BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Buah Pisang Ambon (Musa acuminata AAA)
2.1.1 Asal usul buah pisang ambon Pisang pertama kali ditemukan tumbuh di daerah tropis di negara berkembang seperti Indochina dan Asia Tenggara. Daerah Indonesia, Malaysia, Filipina, dan New Guinea merupakan pusat keanekaragaman pisang, sebab sebagian besar pisang terdapat di Asia Tenggara. Pisang selanjutnya menyebar ke daerah tropik dan sub-tropik di Asia, Amerika, Afrika, dan Australia. Ahli botani mengambil kesimpulan, bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara salah satunya indonesia. Indonesia terkenal dengan berbagai spesies tanaman pisang, tetapi tidak semua spesies mempunyai mutu yang sama. Spesies yang terbanyak di suatu daerah belum tentu spesies yang disukai pembeli di luar wilayah daerah tersebut (Satuhu dan Supriyadi, 2007). 2.1.2 Morfologi tanaman pisang ambon Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman pisang ambon adalah sebagai berikut : a. Akar Tanaman pisang berakar serabut dan tidak memiliki akar tunggang. Akar serabut tersebut tumbuh pada umbi batang, terutama pada bagian bawah. Akar-akar yang tumbuh dibagian bawah akan tumbuh lurus menuju pusat bumi hingga kedalaman 75-150 cm, sementara perakaran yang tumbuh di bagian atas tumbuh menyebar kearah samping.
5 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Akar pisang (Satuhu dan supriyadi, 2007) b. Batang
Gambar 2.2 Batang pisang (Satuhu dan Supriyadi, 2007) Tanaman pisang berbatang sejati. Batang sejati tanaman pisang tersebut berupa umbi batang yang berada didalam tanah. Batang sejati tanaman pisang bersifat keras dan memiliki titik tumbuh (mata tunas) yang akan menghasilkan daun dan bunga pisang. c. Daun
Gambar 2.3 Daun pisang (Satuhu, 2007)
6 Universitas Sumatera Utara
Daun tanaman pisang berbentuk lanset panjang, memiliki tangkai panjang berkisar antara 30-40 cm. Tangkai daun ini bersifat agak keras dan kuat serta mengandung banyak air. d. Bunga
Gambar 2.4 Bunga pisang ( Satuhu dan Supriyadi, 2007) Bunga tanaman pisang berbentuk bulat lonjong dengan bagian ujung runcing. Bunga tanaman pisang yang baru muncul, biasa disebut jantung pisang. Bunga tanaman pisang terdiri dari tangkai bunga, daun pelindung bunga dan mahkota bunga. e. Buah
Gambar 2.5 Buah pisang ( Satuhu dan Supriyadi, 2007) Buah pisang memiliki bentuk ukuran, warna kulit, warna daging buah, rasa dan aroma yang beragam, tergantung pada varietasnya. Bentuk buah pisang
7 Universitas Sumatera Utara
ambon bulat panjang, bulat pendek, bulat agak persegi dan sebagainya (Tjitrosoepomo, 2000). 2.1.3 Varietas buah pisang ambon a. Ciri-ciri pisang ambon kuning 1. Ukuran buah lebih besar dibanding jenis pisang ambon lainnya. 2. Kulit buah yang sudah matang berwarna kuning 3. Daging buah berasa manis dan beraroma harum. 4. Dalam satu tandan umumya terdapat 7- 9 sisir dengan rata-rata persisir 10-12 buah pisang. 5. Buah cocok dimakan sebagai buah segar. b. Ciri-ciri pisang ambon lumut 1. Ukuran buah lebih kecil dibandingkan pisang ambon kuning. 2. Kulit buah berwarna hijau walaupun sudah matang, tetapi pada kondisi sangat matang berwarna hijau kekuningan dengan bercak cokelat kehitaman dan kulit lebih tebal dari pada pisang ambon kuning. 3. Daging buah memiliki warna hampir sama dengan ambon kuning, hanya sedikit lebih putih. 4. Daging buah berasa lebih manis dan beraroma lebih harum. 5. Dalam satu tandan terdapat 7-12 sisir pisang dengan rata-rata persisir 10-12 buah pisang. 6. Buah cocok dimakan sebagai buah segar. c. Ciri-ciri pisang ambon putih 1. Ukuran buah lebih besar dibandingkan pisang ambon lumut. 2. Kulit buah yang sudah matang berwarna kuning keputihan.
8 Universitas Sumatera Utara
3. Daging buah berwarna putih kekuningan. 4. Daging buah berasa manis sedikit masam dan beraroma harum. 5. Dalam satu tandan terdapat 10-14 sisir dengan rata-rata persisir 10-12 buah pisang. 6. Buah cocok dimakan sebagai buah segar (Tjitrosoepomo, 2000). 2.1.4 Klasifikasi tanaman pisang Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 2000) Divisi
: Spermatophyta
Sub Devisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Famili
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa acuminata AAA
2.2 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997). Ketebalan kulit berbeda-beda untuk tiap individu, tergantung usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup. Pada umumnya pria mempunyai kulit yang lebih tebal dan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan wanita (Sulistyowati, 2009).
9 Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Fungsi kulit Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik serta mekanik, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kimiawi, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus, gangguan panas atau dingin. Gangguan fisik serta mekanik dicegah oleh adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit atau mantel asam kulit dengan pH 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5 - 10% dari sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997). Fungsi kulit lainnya adalah menjaga keseimbangan temperatur tubuh, organ sekresi, menerima rangsangan, absorpsi dan status emosional (Muliyawan dan Suriana, 2013). Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, kelembaban udara, metabolisme dan jenis zat yang menempel di kulit (Wasitaatmadja, 1997). 2.2.2 Struktur kulit Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu: lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu: 1. Stratum germinativum atau stratum basale Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel, yang terletak paling dekat dengan dermis di bawahnya. Stratum basale berisi beberapa jenis sel, yaitu: a. Sel-sel punca: yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca serta menghasilkan sel anak (keratinosit).
10 Universitas Sumatera Utara
b. Keratinosit: sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6 kali sebelum bergerak ke atas menuju stratum spinosum. c. Melanosit: sel-sel penghasil pigmen (melanin). Terdapat 1 melanosit untuk setiap 4 – 10 keratinosit basal. Jumlah melanosit sama pada setiap orang, namun aktivitasnya jauh lebih tinggi pada orang berkulit gelap. d. Sel-sel Merkel: sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan sebagai mekano reseptor yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini paling banyak di bibir dan lidah, namun sulit diidentifikasi karena memiliki tampilan serupa dengan melanosit. 2. Stratum spinosum Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit, dan beberapa sel Langerhans. a. Keratinosit:
mengubah
ekspresi
keratin
saat
berdiferensiasi.
Filamen-filamen keratin di dalam sel untuk memperkuat hubungan sel-sel dan membuat hubungan erat antar sel. b. Sel-sel Langerhans: merupakan sel penyaji antigen khusus (sel dendritik) yang menyusun sekitar 3 – 6% sel pada lapisan stratum spinosum. Saat sel ini terpapar oleh benda asing/ antigen, sel-sel ini bermigrasi keluar epitel dan menuju kelenjar getah bening regional untuk menginisiasi respons imun. 3. Stratum granulosum Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi
11 Universitas Sumatera Utara
menjadi sel bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula intraselular menuju celah antar sel-sel mati (skuama) pada lapisan di atasnya. Saat bergerak ke atas, sel-sel ini mulai kehilangan nukleus dan organel sitoplasmanya, kemudian mati. Sel-sel mati menjadi „skuama‟ berkeratin dari lapisan teratas. 4. Stratum lusidum Lapisan ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang ditemukan pada kulit tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini tipis dan transparan serta sulit teridentifikasi pada potongan histologis rutin. 5. Stratum korneum Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel mati, yang menjadi datar dan tampak seperti pengelupasan kulit (atau skuama). Sel-sel ini berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang, pada bagian dalam terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk sawar anti-air yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas (Peckham, 2014). 2.2.3 Jenis-jenis kulit Secara umum, berdasarkan pada kandungan air dan minyak, kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Kulit kering Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah. Ciriciri fisik yang tampak pada kulit kering adalah: a. Kulit tampak kusam dan bersisik.
12 Universitas Sumatera Utara
b. Mulai tampak kerut-kerutan. c. Pori-pori sangat kecil, sehingga tidak kelihatan. 2. Kulit normal Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak rendah sampai normal. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit normal adalah: a. Penampilan kulit tampak segar dan cerah. b. Bertekstur halus dan tegang. c. Pori-pori kelihatan, namun tidak terlalu besar. d. Terkadang pada dahi, hidung, dan dagu terlihat berminyak. 3. Kulit berminyak Kulit berminyak adalah kulit yang memiliki kadar air dan minyak yang tinggi. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit berminyak adalah: a.
Kulit bertekstur kasar dan berminyak.
b.
Ukuran pori-pori besar dan kelihatan.
c.
Mudah kotor dan sangat rentan berjerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).
4. Kulit kombinasi Kulit kombinasi memiliki ciri-ciri, seperti daerah bagian tengah atau dikenal juga dengan istilah daerah T (dahi, hidung, dan dagu) terkadang berminyak atau normal. Sementara bagian kulit lain, cenderung lebih normal bahkan kering. Kulit jenis ini bisa dimiliki oleh semua umur. Akan tetapi, sering ditemukan pada usia 35 tahun ke atas (Muliyawan dan Suriana, 2013).
13 Universitas Sumatera Utara
5. Kulit sensitif Adalah kulit yang memberikan respon secara berlebihan terhadap kondisi tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan timbulnya gangguan kulit mudah menjadi iritasi, kulit menjadi lebih tipis dan sangat sensitif (Noormindhawati, 2013). 2.3 Penuaan Dini 2.3.1 Definisi Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya, dapat terjadi saat umur memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari dan regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit adalah lapisan dermis. Semakin bertambahnya usia, regenerasi kulit semakin melambat. Akibatnya kulit menjadi keriput (Noormindhawati, 2013). 2.3.2 Tanda – tanda penuaan dini Penuaan dini yang dialami oleh kulit memiliki tanda – tanda fisik sebagai berikut: 1. Keriput dan mengendur Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elastin kulit semakin berkurang. Akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.
14 Universitas Sumatera Utara
2. Muncul age spot (noda hitam) Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti pada daerahwajah, lengan, dan tangan. 3. Kulit kasar Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar. 4. Pori-pori membesar Akibat penumpakan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar (Noormindhawati, 2013). 2.3.3 Penyebab penuaan dini Faktor-faktor penyebab terjadinya penuaan dini dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Faktor internal meliputi; genetik, sakit yang berkepanjangan, dan kurangnya asupan gizi. 2. Faktor eksternal meliputi; a. Polusi Polusi memicu terbentuknya radikal bebas, radikal bebas akan merusak kolagen dan elastin. b. Stres Stres akan memicu produksi hormon kortison, hormon ini dapat merusak kolagen dan elastin sehingga menyebabkan terjadinya penuaan dini. c. Kurang tidur
15 Universitas Sumatera Utara
Proses regenerasi kulit terjadi pada saat tidur. Oleh karena itu, kurang tidur akan mengganggu proses regenerasi kulit. d. Perawatan yang tidak tepat Penggunaan produk kosmetik yang tidak tepat berkontribusi menyebabkan penuaan dini. e. Sinar matahari Sinar matahari mempercepat proses penuaan yang normal dan menyebabkan kerutan yang lebih dalam. Sinar matahari mempunyai efek yang mengakibatkan kerukan pada tingkat sel (Hynes, 1994). 2.4 Anti Penuaan Atau Anti-Aging Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014). Proses penuaan
gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput,
kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009). Penggunaan
produk
anti-aging
dimaksudkan
tidak
hanya
untuk
memperlambat proses penuaan, membersihkan, melembapkan, dan memperindah penampilan tetapi juga dapat memperbaiki struktur dasar kulit yang rusak, melindungi, serta mempertahankan integritas kulit (Prianto, 2014). 2.4.1 Fungsi dan manfaat dari produk anti-aging Fungsi dari produk anti-aging, yaitu: 1. Mensuplai antioksidan bagi jaringan kulit. 2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
16 Universitas Sumatera Utara
3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit. 4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan. 5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk anti-aging, yaitu: 1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput. 2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda. 3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.4.2 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas juga sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas. Oleh karena itu, produk -produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). Vitamin E merupakan salah satu antioksidan yang dapat membantu tubuh melawan radikal bebas. Vitamin E memiliki banyak manfaat untuk kulit antara lain, melindungi tubuh dan kulit dari berbagai kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, membantu melembapkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit, dan
17 Universitas Sumatera Utara
mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012). Vitamin E juga disebut dengan vitamin pelindung dan digunakan dalam industri kosmetika sebagai antioksidan untuk kulit ataupun formulasi. Vitamin E juga dapat membantu menghaluskan kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering (Salvador dan Chisvert, 2007). 2.5 Masker Masker merupakan kosmetik yang digunakan pada tahapan terakhir dalam tindakan perawatan wajah. Fungsi masker adalah sebagai berikut: a. Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif. b. Mengangkat kotoran-kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit secara mendalam. c. Memperbaiki dan mengencangkan kulit. d. Memberi nutrisi, menghaluskan, melembutkan, menjaga kelembapan kulit,
mencegah
kerusakan
kulit
seperti
gejala
keriput
dan
hiperpigmentasi e. Memperlancar aliran darah dan getah bening pada jaringan kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.6 Pasta Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk tepung dalam jumlah besar dengan vaseline atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan giserol, atau sabun. Pasta mengandung lebih dari 50% zat padat (tepung)karena itu pasta merupakan salep padat, kaku, keras, dan tidak meleleh
18 Universitas Sumatera Utara
pada suhu badan maka digunakan sebagai penutup atau pelindung (Ditjen, POM., 1995). 2.7 Skin Analyzer Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit.
Skin analyzer dapat mendukung diagnosa
dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012). Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer , yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.1 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer. Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer Pengukuran Moisture (kadar air) Evennesss (Kehalusan) Pore (Pori) Spot (Noda) Wrinkle (Keriput)
Parameter Dehidrasi 0 – 29
Normal 30 – 50
Hidrasi 51- 100
Halus 0 – 31 Kecil 0 – 19 Sedikit 0 – 19 Tidak berkeriput 0 – 19
Normal 32 – 51 Besar 20 – 39 Beberapa noda 20 – 39 Berkeriput 20 – 52
Kasar 52 – 100 Sangat besar 40 – 100 Banyak noda 40 – 100 Banyak keriput 53 – 100
19 Universitas Sumatera Utara