fungsi, serta tujuan keberaadaannya.
c.
Analogi benda hidup Menjelaskan bahwa arsitektur dari teori alam menciptakan suatu bentuk dan fungsi bangunan. Suatu objek mulanya melihat bentuk dari gejala alam, misalnya dari makhluk hidup. Seperti misalnya sarang laba-laba yang dapat mengilhami bentuk struktur kabel, kulit telur yang menjadi landasan awal dari struktur shell, dan akar pohon yang menimbulkan pemahaman bahwa bangunan tidak mampu berdiri tanpa pondasi.
d.
Analogi benda mati Menjelaskan bahwa perbandingan pada bentuk arsitektur tidak harus selalu berwujud benda hidup, misalnya folded plate yang diilhami dari lipatan kertas alas obat nyamuk bakar, atau tenda yang dapat menginspirasi struktur membran roof dan struktur tensile. Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip Metafora, pada umumnya
dipakai jika : a.
Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain.
II - 41
b. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain. c.
Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
II.3.4 Kegunaan Penerapan Arsitektur Metafora dalam Arsitektur Kegunaan metafora dalam desain arsitektur adalah sebagai berikut : 1.
Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain.
2.
Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.
3.
Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
4.
Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.
II.3.5 Pemindahan Ekspresi Metafora kedalam Konsep Ruang Arsitektur metafora merupakan salah satu media yang digunakan arsitek untuk menyampaikan makna pada sebuah karya arsitektur. Bahasa metafora sangat luas bahkan bisa menimbulkan bermacam-macam pemaknaan karena pemikiran dan daya tangkap seseorang berbeda dengan yang lain. Berbagai penyampaian makna dalam arsitektur metafora dapat berupa apa saja sesuai dengan keinginan pembuat bangunan. Sedangkan pada karya arsitekturnya makna dapat dilihat dan dirasakan melalui berbagai macam elemen. Beberapa arsitek menganggap bahwa ruang dan suasana yang ditimbulkan merupakan media yang paling utama untuk menyampaikan makna, karakter dan suasana yang diinginkan. John Simond menulis, karakteristik ruang merupakan kualitas abstrak yang akan mempengaruhi emosi maupun psikologi pemakainya. Bila sesuai dengan tujuan penggunanya dan konteks pemakainya, maka ekspresi metaforik akan tersampaikan. Berikut adalah contoh – contoh konsep yang dipindahkan dalam karakteristik ruang.
II - 42
Tabel II.1 Konsep dan Karakteristik Ruang Konsep
Karakteristik Ruang
Ketegangan
Bentuk – bentuk yang tidak stabil, pembenturan warna – warna yang intens, penekanan visual pada objek, permukaan keras dan kasar, element – element yang tidak familiar, cahaya terang dan menyilaukan, suara gemuruh.
Istirahat
Objek yang mudah dikenali, garis – garis yang mengalir, stabilitas struktur yang jelas, element horizontal, tekstur dan cahaya lembut, suara sayup – sayup, warna putih, abu- abu, biru dan hijau.
Ketakutan
Tidak ada orientasi, area tersembunyi, akjut – kejutan, bidang lekukan, putaran dan pemecahan, bentuk – bentuk yang tidak stabil, pijakan licin, void tanpa pengaman, element tajam, gelap dan remang – remang, warna pucat dan monokrom.
Kegembiraan
Pola dan bentuk halus mengalir, gerak dan irama terlihat pada struktur, sedikit batasan, warna hangat dan cerah, cahaya yang berkelip kelip.
Perenungan
Terisolasi, prbadi, terpisah, cahaya dan warna lembut berpendar, suara bernada rendah dan konstan, tanpa elemen dekorasi.
Kelembutan / kehalusan
Garis – garis yang mengalir, element horisontal , tekstur dan cahaya yang lembut dan halus, suara sayup – sayup, warna lembut, tanpa gangguan konsentrasi.
Dari tabel tersebut dapat di simpulkan bahwa arsitektur sebagai komunikasi non verbal juga memiliki kode yang dapat membuat perbedaan dalam “membaca” maknanya. Dalam hal ini, suatu kode visual akan sangat penting bagi bahasa non-verbal seperti arsitektur karena dengan kode visual tersebut pemakai diharapkan akan dapat melihat dan merasakan pesan – pesan yang ingin disampaikan. II - 43
Beberapa karya arsitek terkemuka memberikan kesan kepada pemakainya. Hal ini menurut Charles Jencks adalah kenyataan yang menekankan pentingnya kode visual bagi sebuah karya arsitektur. Sebagai contoh, gereja Ronchamp karya Le Corbusiea, menimbulkan beberapa sugesti terhadap adanya kode visual tertentu. Kode – kode visual tersebut merupakan hal – hal yang populer di masyarakat dan berada pada tingkatan yang tidak sadar pada pemikiran manusia. Le Corbusier mengakui bahwa karyanya tersebut mengambil metafora pada “akustik visual” bentuk atapnya. Garis, bentuk, warna dan tekstur memiliki kualitas abstrak yang mempengaruhi respon emosional-intelektual manusia. Bila sebuah bentuk mencaritakan sesuatu atau mempengaruhi pengamatannya, maka akan lebih baik untuk memakai bentuk tersebut dalam penyusunan struktur, objek, dan ruang yang dapat menyampaikan pesan yang sama pada pemakai tuang. Bentuk tiga dimensi dapat disusun dari berbagai bidang dan bidang disusun dari garis sehingga ekspresi garis dapat menjadi kode visual suatu karakteristik objek yang akan dimetaforakan dalam arsitektur, John Simond mengataka ekspresi garis tersebut dapat menimbulkan kesan sesuai yang diinginkan oleh arsitek. Bila pemakainya sesuai dengan konteks yang berkaitan. Penyusunan ekspresi tersebut sebagai metafora, selanjutnya adalah menjadi tanggung jawab perancangnya. Apakah saorang arsitek cukup peka supaya kesan yang ditimbulkan secara keseluruhan tidak bertentangan dngan konsep awal. II.3.6 Preseden Arsitektur Metafora 1.
Yamanashi Fruits Museum Salah satu perancang yang menggunakan konsep metafora dalam perancangannya adalah Itsuko Hasegawa melalui karyanya yaitu museum of fruit di Yamanashi,Jepang. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan greenhouse dengan material baja dan kaca. Berlokasi sekitar 30 km dari gunung fuji. Museum of Fruit berada pada salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah. Sebagian dari dome ini II - 44
dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang berbentuk pipa. Dimensi typikal adalah 40 meter dengan bentang 20 meter.
Gambar II.22 Yamanashi fruits museum Sumber : GA document, Itsuko Hasegawa (2008) Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu fruit plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar pada sebuah lahan.
Gambar II.23 Plan Yamanashi fruits museum Sumber : GA document, Itsuko Hasegawa (2008) Kehadiran metafora terlihat pada tata massa dan bangunan museum of fruit. Pada bangunan ini sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan museum of fruit ini merupakan perumpamaan arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah dan bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, akan tetapi juga sifat-sifatnya.
II - 45
2.
Akuarium Batumi, Georgia Seperti yang telah diulas pada preseden akuarium laut sebelumnya, akuarium ini memiliki luas 2.000m². Bangunan akuarium batumi ini terinspirasi oleh karakteristik dari batuan/kerikil yang dibentuk oleh sapuan ombak di pantai batumi. Bangunan terbentuk dari formasi batuan yang disusun sedemikian rupa sehingga terlihat menarik baik itu dari darat maupun dari laut. Susunan batu ini membagi empat area pameran dimana masing masing batu mengandung suasana biotipe laut yang unik. Penerapan metafora pada desain
Akuarium Batumi ini dapat
menciptakan citra serta estetika yang berhubungan dengan laut.
Gambar II.24 Denah dan sketsa ide Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com
Gambar II.25 Ekterior Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com
II - 46
Gambar II.26 Potongan Interior Akuarium Batumi Sumber : archdaily.com Bangunan seluas 2000m² ini mengandung unsur modern, dan juga budaya akuarium yang menawarkan pengunjung fasilitas pendidikan, hiburan dan secara visual mengajak pengunjung untuk merasakan perjalanan laut dengan cara yang berbeda. Terdapat 4 area pameran berupa akuarium yang berbentuk bangunan batu dimana masing-masing dari keempatnya merupakan biotipe laut yang unik yaitu Laut Mediterania, Laut Hitam/Merah, Laut Aegea, dan Samudra Hindia. Keempat area pameran tersebut dihubungkan dengan suatu area pusat yang merupakan sebuah ruang serba guna, kafe dan juga retail. Letaknya yang fleksibel membuatnya cocok untuk presentasi dan loakkarya. Disekitar akuarium, landscape dari pemandangan laut yang berbeda memberikan kesempatan yang menarik untuk penelitian yang inovatif dan pertemuan informal terbuka dan belajar di sepanjang pantai. Ekspresi signifikan yang terinspirasi oleh alam ini tidak hanya membuat akuarium spektakuler di pantai batumi georgia, tetapi juga kontribusi negara kelautan untuk lebih mengeksplorasi kehidupan di bawah laut.(Sumber : Archdaily.com) 3.
Guggenheim Museum, Bilboa, Spanyol Bangunan yang berdiri diatas lahan segitiga seluas 32.700 m2, berada di selatan tepi sungai Nervion, Bilboa yang menjadi daerah komersial, industri perkapalan dan jalan dagang. Terdiri dari serangkaian massa yang memiliki sebuah fokus berupa atrium di pusatnya dengan skala monumental. Sebentuk massa scluptural berlapiskan titanium II - 47
dengan bentuk lengkung dan putaran pada sisi sungai, menyatukan keseluruhan dalam sebuah komposisi arsitektur. Sebagian massa diteruskan melewati jembatan “Puente de la Salve” yang diakhiri oleh sebuah menara berlapis limestone pada bagian yang berhadapan dengan kota. Bangunan ini dikelilingi oleh serangkaian plazza dan selasar yang dapat diakses langsung dari jalur transportasi ditambah adanya sebuah taman air yang sejajar dengan sungai.
Gambar II.27 Guggenheim Museum Sumber : designbuild-network.com
Gambar II.28 Guggenheim Museum Sumber : designbuild-network.com Interior museum menyediakan tiga lantai ruang peragaan termasuk galeri monumental setinggi 50 m dengan beratapskylight pada atriumnya yang fungsinya khusu untuk pameran karya seni berukuran besar. Ketiga lantai ini saling dihubungkan oleh jembatan, elevaor kaca dan tangga yang berada di sekitar atrium. Selain itu, museum ini juga memiliki galeri yang memanjang dengan luas 10.400 m2 yang menjangkau kedua sisi bawah jembatan Puente de la Salve dan berakhir pada menara. II - 48
Pencahayaan alami melalui skylight dan sistem pemantulan pada atap untuk menerangi penampilan dari interiornya. Gehry menyatakan sebuah ekspresi yang mewakili latar belakang budayanya, dimana dunia semakin sibuk dan waktu terasa semakin cepat memburu. Suasana hiruk pikuk tersebut adalah sebuah ide yang melatarbelakangi karyanya baik dalam bidang arsitektur maupun seni. Hal tersebut dianggap sebagai suatu kontekstualitas terhadap kondisi masyarakat di era yang semakin maju. Banyak karya Gehry yang mengambil tema metaforik “ikan”. Tema ini sering diambil dikarenakan Gehry menyukai bentuk dan pergerakan ikan dalam air dan bekas yang ditinggalkannya dapat dijadikan ide rancangannya. Bentuk metafora yang ada dalam bangunan Gugenham Museum ini merupakan metafora kesan (image metaphor). Sifat “hiruk-pikuk” dan bentuk pergerakan seekor ikan di dalam air dipindahkan ke dalam ekspresi ruang tiga dimensi. Kesan konsep tersebut dipetakan kedalam kesan sebuah bangunan museum. Melalui kehadiran kedua ide pemberangkatan metaforik tersebut, maka kategori metafora yang diterapkan merupakan kategori metafora kombinasi (combine metaphor), dikarenakan “hiruk-pikuk” merupakan kualitas yang menunjukkan kondisi masyarakat pada masa kini, dan “ikan” yang merupakan objek visual. Makna literal museum yaitu fungsi sebagai fasilitas kebudayaan tentu berbeda dengan makna sekunder yang ditimbulkan. Makna lain muncul dalam pemikiran pemakai bangunan yang mencari kategorisasi bentuk untuk pemahamannya. Karakteristik ruang dalam karya Gehry adalah : a. Bentuk – bentuk tidak stabil, tekstur permukaan dan kombinasi warna melalui komposisi lengkungan dan putaran ke kiri, kanan, atas dan bawah. Pemakaian bahan titanium serta limestone, warna metal dikombinasikan dengan warna kecoklatan batu alam. b. Bentuk tegas, bidang bersudut, diagonal yang dapat dilihat dari ruang – ruang interior maupun bentuk secara keseluruhan yang scluptural tersebut. II - 49
c. Materila solid berupa batu, logam dan kayu dengan tekstur kasar alami bahan terlihat jelas mendominasi penampilan bangunan sehingga menampilkan kesan dinamisnya suasana. Unsur “ikan” dan “ular” menurut pengamat arsitektur, Dennis Dollens, terlihat dari liukkan bangunan sebagaimana ikan bergerak dalam air, lempengan titanium juga seakan membentuk sisik ikan. Karya Gehry ini ternyata menimbulkan bermacam pemahaman yang berbeda yang membuatnya menjadi sebuah karya yang kaya dan kuat. Ekspresi informal dan implisit pada Guggenheum-Bilboa Museum tersebut tidak membawa pemahamn tunggal akan fungsi dari museum kepada orang yang melihat dan mengunjungi.
II - 50