BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput Laut Rumput laut (Euchema cottonii) atau gulma laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang). Merupakan salah satu komoditi sumber daya laut yang ekonomis. Kajian terhadap tanaman rumput laut ini dibahas dalam disiplin ilmu yang disebut Algology (algor=dingin; logos=ilmu) atau Phycology, yaitu ilmu yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan alga. Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira-kira Tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat-obatan. Pada Tahun 65 SM, Bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut gulma laut dan lamun. Gulma laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Lamun sejenis tumbuhan yang hidup dilaut juga, tetapi lamun dapat dibedakan bagian akar, batang dan daun (Sunnara, 2010:4). Saat ini terdapat sekitar 782 jenis rumput laut yang hidup di perairan Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 196 algae hijau, 134 algae coklat, dan 452 algae merah. Jenis yang banyak dikembangkan dan banyak diminati pasar adalah jenis Euchema spinosum, Euchema cottonii dan Gracilaria sp (Rajagukguk, 2009:17). Di Kabupaten Gorontalo Utara, jenis yang sudah di budidayakan yaitu rumput laut jenis Euchema cottonii. Berdasarkan studi etnofarmakologi rumput laut Indonesia, diketahui bahwa 38 jenis dari 18 marga, terdiri dari 7 jenis alga hijau, 13 jenis alga merah, dan 18 jenis dari alga cokelat, ternyata sudah bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa jenis juga digunakan sebagai
kosmetika tradisional, seperti untuk bedak (powder) atau lotions penyegar dan pengobatan sunstroke (kelengar atau tidak sadarkan diri dari akibat sinar matahari), yaitu Ulva lactura, Enteromorpha prolifera, dan Sargassum sp (Anggadiredja, dkk., 2010:7). Observasi di lokasi penelitian untuk jangka waktu atau periode proses budidaya dimulai saat menyemaikan bibit rumput laut sampai dengan waktu pemanenan (satu siklus panen), adalah 30-45 hari sejak ditanam. Apabila musim kemarau berlangsung 6 bulan, maka satu kali musim terdapat 3-4 kali siklus panen. Hasil panen rumput laut diperdagangkan dalam bentuk rumput laut kering, dengan kadar air 35-37%. Proses pengeringan rumput laut secara alami cara penjemuran dengan sinar matahari selama 2-3 hari, dan rumput laut siap di jual. Gorontalo Utara merupakan salah satu pusat pengembangan rumput laut yang sedang berkembang dan ditunjang oleh program pemerintah untuk mengembangkan industri rumput laut di daerah ini cukup besar. Peran pemerintah itu dimaksudkan untuk membuka lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan dan devisa. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tertgantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding thallusnya. Perkembangbiakan dilakukan dua cara, yaitu secara kawin antara gemet jantan dengan gamet betina (generatif) serta secara tidak kawin dengan melalui vegetatif (Anggadiredja. dkk., 2010:6). Di kalangan ilmuwan rumput laut dikenal dengan nama algae dan berdasarkan ukurannya dibedakan dua golongan yaitu Mikro-Algae dan Makro-Algae. Kedua kelompok algae tersebut sebagian besar hidup di laut. Kelompok tumbuhan ini mempunyai peranan yang sangat besar di lingkungan laut, karena hanya merekalah yang dapat menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh semua penghuni laut. Ada ribuan jenis rumput laut yang hidup di samudera. Tapi dari ribuan jenis tersebut, rumput laut yang bisa dimakan bisa digolongkan menjadi empat kelompok sesuai warnanya.
Menurut Sunnara, (2010:7) bahwa kandungan pigmen yang terdapat dalam thallus rumput laut, maka rumput laut dapat digolongkan menjadi empat kelompok sesuai warnanya: a.
Ganggang cokelat (Brown algae) Jenis ini paling banyak ditemukan dan diolah menjadi produk makanan. Warnaya yang cokelat disebabkan oleh pigmen kuning dan coklat alias xantofil. Ganggang cokelat banyak diolah menjadi produk makanan seperti kombu, wakame, dan hijiki. Jenis lainnya yang banyak ditemukan di Amerika Utara adalah kelp.
b. Ganggang merah (Red algae) Berwarna merah karena kaya akan pigmen merah (phycoerythrin). Ganggang merah banyak dipakai dalam industri pembuatan agar-agar dan jelly. Salah satu produk olahan ganggang merah yang terkenal di dapur Jepang adalah nori. Dari berbagai jenis rumput laut Merah, hanya beberapa jenis saja yang bernilai ekonomis tinggi, karena dapat menghasilkan ekonomis tinggi, karena dapat menghasilkan agar. c.
Ganggang biru kehijauan (Blue green algae) Termasuk jenis tanaman primitif karena berukuran sangat kecil (mikroskopik), bahkan terkadang ganggang ini digolongkan sebagai bakteri. Contoh ganggang ini adalah Spirulina yang banyak diolah menjadi suplemen makanan kesehatan.
d. Ganggang hijau (Green algae) Warnanya benar-benar hijau karena klorofil tidak tertutup oleh pigmen lain. Salah satu contohnya adalah selada laut (sea lettuce) dan anggur laut (sea grape). Beberapa jenis rumput laut Indonesia yang bernilai ekonomis dan sejak dulu sudah diperdagangkan yaitu Eucheuma sp, Hypnea sp, Gracilaria sp, dan Gelidium sp, dari kelas Rhodophyceae serta Sargassum sp, dari kelas Phaeophyceae. Eucheuma sp dan Hypnea sp, menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut karaginan (carrageenan). Graciliria sp dan Gelidium sp, menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar. Sementara, Sargassum sp,
menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut alginat. Rumput laut yang menghasilkan karaginan disebut pula carrageenophyte (karaginofit), penghasil agar disebut agarophyte (agarofit), dan penghasil alginat disebut alginophyte (alginofit) (Anggadiredja. dkk., 2010:6). B. Konsep Pemasaran Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler, 2007:19). Pemasaran yang baik itu bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari eksekusi dan perencanaan yang cermat. Praktik pemasaran terus-menerus ditingkatkan dan diperbaharui diseluruh industri untuk meningkatkan peluang keberhasilan. Akan tetapi, keunggulan pemasaran itu jarang dan sulit untuk dicapai. Pemasaran itu adalah “seni” sekaligus “ilmu” ada tegangan yang terus menerus antara sisi pemasaran yang terformulasi dan sisi kreatif (Kotler dan Keller, 2007:4). Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi pemasaran terpendek adalah memenuhi kebutuhan secara menguntungkan. Seorang pemasar mengatakan bahwa peran pemasaran adalah menyerahkan standar hidup yang lebih tinggi. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri (Kotler dan Keller, 2007:6). Abdullah dan Tantri, (2012:2) mengemukakan pemasaran (marketing) adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat
memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Menurut Kotler dan Keller, (2007:10) pasar secara tradisional, adalah tempat fisik di mana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Para ahli ekonomi menggambarkan pasar sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas sebuah produk atau kelompok produk tertentu (misalnya, pasar, perumahan, atau bahan makanan). Ekonomi modern penuh dengan pasar semacam itu. Sedangkan pemasar adalah seseorang yang mencari tanggapan (perhatian, pembelian, suara, donasi) dari pihak lain, yang disebut prospek. Jika kedua pihak berupaya untuk menjual sesuatu kepada satu sama lain, kita menyebut keduanya pemasar. C. Jenis Struktur Pasar Pasar tidak dibatasi oleh batas Negara ataupun wilayah tertentu. Pasar sering diidentikkan dengan industri. Industri merupakan kelompok perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sejenis, seperti industri tekstil, industri mobil, industri barang elektronika, dan sebagainya (Soeharno, 2007:188), jenis struktur pasar sebagai berikut: 1.
Persaingan Sempurna Persaingan sempurna adalah pasar yang mempunyai ciri-ciri: Banyak
penjual/produsen, ada kebebasan masuk dalam pasar, harga ditentukan oleh mekanisme pasar dan penjual atau pembeli mengetahui sepenuhnya informasi pasar. 2.
Monopoli Monopoli adalah bilamana di dalam suatu pasar atau industri hanya ada satu
produsen yang menghasilkan produk yang tidak dapat diganti oleh produk produsen lain. Struktur pasar yang demikian ini hanya memiliki satu penjual/produsen sehingga tidak dipengaruhi harga dan produk dari produsen lain.
Dalam pasar monopoli, misalnya bila sebuah perusahaan telah menemukan obat flu burung. Kalau perusahaan yang menemukan obat itu kemudian memproduksinya dan menjualnya di pasar, pasar yang dihadapinya adalah pasar monopoli karena obat flu burung itu belum ada yang dapat menggantinya. Di Indonesia, pertamina dan PT KAI bertindak sebagai monopolis dalam pasar BBM dan transportasi kereta api. 3.
Persaingan Monopolistik Pasar persaingan monopolistik adalah bilamana dalam suatu pasar atau industri
terdapat banyak produsen yang menghasilkan produk yang berbeda karena merek, kemasan, kualitas, atau model. Unsur persaingan meliputi: produsen yang cukup banyak dan kelonggaran untuk memasuki pasar. Unsur monopoli meliputi: adanya perbedaan produk yang dihasilkan antara produsen satu dengan yang lain dalam bentuk kualitas, kemasan, (fashion) model dan adanya kekuatan untuk mengatur harga pasar. 4.
Oligopoli Oligopoli adalah bentuk organisasi pasar dimana hanya terdapat beberapa
penjual/produsen produk yang homogen atau berbeda. Perbedaan tersebut dalam bentuk merk, kualitas, dan model/fashion. Dalam perekonomian, terutama dalam industri, jenis pasar oligopoli ini yang terjadi banyak. Misalnya dalam industri mobil dan industri elektronik. D. Kelembagaan Pasar Lembaga Pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditas dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk. Tugas lembaga pemasaran untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang diterima lembaga pemasaran dari pelaksanaan
fungsi-fungsi pemasaran adalah margin pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan). Bahagian balas jasa bagi lembaga pemasaran adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran (Rahim dan Hastuti, 2007:113). Menurut Sudiyono, (2004:79) golongan penguasaan terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1.
Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai benda, seperti agen perantara (broker, selling broker, dan buying broker).
2.
Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang dipasarkan, seperti: pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir.
3.
Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang dipasarkan, seperti perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas transportasi, asuransi pemsaran, dan perusahaan yang menentukan kualitas produk pertanian (surveyor). Sudiyono, (2004:80) juga mengemukakan lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam tergantung dari jenis yang dipasarkan. Komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini lebih lanjut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.
Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.
2.
Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang membeli komoditi pertanian dari pedagang tengkulak.
3.
Pedagang
besar,
yaitu
pedagang
yang
melakukan
proses
konsentrasi
(pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, dan kemudian dijual ke agen penjualan ataupun pengecer.
4.
Agen penjualan, bertugas dalam proses distribusi komoditi yang dipasarkan dengan membeli komoditi dari pedagang besar dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer.
5.
Pengecer, yaitu lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat tergantung dari aktivitas pengecer dalam menjual produknya kepada konsumen. Sehingga saat ini kita jumpai adanya diversifikasi usaha dari produsen atau pedagang besar menjadi pengecer sekaligus. Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan komoditi pertanian dari
produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung kepada konsumen akhir atau petani produsen berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul ataupun pedagang besar dan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir disebut dengan sistem pemasaran (Sudiyono, 2004:81).
E. Saluran Pemasaran Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka kepada pengguna akhir secara langsung, diantara mereka terdapat sekelompok perantara yang melaksanakan beragam fungsi. Perantara ini membentuk saluran pemasaran (disebut juga saluran dagang atau saluran distribusi). Saluran pemasaran (marketing channels) adalah sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau di konsumsi. Saluran pemasaran merupakan seperangkat alur yang diikuti produk atau jasa setelah produksi, berakhir dalam pembelian dan digunakan oleh pengguna akhir. Saluran pemasaran berfungsi untuk menggerakkan barang dari produsen ke konsumen.
Saluran pemasaran mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang memerlukan atau menginginkannya (Kotler dan Keller, 2008:106). Abdullah dan Tantri, (2012:207) mengemukakan saluran pemasaran adalah sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Laksana, (2008:123) mengemukakan saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen. Pengertian ini menunjukan bahwa perusahaan dapat menggunakan lembaga atau perantara untuk dapat menyalurkan produknya kepada konsumen akhir. Kotler, (2005:183) mengemukakan saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya. Anggota-anggota saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi utama: 1.
Mengumpulkan informasi mengenai calon pelanggan dan pelanggan sekarang, pesaing, dan pelaku dan kekuatan lainnya dalam lingkungan pemasaran tersebut.
2.
Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk merangsang pembelian.
3.
Mencapai kesepakatan mengenai harga dan ketentuan-ketentuan lain sehingga peralihan kepemilikan dapat terlaksana. Melakukan pemesanan kepada produsen.
4.
Memperoleh dana untuk membiayai persediaan pada tingkat yang berbeda dalam saluran pemasaran.
5.
Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran.
6.
Mengatur kesinambungan penyimpanan dan perpindahan produk-produk fisik.
7.
Mengatur perlunasan tagihan kepada pembeli melalui bank dan lembaga keuangan lainnya.
8.
Mengawasi peralihan kepemilikan aktual dari suatu organisasi atau orang kepada organisasi atau orang lainnya. Untuk menyalurkan barang-barang dari produsen hingga sampai pada konsumen terakhir maka perusahaan dapat menetapkan tingkat mata rantai saluran distribusi yang akan di tempuh barang-barangnya hingga pada konsumen yang terakhir. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa saluran pemasaran atau saluran distribusi
adalah individu dan sekumpulan organisasi yang melakukan proses pemindahan menyalurkan/memasarkan produk dari pedagang pengumpul sampai pedagang besar hingga konsumen akhir. Menurut
Laksana, (2008:125) mengemukakan tingkatan dalam saluran
pemasaran terdiri dari: 1.
Saluran nol tingkat atau saluran pemasaran langsung (A Zero level Channel), produsen menjual langsung kepada konsumen.
2.
Saluran satu tingkat (A one level channel), mempunyai satu perantara penjualan. Di dalam pasar konsumen, perantara
itu sekaligus merupakan pengecer
(retailer), sedangkan dalam pasar industri merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri. 3.
Saluran dua tingkat (A two level channel), mempunyai dua perantara penjualan. Di dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir atau pedagang besar (whole saler), dan sekaligus pengecer (retailer), sedang dalam pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri.
4.
Saluran tiga tingkat (A three level channel), mempunyai tiga perantara penjualan, yaitu grosir, pemborong (jobber), dan pengecer, seorang pemborong biasanya ada di tengah antara grosir dan pengecer.
Untuk lebih jelasnya tingkat saluran pemasaran di atas dapat di gambarkan secara visual, yaitu: Konsumen
Produsen Produsen Produsen
Grosir
Produsen
Grosir
Pemborong
Pengecer
Konsumen
Pengecer
Konsumen
Pengecer
Konsumen
Gambar 1. Tingkatan Saluran Pemasaran (sumber: Laksana, 2008:125)
F. Analisis Pendapatan Usahatani Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Perlunya analisis usahatani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian, para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani (Soekartawi, 2006:1). Rahim dan Hastuti, (2007:158) mengemukakan usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, benih, pupuk, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan xx meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim dan Hastuti, 2007:166), pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pd = TR - TC Ket: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan (total revenue) TC = Total biaya (total cost) Dalam banyak hal jumlah TC ini selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai, dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai. Oleh karena itu, setiap kali melakukan analisis, perlu disebutkan analisis apa yang digunakan. G. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji penelitian-penelitian yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, komoditas, produk maupun alat analisis yang sama sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan penelitian yang telah dilakukan agar dapat dijadikan bahan pembelajaran. Penelitian mengenai kajian rantai pemasaran telah dilakukan oleh banyak peneliti dengan jenis produk yang berbeda. Budiman, Aisyah, Harifuddin (2011), melakukan penelitian di Desa Mandale, Kecamatan Mandale, Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran rumput laut di Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep. Metode penelitian yang digunakan dengan observasi dan wawancara kepada petani rumput laut. Data akan dianalisis berdasarkan rumus sebagai berikut: untuk menghitung jumlah margin pemasaran yang diperoleh pada masing- masing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut : M = Hp Hb. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa pola distribusinya atau penyaluran rumput laut di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle ada dua macam saluran yaitu Pertama dari petani ke pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar dan terakhir ke eksportir. Kedua dari petani ke pedagang pengumpul, dan terakhir ke eksportir; usaha rumput laut yang dilakukan di desa Mandalle kecamatan Mandalle menunjukkan bahwa margin pada saluran I sama saja dengan margin pada saluran II
dan keuntungan yang diperoleh pada saluran I lebih kecil dari pada saluran II;saluran yang pendek (saluran II) lebih efisien dari pada saluran yang panjang (saluran I). Penelitian Darwis dan Rukka (2009), melakukan penelitian di Kecamatan Lara Kabupaten Luwu Utara. Tujuan penelitian untuk mengetahui jalur distribusi dan karakteristik pedagang yang dilalui oleh aliran biji kakao dari produsen ke konsumen. Metode penelitian yang digunakan untuk quantitative research design adalah metode survey dengan melaksanakan wawancara dan observasi, sedangkan qualitative research designs menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Data yang telah terkumpul selanjut-nya ditabulasi dan dikelompokkan untuk dianalisis sesuai kebutuhan penelitian.
Penelitian ini terdapat empat saluran pemasaran, dan
satu saluran pemasaran yang paling efifisien dari petani hingga ke pedagang besar/eksportir dan selanjutnya ke pabrik pengolahan di luar negeri sebagai konsumen antara, yaitu: Petani Kakao - Pedagang Pengumpul Desa - Pedagang Pengumpul Kecamatan - Pedagang Pengumpul Kabupaten - Pedagang Besar/ Eksportir - Pabrik Pengolahan di Luar Negeri (Konsumen antara). Kegiatan pemasaran yang paling efisien terjadi pada Saluran IV dengan capaian efisiensi sebesar 3,50% dan yang paling tidak efisien terjadi pada Saluran I dengan capaian efisiensi sebesar 14,57%. Keliat (2008), melakukan penelitian di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa jenis saluran pemasaran wortel di daerah penelitian, untuk mengetahui efisiensi pemasaran wortel untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian. Metode penelitian ini menggunakan dua metode. Pertama analisis deskriptif, dengan cara menggambarkan dan menjelaskan, mata rantai volume pemasaran wortel dan bagaimana fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran. Kedua untuk menghitung margin pemasaran. Hasil dari Penelitian ini terdapat 2 bentuk saluran pemasaran wortel di daerah penelitian, yaitu: Saluran I, Petani - Pedagang Pengumpul Desa - Pedagang Perantara Luar Kota - Pedagang Pengecer - Konsumen.
Saluran II, Petani - Pedagang Pengumpul Desa - Pedagang Kabupaten - Pedagang Perantara Luar Kota - Pedagang Pengecer - Konsumen. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran I karena nilai Ep (Efisiensi Pemasaran) pada saluran tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ep pada saluran pemasaran wortel II. Agustian dan Mayrowani (2008), melakukan penelitian di Kecamatan Pangalengan dan Lembang Kabupaten Bandung Jawa Barat, tahun 2005. Tujuan penelitian untuk menganalisis pola pemasaran komoditas kentang serta margin pemasaran yang diraih pelaku pemasaran. Metode penelitian yang digunakan secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis pola pemasaran komoditas kentang akan dianalisis secara kualitatif yang akan diuraikan meliputi tujuan/alur pemasaran dan struktur pasar komoditas kentang. Hasil dari penelitian terdapat dua pola saluran pemasaran komoditas kentang yang masih berjalan di Jawa Barat, yaitu: Pola pemasaran untuk komoditas kentang jenis granola yang ditujukan untuk berbagai tujuan pasar terutama pasar-pasar induk yang sebagian besar untuk konsumen rumah tangga, harga yang diterima petani yaitu berkisar antara Rp2500Rp2800/kg. Kedua, pola Kemitraan Kelompok Tani atau Petani dengan PT. Indofood Fritolay Makmur untuk komoditas kentang atlantik untuk memenuhi pabrik pengolahan keripik milik perusahaan mitra, maka harga bersih yang diterima petani sekitar Rp3300– Rp3450/kg. Dengan demikian, adanya kerjasama kemitraan maka petani memperoleh harga yang lebih tinggi dibanding dengan mengusahakan kentang tanpa kerjasama kemitraan. Drakel (2010), melakukan penelitian di Kecamatan Oba di Kota Tidore Kepulauan. Tujuan penelitian untuk mengetahui besarnya margin yang diperoleh setiap lembaga pemasaran dan efesiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya marjin pemasaran di dalam proses pemasaran kelapa biji, kopra dan minyak kelapa. Metode penelitian dianalisis secara kuantitatif, untuk memperoleh gambaran tentang margin pemasaran kopra pada lembaga pemasaran yang ada di Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan. Hasil
dari Penelitian sistem rantai pemasaran yang terdapat di Kecamatan Oba yaitu system: pemasaran tidak langsung yaitu petani menjual ke pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul desa menjual ke pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kecamatan menjual ke pedagang besar selanjutnya pedagang besar menjual ke konsumen. Saluran pemasaran langsung yaitu petani menjual ke pedagang kecamatan, pedagang kecamatan menjual ke pedagang besar selanjutnya pedagang besar menjual ke konsumen. Hasil perhitungan margin pemasaran untuk tiap lembaga pemasaran berbeda satu dengan yang lainnya. Margin yang diperoleh pedagang pengumpul desa adalah dengan biaya Rp. 52.000,- serta keuntungan yang diperoleh. Margin yang diperoleh pedagang kecamatan adalah dengan biaya Rp. 54.000,- serta keuntungan yang diperoleh. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran yang efisien dalam proses pemasaran kopra di Kecamatan Oba adalah pemasaran 2, yang masing-masing memperoleh presentase yang lebih rendah dibanding presentase pada saluran pemasaran 1. H. Kerangka Pemikiran Teoritis Salah satu daerah yang berpotensial penghasil rumput laut yaitu Kabupaten Gorontalo Utara tepatnya di Kecamatan Anggrek, gambar tersebut menunjukkan bahwa pemasaran rumput laut mulai dari pembudidaya sampai eksportir. Lembagalembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini lebih lanjut dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu dari pembudidaya rumput laut ke pedagang pengumpul yang selanjutnya dijual lagi ke pedagang besar dan yang terakhir ke eksportir (pabrik, gudang penyimpanan dan lain-lain), lembaga-lembaga pemasaran tersebut yang menyalurkan komoditi sampai konsumen akhir, maka terbentuklah yang namanya rantai pemasaran. Semakin panjang rantai pemasaran, maka semakin kecil keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran, demikian sebaliknya. Panjang pendeknya saluran pemasaran atau rantai pemasaran tidak mempengaruhi dari lembaga-lembaga pemasaran, tetapi perbedaan harga pada tiap lembaga pemasaran
yang mempengaruhi pendapatan ditingkat (pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang besar). Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 2 berikut: Rumput Laut Kecamatan Anggrek
Nelayan
Kelembagaan Pasar
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pendapatan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Rantai Pemasaran Rumput Laut pada Usahatani di Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara
I.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1.
Diduga rantai pemasaran rumput laut di Kecamatan Anggrek secara tidak langsung.
2.
Diduga perbedaan harga rumput laut berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima responden di Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara.