8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Pengertian Kelainan Kongenital Perlu dibedakan antar istilah “kongenital“ dan “genetik“. Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir dan yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang mempelajari
kelainan
bawaan
disebut
dismorfologi.
Dismorfologi
merupakan kombinasi dari bidang embriologi, genetika klinik dan ilmu kesehatan anak (Ali Usman,2008:41). Kelainan Kongenital adalah kelainan yang tampak pada saat lahir. Kelainan ini dapat berupa penyakit yang diturunkan (didapat atas salah satu atau kedua orangtua) atau tidak diturunkan (Prawirohardjo,2009:705). 2. Etiologi Kelainan Kongenital Menurut (Muslihatun,2010:119) kelainan kongenital/cacat bawaan yang terjadi pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: a. Teratogenik Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia
9
minum, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, serta tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan sindroma rubella kongenital, infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil, infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, serta sindroma varicella kongenital. Sindroma
rubella
kongenital
ditandai
dengan
gangguan
penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy. Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi. Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental. b. Faktor Gizi Menjaga kesehatan
janin
tidak
hanya
dilakukan
dengan
menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa
10
terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari. c. Faktor Fisik pada Rahim Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esophagus). d. Faktor Genetik dan Kromosom Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan. Pola pewarisan kelainan genetik dapat berupa autosom dominan, autosom resesifm dan X-linked. Autosom dominan adalah jika suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat
11
dari salah satu orang tuanya, maka keadaannya disebut autosom dominan. Contohnya adalah akondroplasia dan sindroma marfan. Autosom resesif 2 gen yang masing-masing berasal dari kedua orang tua, maka keadaannya disebut autosom resesif. Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis. X-linked jika seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya , maka keadaannya disebut X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X. Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut. Contohnya adalah hemophilia dan buta warna. Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan.Contoh dari kelainan bawaan akibat kelainan pada kromosom adalah sindroma down. Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya. Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan).
12
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat. 3. Pengertian Fimosis Fimosis (Phimosis) merupakan salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin bayi laki-laki, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit kepala penis (preputium) melekat pada bagian kepala (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang di bagian air seni, sehingga bayi dan anak kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi kepala penis (balantis). Jika keadaan ini dibiarkan dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunat. Tindakan ini dilakukan dengan membuka
dan
memotong
kulit
penis
agar
ujungnya
terbuka
(Rukiyah,2010:230) Menurut (Muslihatun,2010:160) Fimosis adalah keadaan kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air kemih, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. Sebenarnya yang berbahaya bukanlah fimosis sendiri, tetapi kemungkinan timbulnya infeksi pada uretra kiri dan kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal.
13
Merupakan kondisi penis dengan kulit yang melingkupi kepala penis (glans) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup,prepuce, preputium, foreskin). Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma, yaitu cairan putih kental yang biasanya mengumpul di antara kulit kulup dan kepala penis akan terkumpul di tempat itu, sehingga mudah terjadi infeksi. Umumnya tempat yang diserang infeksi adalah ujung penis, sehingga disebut balantis. Sewaktu anak buang air kecil, anak akan menjadi rewel dan yang terlihat adalah kulit preputium terbelit dan menggelembung. (Sudarti, 2012:184) Fimosis bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat. Fimosis kongenital (true phimosis) terjadi apabila kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormone dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. (Muslihatun, 2010:161)
14
4. Insiden/Kejadian Hanya sekitar 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1-1,5% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh
kulit
preputiumnya
dapat
ditarik
ke
belakang
penis
(Muslihatun,2010:161) 5. Etiologi Fimosis Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya, bisa dari bawaan dari lahir atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. (Putra,2012:394) Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang orangtua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang preputium dengan cara mendorong ke belakang kulit preputium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter, selanjutnya
15
dirumah orangtua sendiri diminta melakukannya seperti yang dilakukan dokter (pada orang barat sunat dilakukan pada seorang bayi laki-laki ketika masih dirawat/ketika baru lahir). Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena keagamaan). (Yongki,2012:184) Adanya smegma pada ujung preputium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya preputium didorong ke belakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang. Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir. Perhatikan apakah urin banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi bayi akan terlihat sembab pada mukanya. Atau bila kelainan lain misalnya kista akan terlihat perut bayi lebih besar dari normal. Jika menjumpai kelainan tersebut beritahu dokter. Sampai bayi umur 3 hari pengeluaran urin tidak terpengaruh oleh pemberian cairan. Baru setelah umur 5 hari dapat terpengaruh. (Khoirunnisa,2010:174) 6. Gejala Pada Fimosis Gejala yang sering terjadi pada fimosis menurut (Rukiyah,2010:230) diantaranya: a. Bayi atau anak sukar berkemih
16
b. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon c. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal d. Penis mengejang pada saat buang air kecil e. Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/Air seni keluar tidak lancar f. Timbul infeksi 7. Patofisiologi Fimosis Menurut (Muslihatun,2010:161) Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia 3-4 tahun, penis tumbuh dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul di dalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dengan glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke arah proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada sebagian anak, preputium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Biasanya
anak
menangis
dan
pada ujung
penis
tampak
menggelembung. Air kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan
17
memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis setiap buang air kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang tampak menggelembung disebabkan oleh adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal. Adanya penyempitan tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat miksi. Urine terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis, sehingga ujung penis tampak menggelembung.
18
Adhesi alamiah (Preputium-Glans penis)
Smegma
Ereksi penis secara berkala
Terdilatasi
Dapat diretraksi
Tetap lengket pada glans penis
Mengganggu fungsi miksi
Infeksi
Demam
Ujung penis tampak menggelembung
Gangguan aliran urin pada saat miksi
Gambar 1.1 Mekanisme Fimosis
Menangis saat BAK
19
8. Komplikasi Fimosis Komplikasi yang dapat terjadi pada anak /bayi yang mengalami fimosis, antara lain terjadinya infeksi pada uretra kanan dan kiri akibat terkumpulnya cairan smegma dan urine yang tidak dapat keluar seluruhnya pada saat berkemih. Infeksi tersebut akan naik mengikuti saluran urinaria hingga mengenai ginjal dan dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (Muslihatun,2010:162) Pada 90% laki-laki yang dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik kembali (diretraksi) pada umur 3 tahun. Ketidakmampuan untuk meretraksi kulup zakar sebelum umur ini dengan demikian fimosis patologis dan fimosis
merupakan
indikasi
untuk
dikhitan.
Fimosis
adalah
ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi. Fimosis dapat kongenital/sekuele radang.
Fimosis
yang
sebenarnya
biasanya
memerlukan
bedah
pelebaran/pembesaran cincin fimosis/khitan. Akumulasi smegma di buah kulup zakar infatil fimosis patologis dan fimosis memerlukan pengobatan bedah (Sudarti,2010:185) 9. Parafimosis Menurut (Yongki,2012:185) parafimosis terjadi bila kutup zakar yang fimosis terretraksi di belakang sulkus karena dengan retraksi ini fimosis dapat dikurangi. Keadaan ini menyebabkan statsis vena distol sampai korona dengan edema menyebabkan sampai sakit dan kemampuan untuk mengurangi kulit kulup zakar. Jika ditemukan awal, keadaan tersebut
20
dapat diobati dengan mereduksi kulit kulup zakar dengan pelicinan (lubrikasi) yang tepat. Sedangkan anak dalam keadaan tidur berat/dalam suatu anestesi umumnya jangka pendek pada beberapa kasus diperlukan khitan. Khitan di Amerika biasanya dilakukan untuk alasan budaya karena hal ini mencegah fimosis, parafimosis, balanopastitis dengan ISK (Infeksi Saluran Kencing). Khitan neonates rutin membawa resiko sangat kecil tetapi resiko yang nyata adalah kemungkinan besar komplikasinya serius termasuk sepsis, amputasi bagian distal glans, pengambilan kulup zakar yang berlebihan dan terjadinya fistulasi uretrokutan. Perdebatan yang mendalam terus berlanjut mengenai kegunaan, biasanya dan keuntungan kesehatan masyarakat mengenai khitan neonates rutin (missal:penurunan resiko infeksi saluran kencing pada bayi laki-laki dengan saluran kencing normal 0,041 sampai 0,002, pencegahan kanker penis dan penghindaran khitan atas indikasi medis di masa depan dalam kehidupannya). Pendukung khitan neonates juga menganjurkan dengan menyatakan bahwa apabila khitan dilakukan kelak dalam kehidupannya akan lebih mahal biayanya dan membawa kesakitan yang lebih besar. Namun demikian kurang dari seperempat khitan yang dilakukan pada anak-anak yang lebih tua merupakan indikasi medis dan banyak anak-anak yang dikhitan saat lahir memerlukan perbaikan karena komplikasi/hasil yang kurang memuaskan.
21
10. Penatalaksanaan Fimosis Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan pada saat membersihkan penis, karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriksa pada ujung preputium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balaniits xerotica obliterans dapat diberikan salep deksamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian, preputium dapat diretraksi spontan. Fimosis
dengan
keluhan
miksi,
menggelembungnya ujung
preputium pada saat miksi, atau infeksi prostitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Fimosis yang disertai balantis atau prostitis harus diberikan antibiotika lebih dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi. Jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan
sirkumsisi
pada
anak-anak
adalah
fimosis
patologik
(Muslihatun,2010:162) Menurut (Putra,2012:395) penatalaksanaan fimosis yang dapat dilakukan terbagi menjadi dua, yakni secara medis dan secara konservatif. Berikut penjelasan masing-masing. a. Penatalaksanaan secara medis 1) Dilakukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium).
22
2) Dilakukan tindakan teknik bedah preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). b. Penatalaksanaan secara Konservatif Cara menjaga kebersihan pada fimosis adalah dengan menjaga kebersihan bokong dan penis.Berikut penjelasannya. 1) Bokong Area bokong sangat mudah terkena masalah karena sering terpapar dengan popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya, akan timbul gatal-gatal dan merah di sekitar bokong. Meski tidak semua bayi mengalaminya, namun pada eberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih. Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut: a) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau bepergian. b) Jangan berganti-ganti merek diapers. Gunakan hanya satu merek yang cocok dengan bayi c) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan
bagian
paha
untuk
ventilasi
dan
seringlah
menggantinya (tiap kali sehabis buang air kecil atau besar).
23
d) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan. e) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1-2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter. 2) Penis Tindakan yang sebaiknya dilakukan pada area penis adalah sebagai berikut : a) Sebaiknya setelah BAK, penis dibersihkan denga air hangat menggunakan
kassa.
Membersihkannya
harus
sampai
selangkangan, jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang. b) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi. c) Setelah BAK, penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan iritasi. d) Memberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) 2 kali per hari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan bagi bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.
24
11. Pathway Fimosis
Fimosis kongenital (fimosis fisiologis)
Fimosis didapat (fimosis patologik) misalnya infeksi atau benturan
Etiologi
Diagnosa
Fimosis
1. Kulit penis tidak bisa
2. Bayi atau anak
Gejala
ditarik ke arah pangkal
sukar berkemih 4. Bayi sering menangis sebelum urin keluar
3. Penis mengejang saat buang air kecil 5. Preputium menggelembung
6. Timbul infeksi Penatalaksanaan
Secara Medis 1. Salep deksamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari 2. Tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulitpreputium) 3. Teknik bedah lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya)
Secara Konservatif 1. Menjaga kebersihan bokong (jangan menggunakan diapers setiap hari) 2. Menjaga kebersihan penis (sebaiknya setelah BAK, penis dibersihkan denga air hangat menggunakan kassa).
Gambar 1.2. Pathway Fimosis
25
B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Menurut (Mufdilah, Hidayat, 2008 : 74) manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Manajemen Kebidanan adalah proses emecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien asuhan kebidanan. (Simatupang,2006: 72) Sedangkan menurut (Atik, 2008: 76)
manajemen kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari manajemen kebidanan adalah metode pemecahan terhadap suatu masalah yang dilakukan secara sistematis dan logis agar dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, dan keterampilan yang telah didapatkan.
26
2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan Menurut (Mufdilah, Hidayat, 2008) terdapat beberapa prinsip dalam proses manajemen kebidanan antara lain: a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar. c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kebidanan bersama klien. d. Membuat informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya. e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien. f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individu. g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya. h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
27
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan. 3. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Menurut (Mufdilah, Hidayat, 2008 : 75-79)Proses manajemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yaitu: a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Pasien adalah sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah data yang sudah ada. Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu : 1) Observasi Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan. 2) Wawancara Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang relevan.
28
3) Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrument/alat pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama, dan kuantitas. Data secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data subjektif dan data objektif. Pada waktu mengumpulkan data subjektif bidan harus mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupaya dengan masalah klien. Menurut (Muslihatun, 2009: 180) Data subjektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan, antara lain: Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji, antara lain: a) Faktor genetik, meliputi : kelainan/gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma genetik. b) Faktor maternal (ibu), meliputi: adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus c) Faktor antenatal, meliputi: pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion
29
d) Faktor perinatal, meliputi: premature/postmatur,partus lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban Pecah Dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan. Pada waktu mengumpulkan data objektif bidan harus mengamati ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik, memperhatikan aspek sosial budaya pasien, menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien. b. Langkah II (kedua) : Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnostik yang spesifik. c. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
30
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. d. Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera, sementara menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. e. Langkah
V
(kelima)
:
Merencanakan
asuhan
yang
komprehensif/menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Perencanaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut: tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai. f. Langkah
VI
(keenam)
:
Melaksanakan
perencanaan
dan
penatalaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien
31
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan. g. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya. 1. Catatan Perkembangan Menurut (Muslihatun, 2009: 123-124) Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang merupakan singkatan dari : S (Subjektif)
: merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.
32
O (Objektif)
: merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan pasien,
pemeriksaan
fisik
laboratorium)
pemeriksaan diagnostik lain. A (Assessment)
: merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
P (Planning)
: berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
C. Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010 yang mengatur tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, maka dalam pasal 13 ditetapkan peraturan sebagai berikut: Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan pasal 12. Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang
33
melakukan pelayanan kesehatan salah satu diantaranya terdapat pada ayat 3 yaitu menjelaskan tentang penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan. Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan fimosis termasuk kewenangan bidan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada BBL, yang telah dijelaskan dalam PERATURAN MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
1464/MENKES/PER/X/2010 ayat 3. Namun penanganan yang diberikan bidan hanya sebatas asuhan kebidanan saja, untuk tindakan lebih lanjut seperti dilakukan pembedahan harus kolaborasi terlebih dulu dengan dokter. Bagi bidan yang melanggar kewenangannya, maka akan diberikan sanksi, yaitu berupa peringatan tegas dan di audit. Setiap penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Kepmenkes RI No.900/SK/VII/2002).