Tinjauan Pustaka
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Mengenai Perbankan Mendengar kata Bank sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi kita, terutama bagi masyarakat yang hidup di perkotaan. Bahkan di pedesaan sekalipun saat ini kata Bank bukan merupakan kata yang asing lagi. Hal ini tidak salah karena Bank memang merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan Bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Di negara-negara maju Bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali bertransaksi.
2.1.1 Pengertian Bank Selintas kita mengilustrasikan bahwa Bank merupakan suatu kantor yang kegiatan sehari-harinya sebagai perantara orang yang menyimpan uang di kantor tersebut dan uang tersebut dipinjamkan kepada orang lain yang membutuhkan. Artinya fungsi utama Bank sebagai perantara bagi penawaran dan permintaan uang. Bank secara sederhana menurut Kasmir (2003:11) diartikan sebagai: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.” Selanjutnya pengertian Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah: “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Kemudian pengertian Bank menurut G.M Veryn seperti yang dikutip oleh Malayu S.P.Hasibuan (2002:2)
Skripsi
Tinjauan Pustaka
11
“Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain. Maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.” Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah dalam bidang keuangan. Menurut Kasmir (2003:12-14) dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu: Menghimpun dana Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa Bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan menggunakan berbagai macam strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis simpanan yang dapat dipilih adalah simpanan giro, tabungan, sertifikat deposito serta deposito berjangka dimana masing-masing simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri. Kegiatan penghimpunan dana sering disebut dengan istilah funding. Strategi Bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi Bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Dan bagi hasil, bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian rangsangan lainnya dapat berupa cendera mata, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai macam rangsangan dan
Skripsi
Tinjauan Pustaka
12
kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya di Bank. Menyalurkan dana Selanjutnya pengertian menyalurkan dana adalah memberikan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi Bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran ini juga dikenal dalam perbankan dengan istilah lending. Dalam pemberian kredit disamping dikenakan bunga, Bank juga mengenakan jasa pinjaman kepada pemberi kredit (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. Besar kecilnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan, semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaiknya. Disamping bunga simpanan pengaruh besar kecilnya bunga pinjaman dipengaruhi juga oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak, dan lain-lain. Bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga pinjaman yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan kepada peminjam. Keuntungan dari selisih bunga di Bank dikenal dengan istilah spread based. Jika suatu Bank mengalami suatu kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negative spread. Jasa Bank lainnya Berikutnya yang dimaksud dengan pengertian jasa lainnya yang merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasajasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung
Skripsi
Tinjauan Pustaka
13
dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa perbankan lainnya meliputi: 1. Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air atau uang kuliah 2. Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah 3. Jasa pengiriman uang (transfer) 4. Jasa penagihan (inkaso) 5. Jasa kliring (clearing) 6. Jasa penjualan mata uang asing (valas) 7. Jasa penyimpanan dokumen (safe deposit box) 8. Jasa cek wisata (travellers cheque) 9. Jasa kartu kredit (bank card) 10. Jasa-jasa yang ada di pasar modal seperti penjamin emisi dari pedagang efek 11. Jasa Letter of credit (L/C) 12. Jasa bank garansi 13. Dan lain-lain Banyaknya jenis jasa yang ditawarkan sangat tergantung dari kemampuan Bank-bank masing-masing. Semakin mampu Bank tersebut,
maka
semakin
beragam
produk
yang
ditawarkan.
Kemampuan Bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen serta fasilitas dan sarana prasarana yang dimilikinya.
2.1.2. Sejarah Perbankan Sejarah perbankan seperti yang dikemukakan Thomas Suyitno dkk (2003:3) sejarah perbankan dikenal oleh dunia berawal dari daratan benua Eropa. Kira-kira tahun 2000 SM di Babylonia telah dikenal semacam Bank. Bank ini meminjamkan emas dan perak dengan tingkat bunga 20% per bulan. Sesudah zaman Babylonia tahun 500 SM menyusul Yunani mendirikan semacam Bank yang dikenal sebagai Greek Temple yang menerima simpanan dengan memungut biaya penyimpanannya serta meminjamkannya kembali kepada masyarakat. Pada
Skripsi
Tinjauan Pustaka
14
itulah muncul bankir-bankir swasta pertama yang operasinya meliputi penukaran uang dan segala macam kegiatan Bank. Perkembangan perbankan di Indonesia juga tidak terlepas dari era zaman penjajahan Hindia Belanda tempo dulu. Pada saat itu terdapat beberapa Bank yang memegang peranan penting dalam pemerintahan penjajahan belanda. Bank yang sudah dikenal dan memegang peranan yang cukup penting dalam pemerintahan penjajahan Belanda adalah: 1. De Algemenevolks Kredit Bank 2. De Escorp to Bank NV 3. De Javasche NV 4. De Post Paar Bank 5. Nederland Handles Maatscappij 6. Nationale Handles Bank Disamping Bank-bank diatas terdapat pula Bank-bank milik pribumi, China, Jepang dan Eropa lainnya Bank-bank tersebut antara lain: 1. Bank Abuan Saudagar 2. Batavia Bank 3. Bank Nasional Indonesia 4. NV Bank Boemi 5. The Bank of China 6. The Chartered Bank of India 7. The Yokohama Species Bank 8. The Matsui Bank Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah pula merubah peta perbankan di Indonesia. Jumlah perbankan di Indonesia bertambah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan. Beberapa Bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
15
2.1.3. Fungsi Bank Menurut Totok Budisantoso Dkk (2006 : 9) secara umum fungsi utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara spesifik fungsi utama Bank adalah: a. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh Bank, uangnya akan dikelola dengan baik, Bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari Bank. Pihak Bank sendiri akan menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak Bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjamannya dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman. b. Agent of Development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Kegiatan Bank berupa penghimpunan dan penyaluran sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. kegiatan Bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan-kegiatan tidak dilepaskan dari adanya pengunaan uang. Kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. c. Agent of Services Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, Bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
Skripsi
Tinjauan Pustaka
16
masyarakat jasa yang ditawarkan Bank ini erat kaitannya dengan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan Bank, dan penyelesaian tagihan.
2.1.4. Jenis-jenis Bank Menurut Kasmir (2003:18-28) dalam praktiknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis Bank yang dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:
2.1.4.1. Segi Fungsi Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari: 1. Bank Sentral 2. Bank Umum 3. Bank Pembangunan 4. Bank Tabungan 5. Bank Pasar 6. Bank Desa 7. Lumbung Desa 8. Bank Pegawai Namun setelah dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari: 1. Bank Sentral 2. Bank Umum 3. Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut
mengakibatkan perubahan
fungsi Bank Pembangunan dan Bank Tabungan menjadi Bank Umum. Kemudian Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Pengkreditan Rakyat (BPR).
Skripsi
Tinjauan Pustaka
17
Pengertian Bank Sentral berdasarkan Undang-undang RI nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan pada bab II pasal 3 dan Undang-undang RI nomor 13 tahun 1968 adalah: “Bank sentral ialah Bank Indonesia yang tugas pokoknya membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja, guna meningkatkan taraf hidup rakyat.” Pengertian Bank Umum sesuai dengan Undang-undang nomor 10 tahun1998 adalah: “Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Sedangkan pengertian Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) menurut UndangUndang nomor 10 tahun 1998 adalah: “Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
2.1.4.2. Segi Kepemilikan Ditinjau dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang memiliki Bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki Bank yang bersangkutan. Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikan adalah: 1. Bank milik pemerintah. Merupakan Bank yang akte pendiriannya maupun modal Bank sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Sehingga seluruh keuntungan Bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh Bank-bank milik pemerintah Indonesia dewasa ini antara lain : Bank Negara Indonesia 46 Bank Rakyat Indonesia Bank Tabungan Negara Bank Mandiri
Skripsi
Tinjauan Pustaka
18
Kemudian Bank Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing propinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masing-masing tingkatan. Contoh BPD yang ada dewasa ini antara lain: BPD DKI Jakarta BPD Jawa Barat BPD Jawa Tengah BPD DI Yogyakarta BPD DI Riau BPD Jawa TImur BPD Sulawesi Selatan BPD Nusa Tenggara Barat BPD Papua Dan lain-lain 2. Bank milik swasta nasional. Merupakan Bank yang seluruh atau sebagian sahamnya dimiliki oleh swasta nasional, kemudian akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta,
begitu pula pembagian keuntungannya untuk
keuntungan swasta pula. Contoh Bank milik swasta nasional antara lain: Bank Bumi Putera Bank Central Asia Bank Danamon Bank Internasional Indonesia Bank Lippo Bank Mega Bank Muamalat Bank Niaga 3. Bank milik koperasi. Merupakan Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh
perusahaan berbadan hukum koperasi. Contoh Bank jenis ini adalah
Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).
Skripsi
Tinjauan Pustaka
19
4. Bank milik asing. Merupakan cabang dari Bank yang ada di luar negeri baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Contoh Bank milik asing antara lain: ABN AMRO Bank American Express Bank Bank of America Bangkok Bank Bank of Tokyo City Bank Chase Manhattan Bank Deutsche Bank European Asian Bank Hongkong Bank Standard Chartered Bank 5. Bank milik campuran. Merupakan Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh Bank campuran antara lain: Bank Finconesia Bank Merincorp Bank PDFCI Bank Sakura Swadarma Ing Bank Inter Pacifik Bank Paribas BBD Bank Sanwa Indonesia Bank Sumitomo Niaga Bank Mitsubishi Buana Bank
Skripsi
Tinjauan Pustaka
20
2.1.4.3. Segi Status Pembagian jenis Bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan kedudukan dan status Bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan Bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis Bank bila dilihat dari segi status biasanya dikhususkan untuk Bank umum, dibagi kedalam dua macam yaitu: 1. Bank devisa Bank yang berstatus devisa atau Bank devisa merupakan Bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri dan lain-lain. Persyaratan untuk menjadi Bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan. 2. Bank non devisa Bank dengan status non devisa merupakan Bank yang belum memiliki izin untuk melaksanakan transaksi sebagai Bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya Bank devisa. Bank non devisa melakukan transaksi masih dalam batas-batas suatu negara.
2.1.4.4. Segi Cara Menentukan Harga Ditinjau dari segi menentukan harga dapat diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Bank jenis ini dibagi ke dalam dua kelompok: 1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah Bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan menentukan
harga
kepada
para
nasabahnya,
konvensional menggunakan dua metode yaitu:
Skripsi
Bank
dengan
prinsip
Tinjauan Pustaka
21
Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa iuran, dan biayabiaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Penentuan harga Bank yang berdasarkan prinsip syariah terhadap produknya sangat berbeda dengan Bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah menetapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara Bank dengan pihak lain baik dalam hal menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara: Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musbarakah). Prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan (murabahah). Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). Atau dengan pilihan pemindahan kepemilikannya atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa Bank lainnya bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah juga dengan syariah islam. Kemudian sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan Bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah Al-Quran dan sunah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan produknya dengan bunga tertentu.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
22
2.2. Tinjauan Mengenai Laporan Keuangan Bank Setiap perusahaan, baik Bank maupun non Bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya.
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan Bank Menurut Kasmir (2003:239) laporan keuangan Bank adalah: “Laporan keuangan Bank menunjukkan kondisi keuangan Bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi Bank sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen Bank selama satu periode.” Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh Bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan Bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu Bank yang tergambar dalam laporan arus kas.
2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan Bank Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri. Menurut Kasmir (2003:240) secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis aktiva yang dimiliki. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal Bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan Bank tersebut.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
23
5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah-jumlah biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu Bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu Bank juga untuk menilai kinerja manajemen Bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan perusahaan.
2.2.3. Keterbatasan Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan yang disusun dan disajikan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku memiliki sifat dan keterbatasan. Sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah: Laporan keuangan bersifat historis, yakni merupakan kejadian yang telah lewat. Karena itu laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satusatunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila terhadap beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti
Skripsi
Tinjauan Pustaka
24
mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya atau formalitasnya. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan dianggap memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
2.3. Tinjauan Mengenai Penilaian Kesehatan Bank Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan, dan pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa: a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha Bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian. b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak
merugikan
Bank
dan
kepentingan
nasabah
yang
mempercayakan dananya kepada Bank. c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku, dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh
Skripsi
Tinjauan Pustaka
25
kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh Bank yang bersangkutan. e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap Bank. f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan
perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik. g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu Bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan dalam serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan Bank. Dengan adanya aturan tentang kesehatan Bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan yang betul-betul sehat. Aturan tentang kesehatan Bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan Bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana.
2.3.1. Penilaian Permodalan Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku Komposisi permodalan Tren ke depan / proyeksi KPMM
Skripsi
Tinjauan Pustaka
26
Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal Bank Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba yang ditahan) Rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha Akses terhadap sumber permodalan Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan
2.3.2. Penilaian Aset Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset) dibandingkan dengan aktiva produktif Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif Dokumentasi aktiva produktif Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah
2.3.3. Penilaian Manajemen Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: Manajemen umum Penerapan sistem manajemen risiko Kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya
Skripsi
Tinjauan Pustaka
27
2.3.4. Penilaian Rentabilitas Penilaian pendekatan kuantitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: Pengembalian atas aktiva (ROA) Pengembalian atas ekuitas (ROE) Margin bunga bersih (NIM) Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Pertumbuhan laba operasional Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya Prospek laba operasional
2.3.5. Penilaian Likuiditas Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: Aktiva likuid kurang dari satu bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari satu bulan One month maturity mismatch ratio Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang Ketergantungan dana antar Bank dan deposan inti Kebijakan dan pengelolaan likuiditas Kemampuan Bank untuk mengelola akses terhadap pasar uang, pasar modal, atau sumber pendanaan lainnya Stabilitas dana pihak ketiga Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio – LDR).
2.3.6. Penilaian Sensivitas terhadap Risiko Pasar Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:
Skripsi
Tinjauan Pustaka
28
Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensi kerugian (potential loss) sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensi kerugian sebgai akibat fluktuasi nilai tukar Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar
2.4. Tinjauan Mengenai Analisis Rasio Keuangan Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:297) rasio keuangan adalah: “Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Kemudian menurut Peter M Bergevin (2002:96) rasio keuangan adalah: “Ratio is quotient of one number divided by another numerical value expressed as afraction. Ratio describe the relationship between two (or more) financial statement disclosure.” Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan angka lain. Analisis ini dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik buruknya keadaan keuangan perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan rasio pembanding. Karena suatu ukuran keuangan apabila berdiri sendiri tidaklah banyak berarti, tetapi untuk mendapatkan gambaran yang baik dari analisis rasio ini maka dalam melakukan perbandingan diantara pos-pos yang saling berhubungan itu haruslah dilakukan dengan tepat dan sehingga dapat memberikan gambaran yang ada di dalam perusahaan tersebut. Analisis rasio merupakan alat analisis yang bersifat future oriented, oleh karena itu seorang analisis harus mampu untuk dapat menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode berjalan dengan yang ada di masa akan datang, yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan sehingga dengan demikian manfaat suatu analisis rasio tergantung pada kemampuan interpretasi analisis. Analisis rasio juga merupakan salah satu alat pokok yang dipergunakan dalam menilai suatu keadaan operasi perusahaan yang
Skripsi
Tinjauan Pustaka
29
ditunjukkan oleh pos-pos atau sekelompok pos dari suatu daftar neraca dan laba rugi perusahaan di suatu saat tertentu. Adapun perlu diingat bahwa rasio-rasio bukanlah merupakan alat yang pasti untuk memberikan jalan keluar dari masalahmasalah finansial yang sedang dihadapi perusahaan Efektifitas penggunaan rasio keuangan bergantung pada tolok ukur untuk menyatakan sehat atau tidaknya perusahaan. Pada dasarnya dalam melakukan analisis rasio bisa digunakan dua macam pembanding, yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio waktu yang lalu (historical ratio) atau dengan yang dapat diperkirakan untuk waktuwaktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara ini dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. 2. Membandingkan rasio dari suatu perusahaan (company ratio) dengan rasio yang sama dengan perusahaan lain yang sejenis atau rasio standar untuk waktu yang sama. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata industri atau berada dibawahnya. Ditinjau dari sumbernya suatu rasio dibuat maka digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu: 1. Balance sheet ratio yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. 2. Income statement ratio yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi. 3. Inter statement ratio yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi.
2.4.1. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:298) keunggulan tersebut adalah: 1. Rasio merupakan angka-angka ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
30
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan. 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
2.4.2. Kelemahan Analisis Rasio Keuangan Dikemukakan pula oleh Sofyan Syafri Harahap (2004:298) disamping memiliki keunggulan analisis rasio keuangan juga memiliki kelemahan yang harus disadari agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan rasio keuangan adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: Perhitungan rasio atau laporan keuangan banyak mengandung tafsiran atau judgement yang dapat dinilai bias atau subyektif. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai yang perolehannya bukan dengan harga pasar. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi keuangan (SAK) bisa diterapkan berbeda-beda oleh perusahaan yang berbeda-beda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
31
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 5. Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama.
2.4.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan Bank Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu Bank maka dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu Bank secara periodik. Laporan ini sekaligus juga menggambarkan kinerja Bank selama periode tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah Bank, guna mengetahui kondisi Bank tersebut. Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat dengan standar yang telah ditetapkan. Agar laporan ini dapat dibaca, maka harus dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis yang digunakan adalah sesuai dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Rasio-rasio keuangan Bank antara lain:
2.4.3.1. Rasio Likuiditas Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin baik Untuk melakukan pengukuran rasio ini memiliki beberapa jenis rasio yang masing-masing memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas sebagai berikut: 1. Quick ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan, dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu Bank. Quick Ratio =
Skripsi
Cash Assets x 100 % Total Deposit
Tinjauan Pustaka
32
2. Investing Policy Ratio merupakan kemampuan Bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya. Investing Policy Ratio =
Securities x 100 % Total Deposit
3. Banking Ratio bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas Bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditasnya semakin rendah, karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil. Banking Ratio =
Total Loans x 100 % Total Deposit
4. Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki Bank, semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendah tingkat likuditas Bank. Asset to Loan Ratio =
Total Loans x 100 % Total Asset
5. Invesment Portofolio Ratio merupakan rasio yang mengukur tingkat likuiditas dalam investasi pada surat-surat berharga. 6. Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan Bank melunasi kewajibannya yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki Bank tersebut. Cash Ratio =
Liquid Assets x 100 % Short Term Borrowing
7. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur kemampuan Bank dalam memberikan pinjaman. Loan to Deposit Ratio =
Total Kredit yang Disalurkan x 100% Dana Pihak III + Modal Sendiri
8. Invesment Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko yang terjadi dalam investasi surat-surat berharga yaitu dengan membandingkan harga pasar surat berharga dengan harga nominalnya. Semakin tinggi rasio ini
Skripsi
Tinjauan Pustaka
33
berarti semakin besar kemampuan Bank dalam menyediakan alat-alat likuid. Invesment Risk Ratio =
Market Value of Securities x 100 % Statement Value of Securities
9. Liquidity Risk merupakan rasio untuk mengukur risiko yang akan dihadapi Bank apabila gagal untuk memenuhi kewajibannya terhadap para deposannya dengan harta yang dimilikinya. Liquidity Risk =
Liquid Asset − Short Term Borrowing x 100 % Total Deposit
10. Credit Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan. Credit Risk Ratio =
Bad Debt x 100 % Total Loans
Atau Capital Risk adalah rasio yang mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan modal sendiri dengan risiko atas aktiva. Capital Risk ratio =
Equity Capital x 100 % Risk Assets
11. Deposit Risk Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan Bank membayar kembali deposannya. Deposit Risk Ratio =
Equity Capital x 100 % Total Deposit
2.4.3.2. Rasio Solvabilitas Merupakan ukuran kemampuan Bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat untuk melihat kekayaan Bank dan untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen Bank tersebut. Rasio ini terdiri dari:
Skripsi
Tinjauan Pustaka
34
1. Primary Ratio merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai. Atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aktiva dapat tutupi oleh capital equity. Primary Ratio =
Equity Capital x 100 % Total Assets
2. Risk Assets Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemungkinan
penurunan risk assets. Risk Assets Ratio =
Equity Capital x 100 % Total Assets − Cash Assets − Securities
3. Secondary Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur penurunan asset yang mempunyai risiko lebih tinggi. Secondary Risk Ratio =
Equity Capital x 100 % Secondary Risk Assets
4. Capital Ratio merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih. Capital Ratio =
Equity Capital + Re serve for Loan Losses x 100 % Total Loans
5. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio yang mengukur besarnya kewajiban penyediaan modal minimum. Capital Adequacy Ratio =
Modal Inti + Modal Pelengkap x 100 % ATMR
2.4.3.3. Rasio Rentabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rentabilitas rasio terdiri dari: 1. Gross Profit Margin. Rasio ini digunakan untuk mengetahui presentasi laba dari kegiatan usaha murni dari Bank yang bersangkutan setelah dikurangi biaya-biaya.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
35
Gross Profit Margin =
Operating Income − Operating Expense x 100 % Operating Income
2. Net Profit Margin merupakan rasio untuk mengukur kemampuan Bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya. Net Profit Margin =
Net Income x 100 Operating Income
3. Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
manajemen Bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income. Return on Equity Capital =
Net Income x 100 % Equity Capital
4. Return on Total Assets analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan
Bank dalam mengelola aktivanya. Re turn on Asset =
Laba sebelum pajak x 100% Total Asset
5. Rate Return on Loans analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan perkreditannya. Rate Return on Loans =
Interest Income x 100 % Total Loans
6. Interest Margin on Earning Assets merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya. Interest M arg in on Earning Asset =
InterestIncome − InterestExpense x 100% EarningAssets
7. Interest Margin on Loans merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola perkreditannya. Interest Margin on Loans =
Interest Income − Interest Expense x 100 % Total Loans
8. Leverage Multiplier merupakan alat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aktivanya, karena adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat penggunaan aktiva.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
36
Leverage Multiplier =
Total Assets Total Equity
9. Assets Utilization. Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan manajemen suatu Bank dalam mengelola asset dalam rangka menghasilkan operating income dan nonoperating income. Assets Utilization =
Operating Income + non Operating Income x 100 % Total Assets
10. Interest Expense Ratio digunakan untuk mengukur besarnya persentase antara bunga yang dibayar kepada para deposannya dengan total deposit yang ada di Bank. Interest Expense Ratio =
Interest Expense x 100 % Total Deposit
11. Cost of Fund merupakan rasio untuk mengukur besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sejumlah deposit yang ada di Bank tersebut. Cost of Fund =
Interest Expense x 100 % Total Deposit
12. Cost of Money merupakan rasio untuk mengukur besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sejumlah dana yang ada di Bank. Cost of Money =
Biaya Dana + Biaya Overhead x 100 % Total Dana
13. Cost of Loanable Fund merupakan rasio yang mengukur besarnya biaya
untuk sejumlah dana yang ada dan dana yang belum disalurkan. Cost of Loanable Fund =
Biaya Dana x 100 % TotalDana − Unloanable Fund
14. Cost of Operable Fund adalah rasio yang mengukur bagaimana operasional pengunaan dana oleh Bank. Cost of Operable Fund =
Biaya Dana + Biaya Overhead x 100 % Total Dana − Unloanable Fund
15. Cost of Efficiency digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang dilakukan oleh Bank atau untuk mengukur besarnya biaya Bank yang digunakan untuk memperoleh earning asset.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
Cost of Efficiency =
37
Total Expense x 100 % Total Earning Assets
2.5. Tinjauan Mengenai Loan to Deposit Ratio (LDR) 2.5.1. Pengertian Loan to Deposit Ratio Mengukur dan mempertahankan posisi likuiditas keuangan Bank dalam arti luas bukan pekerjaan yang mudah, karena memperkirakan pemasukan dan pengeluaran kas pada masa yang akan datang juga tidak mudah. Sebagai contoh Bank tidak dapat memperkirakan secara pasti nasabah mana yang akan menarik giro, tabungan, deposito mereka pada tanggal berapa dan dalam jumlah berapa, padahal setiap orang bankir mengetahui bahwa untuk melayani penarikan deposito dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau permintaan kredit dari banyak debitur dapat memaksa mereka untuk mencari dana yang lebih besar. Uang dalam jumlah besar yang tiba-tiba didepositokan nasabah, dapat menjadi beban bilamana Bank tidak dapat segera memutarkan dana tersebut pada harta yang menghasilkan. Seorang bankir yang berhati-hati, akan selalu mengikuti pola penarikan dan penyetoran kas para nasabah yang menitipkan dana dalam jumlah besar pada Bank mereka. Banyak pula bankir yang menghimbau para petugas bagian keuangan perusahaan yang menjadi nasabah penting mereka, untuk sebelum menarik dana dalam jumlah besar memberi tahu sebelumnya. Mereka juga menyusun daftar tanggal jatuh tempo deposito para nasabah, serta memeriksanya secara berkala. Dengan demikian mereka mengetahui jumlah kas yang dibutuhkan untuk membayar deposito yang jatuh tempo tiap tanggal tertentu. Perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan saldo kewajiban segera tersebut disebut Loan to Deposit Ratio (LDR). Metode pengukuran posisi likuiditas ini berpegang pada asumsi bahwa kredit yang diberikan merupakan jenis harta yang menghasilkan (Earning Assets) yang paling tidak likuid. Kredit tidak mudah diuangkan kembali sewaktu-waktu, karena terikat pada suatu jangka waktu tertentu. Padahal kredit menyerap sebagian besar dana yang dikuasai Bank. Dengan demikian semakin banyak jumlah dana yang terikat pada pos kredit yang
Skripsi
Tinjauan Pustaka
38
diberikan akan semakin mengkhawatirkan posisi likuiditas keuangan Bank yang bersangkutan Bagi Bank yang menganut prinsip manajemen berhati-hati (prudent management), LDR yang tinggi merupakan suatu pertanda kepada mereka agar lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan pemberian kredit baru. Metode penilaian likuiditas dengan LDR memiliki beberapa kelemahan karena LDR mengabaikan masa jatuh tempo kredit yang diberikan Bank, disamping itu LDR juga mengabaikan pertimbangan bobot kredit yang diberikan.
2.5.2. Perhitungan Loan to Deposit Ratio Rasio tingkat LDR harus sekitar di antara 85% - 110%, bila LDR diatas 110% maka Bank harus lebih aktif menghimpun dana dan bila LDR dibawah 85%, Bank harus lebih aktif menyalurkan dana. Rumus Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah: Loan to Deposit Ratio =
Total Kredit yang Disalurkan x 100% Dana Pihak III + Modal Sendiri
menurut ketetapan Bank Indonesia dana pihak ketiga yang termasuk dalam perhitungan LDR terdiri dari: 1. Giro Rupiah dan Valuta Asing 2. Tabungan 3. Deposito Berjangka 4. Sertifikat Deposito 5. Surat Berharga yang diterbitkan 6. Pinjaman yang diterima 7. Modal Pinjaman
2.6. Tinjauan Mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR) 2.6.1. Pengertian Capital Adequacy Ratio Mengingat kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi Bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Maka Bank Indonesia menetapkan kewajiban penyediaan modal minimum Bank seperti yang
Skripsi
Tinjauan Pustaka
39
diatur dalam surat ketetapan Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 yang harus selalu dipertahankan oleh setiap Bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) sebesar 8%. Ketentuan CAR pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional. Dengan ketentuan tersebut, Bank wajib memelihara ketersediaan modal karena setiap pertambahan aktiva harus diimbangi dengan pertambahan modal. Hal-hal yang mempengaruhi CAR antara lain: 1. Tingkat kualitas manajemen yang bersangkutan 2. Tingkat likuiditas yang dimiliki 3. Tingkat kualitas dari aktiva 4. Struktur depositnya 5. Tingkat kualitas system operating procedure 6. Tingkat kualitas karakter para pemilik sahamnya 7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek dan panjang 8. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang diperolehnya. Kebutuhan modal minimum Bank ditentukan dengan cara membagi modal inti ditambah modal pelengkap dibagi ATMR dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Kebutuhan modal minimum Bank ditentukan dengan ATMR. ATMR merupakan penjumlahan dari ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva administratif. 2. Sesuai kebutuhan tersebut kewajiban penyediaan modal minimum Bank adalah sebesar 8% dari ATMR. 3. Rasio modal dihitung dengan membandingkan modal dengan ATMR. 4. Dengan membandingkan rasio modal dengan kewajiban penyediaan modal minimum dapat diketahui apakah Bank tersebut memenuhi ketentuan atau tidak.
Skripsi
Tinjauan Pustaka
40
Yang dimaksud dengan modal inti terdiri atas modal disetor, modal sumbangan, dan cadangan. Secara rinci modal inti berupa: •
Modal disetor adalah modal yang benar-benar telah disetor secara efektif oleh pemiliknya kepada Bank.
•
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh Bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
•
Modal sumbangan adalah modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh Bank yang berbentuk badan hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal sumbangan.
•
Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba bersih dan mendapat persetujuan RUPS atau sesuai dengan ketentuan pendirian atau AD masing-masing Bank.
•
Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS.
•
Laba ditahan (Retained Earnings) dalam saldo laba bersih yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.
•
Laba tahun lalu adalah seluruh laba bersih tahun lalu dan belum ditetapkan penggunaanya oleh RUPS.
•
Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurang taksiran hutang pajak.
Kemudian yang dimaksud modal pelengkap adalah modal yang terdiri atas : Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali dari aktiva tetap yang dimiliki Bank. Penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya seluruh atau sebagian aktiva produktif (maksimum 1,25% dari ATMR).
Skripsi
Tinjauan Pustaka
41
Pinjaman subordinasi ialah pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti perjanjian tertulis antara Bank dengan pihak pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan Bank Indonesia dan tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya. Modal pinjaman adalah hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri: Tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank Indonesia. Mempunyai kedudukannya sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian Bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun Bank belum dilikuidasi. Pembayaran bunga yang dapat ditangguhkan apabila Bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. Ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk : 1. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan. 2. Melindungi dana pihak ketiga pada Bank yang bersangkutan. 3. Untuk memenuhi ketetapan BIS
2.6.2. Perhitungan Capital Adequacy ratio Rumus perhitungan Capital Adequacy Ratio adalah: Capital Adequacy Ratio =
Modal Inti + Modal Pelengkap x 100 % ATMR
2.7. Tinjauan Mengenai Rentabilitas Bank 2.7.1. Pengertian Rentabilitas Bank Laporan keuangan memperlihatkan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran kualitatif. Melalui analisis laporan
Skripsi
Tinjauan Pustaka
42
keuangan tingkat rentabilitas dapat diukur selama periode tertentu. Hasibuan (2002:100) menjelaskan bahwa pengertian rentabilitas adalah: “Rentabilitas Bank adalah kemampuan suatu Bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas pada dasarnya adalah laba (Rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit.” Selanjutnya menurut Dendawijaya (2000:85) menjelaskan: “Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan atau badan dalam membentuk laba (baik berbentuk koperasi maupun non koperasi) dengan memperhatikan modal yang digunakan.” Maksud dan tujuan dari analisis ini adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan rentabilitas yang dicapai oleh Bank yang bersangkutan. Dalam analisis ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada laporan laba rugi dengan pos-pos yang ada pada neraca Bank. Dengan demikian melalui analisis rentabilitas dapat diketahui efisiensi dan efektifitas Bank selama perode tertentu.
2.7.2. Perhitungan Rentabilitas Bank Perhitungan rentabilitas Bank adalah dengan menggunakan Return on Assets (ROA) atau tingkat pengembalian aktiva. Rumusnya adalah: ROA =
Skripsi
Laba sebelum pajak x 100% Total mod al (aktiva)