1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pencemaran Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya
mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas
atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 2008). Sedangkan menurut Undang-undang No 23 tahun 1997, pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau kompenen lain ke dalam lingkungan makhluk hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai peruntukkannya. Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. Klasifikasi pencemaran logam berat berdasarkan lokasinya (Darmono,1995 dalam Sarjono,2009): 1. Pada perairan estuaria, pencemaran memiliki hubungan erat dengan penggunaan logam oleh manusia. 2. Pada perairan laut lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara langsung dari atmosfer atau karena tumpahan minyak dari kapal-kapal tanker yang melaluinya. 3. Sedangkan diperairan sekitar pantai kontaminasi logam berat kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri atau pertambangan.
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
2
2.2.
Logam berat
Logam berat adalah unsur kimia dengan bobot jenis > 5gr/cm3 dan
biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 4 sampai 7. Logam berat
masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam
lain. Logam berat termasuk golongan polutan toksik yang bersifat akumulatif di
dalam tubuh dan dapat mengakibatkan kematian maupun bukan kematian seperti terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan sebagainya.
Logam berat yang
bersifat toksik antara lain, Timbal (Pb), Nikel (Ni), Kadmium (Cd), Seng (Zn),
Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Arsen (As), Kromium (Cr), Mangan (Mn) dan
Merkuri (Hg) (Manahan, 1990). Logam berat di alam dapat berasal dari erosi batuan tambang dan vulkanisme. Proses alam seperti perubahan siklus alami mengakibatkan batuanbatuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar ke lingkungan. Selain itu masuknya logam berat juga dapat berasal dari aktivitas manusia, seperti pertambangan minyak, emas dan batu bara, pembangkit tenaga listrik, pestisida, keramik, peleburan logam dan pabrik-pabrik pupuk serta kegiatan industri lainnya (Suhendrayatna, 2001 dalam Sarjono, 2009). Logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg) memiliki afinitas yang tinggi terhadap unsur S (sulfur) menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tidak aktif. Logam dalam perairan umumnya berada dalam bentuk ion. Ion tersebut merupakan ion bebas, pasangan ion organik, ion kompleks dan persenyawaan (Palar,2008). Adanya logam berat di perairan memiliki dampak yang berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat (Sutamihardja et al., 1982 dalam Sarjono, 2009) yaitu : 1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan). 2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan serta membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut.
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
3
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Di samping itu sedimen mudah tersuspensi
karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang
dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar
potensial dalam skala waktu tertentu. Kandungan logam dalam perairan dapat berubah tergantung lingkungan dan iklim. Pada musim hujan, kandungan logam dalam perairan lebih rendah
karena proses pelarutan.
Sedangkan pada musim kemarau kandungan logam
dalam perairan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi (Darmono,
1995). Logam berat yang masuk perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan. Pengendapan logam berat terjadi karena adanya anion karbonat, hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984 dalam Sarjono 2009). 2.2.1. Logam Berat Merkuri (Hg) Merkuri merupakan salah satu unsur logam transisi dengan nomor atom 80. Nama merkuri berasal dari nama Dewa Yunani yaitu Dewa Merkuri yang terkenal cekatan dan cepat dalam menyampaikan pesan. Simbol merkuri pada tabel periodik kimia adalah Hg berasal dari kata hydragrium yang berasal dari bahasa Yunani kuno berarti ’cair’ atau ’air’ dan ’perak’. Sesuai dengan nama latinnya, merkuri merupakan salah satu logam berwujud cair pada temperatur ruang. Selain merkuri, logam lain yang berwujud cair adalah caesium, francium, dan gallium. Logam cair berwarna keperakan ini memiliki massa jenis yang tinggi sehingga sebuah bola biliar dapat mengapung di atasnya. Karena warnanya keperakan, ia dapat digunakan sebagai cermin (Pikiran Rakyat, 2006 dalam Fitriyah 2007). Secara umum logam merkuri memilki sifat-sifat sebagai berikut (Palar,2008) : 1. Berwujud cair pada suhu kamar (25 oC) dengan titik beku paling rendah sekitar -39oC. 2. Masih berwujud cair pada suhu 396 oC. Pada temperatur 396oC ini telah
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
4
terjadi pemuaian secara menyuluruh. 3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam-logam yang lain.
4. Tahanan listrik yang dimilki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri
sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik. 5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut juga amalgam.
6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu dalam bentuk tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.
Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari kebiasaan memakan makanan dari laut, terutama ikan, udang dan tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Awal peristiwa kontaminasi merkuri terhadap biota laut adalah masuknya buangan industri yang mengandung merkuri ke dalam perairan teluk (lautan). Selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi yangbekerja di lautan, konsentrasi merkuri yang masuk akan terus ditingkatkan disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik. Merkuri yang masuk tersebut kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan sehingga masuk ke dalam tubuh biota perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang tercemar oleh merkuri. Disamping itu, merkuri masuk bersama bahan makanan pokok seperti gandum dan beras, yang telah diberi senyawa merkuri pada waktu pembibitan dan penyemaian (Palar,2008). Beberapa hal terpenting yang dapat dijadikan patokan terhadap efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh adalah sebagai berikut (Palar,2008): 1. Semua senyawa merkui adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam jumlah yang cukup. 2. Senyawa-senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang berbeda pula dalam daya racun yang dimilikinya, penyebarannya, akumulasi dan waktu retensinya di dalam tubuh. 3. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan atau dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri, disebabkan oleh
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
5
perubahan bentuk atas senyawa-senyawa merkuri itu, dari suatu tipe ke tipe yang lainnya.
4. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri di dalam tubuh umumnya bersifat permanen. Sampai sekarang belum diketahui cara efektif utuk
memperbaiki kerusakan fungsi-fungsi itu.
2.2.2. Logam Berat Timbal (Pb)
Timbal (Pb) atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah
hitam, dalam bahasa ilmiah dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan
dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom 82 dengan bobot atom 207,2 g/cm3. Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat di seluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi. Logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut (Palar,2008) : 1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. 2. Merupakan logam yang tahan terhadap korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating. 3. Mempunyai titik lebur rendah, yaitu 327,5oC. 4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri. 5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik. Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati dilingkungan dan seluruh sistem biologi. Sumber utama timbal berasal dari gugus alkyl timbal yang digunakan sebagai bahan additive bensin. Komponen ini beracun terhadap seluruh aspek kehidupan. Timbal menunjukkan beracun pada sistem syaraf, hemetologik dan mempengaruhi
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
6
kerja ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 μg/kg berat badan dan untuk bayi atau
anak-anak adalah 25 μg/kg berat badan. Mobilitas timbal di tanah dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5-3 ppm
(Suhendrayatna, 2001 dalam Fitriyah 2004). Bentuk-bentuk kimia dari senyawa-senyawa Pb merupakan faktor peting yang mempengaruhi tingkah laku Pb dalam tubuh manusia. Senyawa-senyawa Pb
organik relatif lebih mudah untuk diserap tubuh melalui selaput lendir atau melalui lapisan kulit, bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa Pb anorganik.
Namun hal itu bukan berarti semua senyawa Pb dapat diserap oleh tubuh, melainkan hanya sekitar 5-10% dari jumlah Pb yang masuk melalui makanan dan atau sebesar 30% dari jumlah Pb yang terhirup yang akan diserap oleh tubuh. Dari jumlah yang dapat terserap itu, hanya 15% yang akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti urin dan feses. Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan ikut terlibat dalam proses metabolisme tubuh. Namun demikian jumlah Pb yang masuk bersama makanan danatau minuman ini masih mungkin ditolerir oleh lambung disebabkan asam lambung (HCl) mempunyai kemampuan untuk melarutkan logam Pb, sehingga pada kenyataannya Pb lebih banyak dikeluarkan oleh feses. Pada jaringan dan atau organ tubuh, logam Pb akan terakumulasi pada tulang, karena logam ini dalam bentuk ion Pb2+ mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang. Di samping itu, pada wanita hamil logam Pb dapat melewati plasenta kemudian ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu. Senyawa Pb organik umumnya masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernapasan danatau penetrasi melewati kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak. Senyawa seperti tetraetil-Pb dapat menyebabkan keracunan akut pada sistem saraf
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
7
pusat, meskipun proses keracunan tersebut terjadi dalam waktu yang cukup lama dan dengan kecepatan penyerapan yang kecil.
Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini
ternyata menjadi sangat berbahaya karena dapat memberikan efek racun terhadap
banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Palar, 2008).
2.2.3. Logam Berat Kadmium
Kadmium disimbulkan dengan Cd. Logam ini termasuk ke dalam
kelompok logam-logam golongan Transition Metal pada Tabel Periodik unsur
kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 48 dengan bobot atau berat atom (BA) 112.411 (Fitriyah,2004). Kadmium adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada 321 oC (Svehla,1990). Kadmium memiliki sifat dan kegunaan antara lain (Sarjono,2009) : 1. Mempunyai sifat tahan panas sehingga bagus untuk campuran pembuatan bahan-bahankeramik, enamel dan plastik. 2. Tahan terhadap korosi sehingga bagus untuk melapisi pelat besi dan baja. Logam Cd dapat menimbulkan gangguan, dan bahkan mampu menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja pada ginjal. Organ ini mampu mengakumulasi macam-macam bahan termasuk logam Cd. Daya racun yang dimiliki oleh Cd juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya.Pada konsentrasi tertentu Cd dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki (impotensi). Impotensi yang ditimbulkan oleh keracunan logam Cd dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testosteron dalam darah. Logam Cd juga diduga merupakan salah satu penyebab dari timbulnya kanker pada manusia. Karena itu, logam ini diduga sebagai bahan karsinogen yang berarti dapat menimbulkan penyakit kanker (Palar,2008).
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
8
2.3.
Kerang Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan yang bertubuh lunak.
Semua kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang yang biasanya simetri
cermin yang terhubung dengan suatu ligament (jaringan ikat). Pada kebanyakan
kerang terdapat dua otot aduktor yang mengatur buka-tutupnya cangkang. Kerang tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang
memiliki mata. Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak dengan "kaki", berupa semacam organ pipih yang
dikeluarkan dari cangkang sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang
secara mengejut. Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang menyelubungi organ-organnya.Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.Semua kerang adalah jantan ketika muda. Beberapa akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan. Kerang merupakan hewan filter feeder. Seekor kerang dengan diameter tengah 10 cm dapat menyaring 9 hingga 13 liter per jam, karena kerang menyaring plankton dan hewan mikroskopik untuk makanannya. Selain itu kerang umumnya memiliki sifat menetap di suatu perairan dengan dasar bersubstrat pasir dan lumpur. 2.3.1. Kerang hijau Kerang hijau (Perna viridis) termasuk binatang lunak (moluska) yang hidup di laut, bercangkang dua dan berwarna hijau. Kerang ini merupakan salah satu jenis kerang yang digemari untuk dikonsumsi karena memiliki kandungan gizi yang baik sebanding dengan daging sapi, telur ataupun daging ayam. Dalam habitat yang normal kandungan kerang hijau ini terdiri dari 40,8% air, 21,9% protein, 14,5% lemak dan 18,5% karbohidrat.
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
9
Gambar 2.1. Kerang Hijau
Kerang Hijau termasuk plankton feeder atau hewan yang menyaring air untuk mendapatkan makanannya. Kerang hijau juga berpindah pindah tempat dengan menggunakan kaki dan benang byssus (Ernez, 2009). 2.4.
Kondisi Umum Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terlatak di pantai Utara Jakarta, dibatasi oleh garis
bujur 1060 33’ 00” BT hingga 1070 03’ 00’ BT dan garis lintang 50 48’30” hingga 60 10’ 30’’ yang membentang dari Tanjung Kait dibagian Barat hingga Tanjung Karawang di bagian Timur dengan panjang pantai + 89 KM. Panjang garis yang menghubungkan kedua Tanjung tersebut melalui Pulau Air Besar dan Pulau Damar adalah sekitar 21 mil laut. Secara administratif perairan Teluk Jakarta berbatasan dengan Kabupaten Bekasi sebelah Timur dan Kabupaten Tangerang sebelah Barat (Anonim,2011). 2.5.
Pengambilan Sampel (sampling) Pengetahuan yang baik tentang proses sampling (pengambilan sampel) dan
tujuan analisis dapat menghindarkan dari kesalahan analisis. Tingkat kepercayaan terhadap data analisis juga sangat tergantung bagaimana suatu sampling dilakukan. Sampel yang diambil harus bersifat representative (mewakili) populasi zat/bahan yang akan dianalisis dan haruslah homogen. Analis yang haruslah sudah mengetahui akan pentingnya sampling, penyiapan sampel, pra-perlakuan sampel, serta cara-cara pemindahan dan penyimpanan sampel yang benar.
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
10
Pengambilan sampel merupakan masalah yang sangat penting dalam analisis kimia sebab untuk mengetahui kadar atau konsentrasi suatu senyawa
tertentu dalam sampel hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil sampel. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel yang salah meskipun metoda analisisnya
tepat dan teliti hasilnya tidak akan memberikan petunjuk yang benar mengenai sifat (dalam hal ini kadar) yang akan diselidiki. Meskipun demikian, masalah ini seringkali kurang mendapat perhatian dari seseorang analis disebabkan para analis
sudah terbiasa menerima sampel yang langsung dianlisis.
Aturan umum yang pasti mengenai cara pengambilan sampel dan berapa
besarnya sampel yang harus diambil tidak dapat dirumuskan secara umum, sebab cara pengambilan sampel sangat tergantung pada sifat dan jumlah bahan yang dianalisis. Cara pengambilan sampel zat padat akan berbeda dengan cara pengambilan zat cair, dan akan berbeda pula dengan gas. Namun, pada prinsipnya sampel yang dianalisis harus bersifat representative, artinya sampel yang akan dianalisis benar-benar mewakili populasinya. 1.
Pengambilan sampel secara random (Simple Random Sampling/SRS) Cara pengambilan sampel ini dilakukan terhadap bahan yang serba sama
(homogen) atau dianggap serba sama. Keuntungannya SRS adalah rumus-rumus perhitungannya relatif lebih sederhana, tidak memerlukan pembobotan, dan semua teknik-teknik statistika standar bisa diterapkan secara langsung. Kerugiannya adalah (1) kemungkinan proses randomisasi (pemilihan secara random) tidak menjamin 100 persen terutama jika satuan pengamatan tidak menyebar merata dan (2) jika ukuran populasi dan ukuran sampel relatif sangat besar maka pemilihan SRS secara manual sulit dilakukan, misalnya pada saat menyusun kerangkan sampling (sampling frame) (Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2010). Dalam pengambilan sampel sebaiknya digunakan wadah yang baru. Jika terpaksa menggunakan wadah bekas, wadah diperlakukan tertentu terlebih dahulu, yang dapat menjamin bahwa wadah tersebut bebas dari pengaruh sampel sebelumnya. Setelah pengambilan sampel, sebaiknya sampel segera dianalisis. Jika terpaksa harus disimpan, setiap parameter kualitas air memerlukan perlakuan
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
11
tertentu terhadap sampel. Selain perlakuan dengan bahan kimia, pengawetan yang paling umum dilakukan dalah pendinginan pada suhu 4ºC selama transportasi dan
penyimpanan. Pada suhu tersebut, aktifitas bakteri dapat dihambat.
adalah pemilihan lokasi pengambilan sampel, penentuan titik pengambilan sampel, cara pengambilan sampel, dan frekwensi pengambilan sampel, peralatan sampling, dan pengawetan/preservasi sampel.
2.6.
Beberapa hal yang perlu ditimbangkan dalam teknik pengambilan sampel
Instrumen Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian dan penilaian.Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) atau bisa disebut juga Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dapat digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit. AAS didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip SSA sama saja dengan spektrofotometer sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaanya terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya. Emisi dan Absorbsi Pada cara emisi, interaksi dengan energi menyebabkan eksitasi atom yang mana keadaan ini tidak berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau seluruh energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekwensi radiasi yang dipancarkan bersifat karakteristik untuk setiap unsur dan intesitasnya sebanding dengan jumlah atom yang terekstitasi dan yang mengalami
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
12
proses de-eksitasi. Pemberian energi dalam bentuk nyala merupakan salah cara untuk eksitasi atom ke tingkat yang lebih tinggi. Cara tersebut dikenal dengan
nama spektrofotometri emisi nyala.
Pada absorbsi, jika pada populasi atom yang berada pada tingkat dasar
dilewatkan suatu berkas radiasi maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom tersebut. Frekwensi radiasi yang paling banyak diserap adalah frekwensi radiasi resonan dan bersifat karakteristik untuk tiap unsur.Pengurangan
intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat dasar. Instrumentasi AAS
1.
Sumber sinar Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp).Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda.Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr).Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gasgas mulia yang diisikan tadi. Salah satu kelemahan penggunaan lampu katoda berongga adalah satu lampu digunakan untuk satu unsur, akan tetapi saat ini telah banyak dijumpai suatu lampu katoda berongga kombinasi, yakni satu lampu dilapisi dengan beberapa unsur sehingga dapat digunakan untuk analisis beberapa unsur sekaligus. 2.
Tempat sampel Dalam analisis dengan AAS, contohyang akan dianalisis harus diuraikan
menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom, yaitu dengan nyala (flame) dan tanpa nyala (flameless). a.
Nyala (Flame) Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
13
Nyala digunakan untuk mengubah contoh yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada cara
spektrofotometer emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala
tergantung pada gas yang digunakan. b.
Tanpa nyala (Flameless) Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal
mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu, muncullah suatu teknik
atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala.Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit. Sistem pemanasan dengan tanpa nyala ini dapat melalui 3 tahap, yaitu pengeringan (drying) yang membutuhkan suhu relatif rendah, pengabuan (ashing) yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis, dan pengatoman (atomizing). Pada umumnya waktu dan suhu pemanasan tanpa nyala terprogram.
Sumber : Ardeniswan, 2011
Gambar 2.2. Komponen-komponen pada AAS dengan nyala
Sumber :http://toolboxes.flexiblelearning.net.au
Gambar 2.3. Komponen-komponen pada AAS tanpa nyala (Graphite Furnace)
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer
14
3.
Monokromator Pada AAS, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih
panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik, monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan dalam
radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper. Detektor
4.
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat
pengatoman.
Biasanya
digunakan
tabung
penggandaan
foton
(photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi,
yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu, dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi. 5.
Readout Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatat hasil (Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2010).
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg), Timah Hitam (Pb), danKadmium (Cd) dalam Kerang Hijau di Perairan Cilincing dan Kamal Muara (Jakarta Utara) dengan Metode Atomic Absorption Spectrofotometer