8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Lembaga Keuangan Syariah Lembaga Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah (Ahmad Ifham Sholih:2010: 472). Sedangkan yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah antara lain koperasi simpan injam syariah, dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) (Ahmad Ifham Sholih:2010:472). A. Koperasi Syariah 1. Pengertian Kopersi Syariah Koperasi syariah adalah koperasi yang dijalankan dengan prinsip syariah (Ahmad Ifham Sholih:2010:423). Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah unit koperasi yang bergerak dibidang usaha pembiayaan, investasi, simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan (Ahmad Ifham Sholih:2010:426).
8
9
2. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah Koperasi syaiah mempunyai fungsi dan peran antara lain: a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada ummnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya; b) Memperkuat kualitas sumber daya insane anggota, agar lebih amanah, professional (fatonah), konsisten dan konsekuen (istiqomah) didalam menerpakan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam; c) Berusaha
untuk
mewujudkan
dan
mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi; d) Sebagai mediator antara penyandang dana dan pengguna dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta e) Menguatkan kelompok-kelompok anggota sehingga mampu bekerja sama melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif f) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja g) Menumbuhkembangkan usaha-usaha produktif anggota.
10
3. Tujuan Koperasi Syariah Koperasi syariah dalam pelaksanaannya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam. B. Baitul Maal Wa Tamwil 1. Pengertian Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Baitul Mal wa Tamwil berasal dari bahasa arab yang berarti Bait adalah rumah dan at tamwil
adalah pengembangan
usaha. Ahmad Ifham Solihin (2010:174) BMT atau Baitul Mal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka meningkatkan derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh dari masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam : Keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan. Abdul Aziz–Mariyah Ulfah (2010:115) BMT atau Baitul Mal wat Tamwil adalah balai usaha mandiri yang isinya berintikan
bayt
al-mal
wa
al-tamwil
dengan
kegiatan
11
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Sebagai Lembaga Keuangan Syariah BMT mempunyai dua fungsi dalam menggerakkan roda perekonomian, yaitu: a) Baitul Mal sebagai rumah harta yang merupakan lembaga yang menerima titipan dana zakat, infaq dan shodaqah serta mendistribusikannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. b) Baitul Tamwil sebagai lembaga yang melakukan kegitan usahausaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. 2. Peran Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Dalam perekonomian di Indonesia, menurut Ahmad Ifham Sholihin BMT mempunyai peran sebagai berikut: a) sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat b) ujung tombak pelaksanaan sisem ekonomi syariah c) penghubung antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana
12
3. Fungsi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Dalam Ahmad Ifham Sholih (2010:175)
BMT
mempunyai beberapa fungsi, yaitu : a) Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi profesional, mendesain (selamat, damai, dan sejahtera) dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah) menghadap tantangan global b) Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimilki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal didalam dan diluar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak c) Mengembangkan kesempatan kerja d) Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar dan produk-produk anggota e) Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial masyarakat.
13
4. Produk Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Dalam fungsi operasionalnya BMT sebagai pengumpul dana dan penyalur dana. a) Produk Pengumpul Dana 1. Simpanan Wadiah Simpanan wadiah adalah simpanan yang dapat ditarik oleh pemiliknya setiap waktu. Simpanan wadiah ini dapat disebut juga tabungan pada bank konvensional. 2. Simpanan Mudharabah Simpanan mudharabah adalah simpanan dana dan penarikan dana yang dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Contoh : simpanan pendidikan, simpanan haji, simanan qurban, dll.
14
Tabel 2.1 Perbandingan simpanan wadiah dengan simpanan mudharabah No.
Pembanding
Simpanan Simpanan Mudharabah Wadiah 1 Sifat dana Investasi Titipan 2 Penarikan Hanya dapat Dapat dilakukan pada dilakukan periode tetentu setiap saat 3 Insentif Bagi Hasil Bonus 4 Pengembalian Tidak dijamin Dijamin Modal dikembalikan dikembalikan 100% 100% Sumber : Rafa Consulting (2004) dalam Ascarya (2011) b) Produk Penyalur Dana Terdapat tujuh jenis pembiayaan utama pada bank dengan sistem bagi hasil yaitu : 1. Pembiayaan Musyarakah Yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. 2. Pembiayaan Mudharabah Yaitu pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. 3. Pembiayaan Murabahah Yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu produk dengan kewajiban
15
mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya pada waktu jatuh tempo. 4. Pembiayaan Baiu Bithaman Ajil Yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu produk dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut secara menyicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. 5. Pembiayaan Ijarah Yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk memiliki suatu produk dengan kewajiban menyewa barang tersebyt sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. 6. Pembiayaan Ar Rahn Yaitu pembiayaan berupa pinjaman dana tunai dengan jaminan barang bergerak yang relative nilanya tetap seperti perhiasan emas, perak, intan, berlian, batu mulia, dll. Untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. 7. Pembiayaan Qardhul Hasan Yaitu pembiayaan berupa pinjaman tanpa dibebani biaya apapun bagi kaum dhuafa yang merupakan asnaf zakat/infaq/shadaqah dan ingin mulai berusaha kecil-kecilan.
16
2.1.2 Bagi Hasil A. Pengertian Bagi Hasil Sistem perekonomian islam selalu berkaitan dengan pembagian hasil usaha yang ditentukan pada awal tejadinya akad atau kontrak kerja sama. Nisbah atau porsi pembagian hasil usaha tersebut disepakati oleh keduan belah pihak antara shahibul maal dengan mudharib seperti 50:50, yang artinya 50% keuntungan untuk shahibul maal dan 50% untuk mudharib. Bagi hasil merupakan bentuk return (perolehan aktivitas usaha) dari akad investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap dalam sistem operasional perbankan syariah. Besar kecil perolehan jumlah bagi hasil tergantung pada hasil usaha yang benar-benar diperoleh bank syariah. (Evita Isretno:2011:107) Ahmad Ifham Sholihin (2010:134) ada dua pengertian bagi hasil, yaitu: 1. Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi pembagian hasil usaha antara pemilik modal dan pengelola dana.misalnya antara Lembaga Keuangan Syariah dengan nasabah penyimpan dan atau penerima dana. 2. Bentuk return dari kontrak investasi, yakni yang masuk kedalam Natural Uncertainty Contracts.
17
Jadi bagi hasil merupakan pembagian keuntungan antara pemilik modal dengan pengelola modal dengan besar keuntungan ditentukan oleh nisbah atau porsi bagi hasil yang telah disepakati diawal akad oleh pihak-pihak yang bersangkutan dalam akad tersebut. B. Perbedaan Bagi Hasil dengan Bunga Dalam perbankan syariah selalu dikenal dengan adanya sistem bagi hasil, sedangkan dalam bank konvensional dengan sistem bunga. Adapun perbedaan bagi hasil dengan bunga adalah sebagai berikut:
18
Tabel 2.2 Perbedaan bunga dengan bagi hasil No. 1.
2.
BUNGA Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan
Besarnya presentase didasarkan pada jumlah dana/modal yang dipinjam 3. Bunga dapat mengembang/variabel dan besarnya naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi 4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan untung atau rugi 5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda 6. Eksistensi bunga diragukan (jika tidak dikecam) oleh semua agama Sumber : Ascarya, 2011
BAGI HASIL Penentuan nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi Besarnya bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama
Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan, bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama Jumah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
19
C. Sistem Perhitungan Bagi Hasil Salah satu praktik dalam perbankan syariah adalah sistem bagi hasil. Ada dua metode sistem perhitungan bagi hasil yaitu : 1. Profit Sharing Profit Sharing berupa perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil net (bersih) dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biayabiaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. (Evita Isretno:2011:108). Apabila suatu perbankan menggunakan sistem profit sharing kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima shahibul maal akan semakin kecil. Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (investor) dengan dan pengelola modal (entrepreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa didalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan diawal perjanjian, dan begitu pula jika mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi (Evita Isretno:2011:108).
20
2. Revenue Sharing Revenue Sharing berupa perhitungan bagi hasil didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut (Evita Isretno:2011:108). Perbankan
yang menggunakan sistem revenue sharing
kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga pasar yang berlaku, kondisi ini akan mempengaruhi pemilik dana untuk berinvestasi di bank syariah dan dana pihak ketiga akan meningkat. Bank syariah dapat menggunakan salah satu dari kedua metode perhitungan tersebut tergantung pada kebijakan masing-masing bank untuk memilih metode perhitungan yang akan digunakan. Namun pada umumnya bank syariah di Indonesia menggunakan metode bagi hasil revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasilnya kepada para nasabahnya. D. Konsep Bagi hasil Dalam Umi Fauziah:2006 ada beberapa konsep bagi hasil, yaitu : a) Pemilik dana akan menginvestasikan dananya ke Lembaga Keuangan Syariah sebagai pengelola
21
b) Pengelola atau lembaga keuangansyariah akan mengelola dana tersebut dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut kedalam proyek atu usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah. c) Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut E. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil Ada dua faktor yang mempengaruhi bagi hasil, yaitu : a) Faktor Langsung 1. Investment
rate
merupakan
presentase
aktual
dana
yang
diinvestasikan dari total dana. 2. Jumlah dana yang akan diinvestasikan merupakan dana dari berbagai sumber yang tersedia untuk diinvestasikan. 3. Nisbah merupakan rasio pembagian keuntungan antara shahibul maal dengan mudharib. Angka nisbah dapat bervariasi seperti 50:50, 60:40, 70:30 sesuai dengan kesepakatan shahibul maal dengan mudharib. b) Faktor Tidak Langsung 1. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah a. Shahibul maal dengan mudharib akan melakukan share baik dalam
pendapatan
maupun
biaya.
Pendapatan
yang
22
dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi dengan biaya-biaya. b. Jika semua biaya ditanggung bank
maka disebut revenue
sharing 2. Kebijakan akunting (pinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama yang berhubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. 2.1.3 Pembiayaan A. Pengertian Pembiayaan Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam Ifham Sholihin (2010:590) Penyediaan dana tersebut dapat berupa : 1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah 2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik.
23
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’ 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard 5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa. B. Tujuan Pembiayaan Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan mejadi dua kelompok besar yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk : a) Peningkatan ekonomi umat b) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha c) Meningkatkan produktivitas d) Membuka lapangan kerja baru e) Terjadi distribusi pendapatan Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk : a) Upaya mengoptimalkan laba b) Upaya meminimalkan risiko c) pendayagunaan sumber ekonomi d) penyaluran kelebihan dana
24
C. Fungsi Pembiayaan Secara umum pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut : a) Meningkatkan daya guna uang b) Meningkatkan daya guna barang c) Meningkatkan peredaran uang d) Menimbulkan kegairahan berusaha e) Stabilitas ekonomi f) Sebagai jembatan untuk meninngkatkan pendapatan nasional 2.1.4 Akad Mudharabah A. Pengertian Akad Mudharabah Akad dalam bahasa Indonesia disebut perjanjian, sedangkan dalam hukum ekonomi syariah disebut akad. Kata akad berasal dari kata al-‘aqd
yang berarti mengikat, menyambung atau menghubungkan
(Evita Isretno:2011:26). Menurut bahasa mudharabah berasal dari kata adhdharby fil yaitu bepergian untuk urusan dagang. Sedangkan Menurut bahasa mudharabah berasal dari kata adhdharby fil
yaitu bepergian untuk
urusan dagang. Dalam PSAK 105 tentang mudharabah, mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)
25
bertindak selaku pengelila, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana. Sri Nurhayati-Wasilah (2011:120) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiaan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana. Gambar 2.1 Skema Mudharabah Pemilik Dana
Akad Mudharabah
Pengelola dana
Proyek Usaha Porsi Rugi
Porsi Laba
Porsi Laba Hasil Usaha:
Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah Apabila rugi ditanggung pemilik dana
Sumber : Sri Nurhayati-wasilah (2011:122)
26
B. Jenis Akad Mudharabah Dalam PSAK 105 ada 3 (tiga) jenis mudharabah, yaitu mudharabah muthaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah. 1. Mudharabah muthlaqah Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah dimana si pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut investasi tidak terikat. 2. Mudharabah muqayyadah Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan atau objek investasinya. 3. Mudharabah musytarakah Mudharabah musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. C. Rukun Mudharabah Dalam Sri Nurhayati-Wasilah (2011:124) ada beberapa rukun mudharabah yang harus dipenuhi ketika melakukan akad mudharabah, yaitu : 1. Pelaku terdiri atas pemilik dana dan pengelola dana
27
2. Objek mudharabah, berupa : modal dan kerja 3. Ijab Kabul / serah terima 4. Nisbah Keuntungan D. Berakhirnya Akad Mudharabah Akad Mudharabah dapat berakhir karena hal-hal berikut ini (SriNurhayati-Wasilah,2011:125) : 1. Akad mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan 2. Salah satu pihak memutuskan untuk mengundurka diri 3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal 4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagimana dituangkan dalam akad 5. Modal sudah tidak ada E. Tujuan Mudharabah Dalam
Ifham
Sholihin
(2010:526)
akad
mudharabah
digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi nasabah yang memiliki keahlian dan ketrampilan guna menjalankan usaha atau proyek yang bersangkutan. F. Manfaat Mudharabah Dalam Ifham Sholihin (2010:522) ada beberapa manfaat mudharabah, antara lain : 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat
28
2. Bank tidak mewajibkan membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan mengalami negative spread 3. Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benarbenar ama, halal dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang dibagikan 5. Prinsip bagi hasil mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap. G. Risiko Pembiayaan Mudharabah Dalam Ifham Sholihin (2010:524) risiko pembiayaan bagi hasil pada umumnya sama dengan risiko kredit biasa, ditambah : 1. Penyembunyian keuntungan oleh nasabha yang tidak jujur 2. Ketidakmampuan nasabah mengelola keuangan dan kelemahan sistem informasi keuangan 3. Kelalaian dalam membayar bagi hasil (disiplin yang rendah) 4. Sistem monitoring perkembangan usaha lemah
29
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti
Judul
Jenis
Hasil
Penelitian
1.
Emi Suhariati, 2005
Sistem Kualitatif Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah (PT. Bank Mandiri Syariah Cabang Malang)
2
Umi Fauziah, 2006
Analisis Kualitatif Metode kuantitatif Perhitungan Bagi Hasil Pada Pada Pembiayaan Mudharabah
Tahapan dalam sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah: 1. Penentuan besarnya pembiayaan, rencana penerimaan usaha, jangka waktu pembiayaan Expectasi rate 2. Menghitung Expectasi bagi hasil 3. Menghitung nisbah bagi hasil 4. Mendistribusikan pendapatan masing-masing sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama. Metode distribusi bagi hasil yang digunakan adalah revenue sharing Metode yang digunaka adalah revue sharing karena metode revenue sharing lebih menguntungkan daripada profit sharing, hal ini ditunjukkan
30
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (BMT Khonsa cab. Cilacap)
3
4
Esy Nur Penerapan Kualitatif Aisyah, SOP dan 2008 sistem bagi hasil pada tabungan Mudharabah (BMT MMU Cabang Wonorejo) Samsul Analisis Kualitatif maarif, Perhitungan 2009 Sistem Bagi Hasil pada Tabungan Mudharabah (BRI Syariah cab. Malang)
dengan Ho ditolak t hitung = 10,106 t table = 1,669 Metode revenue sharing yang digunakan oleh BMT Khonsa cab. Cilacap sudah sesuai fatwa DSN No.15/DSNMUI/IX/2000 Penerapan SOP tabungan mudharabah secara teknisi menggambarkan prosdur menabung yang mudah. Dan sistem bagi hasil yang diterapkan adalah profit sharing. Sistem bagi hasil yang diterapkan pada tabungan mudharabah menggunakan metode revenew sharing.
31
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan Mudharabah
Sistem dan Prosedur Perhituangan Hagi Hasil
KSU. BMT Aman Utama Jepara
UJKS Kocika “Mitra Usaha” STIENU Jepara
Hasil