BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Proyek Kegiatan pembangunan atau kegiatan proyek merupakan kegiatan yang
bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan tebatas dengan alokasi sumber daya tertentu yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk atau deliverable dengan kriteria mutu yang telah ditentukan. Lingkup tugas kegiatan proyek tersebut dapt berupa pembangunan pabrik, pembuatan produk yang baru atau pelaksanaan penelitian dan pembangunan (Soeharto, 1997). Dari pengertian diatas maka ciri pokok dari kegiatan proyek adalah sebagai berikut: a. Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir. b. Dalam proses mewujudkan lingkup itu maka ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu. c. Bersifat sementara dalam artian, umurnya dibatasi oleh selesai tugas, dalam hal ini titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. d. Tidak rutin tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang waktu (selama proyek berlangsung). Menurut Gray et al. dalam Mahendra (2011) sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan suatu proyek konstuksi dapat berupa modal, lahan, bahan-bahan mentah setengah jadi maupun bahan mentah ataupun dapat berupa waktu dan tenaga kerja. Sumber-sumber tersebut baik sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan atau digunakan sebagai modal dari masa sekarang untuk mendapatkan benefit atau keuntungan yang lebih besar dari modal yang telah di keluarkan dimasa lalu. Keuntungan tersebut dapat berupa bentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, bertambahnya kesempatan bekerja, perbaikan dibidang pendidikan ataupun kesehatan dan perbaikan system atau strukur. Suatu proyek dapat dinyatakan selesai atau berakhir apabila sudah pasti atau diduga tidak menghasilkan keuntungan.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka diperlu parameter dalam suatu pelaksanaan proyek. Parameter tersebut meliputi biaya, mutu dan waktu. Ketiga parameter ini disebut tiga kendala (Triple constraint). Adapun tiga kendala tersebut antara lain: 2.1.1
Biaya (Cost) Biaya (Cost) merupakan semua pengorbanan yang diperlukan dalam
rangka mencapai suatu tujuan yang dikur dengan nilai uang. Adapun klasifikasi dari biaya (cost) antara lain: biaya berdasarkan kolompok penggunaannya, biaya berdasarkan produknya dan biaya berdasarkan volume produknya. A.
Biaya berdasarkan produknya Pedoman dasar dari pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja yang
berpengaruh secara langsung. Sebagai contoh nyata bila suatu kegiatan membesar maka pengeluaran kegiatan tersebut akan membesar pula, namun hubungannya tidak linier tergantung kebijakan pembiayaan (cash atau credit). Biaya proyek konstruksi (dengan modal tetap) dapat dibagi dua, yaitu: 1)
Biaya langsung (Direct cost) Biaya langsung atau direct cost merupakan biaya yang langsung
berhubungan dengan konstruksi (Giatman, 2006). Biaya langsung didapat dengan mengalihkan volume/kwitansi suatu pos pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga suatu pekerjaan tersebut dapat berupa pekerjaan yang dihitung menurut satuan pekerjaan. Harga satuaan pekerjaan tersebut dapat berupa harga bahan, upah tenaga kerja dan biaya peralatan. Volume atau kwitansi pekerjaan dihitung menurut satuan dari harga satuan. Dari kedua hal tersebut harus cocok. Volume tidak lain dapat dihitung dengan cara panjang x lebar x tinggi, maka untuk menghitung volume tersebut dapat mengukur secara langsung pada gambar perncanaannya. Adapun hal-hal yang dapat memengaruhi dan perlu diperhatikan pada saat perhitungan biaya langsung adalah sebagai berikut: a)
Material Yang memengaruhi biaya langsung dari item material antara lain: -
Bahan sisa/yang terbuang (waste).
-
Harga material yang tebaik dan sesuai dengan perencanaan diawal.
b)
Upah Tenaga Kerja -
Untuk pembayaran tenaga kerja dapat dibedakan menjadi upah harian, upah per item pekerjaan atupun upah borongan total (borongan dol).
-
Perlu diperhatikan kemapuan yang dimiliki tenaga kerja agar setiap item pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tenaga kerja tersebut.
-
Perlu diperhitungkan akomodasi tenaga kerja agar anggaran untuk
tenaga kerja tidak meningkat
mengingat
jika
mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah maka perlu biaya yang cukup besar unuk mendatangkan tenaga kerja tersebut. c)
Peralatan -
Untuk peralatan yang disewa perlu diperhitungkan biaya keluar masuk peralatan tersebut, ongkos operator peralatan tersebut, bahan baku dan biaya reparasi kecil.
Biaya langsung dapat dihitung pada awal perencanaan suatu proyek konstruksi dimana biaya tak langsung ini tidak akan berubah pada saat pelaksanaannya. 2)
Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) Biaya tak langsung atau indirect cost merupakan biaya yang tidak secara
langsung berhubungan dengan konstruksi namun biaya tak tangsung ini harus diperhitungkan dan tidak dapat lepas dari proyek tersebut (Giatman, 2006). Adapun biaya tak langsung tersebut adalah: a)
Biaya Overhead Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis biaya, yaitu: Overhead Proyek (di lapangan) -
Biaya personil lapangan
-
Fasilitas sementara di lapangan, seperti: gudang, kantor, penerangan,
pagar,
alat
komunikasi,
transportasi
dan
sebagainya. -
Bank penjamin asuransi, bunga bank, ijin pembangunan, pajak dan sebagainya.
-
Rapat-rapat lapangan (site meeting).
- Dan lain-lain. Overhead Kantor Overhead kantor merupakan biaya untuk menjalankan suatu usaha. Termasuk didalamnya adalah biaya sewa kantor, fasilitas, gaji pegawai kantor, ijin-ijin usaha dan sebagainya yang bersifat dengan birokrasi. b)
Biaya Tak Terduga (Contigencies) Biaya tak terduga (contingencies) adalah salah satu dari biaya tak langsung, biaya tak terduga adalah biaya untuk mengatasi semua kegiatan yang terjadi tidak sesuai dengan rencana awal (Giatman, 2006). Contohnya kejadian bencana alam yang memengaruhi kegiatan pemabangunan seperti longsong, banjir dan lain-lain. Dalam suatu perencanaan biasanya biaya tak terduga ini sebesar 0.5% sampai 5% dari rencana anggaran biaya pembangunan suatu proyek. Yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah: Kesalahan -
Kealphaan suplier dalam mendatangkan material di beberapa pos pekerjaan.
-
Gambar perencanaan yang kurang lengkap dan kurang jelas.
Ketidakpastian yang subjektif (Subjective Unvertainties) -
Ketidakpastian
yang
subyektif
dapat terjadi
karena
interprestasi subyektif terhadap bestek, misalnya tercantum dalam RKS: “Bahan dengan merk ex H atau lainnya yang disetujui direksi”. Dalam hal ini dapat diartikan boleh menggunakan merk lain yang kualitasnya sama dan harganya
lebih murah, tetapi belum tentu dapat disetujui oleh konsultan pengawas -
Ketidakpastian yang subyektif lainnya antara lain adalah fluktuatif harga material dan upah buruh yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Ketidakpastian yang objektif (chance variation) Ketidakpastian yang objektif merupakan ketidakpastian mengenai suatu pekerjaan yang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan, dimana ketidakpastian tersebut ditentukan oleh obyek diluar kemampuan sumber daya manusia, misalnya: perlu tidaknya dipasang site pile untuk pembuatan pondasi suatu bangunan dimana dalam hal ini perlu tidaknya menggunakan site pile di tentukan oleh keadaan
lapangan.
Sumber
daya
manusia
hanya
dapat
merencanakan berdasarkan keadaan lapangan. Variasi Efisiensi (chance Variation) Variasi efesiensi atau chance variation adalah variasi efesiensi dari sember daya yang ada baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya alam, seperti efesiensi tenaga kerja, peralatan ataupun bahan. Dimana efesiensi ini diharapkan tidak mengurangi kualitas maupun kuantitas suatu bangunan. B.
Biaya Berdasarkan Kelompok Sifat Penggunaannya Biaya berdasarkan kelompok penggunaannya dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu: 1)
Biaya Investasi Biaya
investasi
adalah
biaya
yang
ditanamkan
dalam
rangka
mempersiapkan kebutuhan usaha agar siap digunakan dan siap beroperasi dengan baik dan sesuai rencana. Biaya investasi ini biasanya dikeluarkan pada awal-awal kegiatan usaha dengan jumlah yang relatif besar dan berdampak jangka panjang dan bekesinambungan. 2)
Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dengan tujuan menjalankan suatu aktivitas usaha yang telah ditentukan dan memiliki suatu tujuan utama. Dimana biaya operasional ini biasanya dikeluarkan secara rutin ataupun berkala dalam jumlah yang relative sama ataupun sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah direncanakan. 3)
Biaya perawatan (Maintenance Cost) Biaya perawatan ini diperuntukan dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka menjaga/menjamin performa kerja fasilitas ataupun perlatan agar selalu prima dan siap untuk dioperasikan. C.
Biaya Berdasarkan Volume Produk Biaya berdasarkan volume produk ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)
Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap atau fixed cost ini dikeluarkan dalam jumlah yang relative sama
dalam setiap pengeluarannya walaupun dalam produksi volumenya berubah-ubah, misalnya: biaya pembayaran listrik untuk produksi, penerangan, operasi peralatan ataupun untuk biaya pembayaran tenaga kerja. 2)
Biaya Variable (Variable cost) Biaya variable ini bersifat tidak konstan atau berubah ubah setiap
waktunya, namun besar perubahan ini balance antara jumlah produksi dengan biaya yang dikeluarkan. 2.1.2
Mutu Mutu suatu produk atau hasil dari suatu proses pembangunan harus sesuai
dengan spesifikasi awal yang telah direncankan dan sesuai dengan kriteria yang telah disepakati antara pelaksana dengan owner. Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi dan menjalankan semua tugas atau yang sering disebut fit and the intended use. 2.1.3
Waktu (Time) Kegiatan pembangunan proyek harus sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan dan telah ditentukan diawal, hal ini bertujuan agar biaya tidak membengkak.
2.2
Produktivitas
2.2.1
Pengertian Produktivitas Produktivitas secara umum dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil
nyata maupun fisik dengan masukan sebenarnya. Contohnya saja, produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara input dengan output, masukan sering dibatasi dengan masuknya kelompok tenaga kerja atau personal tenaga kerja, sedangkan untuk keluar diukur dalam satuan fisik bentuk mental. Produktivitas dapat diartikan pula sebagai suatu tingkatan efesiensi dalam menghasilkan atau memproduksi suatu barang ataupun jasa. Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara totalitas output pada waktu tertentu dibagi totalitas input selama waktu tertentu. Dalam bekerja produktif harus memerlukan keterampilan kerja yang sesuai dengan isi kerja sehingga bias menimbulkan penemuan-penemuan baru untuk menghasilkan atau memperbaiki cara kerja atau mempertahakan yang sudah baik. Adapun kerja produktif sangat memerlukan syarat-syarat pendukung sebagai berikut:
2.2.2
-
Kemauan kerja yang tinggi.
-
Lingkungan pekerjaan yang nyaman dan kondusif.
-
Penghasilan yang dapat memenuhi kehidupan minimum.
-
Jaminan sosial tenaga kerja terjamin.
Produktivitas dan Efektivitas Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil
nyata berupa fisik (barang atau jasa) dengan masukan sebenarnya. Misalnya produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai suatu perbandingan antara hasil output dengan input. Masukan pada umumnya sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, adapun keluaran diukur dalam kesatuan berupa fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas dapat pula diartikan sebagai peningkatan efisiensi dalam menghasilkan atau memproduksi barang-barang atau jasa. Ukuran produktivitas yang paling terkenal yang berkaitan secara langsung dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja tenaga kerja (Muchdarsyah, 2003).
Produktivitas tenaga kerja konstruksi dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, contohnya jumlah unit yang diselesaikan oleh tenaga kerja dibagi dengan sumber daya dalam hal ini waktu pekerjaan yang digunakan (Soeharto, 1997). Produktivitas dapat diartikan sebagai suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif dan efesien, pembuatan rencana kerja, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efesien dan tetap menjaga kualitas dan kuantitas mutu konstruksi yang sesuai dengan rencana diawal. Produktivitas adalah interaksi terpadu antara tiga faktor yang bersifat mendasar, yaitu investasi, manajemen, dan tenaga kerja (Muchdarsyah, 2003). 1)
Investasi Bagian utama dari investasi adalah modal, dimana modal merukana
landasan gerak suatu usaha, namun modal berupa materi saja tidak cukup, untuk itu harus dimasukan komponen teknologi. Untuk berkembang menjadi bangsa yang maju dalam berbagai bidang kita harus dapat menguasai berbagai teknologi modern untuk memberikan dukungan kepada kemajun pembangunan nasional, ditingkat mikro tentunya teknologi yang mampu mendukung kemajuan industri usaha di barbagai bidang. 2)
Manajemen Kelompok manajemen dalam suatu organisasi mempunyai tugas pokok
untuk menggerakan orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai dengan baik. Hal-hal yang kita hadapi dalam manajemen, terutama dalam organisasi modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemanjuan teknologi modern yang mempunyai pengaruh kepada seluruh aspek organisai seperti proses produksi, distribusi hasil produksi dan pemasaran. Kemajaun teknologi yang berjalan cepat harus diimbangi dengan proses yang terusmenerus melalui pengembangan sumber daya manusia yakni pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latian dan pengembangan tersebut maka antara lain akan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan cekatan serta menguasai aspek-aspek teknis dan aspek-aspek manajerial.
3)
Tenaga kerja Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan faktor-faktor tenaga
kerja adalah: a.
Disiplin, motivasi pengabdian, etos kerja produktivitas dan masa depan pekerja.
b.
Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan. (Muchdarsyah, 2003)
2.2.3
Peningkatan Produktivitas Salah satu cara yang paling berpotensi untuk meningkatkan produktivitas
adalah dengan mengurangi jam kerja yang tidak efektif. Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja terletak pada kemampuan individu tenaga kerja tersebut, sikap individu tenaga kerja dalam bekerja serta manajemen maupun organisasi kerja. Setiap tindakan perencanan peningkatan produktivitas individual paling sedikt mencakup tiga tahapan, yaitu: -
Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
-
Mengukur pentingnya system faktor dan menentukan hal-hal yang bersifat utama.
-
Merencanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama produktivitasnya (Muchdarsyah, 2003)
Pada umumnya suatu proyek pekerjaan konstruksi berlangsung dalam kondisi yang berbeda-beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya dilengkapi dan disertai dengan analisis produktivitas dan indikasi variabel yang memengaruhi (Soeharto, 1997). Kebijakan kesempatan kerja efektif merupakan salah satu inikasi atau faktor penting bagi peningkatan produktivitas nasional pada umumnya atau produktivitas suatu kelompok tenaga kerja khususnya karena produktivitas ekonomi nasional semata-mata harus dipandang dari sudut pemberdayaan semua tenaga kerja yang memiliki kemampuan (Muchdarsyah, 2003). Ketika seorang tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja teroganisir melakukan suatu pekerjaan yang identik dan berulang-ulaang, makan dapat diharapkan akan menjadi suatu pengurangan jam tenaga kerja atau biaya untuk
menyelesaikan pekerjaan berikutnya, dibanding dengan yang terdahulu bagi setiap unitnya, dengan kata lain produktivitas naik (Soeharto, 1997). 2.2.4
Produktivitas Tenaga Kerja Keterkaitan
hubungan
ini
dikenal
dengan
pola
umum
yang
menggambarkan profil kecenderungan naik turunnya produktivitas tenaga kerja (direct labor) selama tahap pembangunan konstruksi. Apabila keadaan fisik di lapangan dan jadwal pembangunan konstruksi telah diketahui, maka profil tersebut seharusnya segera direncanakan dan selanjutnya diadakan penyesuaian (up-dating) berdasarkan masukan-masukan hasil implementasi sesungguhnya (Soeharto, 1997). 1)
Mobilisasi Pada tahap awal pembangunan yang berlangsung sekitas 10-15% dari masa
konstruksi, produktivitas akan berkurang (± 10 %). Hal ini dikarenakan tenaga kerja memerlukan masa pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Pada masa menanjak atau yang sering disebut build up sering kali sulit mengikuti secara tepat kenaikan jumlah pekerjaan dengan kenaikan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien. 2)
Periode Puncak Pada periode puncak ini akan dicapai produktivitas optimal, jumlah pekerja
tidak bertambah dan telah tebiasa dengan pekerjaan maupun kondisi di lapangan yang dihadapi. 3)
Periode Menurun Keadaan dimana proyek pekerjaan konstruksi akan berakhir, produktivitas
akan cenderung menurun. Hal ini dapat disebebkan oleh: a.
Sikap mental atau semngat tenaga kerja yang mengendur, karena melihat pekerjaan yang akan mulai berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja yang berikutnya.
b.
Kurang tepatnya perencanaan. Contohnya masa kontrak kerja belum berakhir sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja maka sebagian tenaga kerja akan menganggur atau tidak produktif lagi.
c.
Terlambatnnya mobilisasi. Banyak dijumpai penyedia atau suplyer ingin menahan pekerjaan yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya menyakinkan.
Apabila faktor-faktor diatas diperhitungkan sebelumnya, maka dapat direncanakan pendekatan pengelolaan yang sebaik mungkin. Produktivitas tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap biaya dan waktu pekerjaan proyek (Soeharto, 1997) 2.2.5
Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas. Banyak faktor yang memengaruhi produktivitas dimana hal ini dipandang
sebagai sub sistem untuk menunjukkan dimana potenssi produktivitas dan cadangannya disimpan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: Adapun menurut Ervianto (2005) yaitu: Faktor yang memengaruhi produktivitas dalam sebuah proyek dapat di klasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu: a.
Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan penjadwalan,
tata
letak
lapangan,
komunikasi
lapangan,
manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja b.
Metode dan teknologi, terdiri atas faktor: desain rekayasa, metode konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja
c.
Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja
d.
Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja, lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi
Selain itu menurut Soeharto (1997) yaitu: Adapun variabel-variabel yang menjadi pengaruh dalam produktivitas tenaga kerja di lapangan dapat di kelompokkan menjadi: a.
Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu Dimana yang dimaksut kondisi fisik ini adalah iklim, musim atau keadaan cuaca pada saat proyek pembangunan berlangsung. Kondisi
fisik di lapangan sangat berpengaruh besar terhadap produktivitas tenaga kerja, dimana hal ini memengaruhi pergerakan setiap individu tenaga kerja maupun peralatan yang akan digunakan. b.
Supervisi, perencanaan dan koordinassi yang dimaksud dengan penyelia atau supervise adalah segala sesuatu yang berkaitan secara langsung dengan tugas mengelola tenaga kerja, memimpin tenaga kerja dalam menjalankan tugasnya masing masing, termasuk didalamnya menjelaskan secara detail tentang perencanaan pengendalian menjadi langkah-langkah jangka pendek, serta berkoordinasi dengan rekan atau penyelia lain yang memiliki keterkaitan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Keharusan memiliki kecakapan memimpin anak buah bagi penyelia, bukanlah sesuatu hal yang perlu dipersoalkan lagi. Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja, maka kualitas penyelia besar pengaruhnya terhadap produktivitas secara menyeluruh.
c.
Komposisi kelompak kerja Pada suatu kegiatan proyek pembangunan konstruksi seorang penyelia lapangan memimpin satu kelompok kerja dimana didalamnya terdiri dari bermacam-macam pekerjaan lapangan atau yang sering disebut labor craft, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang instalasi dan lain-lain. Komposisi kelompok pekerja sangat berpengaruh
terhadap
produktivitas
tenaga
kerja
secara
keseluruhan. Dimana yang dimaksud dengan komposisi kelompok kerja adalah: -
Perbandingan jam-orang untuk disiplin kerja
-
Perbandingan
jam-orang
penyelia
dan
pekerja
yang
dipimpinnya -
Perbandingan jam-orang penyelia terhadap semua jamorang
kelompok kerja yang dipimpinnya, mennunjukkan
indikasi besarnya rentang kendali yang dimiliki. Dalam suatu proyek pembangunan industri yang tidak terlalu besar
kompleks dan berukuran sedang ke atas, perbandingan yang menghasilkan efisiensi kerja optimal dalam praktek berkisar antara 1:10 jam-orang yang berlebihan akan menaikkan biaya, sedangkan bila kurang akan menurunkan produtivitas. d.
Kerja lembur atau tambahan jam kerja Kerja lembur sering kali terlampau panjang, penambahan jam kerja ini perminggunya dapat mencapai 40 jam. Hal ini tidak dapat dihindari mengingat penambahan jam kerja ini guna mencapai target pembangunan yang telah di tentukan di awal, namun hal ini berdampak pada berkurangnya produktivitas tenaga kerja pada akhirnya.
e.
Ukuran besar proyek Penelitian menujukan bahwa besar proyek (dinyatakan dalam jamorang) juga memengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan, dalam arti semakin besar ukuran proyek produktivitas menurun. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan seorang individu tenaga kerja yang berkurang karena terlapau panjang jam kerjanya.
f.
Kurva pengalaman Kurva pengalaman atau yang sering disebut learning curve didasarkan atas suatu asumsi bahwa seseorang atau kelompok orang yang sering mengerjakan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang maka hal ini dapat menambah keahlian seorang tenaga kerja.
g.
Pekerjaan langusung versus kontraktor Ada dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan yaitu dengan merekrut langsung tenaga kerja dan memberikan direct hire (kepenyelian) atau menyerahkan paket kerja tertentu kepada subkontraktor. Dari segi produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi 5-10% dibanding pekerja langsung. Hal ini disebabkan tenaga kerja subkontraktor telah terbiasa dalam pekerjaan yang relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah lagi prosedur kerjasama telah dikuasai dan terjalin lama antara pekerja maupun dengan penyelia. Meskipun produktivitas lebih
tinggi dan jadwal penyelesaian pekerjaan potensial dapat lebih singkat, tetapi dari segi biaya belum tentu lebih rendah dibanding memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead (lebih) dari perusahaan subkontraktor. h.
Kepadatan tenaga kerja. Dalam batas pagar lokasi yang nantinya akan dibangun instalasi proyek, yang sering disebut juga dengan battery limit, ada korelasi antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja, dan produktivitas. Korelasi ini dinyatakan sebagai kepadatan tenaga kerja, yaitu jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga kerja. Jika kepadatan ini melewati tinngkat jenuh, maka produktivitas tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda menurun. Hal ini disebabkan karena dalam lokasi proyek tempat buruh bekerja, selalu ada kesibukan manusia, gerakan peralatan serta kebisingan yang menyertai. Semakin tinggi jumlah pekerja per-area atau semakin turun luas area per-pekerja, maka semakin sibuk kegiatan per-area, akhirnya akan mencapai titik Diana kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan penurunan produktivitas (Soeharto, 1997)
2.2.6
Peningkatan Produktivitas Dalam berlangsungnya suatu pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang telah
dicapai untuk dibandingkan dengan rencana awal. Obyek pengawasan ditujukan pada pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses kontruksi secara teknis dapat berlangsung baik. Dalam mengevaluasi hasil pekerjaan untuk mengetahui penyebab penyimpangan terhadap estimasi semula. Pemantauan atau monitoring berarti melakukan observasi dan pengujuian pada tiap interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Dipohusodo, 1996). Karena dalam rangka memenangkan tender, produktivitas tenaga kerja akan besar pengaruhnya terhadap total biaya proyek, minimal pada aspek jumlah tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja adalah dengan memakai parameter indeks produktivitas (Soeharto, 1997).
Pendekatan untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja adalah dengan menggunakaan metode yang mengklasifikasikan aktifitas pekerja. Dimana metode tersebut yaitu produtivity rating, dimana aktivitas pekerja diklasifikasikan dalam 3 hal yaitu Not Useful (pekerjaan tidak efektif), Effective work (pekerjaan efektif), dan Essential contributory work. 1)
Not Useful (pekerjaan tidak efektif) Pekerjaan tidak efektif yaitu kegiatan selain diatas yang tidak menunjang
penyelesaian pekerjaan. Seperti meninggalkan zona pengerjaan, berjalan di zona pengerjaan dengan tangan kosong dan mengobrol sesama pekerja sehingga tidak maksimalnya bekerja. Sehingga faktor utilitas pekerjaan (LUR) dapat dihitung: Faktor utilitas pekerja =
1 waktu kerja efektif + 4 kerja konstribusi pengamatan total
x 100% (2.1)
Pengamatan total = Waktu efektif+Waktu Konstribusi+Waktu tidak efektif Untuk sebuah tim kerja dikatakan mencapai waktu efektif atau memuaskan bila faktor utilitas pekerjanya lebih dari 50% (Oglesby, 1989 dalam Aprilian, 2008). Pengukuran
produktivitas
tenaga
kerja
menurut
system
pemasukan fisik perorangan/per-orang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut
pandang
pengawasan
harian,
pemngukuran-
pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah kedalam unit-unit pekerjaan yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana: Pengukuran waktu tenaga kerja =
hasil dalam jam − jam standar masukan dalam jam − jam standar (Muchdarsyah, 2003)
(2.2)
Waktu efektif adalah waktu dimana pekerja melakukan aktivitas yang dapat dikualifikasikan sebagai bekerja (working). Waktu tidak efektif adalah waktu dimana pekerja melakaukan aktivitas yang adapt dikualifikasikan sebagai tidak bekerja (not working). Kualifikasi aktivitas pekerja dalam metode ini tidaklah absolute, artinya dapat menyesuaikan dengan kondisi di lapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan (Oglesby, 1989 dalam Aprilian, 2008). Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan menggunakan rumusan menurut Yana (2006) produktivitas adalah kemampuan tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus dibayarkan. Kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : 𝑃roduktivitas =
Volume durasi normal
(2.3)
Dimana volume merupakan volume satuan item pekerjaan dibagi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan. Berdasarkan beberapa toeri diatas adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada produktivitas tenaga kerja dalam penelitian ini adalah:
2.3
a.
Keahlian atau kemapuan individu tenaga kerja
b.
Pengalaman tenaga kerja
c.
Kondisi lapangan dan sarana penunjang
d.
Keseuaian upah
e.
Jaminan kesehatan untuk pekerja
f.
Koordinasi dan perencanaan
g.
Manajerial
Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya atau yang sering disebut RAB merupakan rencana
suatu perkiraan atau perhitungan (anggaran) besarnya pengeluaran (biaya) dari setiap jenis pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan persyaratanya baik itu spesifikasinya maupun sistem administrasinya unutk suatu bangunan yang akan dilaksanakan pembangunannya.
Tujuan dari menghitung atau mebuat RAB guna sebagai estimasi rincian biaya yang dapat diajukan suatu perusahaan dalam penawaran pada suatu pelaksanaan pelelangan dalam hal ini pelelangan pekerjaan konstruksi (Rahenyantono,1994). Rencana anggaran biaya ini merupakan kegiatan estimasi untuk menghitung seberapa besar biaya untuk suatu bangunan atau suatu pekerjaan konstruksi. Dalam membuat sistem pembiayaan kagiatan mengitung estimasi biaya ini dapat digunakan juag untuk merencanakan jadwal pelaksanaan konstruksi. Kegiatan
estimasi
pada umumnya
dilakukan dengan terlebih dahulu atau
dilakuan diawal guna mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Dalam melakukan kegiatan estimasi, seorang estimator harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis, kebutuhan alat dan lain lain karena faktor tersebut dapat memengaruhi biaya konstruksi (Ervianto, 2005). Contoh RAB dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2. 1 Rencana Anggaran Biaya Bangunan Rumah Tinggal No
Uraian Pekerjaan
Volume
Harga/m2
Total Harga
(Rp)
(Rp)
1
Bangunan Pokok
80
200,000.00
16,000,000.00
2
Bangunan Samping
32
150,000.00
4,800,000.00
3
Bangunan Untuk Gang
16
100,000.00
1,600,000.00
4
Serambi
10
80,000.00
800,000.00
Sumber: Rahenyantono (1994)
2.4
Analisi Harga Satuan Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan berupa bahan bangunan, upah tenaga kerja dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standar pembayaran atau pengupahan pekerjaa dan harga sewa atau beli peralatan untuk menyelesaikan persatuan pekerjaan konstruksi suatu bangunan (Ibrahim, 1993). Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menunjukkan nilai satuan bahan atau material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat dipergunakan sebagai panduan atau acuan untuk merencanakan atau
mengendalikan biaya suatu proyek konstruksi atau suatu pekerjaan. Unutk harga bahan material di dapat dari harga pasaran terutama harga yang terdapat didaerah proyek konstruksi tersebut di kerjakan, yang kemudian dikumpulkan dan dibuat suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan untuk harga upah tenaga kerja didapat dari dinas pekerjaan umum tempat proyek konstruksi tersebut dilaksanakan ataupun dapat diperoleh dari harga pasaran upah tenaga kerja yang terdapat didaerah tersebut lalu harga tersebut dikumpulkan dan diolah menjadi daftar harga saatuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang digunakan haruslah sesuai dengan kondisi real atau nyata di lapangan baik itu kondisi material, peralatan ataupun metode pelaksanaannya. Skema
harga
satuan
perkerjaan
yang
dipengaruhi
oleh
faktor
bahan/materian, peralatan dan tenaga kerja dapat dirangkum sebagai berikut ini:
Gambar 2.1 Skema Harga Satuan Pekerjaan
Dalam skema diatas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harga satuan pekerjan maka harga material/bahan, harga satuan tenaga kerja serta harga satuan alal harus diketahui terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang telah ditentukan oleh pemerintah sehingga akan di dapat perumusan sebagai berikut: Bahan : Harga satuan x koefisien (analisa upah) Alat : Harga satuan x koefisien (analisa bahan)
Upah : Harga satuan x koefisien (analisa upah) Maka akan didapat: Harga satuan pekrjaan = Upah + Bahan + Peralatan
(2.4)
Besarnya nilai harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satauan baik itu harga satuan bahan, alat maupun tenaga kerja. Penentuan harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan suatu item pekerjaan. Harga satuan alat baik itu sewa ataupun investasi tergantung kondisi lapangan dimana proyek tersebut dilaksanakan, kondisi alat/efesiensi, metode pelaksanaannya, jarak angkut dan pemeliharaan jenis peralatan itu sendiri. 2.5
Metode SNI (Standar Nasional Indonesia) SNI atau yang sering disebut Standar Nasional Indonesia ini merupakan
pembaharuan dari analisa Burgeslijke Openbare Werken (BOW) 1921, dengan kata lain bahwasanya analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbahurui. Analisa Standar Nasional Indonesia ini dikeluarkan oleh pusat penelitian dan pengembangan pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan sistem analisa SNI ini hamper sama sistem perhitugannya dengan analisa BOW. Prinsip dasar pada metode Standar Nasional Indonesia adalah upah, bahan dan alat sudah ditetapkan oleh pemerintah untuk menganalisa biaya dan harga yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan konstruksi. Dari ketiga koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan, kalkulasi upah yang mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang akan dibutuhkan. Komposisi perbandingan dan susunan material, peralatan dan upah tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material, peralatan dan upah yang berlaku dipasaran. Dari data kegiatan tersebut diatas, menghasilkan produk sebuah analisa yang dikukuhkan sebagai SNI pada tahun 1991-19922, dan pada tahun 2001 hingga sekarang, SNI ini disempurnakan dan diperluas sesuai dengan sasaran analisa biayanya. Contoh analisa SNI dapat dilihat pada table 2.2 dan 2.3 Tabel 2. 2 Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank Kode analisa
: RSNI T-12-2008 (6.4)
Jenis pekerjaan
: 1 m Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Satuan pembayaran : m
Contoh 2.3 Pekerjaan Galian Tanah Tabel 2. 3 Pekerjaan Galian Tanah Kode analisa
: RSNI T-12-2008 (6.4)
Jenis Pekerjaan
: Galian 1 m3 tanah biasa sedalam 1.00 m
Satuan pembayaran : m
Untuk perhitungan jumlah harga dengan SNI rumus yang digunakan: Biaya = Volume x Koefisien/Indeks x Harga Satuan 2.6
(2.5)
SNI Sebagai Alat Pembanding dengan Analisa Lainnya Analisa Standar Nasional Indonesia merupakan analisa yang sering dipakai
baik instansi pemerintah atau swasta, karena analisa ini dikembangkan melalui pendekatan penelitian yang dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan datadata sekunder yang berupa analisa biaya yang digunakan oleh beberapa kontraktor dalam menghitung harga satuan pekerjaan dan data-data primer dengan melakukan penelitian di lapangan pada kegiatan proyek konstruksi. Data primer yang diperoleh
dipakai sebagai pembanding terhadap kesimpulan data sekunder yang didapat (BSN, 2008). Acuan atau standar normatif yang diberlakukan dalam tata cara perhitugan pada analisa SNI ini merujuk pada hasil penelitian atau pengkajian dari beberapa analisa pekerjaan yang telah dikerjakan oleh beberapa kontraktor dengan pembanding yang ada. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisa SNI ini adalah (BSN, 2008) antara lain: 1)
Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15 % - 20 %, dimana didalamnya termasuk angka susut yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan, termasuk biaya langsung dan tak langsung.
2)
Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
3)
Untuk perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk wilayah seluruh Indonesia, berdasarkan harga bahan, upah tenaga dan peralatan disesuaikan dengan kondisi setempat.
4)
Jam kerja efektif untuk para pekerja diperhitungkan selama 5 jam per-hari.
2.7
Metode Pengamatan Langsung Metode pengamatan langsung merupakan teknik pengumpulan data secara
langsung yang dilakukan di lapangan atau pada objek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi di lapangan. Melalui observasi atau pengamatan langsung penganalisis dapat memperoleh pandanganpandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan di lapangan, melihat langsung berapa banyak kebutuhan tenaga kerja sesungguhnya dan bagaimana produktivitas tenaga kerja sesungguhnya di lapangan. Dalam menganalisa menggunakan metode pengamatan langsung terdapat kelebihan dan kelemahan pada metode tersebut. Kelebihan metode pengamatan langsung (observasi): 1.
Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan.
2.
Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, karena ada pekerjaan-pekerjaan yang sulit dijelaskan dalam bentuk katakata.
Kelemahan metode pengamatan langsung (observasi): 1.
Biasanya orang yang diamati merasa terganggu sehingga akan melakukan pekerjannya dengan tidak semestinya.
2.
Dapat mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan.
Dalam penelitian ini yang diamati secara langsung adalah produktivitas tenaga kerja untuk mengerjakan satu item pekerjaan berdasarkan durasi atau waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan satu item pekerjaan tersebut. Sehingga dari pengamatan yang dilakukan kita dapat mengetahui tenaga kerja yang digunakan untuk mengerjakan satu item pekerjaan dan mengetahui biaya upah realisasi untuk penyelesaian satu item pekerjaan.
23