BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pengetahuan merupakan keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki oleh manusia (Nursalam, 2009). Sedangkan menurut Notoatmodjo(2012) pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Notoatmodjo (2012) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti dan pandai. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa dan aroma masakan tersebut. 2. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo(2012) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan
sepanjang
dikelompokkan menjadi dua, yakni: a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
6
sejarah,
dapat
7
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara ini antara lain: 1) Cara coba-coba (Trial and Error) Melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”.
Cara
coba-coba
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas ataukekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperolehdalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yanglalu. 4) Melalui jalan pikiran Kemampuan manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya. b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). Menurut Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan pengamatan dilakukan
dengan
mengadakan
observasi
langsung
dan
membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.
8
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo(2012) faktor – faktor yang mempengaruhipengetahuan adalah: a. Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiplogi
angka
kesakitan
maupun
kematian
hampir
semua
menunjukkan hubungan dengan umur. Cara ini membuat orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur, personal yang dihadapi apakah yang disampaikan dan dilaporkan tepat, apakah panjang intervalnya dalam pengalompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian lain. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. b. Jenis Kelamin Angka dari luar negeri menunjukkan angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita dibandingkan dengan pria, sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut perbedaan angka kematian ini dapat disebabkan oleh faktor- faktor intrinsik. c. Pendidikan Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat berupa intaraksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal proses kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses mengajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang
9
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pendidikan juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. d. Pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan / karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor, perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun barang. Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Notoatmodjo, 2012). e. Sumber Informasi Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti sebagai sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu keputusan mendatang Rudi Bertz dalam bukunya ”toxonomi of comunication” media menyatakan secara gamblang bahwa informasi adalah apa yang dipahami, sebagai contoh jika kita melihat dan mencium asap, kita memperoleh informasi bahwa sesuatu sedang terbakar. Media yang digunakan sebagai sumber informasi adalah sebagai berikut : 1) Media Cetak; 2) Media Elektronik; 3) Petugas kesehatan. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo. 2012).
10
B. Sikap 1. Definisi Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senangtidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Menurut Azwar(2010) sikap merupakan penguatan positif atau negatif terhadap objek yang bersifat psikologis. Menurut Azwar (2010), sikap merupakan kecenderungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid) serta melakukan sesuatu, baik secara positif maupun negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Azwar (2010) membagi sikap menjadi tiga komponen yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Komponen kognitif adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap; 2) komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap; 3) komponen konatif adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap. Menurut Gerungan (2009) definisi sikap adalah sebagai kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi. 2. Tingkatan Sikap Berdasarkan Intensitasnya Tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya adalah sebagai berikut : a.
Menerima (receiving) : Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek)
b. Menanggapi (responding) : Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi c.
Menghargai (valuing) : Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi
11
atau menganjurkan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon, d. Bertanggung jawab (responsible) : Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. C. Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, ayah dan anaknya, ibu dan anaknya (Friedman, 2010). 2. Fungsi Keluarga Lima fungsi dasar keluarga menurut Friedman(2010) adalah : a. Fungsi afektif
Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, saling menghargai dan kehangatan di dalam keluarga. b. Fungsi sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga, bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. c. Fungsi kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan pangan, perlindungan dan merawat anggota yang sakit, sejauh mana pengetahuan tentang masalah kesehatan, kemampuan keluarga untuk melakukan 5 tugas kesehatan dalam keluarga
12
serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi. d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan. Keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. e. Fungsi perawatan Keluarga
Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga terhadap kesehatan, definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan mereka. Apakah keluarga dapat melaporkan mulai kapan menderita hipertensi dan menyebutkan tanda-tanda atau perubahan yang terjadi pada anggota keluarga dengan hipertensi. Apakah yang sudah dilakukan keluarga, apa persepsi keluarga tentang hal yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Bagaimana kebiasaan tidur keluarga : apakah anggota keluarga memenuhi syarat tidur sesuai dengan tuntutan usia. Kebiasaan menggunakan obatobatan : Apakah keluarga terbiasa mengkonsumsi alkohol, kopi, teh dan rokok. Apakah keluarga secara regular menggunakan obat yang di beli ditoko untuk menghilangkan pusing. Peran keluarga dalam perawatan diri : Apakah yang di lakukan kelurga untuk memperbaiki status kesehatan. Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan. 3. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Menurut pendapat Jhonson (2010) menyatakan bahwa dalam fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit hipertensi, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga (Jhonson, 2010).
13
b. Mengambil keputusan Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga anggota keluarga yang sakit. c. Merawat keluarga yang sakit Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit. d. Memodifikasi lingkungan Seperti pentingnya hygiene dan sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga. D. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan sebuah tantangan global yang luar biasa dan menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setiap tahunnya. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima menit sampai
14
tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial (Palmer, 2007). Hipertensi adalah tekanan Darah yang menetap yang penyebabnya mungkin tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder). Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut melewatinya (Palmer, 2007). 2. Etiologi Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Resiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Palmer, 2007). Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (Palmer, 2007). Maka peningkatan salah satu dari ketiga
variabel
yang
hipertensi.Peningkatan
tidak
kecepatan
dikompensasi denyut
jantung
dapat dapat
menyebabkan terjadi
akibat
rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut
jantung
yang
berlangsung
kronik
sering
menyertai
keadaan
hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan hipertensi. Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua
15
hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi mengakibatkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Puspitorini, 2008). 3. Klasifikasi a. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu : 1)
Hipertensi primer (essensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup lebih dari 90% dari kasus hipertensi.
2)
Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut lebih dari 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Puspitorini, 2008).
b.
Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu : 1) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. 2) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol
16
3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut (Palmer, 2007). 4. Tanda dan Gejala Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Palmer, 2007). Menurut Palmer (2007) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri kepala saat terjaga, kadang - kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Puspitorini, 2008). 5. Faktor Resiko Hipertensi
17
Faktor resiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih rentan terserang hipertensi dibandingkan orang lain. Faktor resiko bukanlah penyebab timbulnya penyakit, melainkan pemicu terjadinya penyakit. Beberapa keadaan yang merupakan faktor resiko hipertensi : a.
faktor genetik, merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu timbulnya hipertensi, terutama hipertensi primer.
b.
Jenis kelamin, pada dewasa muda dan paruh baya, hipertensi banyak terjadi pada kaum pria. Namun pada usia di atas 55 tahun, hipertensi banyak menyerang wanita.
c.
Pemakaian pil kontrasersi (KB), karena mengandung estrogen dan progesterone yang berlebihan.
d.
Kebiasaan Hidup, Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang lebih tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres dan pengaruh lain. Faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Konsumsi garam yang tinggi Dari data statistik ternyata data diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam rendah. Dunia kedokteran juga sudah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah. Pengeluaran natrium oleh obat diuretik akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut. 2) Kegemukan atau makan berlebihan Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan terbukti bahwa ada hubungan antara kegemukan dan hipertensi, meskipun mekanismenya bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas. Tetapi sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunakan takanan darah. 3) Stres atau ketegangan jiwa
18
Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung lama tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbiul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stres atau rasa tidak puas pada nasib mereka. e.
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai berikut : 1) Merokok, karena merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah. 2) Minum alkohol 3) Minum
obat-obatan,
misalnya
Ephedrin,
prednison,
Epineprin.
(Puspitorini, 2008). 6. Diet Hipertensi Diet hipertensi merupakan pengurangan konsumsi natrium, tinggi serat, kolesterol, agar penurunan tekanan darah lebih optimal. Diet ini dilakukan dengan memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak untuk menurunkan tekanan darah. Makanan yang dikonsumsi pun lebih kaya serat dan mineral yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (kalium, magnesium dan kalsium). Kalium bekerja mengatur keseimbangan jumlah natrium dalm sel. Kalsium dan magnesium bermanfaat secara tidak langsung untuk membantu mengendalikan hipertensi (Garnadi, 2012).Menurut Garnadi (2012)
untuk mencegah hipertensi yang
perlu dilakukan adalah melalui pengontrolan gaya hidup, antara lain :
19
a. Mengatur pola makan Perbanyaklah minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-sedikit tapi sering, bukan makanan banyak tetapi jarang. Kandungan zat dalam menu makanan juga harus diperhatikan, meliputi : 1) Diet rendah garam Asupan garam yang diperlukan pada orang sehat sekitar 3-5 gram (setara 1 sendok teh) per hari. Jika tubuh banyak berkeringat, sering buang air kecil serta diare, memerlukan asupan garam yang lebih. Kelebihan garam dapat menyebabkan hipertensi, risiko dehidrasi dankram, darah mengental (penyebab penyakit jantung dan stroke), mengikat cairan yang banyak serta dapat mengendap di pergelangan kaki dan daerah tengah tubuh. Diet rendah garam diperlukan terutama pada orang yang punya potensi tinggi hipertensi, dapat dilakukan dengan cara: a) Gunakan garam sebagai bumbu masakan secukupnya saja, perbanyak rempah dan kurangi garam. b) Jangan menambah garam pada hidangan yang siap santap. Jauhkan garam dari meja makan. c) Kurangi minuman bersoda, minuman kaleng dan botol. Minuman bersoda dan pengawet banyak mengandung sodium (Natrium). d) Kurangi
makan
daging,
ikan,
kerang,
kepitingdan
susu,
camilan/snack yang asin dan gurih. e) Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, otak, vetsin (monosodium glutamate/MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang dan cumi-cumi. f) Konsumsi makanan yang dianjurkan, seperti sayuran segar, buah segar, tempe, tahu, kacang-kacangan, ayam dan telur. 2) Diet rendah kolesterol
20
Makanan yang dimakan sebaiknya mengadung lemak jahat seperti kolesterol (menerunkan HDL). Diet rendah kolesterol dapat dilakukan dengan cara: a) Kurangi makan makanan yang mengandung gula murni, daging, ayam, kuning telur dan sarden. b) Hindari makan makanan seafood, otak, jeroan, lemak hewani, mentega, susu full cream. c) Makanan yang dianjurkan meliputi sayuran, buah, minyak nabati (kecuali minyak kelapa), putih telur, ikan, kacang - kacangan dan minyak zaitun. Jika sudah mencapai berat badan ideal, jangan melakukan diet terlalu keras. Imbangi dengan pola makan sehat, mengandung sumber energy, pembangun tubuh, pelindung serta pengatur tubuh. Sumber energi ideal adalah 12-15% lemak dan 5060% karbohidrat. 7. Penanggulangan penyakit hipertensi a. Pengobatan tradisional Tanaman tradisional banyak yang berkasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi, diantaranya terdapat pada beberapa jenis tanaman berikut menurut Dalimartha (2008), diantaranya : 1) Bawang putih (alii sativa) 2) Rebusan sledri (infusum apii graveolentis) 3) Rebusan kunyit (infusum curcumae longae) 4) Rebusan rambut jagung (infusum maydis stigma) 5) Rebusan pace (infusum morindae) 6) Rebusan rumput wijen (infusum oldenlandiae) 7) Rebusan biji kecipir (infusum psophocarpi) b. Pengobatan farmakologis Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan seumur hidup. Pengobatan secara farmakologis dapat dilakukan dengan panduan dari National Institute of Health, sebagai berikut :
21
1) Hipertensi derajad 1, tekanan darah 140-159/90-99 mmHg : melalui pola hidup sehat ditambah satu jenis obat hipertensi 2) Hipertensi derajad 2, tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih : melalui pola hidup sehat ditambah dua jenis atau lebih obat hipertensi Pengobatan hipertensi diarahkan kepada penyebabnya, pada umumnya penanganannya meliputi kombinasi pemberian obat, pengaturan diet dan olah raga. Selain itu juga perlu memeriksakan tekanan darahnya secara teratur untuk mencegah komplikasi Palmer(2007). c. Perawatan Penyakit Hipertensi 1) Mengurangi kelebihan berat badan Penderita hipertensi yang kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan bobotnya sampai batas ideal dengan cara membatasi makan dan mengurangi makanan berlemak. 2) Mengurangi alkohol secara teratur Alkohol bisa memberikan kontribusi terhadap kejadian hipertensi. Alkohol bisa mengurangi kemampuan pompa jantung dan kadangkadang membuat pengobatah hipertensi kurang efektif.\ 3) Olah raga secara teratur Latihan aerobik secara teratur tiga sampai empat kali seminggu dengan lama 30-45 menit bisa membantu mengurangi resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. 4) Membatasi asupan natrium yang tinggi, meskipun tidak selalu bisa meningkatkan tekanan darah khususnya pada orang tua penderita darah tinggi dan pasien dengan DM. 5) Berhenti merokok
22
Merokok tidak menyebabkan hipertensi, Namun merokok adalah salah satu faktor resiko utama dari penyakit kardiovaskuler. 6) Mengurangi lemak Seorang penderita tekanan darah dengan kadar lemak yang banyak mungkin memerlukan modifikasi diet atau terapi obat untuk menormalkannya (Puspitorini, 2008) E. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Penanggulangan Hipertensi Secara spesifik, dengan adanya pengetahuan yang baik yang dimiliki keluarga berpengaruh pada perilaku yang akan dilakukan dalam melakukan perawatan pada penderita hipertensi, sehingga berpengaruh pula pada menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari pada sakit. Jadi dengan adanya pengetahuan yang baik dan tepat maka status kesehatan penderita lebih meningkat. Pengetahuan yang baik akan mendorong keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam hal ini. perawatan pada penderita hipertensi, dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus atau pengetahuan yang bersifat baik, sedang, buruk, positif, negatif yang tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu stimulus tersebut yang berujung pada suatu tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2012). Dari berbagai strategi untuk meningkatkan kekuatan dalam melakukan kemampuan merawat penderita hipertensi salah satunya adalah dengan adanya keterlibatan keluarga, dimana keluarga dapat melakukan perawatan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan penderita hipertensi sehari-harinya dan tercipta status kesehatan yang optimal. Sebuah keluarga dapat menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan suatu keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menentukan tentang perawatan yang tepat untuk responden (Jhonson, 2010). Perilaku keluarga yang perduli sangat diperlukan untuk menghadapi penderita yang membutuhkan perhatian. Dalam dukungan emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga yang sakit. Dengan perhatian yang berlebih maka penderita hipertensi merasa tidak
23
sendiri dalam menghadapi penyakitnya, karena penyakit hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan perawatannya pun seumur hidup. Dengan adanya peran serta keluarga yang dilakukan dengan baik diharapkan dapat membantu penderita hipertensi dalam melakukan perawatan sehari-hari, sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Perlu diketahui bahwa penyakit hipertensi tidak akan sembuh, untuk itu dibutuhkan suatu perilaku ketaatan jangka panjang dan kesabaran yang ekstra selama hidupnya guna mempertahankan kesehatannya (Friedman, 2010). Suatu penelitian yang dilakukan oleh Christy (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga atau responden tersebut pengetahuannya tentang penyakit hipertensi adalah cukup, hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang di dapat tentang penyakit hipertensi dan tingkat pendidikan yang sangat minim. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) menunjukkan bahwa Pengetahuan penderita hipertensi dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi baik sebanyak 59 responden (55.7%) dan pengetahuan kurang sebanyak 47 responden (44.3%). Sikap penderita hipertensi dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi baik 56 responden (52.8%) dan sikap kurang sebanyak 50 responden (47.2%). Tindakan penderita hipertensi dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi baik sebanyak 42 responden (39.6%) dan kurang sebanyak 64 responden (60.4%). Penelitian yang dilakukan oleh Imran (2013), menunjukkan bahwa Lebih dari setengah (86,7%) pasien hipertensi memiliki dukungan sosial keluarga dengan kategori baik. Lebih dari setengah (80%) pasien hipertensi patuh dalam melaksanakan program diet. Terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet.
24
F. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independent
Variabel Dependent
Keluarga 1. Pengetahuan 2. Sikap
Penanggulangan Penyakit Hipertensi Usia Jenis Kelamin Riwayat Keluarga Garam Dapur Merokok Aktivitas Stres Variabel Confounding
Keterangan : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti G. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan penanggulangan penyakit hipertensi Ha : Ada hubungan sikap dengan penanggulangan penyakit hipertensi