perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pertambangan Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. a)
Sumberdaya Mineral dan Lingkungan Sumberdaya mineral tambang (barang tambang) merupakan bagian dari kegiatan lingkungan hidup. Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain, dalam penjelasannya disebutkan lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari subsistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi dan geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang berbeda. Sebagai satu kesatuan sistem yang utuh, lingkungan hidup merupakan kolektifitas dari serangkaian subsistem yang saling berhubungan, saling tergantung dan fungsional satu sama lain, sehingga membentuk suatu kesatuan ekosistem yang utuh. Barang tambang adalah bagian dari lingkungan yang disebut juga sumberdaya alam. Sumberdaya alam adalah segala sesuatu persediaan bahan atau barang alamiah yang dalam keadaan sebagai mana ditemukan dan perlukan oleh manusia atau yang dengan suatu upaya tertentu yang dapat bermamfaat bagi manusia (Randall dalam Zulfikar, 2009). Dalam keadan mentah, sumberdaya dapat dijadikan masukan kedalam proses penghasilan sesuatu yang berharga, atau dapat memasuki proses konsumsi secara lansung sehingga mempunyai harga. Sumberdaya mempunyai memiliki konsep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterbatasan, sesuatu yang terbatas bukan sumberdaya. Sumberdaya bermatra ganda, yaitu kualitas, kuantitas dan ruang (Randall dalam Zukfikar,2009) Sumberdaya alam adalah semua unsur tata lingkungan biofisik yang dengan nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manusia, atau dengan kata lain sumberdaya alam adalah semua bahan yang di temukan manusia dalam alam yang dapat di pakai untuk kebutuhan hidupnya (Katili dalam Zulfikar, 2009). Demikian pula di ungkapkan Tandjung (2002) sumberdaya merupakan unsur lingkungan yang terdiri dari sumberdaya alam, dan sumberdaya buatan, sumberdaya alam terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah,air, perairan, udara, ruang, mineral, energi bentang alam dan lain sebagainya. Tandjung (2009) juga mengemukakan bahwa lingkungan hidup di susun oleh tiga komponen yang di sebut “A, B, C environment” sebagai berikut : 1) Abiotic environment atau lingkungan fisik yang terdiri dari unsur air, udara, lahan dan energy serta bahan mineral yang terkandung didalamnya. 2) Biotic environment atau lingkungan hayati yaitu unsur-unsur hewan, tumbuhan, margasatwa lainnya serta bahan baku hayati industri. 3) Culture environment atau lingkungan budaya yang unsur-unsurnya terdiri dari sistem sosial, ekonomi, budaya serta kesejahteraan. Komponen tersebut di atas tidak berdiri sendiri atau saling terpisahkan dan ketiganya saling mempengaruhi. Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tiga komponen tersebut di atas. Lingkungan (environment) menurut Bintarto, (1997) merupakan segala sesuatu disekitar manusia baik berupa benda maupun benda yang dapat dipengaruhi sikap dan tindakan manusia. b) Tahap-Tahap Aktivitas Penambangan Tahap-tahap dalam aktivitas penambangan modern ada empat macam, antara lain sebagai berikut (Hartman, 1987 dalam Latupono, 2001). 1) Prospecting, bertujuan untuk mencari bahan tambang yang mempunyai nilai jual (mineral logam atau non logam). 2) Exploration, bertujuan untuk mendeterminasi keakuratan cadangan bahan tambang. Pada tahap ini dilakukan studi kelayakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Development, merupakan tahap pembukaan deposit bahan tambang untuk tahap selanjutnya yaitu produksi, pada tahap ini dilakukan: a) penghentian kegiatan jika pada tahap 2 (tahap ekplorasi) tidak layak tambang; b) studi dampak lingkungan, teknologi yang sesuai, serta perijinan; c) konstruksi akses jalan dan system transportasi; d) penentuan lokasi pabrik dan fasilitas konstruksi; e) pembukaan lahan bahan tambang. 4) Eksploitation, merupakan tahap produksi bahan tambang. Menurut penelitian (Candra, 2011) ada beberapa tahapan penambangan breksi batuapung di Desa segoroyoso sebagai berikut: 1) Pembersihan lahan Tahap pembersihan lahan ini dimaksutkan untuk menbersikan lahan yang akan digali dari tanaman-tanaman yang ada termasuk semak-semak yang menutupi lahan , selain itu juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemindahan tanah pucuk. 2) Pengupasan Tanah Pucuk Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyelamatkan tanah pucuk yang akan digunakan untuk reklamasi agar tetap terjaga kesuburannya dan unsur haranya sebagai tumbuhnya tanaman, tanah pucuk tersebut dipindahkan di suatu tempat aman yang tidak jauh dari kegiatan penambangan agar terhindar dari bahaya erosi 3) Penambangan bahan galian breksi batuapung Penambangan bahan galian breksi batuapung dilakukan di daerah perbukitan Desa Segoroyoso. Lokasi lahan di tempat kegiatan penambangan meninggalkan cekungan atau kolam-kolam yang cukup dalam dan terdapat genangan air. Sebagian lahan
merupakan lahan pertanian yang masih digunakan untuk bercocok tanam.
Kegiatan penggalian dilakukan dalam rangka mencari bahan galian yang dapat dimanfaatkan dan dijual. Peralatan yang digunakan untuk menggali yaitu berupa peralatan sederhana seperti linggis, cangkul, dan sekop. Selanjutnya penggalian breksi batuapung dilakukan dengan memanjat tebing galian untuk mendapatkan kualitas batu yang lebih bagus tanpa melihat keselamatan para penambang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah dilakukan penambangan dan penggalian breksi batuapung, proses selanjutnya yaitu pemecahan bongkahan batu. Pemecahan bongkahan batu ini dilakukan untuk menjadikan batu hasil galian dalam ukuran yang lebih kecil. Dengan demikian batu tersebut mudah dimuat dan diangkut untuk proses selanjutnya. Dalam proses ini peralatan yang digunakan hanya berupa palu dengan ukuran besar. 4) Pemuatan bahan galian breksi batuapung ke dalam truk Pemuatan bahan galian breksi batuapung ini dilakukan langsung di tempat penggalian. Sebagian penggali bertugas untuk mengangkat hasil galiannya masuk ke dalam bak truk. Dalam sehari, setiap truk pengangkut dapat beroperasi 2 sampai 3 kali. 5) Pengangkutan dan pemasaran Tahapan terakhir kegiatan penambangan breksi batuapung yang dilakukan di Desa Segoroyoso yaitu pengangkutan hasil galian dan dipasarkan langsung ke konsumen atau ditimbun terlebih dahulu ke tempat penimbunan sementara yang dimiliki oleh penjual bahan material dan bahan bangunan. Dari penjual material dan bahan bangunan itulah breksi batuapung dipasarkan ke konsumen yang berada disekitar daeran Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Untuk satu truk bahan galian breksi batuapung dijual dengan harga berkisar antara Rp 150.000,00 sampai dengan Rp 200.000,00. c) Pengertian Breksi Batuapung 1) Pengertian batuapung Batuapung atau pumice adalah jenis batuapung yang berwarna terang, mengandung buih yang terbentuk dari gelembung berdinding gelas. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami traspormasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Breksi batuapung mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau frakmen-frakmen dalam breksi gunung api. Breksi batuapung tersusun atas batuapung dengan komposisi yang dominan beserta fragmenfrakmen lain seperti mineral felspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit (Kurrat, 1993). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Breksi batuapung termasuk ke dalam batuan sedimen klastik dimana fragmenfragmen batuannya merupakan hasil rombakan dari batuan sebelumnya, komponen fragmen breksi batuapung menunjukan asal batuan merupakan produk kegiatan volkanisme yang mengalami transportasi air. Hal ini terlihat pada komponen batuan berupa fragmen andesit dan batuapung yang cendrung membundar tanggung hingga menyudut tanggung dengan matrik yang halus. Selain informasi tersebut fragmen batuan memberikan gambaran bahwa sumber volkanisme relatif jauh dari tempat diendapkannya. Secara umum breksi batuapung memiliki warna putih keabuan, masif dan menempati daerah-daerah yang memiliki topografi yang tinggi pada gawir-gawir yang cukup terjal, batu breksi batuapung di daerah Bantul merupakan bagian dari formasi semilir bagian atas yang tersusun oleh perselingan batupasif tufan, batupasir tufan kerikilan, batulanau tufan dan breksi batuapaung.(Martini, 1999). 2) Cadangan batuapung Batu apung oleh masyarakat setempat sering di sebut batu semilir. Penyebaran cadangan batuapung di Provinsi DIY meliputi tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Gunung Kidul, Bantul dan
Sleman. Potensi batuapung di DIY cukup besar dapat untuk
memenuhi kebutuhan dalam maupun luar ptovinsi DIY, khususnya sebagai bahan bangunan dan pondasi, bahan pengerasan jalan, batu bata dan batu hiar. Dengan potensi terbesar di kabupaten Gunung Kidul, Bantul dan Sleman (Racman, 2004). Untuk lebih lengkapnya lihat tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Jumlah cadangan batuapung di DIY No
Kabupaten
Jumlah kecamatan
Jumlah cadangan (M3)
1
Gunung Kidul
2 Kecamatan
502.416.791 m3
2
Bantul
3 Kecamatan
136.440.272 m3
3
Sleman
2 Kecamatan
203.513.046 m3
7 Kecamatan
842.370.109 m3
Jumlah Sumber : Racman, 2004
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Karakteristik bahan galian Batuapung (Pumice) terjadi bila magma muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara luar secara tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai frakmen yang terlemparkan pada saat letusan gunung api dengan ukuran sampai bongkahan. Pumice berwarna putih abu-abu, kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran bervariasi, kadang-kadang lubang tersebut terisi kalsit atau ziolet. Batuan ini tahan terhadap perbekuan embun (frost), tidak begitu higroskopis (mengisap air). Mempunyai asifat penghantar panas yang rendah. Komposisi mineral silikat amorf. Dari beberapa uji kualitas batu apung di DIY maka dapat dikelompokkan sebagai berikut : Kenampakan fisik rata-rata berwarna putih abu-abu, tekstur klastik, struktus berlapis, sortasi jelek, kemas terbuka, tersusun oleh frakmen pumice 79-90 % dan frakmen andesit 10-25 % berukuran 0,5-5 cm, serta matrik gelas vulkanik dan tuf, bersifat kompak, agak keras, lapuk ringan-lapuk sedang dan relative ringan. Berdasarkan data analisis kimia di peroleh unsure sebagai berikut: SiO2 (63,5 65%), Al2O3 (13-16%), Fe2O3 (3-5 %), CaO (2,5-3%), MgO (0,2-3), Na2O (2-3%), K2O (2-3%), TiO2 (0,1-0,5%), H2O (2-5%). Berdasarkan uji sifat mekanik batuan diperoleh kuat tekan : 33,46-99,76 kg/cm2, berat jenis : 1,256 gr/cm2, keausan: 5,338-16,016 mm/mnt.(Racman,2004). d.) Klasifikasi Pertambangan Mineral Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 2 butir 2, bahwa komoditas tambang dikelompokan menjadi 5 golongan, yakni: 1) mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya. 2) mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium,
zirkonium,
ilmenit,
khrom,
erbium,
ytterbium,
dysprosium,
thorium,cesium,lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin. 3) mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen. 4) batuan meliputi, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batuapung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. 5) batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut. Berdasarkan SNI Klasifikasi Sumber daya Mineral dan cadangan tahun 1998 Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapakan dapat dimamfaatkan secara nyata, sumberdaya mineral dengan keyakinan giologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi criteria layak tambang. Sedangkan cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk,sebaran, kuantitas dan kualitasnya yang secara ekonomis,teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat di tambang pada saat perhitungan dilakukan. Dari penelitian Racman, 2004, bahan galian di Provinsi DIY yang teridentifikasi berjumlah 18 yang terdiri dari bahan galian golongan C dan B yang tersebar di empat kabupaten di Yogyakarta yang dapat di kelompokkan berdasarkan SNI sumberdaya mineral, batu bara dan gambut 1998 sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Komoditas bahan bangunan/kontruksi : andesit, trass, batuapung, sirtu, dan marmer. 2) Komoditas mineral industri : batugamping, gipsum,zeolit, bentonit, klasit, barit, dan pasir besi. 3) Komoditas bahan keramik : lempung, batupasir kuarsa, feldspar dan kaolin. 4) Komoditas batu mulia dan batu hiar : emas 5) Komoditas batubara dan gambut : batubara. e) Kerusakan Akibat Penambangan Kegiatan penambangan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam suatu kawasan. Besarnya kerusakan tergantung pada faktor kegiatan penambangan dan faktor kondisi lingkuangan. Faktor kegiatan penambangan antara lain berkaitan dengan letak cebakan mineral, faktor teknik penambangan, pengolahan dan sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor kepekaan lingkungan antara lain faktor geografis dan morfologis, faktor fauna dan flora serta faktor hidrologis. Faktor-faktor tersebut harus dijadikan pertimbangan dalam kebijakan alokasi mineral (Anonim, 2000 dalam Latupono, 2005). Soemarwoto (1994) mengemukakan secara garis besar dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan adalah sebagai berikut. 1) Kerusakan lahan pertanian, yaitu permukaan lahan rusak banyak cekungan dan lubang bekas penambangan yang tergenang oleh air umumnya tidak produktif lagi karena tanahnya terkelupas. 2) Gangguan hidrologis, dapat menimbulkan banjir pada saat hujan deras dan juga diposisi yang cepat pada dasar sungai. 3) Iklim mikro, dampaknya terhadap perubahan iklim mikro dan kualitas udara. 4) Flora dan fauna, mengakibatkan pindahnya spesies-spesies tertentu yang seharusnya di lindungi dan dianggap langka. 5) Sosial ekonomi, kedatangan pekerja ke tempat penambangan sering menimbulkan permasalahan, penyediaan air bersih, pembuangan limbah dan dampak sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f )Lingkungan Hidup dan Kerusakan Lahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain Lingkungan hidup sebagai tempat hunian dari waktu ke waktu terus berubah tergantung dengan makhluk hidup di dalamnya. Dengan adanya peningkatan kemampuan manusia akan mempengaruhi perubahan pada lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada seiring dengan peningkatan jumlah manusia dan peningkatan kebutuhan hidup. Dengan perubahan lingkungan akan mengakibatkan lingkungan kurang sesuai untuk mendukung kehidupan manusia dan kesejahteraan makhluk hidup terganggu sehingga perlu adanya pengelolaan dan pemanfaatan secara optimal terhadap lingkungan hidup. Komponen lingkungan terdiri atas abiotik, biotik dan kultur. Di antara ketiga komponen tersebut terjadi interaksi dan menghasilkan hubungan dinamis setiap perubahan yang terjadi pada salah satu komponen lingkungan selanjutnya akan mempengaruhi komponen lingkungan yang lainnya. Hal ini juga berlaku pada pemanfaatan sumber daya alam. Berdasarkan defenisi FAO, lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri cirinya merangkum semua tanda pengenal (attribute) biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbunan, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini yang bersifat mantap dan bersifat mendaur sejauh hal-hal tersebut bersifat mendaur atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang. Sedangkan menurut Fandeli C. 1992. lahan merupakan suatu wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya mencangkup semua tanda pengenal (attributes) atmosfer, tanah, geologi, timbulan (relief), hidrologi, dan populasi hewan dan tumbuhan, baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, lahan adalah hamparan di muka bumi yang merupakan perpaduan sejumlah sumber daya alam dan binaan. Sumber daya binaan menjadi komponen lahan apabila kehadirannya berpengaruh penting atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang seperti waduk, hamparan sawah, kawasan industri, jaringan jalan, kota dan sebagainya. Lahan merupakan suatu wilayah yakni suatu satuan ruang berupa suatu lingkungan hunian manusia dan hayati lain, lahan menunjuk kepada keseluruhan keadaan luar tempat suatu organisme berada yang mempengaruhi perwujudan organisme atau objek yang lainnya. Jadi, komponen lahan adalah segala tampakan dan gejala baik yang bersifat tetap (misalnya tanah) maupun yang bersifat mendaur (misalnya musim) yang menentukan nilai guna lahan untuk manusia (Notohadinegoro, 1999). g ) Reklamasi Reklamsi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.( Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral Batubara dan Panas Bumi). Tujuan reklamsi adalah : a) Mengupayakan keadaan lingkungan yang seimbang dan serasi berkesenambungan dengan mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup. b) Mengurangi kerusakan dan pencemaran lingkungan setelah kegiatan penambangan berakhir c) Mengembangkan alternatif bentuk penatan lingkungan pasca penambangan sesuai kondisi lingkungan dan Rencana Umum Tata Ruang Daerah setempat. d) Mengembalikan dan meningkatkan daya dukung lahan terhadap lingkungan. Untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas penambangan breksi batuapung, reklamasi harus dilakukan sejak awal yaitu selama maupun setelah kegiatan penambangan selesai. Reklamsi pada areal bekas penambangan merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan aktivitas penambangan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang dalam penyusunan reklamasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Upaya reklamasi lahan bekas penambangan terbuka dilakukan dengan menutup kembali kolong yang terbuka dengan tanah penutup (overburden) hasil galian dari blok tersebut. Tanah penutup diratakan dan dipadatkan dengan sistem teras bangku datar dengan lebar bangku teras >5 m, tinggi vertikal interval <2 m, dan kemiringan tebing teras ±60%. Pengaturan bentuk lahan dengan membentuk teras bangku bertingkat. Jumlah bangku teras disesuaikan dengan volume tanah penutup dan ruang yang tersedia di areal penimbunan. Teras bangku merupakan teknik konservasi yang paling efektif mencegah erosi pada tanah yang mempunyai solum dalam dan berstruktur baik, namun dengan biaya konstruksi lebih mahal (Haryati etal.1989 dalam subowo 2011). h ) Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar Penambangan adalah kegiatan yang memiliki kecenderungan untuk menurunkan nilai dan mutu lingkungan. Usaha pemerintah untuk menekan terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas penambangan adalah dengan mengeluarkan beberapa peraturan, peraturan tersebut diantaranya adalah Undang-Undamh Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Kegiatan pertambangan berdampak pada lingkungan, baik skala besar maupun skala kecil. Pada pertambangan berskala besar, dampak dapat terjadi sejak tahap eksplorasi hingga eksploitasi. Berdasarkan kegiatan dan efek dampak yang ditimbulkannya, maka dampak tersebut tersebut di atas harus dikelola dan ditekan menjadi semenimal munkin, dengan kondisi lingkungan segera dipulihkan kembali. Upaya Pengelolaan lingkungan adalah serangkaian kegiatan/upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi
lingkungan
hidup
yang meliputi
kebijakan
pelaksanan,
pengembangan, pemeliharan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup, termasuk pula bagi pengelolaan kehayati dibidang pertambangan (Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral Batubara dan Panas Bumi, 2006) Industri pertambangan merupakan industri yang penuh dengan kontroversi. Di satu sisi, industri pertambangan mempunyai potensi besar untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, namun di sisi lain industri ini juga menimbulkan berbagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan dan kehidupan sosial budaya masyarakat. Potensi-potensi positif pertambangan sering kali tidak mampu
mengkompensasikan
potensi-potensi
negatifnya,
sehingga
industri
pertambangan mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat (Sudaryanto dan Muryani, 2002). Suyartono (2003) menjelaskan bahwa pengelolaan pertambangan yang baik dan benar perlu terus dikaji dan dikembangkan pada usaha penambangan masa kini. Melalui penerapan tatacara pertambangan yang baik maka dapat dihindari terjadinya pemborosan sumberdaya mineral, tercapainya optimalisasi sumber daya, terlindungnya fungsi-fungsi lingkungan, serta terlindunginya keselamatan dan kesehatan para pekerja. Secara garis besar tahapan-tahapan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar menurut Suyartono (2003) adalah sebagai berikut. a) Penerapan teknik penambangan yang tepat b) Peduli lingkungan. c) Peduli kesehatan dan keselamatan kerja. d) Penerapan prinsip konservasi. e) Mempunyai nilai tambah. f) Optimalisasi manfaat bagi masyarakat, dan g) Standarisasi pertambangan. Upaya-upaya pengelolaan sumber daya alam harus diarahkan tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek nasional yakni meningkatkan devisa negara, tetapi juga kepentingan jangka panjang dalam skala yang lebih luas. Dalam konteks ini, sebagaimana upaya pengelolaan sumber daya tanah, aspek penataan ruang menjadi penting untuk memfasilitasi proses-proses pemanfaatan dan pelestarian fungsi lingkungan. Selanjutnya pengembangan sistem pendataan dan informasi sumber daya alam menjadi syarat mutlak berbagai upaya pengelolaan sumberdaya alam (Sudaryanto dan Muryani, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengertian Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi didefinisikan sebagai kondisi individu atau keluarga berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang pemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang-barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Faktor geografi dan demografi masyrakat tertentu akan menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakat karena di dalamnya terdapat perbedaan pilihan mata pencarian untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya (Svalastoga, 1989). a) Faktor-faktor yang mempengaruhi status Sosial Ekonomi Tan (1983) menjelaskan pengertian status sosial ekonomi masyarakat, yaitu kedudukan sosial ekonomi dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh pekerjaan, pendidikan dan penghasilan. Penjelasan dari faktor-faktor tersebut adalah : 1) Pekerjaan adalah usaha sadar atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik sebagai pekerja tetap atau sampingan untuk memperoleh penghasilan. 2) Pendidikan adalah jenjang formal yang pernah ditempuh oleh seseorang atau kesempatan pendidikan yang lain. 3) Penghasilan merupakan jumlah hasil yang diperoleh seseorang atas usaha atau pekerjaannya yang diukur berdasarkan materi. Peningkatan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan peluang kerja baru telah menimbulkan permasalah sosial. Salah satu penyebabnya adalah intesifikasi bidang pertanian yang menimbulkan dampak negatif terhadap menurunnya daya serap sektor pertanian. Kondisi ini telah mendorong sebagai buruh tani dan petani untuk mencari peluang kerja baru diluar sektor pertanian antara lain kerajinan ukiran, kerajinan rumah tangga, dan menambang bahan galian golongan C (breksi batuapung). Menurut Hadi (2005) dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas; proyek, program atau kebijaksanaan yang akan akan diterapkan pada suatu masyarakat. Sedangkan Carley dan Bustelo (1984) dalam Hadi (2005) ruang lingkup aspek sosial paling tidak mencakup aspek demografi, sosial ekonomi, istitusi dan psikologis, serta sosial budaya. Parameter dari aspek demografi meliputi angkatan kerja, perubahan struktur penduduk, dan kesempatan kerja. Aspek sosial ekonomi meliputi perubahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendapatan, kesempatan berusaha, dan pola tenaga kerja, dari aspek institusi meliputi naiknya permintaan akan fasilitas seperti perumhan, sekolah, dan sarana rekreasi, sedangkan dari aspek sosial budaya yaitu keterkaitan dengan tempat tinggal.
Gambar 1. Ruang Lingkungan Studi Dampak Sosial. Sumber: Lou D’Arnaur and Sheila Rittenberg ( 1987 dalam Hadi ( 2005 ) Dapatlah disampaikan bahwa dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada manusia akibat dari suatu kegiatan atau aktivitas pembangunan atau menurut istilah PP 51/1993 disebut sebagai rencana usaha atau kegiatan. Perubahan itu menurut Anmour (1987) dalam Hadi (2005) meliputi aspek-aspek : 1) Cara hidup (way of life), termasuk di dalamnaya bagaimana manusia dan masyarakat itu hidup, bekerja, bermain, dan berinteraksi satu dengan yang lainnaya. 2) Budaya (culture), termasuk di dalamnya system nilai, norma dan kepercayaan. 3) Komunitas (comunity), meliputi stuktur penduduk, kohesi sosial, tabilitas masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang di akui sebagai “ public facilities” adalah gedung Sekolah, Musholla, balai Rukun Warga (RW), dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan adanya suatu perubahan tehadap lingkungan, secara langsung atau tidak langsung juga akan mempengaruhi pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat. Pembangunan ekonomi sebagai unsur dominan pembangunan nasional adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan riil perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. b) Konsep Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Menurut ilmu antropologi, masyarakat berasal dari kata arab, yaitu syarakat yang berarti “Ikut serta berpartisipasi “( Koentjaraningrat, 2000 ). masyarakat berarti sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dalam istilah ilmiah saling berintegrasi antara warga-warganya, adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturanaturan khusus yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga Negara, kota dan desa atau suatu komuditas,dalam suatu waktu dan suatu rasa identitas kuat yang mengikatsemua warganya (Koentjaraningrat, 2000). Masyarakat dalam kegiatan pertambangan adalah masyarakat yang terlibat dalam aktifitas pertambangan rakyat (skala kecil), yaitu masyarakat pedesaan yang merupakan suatu komuditas penduduk yang umumnya memiliki keterkaitan erat dengan usaha pertambangan emas rakyat yang ada di daerah tersebut. Konsep perubahan sosial umumnya diartikan dengan sangat biasa. Menurut Moore (1967) dalam Lauer ( 1993 ), perubahan sosial didefinisikan sebagai perubahan penting dari struktur sosial dalam hal ini dimaksudkan sebagai pola-pola17 prilaku dan interaksi sosial. Ekspresi tentang struktur adalah norma, nilai dan fenomena kultural. Faktor-faktor penyebab timbulnya perubahan sosial budaya menurut Murdock (1960) dalam Manan (1977), adalah : a) Pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk b) Perubahan lingkungan geografis c) Perpindahan kelingkungan baru d) Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan e) Malapetaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemic, perang dan depresi ekonomi f) Kelahiran atau kematian seseorang pemimpin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Dampak Kegiatan Pertambangan dengan Perubahan Sosial Ekonomi Ritohardoyo (1991) mengemukakan bahwa analisis dampak tidak hanya yang bersifat negatif saja, tetapi juga yang berdampak positif, dengan bobot dan analisa yang sama. Oleh karena itu, beliau berpendapat bahwa dampak adalah setiap perubahan yang terjadi di lingkuangan akibat adanya kativitas manusia. Dalam hal ini tidk disebutkan karena adanya proyek, mengingat proyek sering diartikan sebagai bangunan fisik saja, pada kenyataannya sering terdapat proyek yang secara fisik sangat kecil, tetapi mempunyai dampak yang sangat besar. Pengertian dampak juga diungkapkan oleh Kartono dalam Zulfikar (2009) adalah suatu kegiatan yang di timbulkan oleh suatu kegiatan, dapat bersifat positif dan negatif. Dalam Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diungkapkan bahwa dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. Kegiatan yang berdampak sosial merupakan kegiatan yang berpengaruh terhadap kepentinga umum, baik secara cultural maupun struktural. Setiap aktivitas pembangunan akan berpengaruh terhadap sosial masyarakat, termasuk kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat, hal ini sesuai dengan pendapat Spengler dan Harington dalam Zulfikar (2009), yang menekankan bahwa pada kenyataan manusia mampu mengendalikan perubahan dan memberikan tanggapan kepadanya, dan apabila manusia tidak berjuang mengendalikan jalannya perkembangan, manusia akan menjadi budak sendiri. Untuk menganalisis hubungan suatu pembangunan dengan perubahan sosial, dimulai oleh pandangan Lauer dalam Zulfikar (2009) dengan pendekatan evolusi, yaitu gagasan mengenai evolusi menurut garis lurus banyak (multilinier), yang merupakan salah satu pendekatan utama untuk memahami perkembangan kebudayaan yang berhubungan dengan pembangunan. Steward dalam Gama (1992) menyatakan bahwa pendekatan multilinier ini merupakan kritik teori garis lurus menyatu (Unilinier), yang mencakup hal-hal umum, dan bahwa perubahan sosial itubergerak ketahapan masyarakat yang lebih tinggi, baik dan matang. Teori ini merupakan suatu upaya untuk mempelajari bagai mana faktor-faktor dalam suatu situasi tertentu akan membentuk perkembangan suatu jenis masyarakt, yang berarti Steward commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan penekanan bahwa adanya perubahan budaya yang khas untuk masingmasing masyarakat. Febriamansyah (2003) menyatakan bahwa dalam suatu upaya pembangunan, kebutuhan suatu perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal adalah suatu yang tidak dapat dihindari. Pada saat perkembangan masyarakat berintegrasi dengan masyarakat lainnya terjadi suatu perubahan yang menuntut peningkatan pemanfaatan potensi ekonomi lokal lebih dari yang biasanya, yang dibutuhkan tidak hanya konsumsi lokal, tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi masyarakat lainnya. 3. Membuat Strategi dengan Analisis SWOT Manajemen dalam sektor publik umumnya memakai pendekatan dari sisi Persediaan (supply), maka langka yang dipakai dalah SWOT.
Analisi SWOT adalah
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat) atau kekuatan, kelemahan, kesempatan dan peluang. Analisis ini meliputi analisis internal (Strength dan Weakness) dan analisis eksternal (Opportunity dan Threat). (Muta’ali, 2003) Prosedur memakai SWOT terdiri dari 6 langkah yaitu : a. OT(Opportunity-Threat) b. SW dan interaksi SWOT c. Membuat alternative strategi d. Klasifikasi isyu strategi e. Klarifikasi f. Pembuatan rengking untuk memilih strategi Elemen SWOT dan pertanyaan yang dapat membantu pengisian dapat di lihat tabel 2 berikut: Tabel 2. Elemen SWOT S (Strength) Apa kekuatan utama saya? (dari dulu sampai sekarang)
W (Weaknesss) Apa kelemahan utama saya? (dari dulu sampai sekarang)
O (Opportunity) T (Threat) Apa kesempatan eksternal yang saya Apa ancaman eksternal utama saya? (dari punyai? sekarang samapai masa datang) ( mulai sekarang sampai masa datang Sumber data: Muta’ali, 2003 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Analisis Internal (SW) Analisi internal (SW) memiliki elemen-elemen yang berhubungan dengan: 1) Produk organisasi 2) Pelayanan 3) Struktur 4) Sumberdaya, keuangan, tenaga kerja, imformasi 5) Prosedur 6) Budaya 7) Strategi saat ini b) Analisis Eksternal (OT) Analisis eksternal (OT) memiliki elemen-elemen sebagai berikut: 1) Lingkungan sosial yang disingkat PEST yaitu: Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, yang merupakan faktor makro dan tren makro yang tidak hanya mengenai organisasi, tetapi juga berlaku bagi setiap orang 2) Lingkungan tugas termasuk faktor/trend yang berkait lansung dengan misi organisasi yaitu: Kompetisi, produk baru/proses, perubahan kekuatan/kebutuhan stakeholder. c) Langkah Perencanaan Strategi dalam pembangunan Menurut Muta’ali (2003) ada enam langkah dasar dalam perencanaan strategis dalam tingkatan masyarakat : a) Memilih stakeholder utama diantara banyak stakeholder sektor publik yang saling bertentangan b) Analisis lingkungan c) Memilih isu-isu kunci d) Menetapkan misi atau tujuan luas e) Mempbuat analis eksternal dan internal f) Mengembangkan tujuan, sasaran strategis dalam melihat setiap isyu g) Mengembangkan rencana implementasi dalam menjalankan tindakan strategis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Alur Pikir Penelitian Dengan adanya kegiatan penambangan breksi batuapung tersebut, dampak positif bagi para penambang dan pemilik modal berupa keuntungan dari hasil penjualan breksi batuapung di Desa Segoroyoso. Akan tetapi dampak negatif terhadap lingkungan khususnya lingkungan fisik juga ditimbulkan akibat penambangan breksi batuapung, untuk menjelaskan keterkaitan antara latar belakang, rumusan masalah, hingga kesimpulan dari penelitian yang akan dilaksanakan,dapat dilihat pada pada gambar berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SDA Breksi batuapung Faktor Sosial ekonomi: kondisi atau kebutuhan hidup masyarakat, kesulitan ekonomi.
Penambangan
Dampak terhadap lingkungan
Tingkat kerusakan lingkungan, meliputi a) b) c) d) e) f) g)
Batas kedalaman lubang galian Penyelamatan tanah pucuk. Relief dasar galian. Batas kemiringan tebing galian Tinggi dinding galian Upaya reklamasi Kondisi jalan
Abiotik
Biotik
a. Hilangnya top soil/lapisan tanah penutup c. Kerusakan lahan dan bukit breksi batuapung
Hilangnya jenis vegetasi yang terdapat di lokasi penelitian
d. Perubahan morfologi lahan e. Perubahan terhadap penggunaan lahan
Culture a. Meningkatnya pendapatan keluarga b. Berubahnya life style atau gaya hidup masyarakat c. Keresahan masyarakat yang pekerjaannya bukan seorang penambang
a. Kerusakan lahan atau bukit breksi batuapung b. Perubahan penggunaan lahan c. Perubahan terhadap morfologi lahan
Skoring (Keputusan Gubernur DIY, No 63 Tahun 2003)
Dampak lingkungan Fisik, Sosial, ekonomi
Analisis SWOT
Strategi pengelolaan lingkungan daerah penambangan
Gambar 2. Kerangka alur pikir penelitian commit to user
Analisis Pengharkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis 1. Telah terjadi kerusakan lingkungan fisik, berupa kerusakan sedang dan kerusakan berat akibat penambangan breksi batuapung di Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. 2. Terjadinya perubahan sosial ekonomi, berupa meningkatnya pendapatan keluarga, berubahnya life style atau gaya hidup masyarakat dan keresahan masyarakat yang pekerjaannya bukan seorang penambangan dengan adanya kegiatan penambangan breksi batuapuang
di Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul,
Provinsi DIY. 3. Strategi yang tepat untuk penambangan breksi batuapung adalah dengan menyatukan ekonomi dan berupaya tetap menjaga fungsi lingkungan di sekitar penambangan.
commit to user