BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamban Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk
membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Fauzia, 2000). Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit (Kepmenkes, 2008: 852). Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikatakan yang dimaksud dengan jamban adalah suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan kotoran manusia yang tersimpan pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi penyebab suatu penyakit atau mengotori permukaan bumi. Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak di kelola dengan baik.
8
9
2.1.1 Jenis jamban keluarga Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang tercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat di bedakan atas beberapa macam (Azwar, 1996). 1. Jamban cemplung adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau di bawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak di mungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu lama karena tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya 1,5-3 meter. 2. Jamban empang (Overhung Latrine) adalah jamban yang di bangun di atas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang bisanya di pakai untuk ikan, ayam. 3. Jamban kimia (chemical toilet) Jamban model ini biasanya di bangun pada tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api, pesawat terbang dan lain- lain. Disini tinja disenfaksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihannya di pakai kertas tisue (toilet piper). Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu dibuang lagi.
10
4. Jamban leher angsa (angsa latrine) Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan. 2.1.2
Syarat Jamban Sehat Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Depkes RI, 2004). 1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum. 2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus. 3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitar. 4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya. 5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna. 6) Cukup penerang 7) Lantai kedap air 8) Ventilasi cukup baik 9) Tersedia air dan alat pembersih. 2.1.3
Manfaat Dan Fungsi Jamban Keluarga Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang
baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
11
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit 2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman. 3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit. 4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
2.1.4
Pemeliharaan Jamban Jamban hendaklah selalu dijaga dan di pelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut : 1. Lantai jamban hendaklah selalu bersih dan kering. 2. Di sekeliling jamban tidak tergenang air 3. Tidak ada sampah berserakan 4. Rumah jamban dalam keadaan baik 5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat 6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada 7. Tersedia alat pembersih 8. Bila ada yang rusak segera di perbaiki. Selain itu di tambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat di lakukan dengan (Simanjuntak, P : 1999) : 1. Air selalu tersedia dalam bak atau ember 2. Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus di siram bersih agar tidak bau dan mengundang lalat
12
3. Lantai jamban usahakan selalu bersih dan tidak licin agar tidak membahayakan pemakai 4. Tidak memasukan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban 5. Tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja.
2.2 Pemanfaatan Jamban Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau pemakaian jamban oleh masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Kata pemanfaatan berasal dari kata „manfaat‟. Dalam kamus bahasa Indonesia pemanfaatan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan (2005: 711). Berdasarkan pengertian di atas maka pemanfaatan jamban adalah perbuatan masyarakat dalam memanfaatkan atau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Atau dengan kata lain pemanfaatan adalah penggunaan jamban oleh masyarakat dalam hal buang air besar. Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahaya yang dapat diakibatkan oleh penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh adanya kotoran tinja manusia yang dapat menjadi sumber penyakit. Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan aman dapat menyebabkan beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya. Merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia (Sutedjo, 2003).
13
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang di keluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut : 1) Kuman penyebab penyakit 2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab 3) Cara keluar dari sumber 4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial 5) Cara masuk ke inang yang baru 6) Inang yang peka (suscaptible). Bahaya buang air besar sembarangan oleh Notoatmodjo (2003: 159) digambarkan melalui rantai penyebaran penyakit melalui kotoran tinja dan urine. Peranan tinja dalam penyebaran penyakit cukup besar, selain dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya juga mencemari air, tanah, serangga dan bagian tubuh manusia. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam- macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003: 159-160).
14
2.3 Pengetahuan Kesehatan Masyarakat 2.3.1 Konsep Pengetahuan Menurut Benyamin Bloom (dalam Notoatmodjo, 2003) pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan
terhadap
suatu
obyek
tertentu.
Sementara
Suriasumantri (2007:104) bahwa yang dimaksudkan dengan pengetahuan adalah khasanah mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan manusia. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan manusia. Notoamodjo (2007: 144) memberikan penegasan dengan beberapa hasil penelitian bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan adalah hasil tahu yang diperoleh dari pengindraan pada objek tertentu. Pengetahuan dapat pula diartikan sebagai hasil tahu dari sebuah proses pengindraan. Pengetahuan memberikan dasar-dasar bagi lahirnya tindakan seseorang. Dalam penelitian ini pengetahuan kader posyandu tentang Imunisasi dasar dipandang memberikan pengaruh terhadap tindakan kader dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga hal ini akan memicu
15
naiknya kunjungan atau pemanfaatan posyandu oleh ibu- ibu yang memiliki anak balita. a. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan menurut Bloom (dalam Notoatmodjo, 2010: 26), dibedakan menjadi 6 tingkat, antara lain : Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari, antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. Aplikasi
(application)
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
16
sama lain. Sintesis (synthesis) merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Evaluasi (evaluation) merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri. b. Cara Memperoleh Pengetahuan Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan antara lain : 1) Cara coba-salah (trial and error) Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan ini diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan yang berasal dari otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
17
4) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. 5) Cara modern atau ilmiah Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua
fakta
sehubungan
dengan
obyek
yang
diamati
(Notoatmodjo, 2005). c. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda. Secara garis besar dibaginya dalam 6 tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2010), yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya mengemati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa tomat yang mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menguasai pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab
18
penyakit TBC, bagimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Dan sebagainya. 2) Memahami (comperehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara memelihara jamban keluarga. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan,
kemudian
mencari
hubungan
antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
19
membedakan atau memisahkan, mengolompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah
suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi- formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal- hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi
berkaitan
dengan
kemampuan
seseorang
untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu yang dalam hal ini penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga dan berencana, dan sebagainya.
20
2.4 Kerangka Teori Kerangka teori yang dikembangkan sebagai dasar penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2 : Kerangka Teori Penelitian TIngkatan Pengetahuan Kesehatan Masyarakat:
Air Mati
Tangan
Makanan, Minuman Sayuran
Tinja Lalat
Penjamu
Sakit Tanah
Sumber: (Notoatmodjo, 2003: 159) Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa, tingkatan pengetahuan masyarakat yang terdiri atas, tingkatan tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi dapat membentuk pengetahuannya tentang kesehatan. Selanjutnya
pengetahuan
tentang
kesehatan,
yang
difokuskan
pada
penggunaan jamban keluarga, dapat menunjukkan pemahamannya terhadap siklus
21
perkembangan penyakit yang bersumber dari kotoran manusia yang dibuang di sembarang tempat baik melalui media air, tangan manusia, lalat, dan tanah. Sumber penyakit yang terbawa melalui media di atas selanjutnya dapat berkontaminasi dengan makanan dan minuman manusia, yang kemudian dapat berujung pada jamuan makanan yang dapat saja menyebabkan sakit bagi yang mengkonsumsinya dan bila tidak mendapatkan pertolongan dapat saja menyebabkan kematian. Pengukuran tingkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat ini menjadi penting untuk dapat melahirkan upaya-upaya perbaikan yang signifikan terhadap pengetahuan kesehatan masyarakat. 2.5 Kerangka Konsep
Variabel independent
Tingkatan Pengetahuan Masyarakat : - Tahu - Memahami - Aplikasi - Analisis - Sintesis - Evaluasi
Variabel dependent
Pemanfaatan Jamban
22
Keterangan :
= Variabel dependent
= Variabel Independen