BAB II
Formatted: Font: 14 pt Formatted: Normal Formatted: Font: Times New Roman, 14 pt, Bold
TINJAUAN PUSTAKA Formatted: Indonesian
2. 1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Legitimasi Haniffa dan Cooke (2005) menyimpulkan teori legitimasi sebagai asumsi yang pada umumnya adalah tindakan-tindakan suatu entitas yang merupakan sistem dari norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan dan definisi diinginkan, layak danjelas yang dibangun secara sosial.
2.2 Karakteristik perusahaan Dalam penelitian ini ada 2 karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, perusahaan profitabilitas) yang dianggap terkait dengan pengungkapan perusahaan keuangan pernyataan
2.2.1 Ukuran Perusahaan Menurut keputusan Bapepam No.9 tahun 1995 definisi perusahaan menengah/kecil adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan (total asset) tidak lebih dari Rp 20 milyar, bukan merupakan afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengah atau kecil, dan bukan merupakan reksa dana. Adapun usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp 20 Milyar. Usaha kecil, usaha menengah ataupun besar meliputi usaha asing yang berkegiatan di Indonesia. Ukuran perusahaan adalah ukuran citra perusahaan, yang dapat dinilai berdasarkan volatilitas kegiatan perusahaan, yang dapat dilihat dari berbagai aspek. Cowen, Ferreri, dan Parker (1987) mengungkapkan bahwa perusahaan besar melakukan banyak lebih banyak aktivitas, menyebabkan dampak yang lebih besar terhadap lingkungan, memiliki lebih banyak pemegang saham yang mungkin prihatin dengan program sosial perusahaan, dan laporan 11
keuangan menyediakan alat yang efisien dalam mengkomunikasikan informasi sosial perusahaan 2.2.2 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang akan mempertahankan jangka panjang dan pertumbuhan jangka pendek. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen bebas dan fleksibel dalam mengekspresikan tanggung jawab sosialnya kepada pemegang saham ( Anggraini ,2006). Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan perusahaan.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan ukuran kinerja dan efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Secara umum, profitablitas perusahaan menunjukkan prestasi perusahaan dalam menjabarkan penjualan menjadi laba.Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham (Heinze (1976) yang dikutip oleh Hackston & Milne (1996)), sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Hackston & Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui & Karpik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Vence (1975) (dalam Belkaoui (2000)) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan
justru
memberikan
kerugian
kompetitif
(competitive
disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut. Semakin tinggi profitabilitas, maka akan semakin tinggi pula taggung jawab perusahaan untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya, maka respon pasar akan semakin baik terhadap perusahaan.
2.3 Konsep Corporate Social Responsibility 2.3.1 Definisi CSR Menurut Nor Hadi, (2011:48) pengertian CSR adalah : CSR merupakan suatu satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang disertai dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas Pengertian CSR menurut Darwin, 2004 dalam Anggraini,2006, adalah: mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya
dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi
di bidang hukum. Sementara itu Johnson and Johnson (2006:46) memberikan definisi “Corporate social responsibility (CSR) is about how companies manage the business processes to produce an overall positive impact on society.” Menurut world business council for sustainable development (WBCSD) 1999 memberikan definisi “ CSR as the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large (WBCSD, 1999) Selanjutnya The World Bank 2004 mendefinisikan CSR “CSR as the commitment of businesses to contribute to sustainable economic development – working with employees, their families, the local community, and society at large to improve the quality of life, in ways that are good for business and good for development. Singkatnya, CSR dapat didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan
kontribusi
terhadap
pembangunan
ekonomi
sekaligus
meningkatkan kualitas hidup masyarakat luas secara etis dan secara bertanggung jawab. Dan CSR mungkin memiliki potensi untuk memperkuat hubungan kepada investor / stakeholder dan menanamkan keyakinan dan
kepercayaan yang lebih besar diantara para investor / stakeholder dengan mengoptimalkan efek positif dan meminimalkan dampak negatif
dari
perusahaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa corporate social responsibility
dijalankan
terintegrasi
dengan
bisnis
perusahaan,
memperhatikan kepentingan stakeholders (pemangku kepentingan) dengan harapan memberikan manfaat/kesejahteraan bagi masyarakat. Menurut Daniri (2007), corporate social responsibility lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan laba, menyejahterakan para pemegang saham., dan mengabaikan
tanggung jawab sosial
seperti
perusakan
lingkungan,
eksploitasi sumber daya alam, dan lain sebagainya. Pada intinya, keberadaan perusahaan berdiri secara berseberangan dengan kenyataan kehidupan sosial. Konsep dan praktik corporate social responsibility saat ini bukan lagi dipandang sebagai suatu cost center tetapi juga sebagai suatu strategi perusahaan yang dapat memacu dan menstabilkan pertumbuhan usaha secara jangka panjang. Oleh karena itu penting untuk mengungkapkan corporate social responsibility dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompokkelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et. al., 1987). Dampak negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitar mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat. Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut adalah dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan.
2.3.2 Pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan di Indonesia Pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien (Hendriksen1998, 136). Dalam interpretasi yang lebih luas, pengungkapan terkait denganinformasi baik yang terdapat dalam laporan keuangan maupun
komunikasi tambahan (suplementary communication) yang terdiri atas catatan kaki, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajemen atas operasi perusahaan dimasa mendatang, perkiraan keuangan dan operasi, serta informasi lainnya (Zuhroh dan Sukmawati 2003). Tujuan pengungkapan menurut Securities Exchange Commision (SEC) dikategorikan menjadi dua. yaitu (Wolk dan Temay 1989 dalam Utomo 2000): 1.
Protective disclosure, yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap investor.
2.
Informative disclosure, yang bertujuan memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan. Hendriksen (1998, 140) menyatakan tiga konsep umum tentang
pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu: 1.
Pengungkapan yang cukup (adequate), merupakan pengungkapan yang minim cukup untuk membuat laporan tidak menyesatkan.
2.
Pengungkapan yang wajar (fair), merupakan pengungkapan yang memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial.
3.
Pengungkapan yang lengkap (full), merupakan penyajian semua informasi yang relevan.
2.3.3 Konsep Alokasi Biaya Tanggung Jawab Menurut Hendriksen (2006:189) konsep alokasi di dalam akuntansi adalah suatu proses pemisahan suatu himpunan (set) atau jumlah nilai serta pembebanan subhimpunan (subsets) yang dihasilkan itu ke klasifikasi sesuai dengan pendekatan struktural tradisional terhadap akuntansi, alokasi terjadi karena penerapan ketentuan-ketentuan tertentu untuk membebankan biaya ke produk. Cost (biaya) dapat diartikan sebagai suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau satuan moneter atas pengorbanan barang atau jasa untuk memperoleh manfaat di masa kini atau di masa yang akan datang. Menurut Smith C (1994) yang dikutip dari Suta (2007), Tanggung Jawab Sosial diperlukan agar perusahaan dapat meningkatkan reputasi perusahaan dan pada akhirnya juga akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Russo dan Fortus (1997) yang
dikutip Suta (2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat dana kepedulian terhadap lingkungan komunitas sekitar perusahaan dengan imbal hasil aset perusahaan. Dari kedua penelitian tersebut alokasi laba bersih untuk memenuhi biaya Tanggung Jawab Sosial merupakan suatu keputusan atas penilaian manfaat di masa yang akan datang (future benefit).
2.4 Reaksi Investor Investor adalah individu, kelompok, atau badan hukum yang melakukan penanaman modal pada suatu unit usaha tertentu. Reaksi investor ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham perusahaan tertentu yang cukup mencolok dari suatu sekuritas yang bersangkutan pada saat pengumuman laba. Yang dimaksud mencolok adalah terdapat perbedaan yang cukup besar antara return yang terjadi (actual return) dengan return harapan (expected return). Dengan kata lain, terjadi return kejutan atau abnormal return pada saat pengumuman laba. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada investor. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada investor. Pengujian kandungan informasi atas laba hanya sebatas menguji reaksi investor (pasar), tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi (Suwardjono, 2005:494). Reaksi investor (pasar) ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham (return saham) perusahaan tertentu yang mencolok pada saat pengumuman laba yaitu terdapat perbedaan yang cukup besar antara return yang terjadi dengan return harapan (Suwardjono, 2005:491).
2.4.1 Stakeholder theory “Interest in CSR has been influenced by stakeholder theories” (Henderson, 2001). Sedangkan menurut stark (1994) “stakeholder theory of the firm is probably the most popular and influential theory to emerge in the CSR area.” Teori stakeholder dikembangkan dan disajikan oleh edward freeman pada 1980’s “The stakeholder approach begins by looking at various groups to which the corporation has a responsibility.”
Definisi yang mungkin paling banyak digunakan adalah “A stakeholder in an organisation is [. . .] any group or individual who can affect, or is affected by, the achievement of the organisation’s objectives.” (Freeman’s (1984, p. 46)). Evan dan Freeman ( . 1993, p 166 ) kemudian mengusulkan dua prinsip sederhana : 1. Prinsip hak perusahaan, yang menuntut bahwa perusahaan memiliki kewajiban untuk tidak melanggar hak orang lain ; dan 2. Prinsip efek perusahaan, mengatakan bahwa perusahaan bertanggung jawab untuk efek mereka tindakan pada orang lain Pendekatan CSR didasarkan pada perspektif stakeholder dan diskusi perdebatan hubungan bisnis dan masyarakat. Stakeholder mereka Dalam memenuhi kewajiban CSR , organisasi diharapkan untuk terlibat dengan para mereka melalui berbagai inisiatif dan kegiatan . Stakeholder Theory biasanya berfokus pada atribut aktor dalam hubungan dari perusahaan dan stakeholder . 2.4.2 Keterlibatan stakeholder dalam CSR “A
stakeholder-oriented
approach
to
CSR
emphasises
that
organisations exist within large networks of stakeholders, all of which stake claims on organisations” (Theaker, 2004). Sedangkan Andriof dan Waddock (2002) menyatakan bahwa “stakeholder engagement integrates stakeholder thinking with ideas from CSR and strategic networking.” “Keterlibatan stakeholder telah terdaftar sebagai aspek utama untuk menilai standar CSR, di samping aspek-aspek seperti komitmen stakeholder, sistem manajemen, pelaporan, audit dan sertifikasi.” (Tencatiet al., 2008). Dalam dua prinsip dasar ini pemangku kepentingan dapat didefinisikan sebagai berikut : Sebuah stakeholder perusahaan adalah individu atau kelompok yang dapat dirugikan atau diuntungkan dari sebuah perusahaan ; atau yang hakhaknya dapat dilanggar, atau harus dihormati oleh korporasi. “It is said that a company has primary stakeholders, that is, stakeholders that are critical for the continued existence of the company and
secondary stakeholders that are affected, directly or indirectly, by the company’s decisions” (Rosam and Peddle, 2004 Sebuah pendekatan stakeholder-berorientasi CSR menekankan bahwa organisasi ada didalam jaringan stakeholder yang besar, yang semuanya dipertaruhkan klaim di organisasi. Dalam organisasi,dengan kepentingan yang beragam para stakeholder bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Ketika organisasi menghadapi tuntutan dari para stakeholder untuk menyadari pentingnya CSR, mereka umumnya menerjemahkan tuntutan ke CSR tujuan dan mengembangkan kebijakan CSR bagi para stakeholder.
2.5 Kerangka Pemikiran
Skema Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Ukuran Perusahaan(x1)
Formatted: Font: Times New Roman
.
Profitabilitas (x2)
Formatted: Centered
Reaksi investor (y)
Formatted: Font: Times New Roman Formatted: Centered Formatted: Font: Times New Roman
Pengungkapan CSR (x3)
Formatted: Centered Formatted: Centered Formatted: Font: Times New Roman, English (U.S.)
2.6 Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : H1 : x1 mempunyai pengaruh terhadap y H2 : x2 mempunyai pengaruh terhadap y H3 : x3 mempunyai pengaruh terhadap y H4 : x1, x2 & x3 mempunyai pengaruh terhadap y secara bersama-sama
11